HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT ( AQ ) DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(1)

commit to user

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT ( AQ ) DENGAN PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh :

ENDAH SETYANINGTYAS R 0107024

D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT( AQ) DENGAN PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KARYA TULIS ILMIAH Endah Setyaningtyas

R 0107024

Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS

Pada hari ... , tanggal ... 2011 Pembimbing Utama

Nama : Drs. Suharno, M.Pd

NIP : 19521129 198003 1001 ...

Pembimbing Pendamping

Nama : M. Nur Dewi K., Amd., SST, M.Kes ...

Ketua Penguji

Nama : S.Bambang Widjokongko, dr, M.Pd Ked,PHK ...

NIP : 194812311976091001

Sekretaris .

Nama : Ropitasari, S.SiT., M.Kes ...

Mengetahui, Ketua Program Studi D IV

Kebidanan FK UNS

H.Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K) NIP. 19510421 1980111 002

Ketua Tim KTI

Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes NIP. 197802202005011001


(3)

commit to user

iv ABSTRAK

Endah Setyaningtyas. R0107024. Hubungan Adversity Quotient dengan

Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Sebelas

Maret. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan Adversity Quotient

dengan prestasi belajar.

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret, jumlah sampel sebanyak 119 responden dengan menggunakan

metode simple random sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner Adversity

Quotient dan studi dokumentasi prestasi belajar. Analisis uji statistik Korelasi Product Moment dengan bantuan SPSS for Windows versi 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung (0,546) lebih besar dari r tabel

(pada α = 0,05, yaitu 0,195) dengan signifikansi 0,00 (p < 0,05). Berdasarkan hasil

analisis, prestasi belajar dipengaruhi oleh Adversity Quotient sebesar 29,81 %

dengan nilai r hitung positif menunjukkan bahwa semakin tinggi Adversity Quotient

maka semakin tinggi pula prestasi belajar.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat hubungan positif dengan tingkat

korelasi sedang dan signifikan antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar.

__________________________________________________________________


(4)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Adversity

Quotient (AQ) dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Sebelas Maret”.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak atau Ibu:

1. Prof. Dr. H. Ravik Karsidi MS, Rektor UNS

2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR FINASIM, Dekan Fakultas

Kedokteran UNS

3. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG (K), Ketua Program Studi D-IV Kebidanan

FK UNS

4. Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

5. Drs. Suharno, M.Pd., pembimbing utama yang selalu membimbing dengan

sabar dan memberikan saran serta ilmunya.

6. M. Nur Dewi K, Amd, SST, M.Kes., pembimbing pendamping yang selalu

membimbing dengan sabar dan memberikan saran serta ilmunya.

7. Seluruh Dosen dan staf Program Studi D IV Kebidanan FK UNS yang telah

membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

8. Mahasiswa Kebidanan UNS semester 2,4,6,dan 8 yang telah bersedia menjadi

subyek penelitian, dan Inabah Lovers yang selalu memberikan dukungan.

9. Ayah, Mama, dan semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah mendukung dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah. Demi perbaikan Karya sejenis mendatang, penulis memohon kritik dan saran. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, Juli 2011


(5)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya (UU Sisdiknas, 2003). Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan dengan visi pendidikan nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif ( Insan Kamil atau Insan Paripurna ) ( Kemdiknas, 2010 ).

Visi pendidikan nasional bisa terwujud dan berhasil melalui proses pendidikan yang berhasil pula. Suatu proses pendidikan dikatakan berhasil apabila peserta didik dapat menyelesaikan suatu program pendidikan tepat

waktunya dengan prestasi yang baik (Ahmad, 2005).

Proses belajar merupakan sesuatu hal yang penting pada setiap individu karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar. Prestasi belajar mahasiswa adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan melalui mata kuliah, lazimnya ditunjukkan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh dosen ( Poerwadarminta, 2003 ).


(6)

commit to user

Para peneliti terdahulu menguraikan bahwa prestasi belajar ditentukan oleh

Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ). Penelitian baru-baru

ini menunjukkan bahwa pengukuran Adversity Quotient (AQ) merupakan

indeks yang lebih baik dalam mencapai kesuksesan daripada IQ, pendidikan

atau bahkan keterampilan sosial. Adversity Quotient (AQ) adalah kemampuan

dan ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, hambatan, sekaligus mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang

untuk meraih tujuan atau kesuksesan(Stoltz, 2005 ).

Seseorang dengan AQ tinggi akan mampu untuk menghadapi kesulitan, memotivasi diri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang mendapatkan yang terbaik dalam hidup, mereka cenderung membuat segala sesuatu terwujud. Sedangkan seseorang dengan AQ rendah mempunyai karakteristik rendahnya tingkat motivasi, energi, kinerja, dan ketekunan (Darwin, 2007 ).

Stoltz berpendapat bahwa siswa yang memiliki adversity intelligence yang

tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi.

