Pengujian lentur Pengujian Keausan

26 Gambar 2.9 Bentuk Identor Knoop Callister, 2001 Namun pada penelitian ini pengujian yang di pakai adalah dengan metode hardnes micro vickers.

2.10.2 Pengujian lentur

Kekuatan strength , menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban yang bekerja atau yang mengenainya. Contoh kekuatan lengkung. Material yang lentur tidak kaku adalah material yang dapat mengalami keregangan bila di beri tegangan atau beban tertentu. Kelenturan merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau patah. Untuk mengetahui kekuatan lentur suatu material dapat di lakukan dengan pengujian lentur terhadap material tersebut. Edi Supardi, 1999. Kekuatan lentur atau kekuatan lengkung adalah tegangan lentur terbesar yang dapat di terima akibat pembebanan luar tanpa mengalami deformasi yang besar atau kegagalan. Besar kekuatan lentur tergantung pada jenis material dan pembebanan. Kekeuatan lentur pada sisi bagian atas sama sisi dengan kekeuatan lentur pada sisi bagian bawah. Pada pengujian lentur terdapat beberapa pengujian seperti two poin bending, three poin bending, four point bending dan lainnya. Tetapi pada penelitian ini di lakukan dengan three poin bending. Universitas Sumatera Utara 27 Gambar 2.10 Metode Three Point Bending Pada perhitungan kekuatan lentur ini, di gunakan persamaan yang ada pada satndar ASTM D790, yaitu : Dimana : S = tegangan lentur Mpa P = beban load N L = panjang span mm b = lebar mm d = tebal mm

2.10.3 Pengujian Keausan

Keausan pada umumnya di definisikan sebagai kehilangan material secara progresif atau pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan suatu hasil. Pergerakan relatif antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Pengujian keausan dapat di lakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang semuanya bertujuan untuk mensimilasikan kondisi keausan aktual. Adapun jenis-jenis uji keausan yaitu : Universitas Sumatera Utara 28 1. Keausan Adhesive Adhesive Wear , Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lainnya adhesive serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan pengoyakan salah satu material seperti di perlihatkan pada gambar di bawah ini : Gambar 2.11 Keausan Metode Adhesive 2. Keausan Abrasive Abrasive Wear Terjadi bila suatu partikel keras asperity dari material tertentu meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat keausan pada mekanisme iniditentukan oleh derajat kebebasan degree of freedom partikel keras atau asperity tersebut.Sebagai contoh partikel pasir silica akan menghasilkan keausan yang lebih tinggi ketika diikat pada suatu permukaan seperti pada kertas amplas, dibandingkan bila pertikel tersebut berada di dalam sistem slury. Pada kasus pertama, partikel tersebut kemungkinan akan tertarik sepanjang permukaan dan akhirnya mengakibatkan pengoyakan. Sementara pada kasus terakhir, partikel tersebut mungkin hanya berputar rolling tanpa efek abrasi. Universitas Sumatera Utara 29 Gambar 2.12 Keausan Metode Abrasive 3. Keausan Fatik lelah, keausan fatik dibutuhkan interaksi multi. Keausan ini terjadi akibat interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak mikro tersebut pada akhirnya menyatu dan menghasilkan pengelupasan material. Tingkat keausan sangat bergantung pada tingkat pembebanan. Universitas Sumatera Utara 30 Gambar 2.13 Mekanisme Keausan Lelah 4. Keausan Oksidasi Korosif Corrosive Wear , Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan pembentukan lapisan pada permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai konsekuensinya, material akan mengarah kepada perpatahan interface antara lapisan permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan tercabut. Universitas Sumatera Utara 31 G ambar 2.14 Mekanisme Keausan Oksidasi 5. Keausan Erosi Erosi Wear , Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive. Namun, jika sudut benturannya membentuk sudut gaya normal 90 derajat , maka keausan yang terjadi akan mengakibatkan brittle failure pada permukaannya, skematis pengujiannya seperti terlihat pada gambar di bawah ini : Gambar 2.15 Skematis Keausan Erosi Universitas Sumatera Utara 32 Pada penelitian ini termasuk jenis keausan adhesive dan pengujiannya di lakukan dengan pengujian laju ke ausan metode pin on disk. Pengujian keausan di nyatakan dengan jumlah kehilanganpengurangan specimen tiap satuan luas bidang kontak dan lama pengausan Victor Malau dan Adhika Widyaparaga, 2008 Laju keausan di nyatakan dengan : Dengan, W = Laju keausan g .detik W0 = Berat awal specimen sebelum pengausan gram W1 = Berat akhir specimen setelah pengausan gram A = Luas bidang kontak dengan pengausan t = Waktulama pengausan detik Pengujian ini di lakukan dengan menggunakan metode pin on disk. Gambar 2.16 Pengujian Pin on Disk. Universitas Sumatera Utara 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metoda