commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya UU Sisdiknas, 2003. Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan
sejalan dengan visi pendidikan nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif Insan Kamil
atau Insan Paripurna Kemdiknas, 2010 . Visi pendidikan nasional bisa terwujud dan berhasil melalui proses
pendidikan yang berhasil pula. Suatu proses pendidikan dikatakan berhasil apabila peserta didik dapat menyelesaikan suatu program pendidikan tepat
waktunya dengan prestasi yang baik Ahmad, 2005. Proses belajar merupakan sesuatu hal yang penting pada setiap individu
karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari proses belajar tersebut
tercermin dalam prestasi belajar. Prestasi belajar mahasiswa adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan melalui mata kuliah,
lazimnya ditunjukkan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh dosen Poerwadarminta, 2003 .
commit to user 2
Para peneliti terdahulu menguraikan bahwa prestasi belajar ditentukan oleh Intelligence Quotient IQ dan Emotional Quotient EQ. Penelitian baru-baru
ini menunjukkan bahwa pengukuran Adversity Quotient AQ merupakan indeks yang lebih baik dalam mencapai kesuksesan daripada IQ, pendidikan
atau bahkan keterampilan sosial. Adversity Quotient AQ adalah kemampuan dan ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, hambatan,
sekaligus mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang untuk meraih tujuan atau kesuksesan
Stoltz, 2005 . Seseorang dengan AQ tinggi akan mampu untuk menghadapi kesulitan,
memotivasi diri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang mendapatkan yang terbaik dalam hidup, mereka cenderung membuat segala sesuatu terwujud.
Sedangkan seseorang dengan AQ rendah mempunyai karakteristik rendahnya tingkat motivasi, energi, kinerja, dan ketekunan Darwin, 2007 .
Stoltz berpendapat bahwa siswa yang memiliki adversity intelligence yang tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi
atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi.
Beberapa hasil penelitian terkait dengan adversity quotient dan prestasi belajar. Penelitian tersebut diantaranya adalah
penelitian Putri 2009 mengenai Hubungan Adversity Quotient dengan Kinerja Karyawan, dilakukan
terhadap karyawan RSUD Belitang Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan sebanyak 95 responden, hasil penelitian yang diperoleh yaitu ada
hubungan positif antara Adversity Quotient dan kinerja karyawan. Penelitian
commit to user 3
Lestari 2010 menunjukkan bahwa secara parsial dengan menggunakan uji T, bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh secara signifikan
terhadap pencapaian prestasi akademik. Namun pada variabel Adversity Quotient tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik
mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta PTS di Jakarta. Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan
uji F, bahwa variabel motivasi belajar, minat belajar dan adversity quotient berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa
S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu PTS di Jakarta. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Hubungan Adversity Quotient AQ dengan prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret “.
B. Rumusan Masalah