Beberapa hasil penelitian terkait dengan adversity quotient dan prestasi

belajar. Penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian Putri (2009)

mengenai Hubungan Adversity Quotient dengan Kinerja Karyawan, dilakukan

terhadap karyawan RSUD Belitang Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan sebanyak 95 responden, hasil penelitian yang diperoleh yaitu ada


(7)

commit to user

Lestari (2010) menunjukkan bahwa secara parsial dengan menggunakan uji T, bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh secara signifikan

terhadap pencapaian prestasi akademik. Namun pada variabel Adversity Quotient

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta. Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan

uji F, bahwa variabel motivasi belajar, minat belajar dan adversity quotient

berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu PTS di Jakarta.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Hubungan Adversity Quotient (AQ) dengan prestasi

belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret “.

B. Rumusan Masalah

“Adakah hubungan Adversity Quotient (AQ) dengan prestasi belajar

mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret ?”

C.Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Adversity

Quotient (AQ) dengan prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret.


(8)

commit to user

2. Tujuan Khusus

a.Untuk mengetahui tingkat Adversity Quotient (AQ) pada mahasiswa

kebidanan Universitas Sebelas Maret.

b.Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret.

c.Untuk menganalisis hubungan antara Adversity Quotient (AQ) dengan

prestasi belajar

D.Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

yang berarti mengenai hubungan adversity quotient dengan prestasi belajar

mahasiswa sehingga dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan.

2. Manfaat Aplikatif

a.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa

mengenai pentingnya peranan adversity quotient dalam menghadapi

berbagai problem dan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan dan prestasi unggul.

b.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait seperti orang tua, pendidik, psikolog dan masyarakat mengenai


(9)

commit to user

membantu meningkatkan AQ disertai dengan peningkatan prestasi belajar pula.

c.Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan perbandingan bagi peneliti


(10)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Adversity Quotient

a. Pengertian Adversity Quotient (AQ )

Menurut Chaplin (2006), intelligence atau quotient berarti cerdas,

pandai. Binet dan Simon (dalam Napitupulu dkk, 2007) merangkum

pengertian intelligence atau quotient dalam tiga komponen, yaitu

kemampuan seseorang dalam mengarahkan pikiran atau tindakannya, kemampuan seseorang untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah terlanjur dilakukan dan kemampuan seseorang untuk

mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticism. Menurut kamus

Inggris-Indonesia (Echols dan Shadily, 2007), adversity berarti

kesengsaraan, kemalangan.

Paul Stoltz mendefinisikan Adversity Quotient sebagai kemampuan

orang tersebut untuk berurusan dengan kemalangan hidupnya. Dengan demikian, AQ adalah ilmu tentang ketahanan manusia. Menurut Stoltz

(2005), kecerdasan adversity mempunyai tiga bentuk.

Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. AQ berlandaskan pada riset yang berbobot dan penting, yang menawarkan suatu gabungan yang praktis dan baru, yang merumuskan kembali apa


(11)

commit to user

yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan. Selama ini pola-pola bawah sadar ini sebetulnya sudah dimiliki. Saat ini untuk pertama kalinya pola-pola tersebut diukur, dipahami, dan diubah. Ketiga, AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki efektivitas pribadi dan profesional seseorang secara keseluruhan.

Dari uraian pendapat Stoltz di atas maka dapat disimpulkan bahwa

adversity quotient (AQ) adalah kemampuan dan ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, hambatan, sekaligus mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang untuk meraih tujuan atau kesuksesan (Stoltz, 2005)

b. Aspek-aspek Adversity Quotient (AQ )

Stoltz (2005) menyatakan bahwa aspek-aspek dari adversity quotient

(AQ) mencakup beberapa komponen yang kemudian disingkat menjadi CO2RE, antara lain:

1) Control (kendali)

Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan di masa mendatang. Kendali diri ini akan berdampak pada tindakan selanjutnya atau respon yang dilakukan individu bersangkutan, tentang harapan dan idealitas individu untuk tetap


(12)

commit to user

berusaha keras mewujudkan keinginannya walau sesulit apapun keadaannya sekarang.

2) Origin (asal-usul) dan ownership (kepemilikan)

Origin mengungkap sejauh mana seseorang mempermasalahkan

dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau sejauh mana seseorang mempermasalahkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan seseorang. Rasa bersalah yang tepat akan menggugah seseorang untuk bertindak sedangkan rasa bersalah yang terlampau besar akan menciptakan kelumpuhan. Poin ini merupakan pembukaan dari poin

ownership. Ownership mengungkap sejauh mana seseorang

mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan tersebut.

3) Reach (jangkauan)

Sejauh mana kesulitan ini akan merambah kehidupan seseorang menunjukkan bagaimana suatu masalah mengganggu aktivitas lainnya, sekalipun tidak berhubungan dengan masalah yang sedang

dihadapi. Adversity quotient yang rendah pada individu akan

membuat kesulitan merembes ke segi-segi lain dari kehidupan seseorang.

4) Endurance (daya tahan)

Endurance adalah aspek ketahanan individu. Sejauh mana kecepatan dan ketepatan seseorang dalam memecahkan masalah.


(13)

commit to user

Sehingga pada aspek ini dapat dilihat berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung. Hal ini berkaitan dengan pandangan individu terhadap kepermanenan dan ketemporeran kesulitan yang berlangsung. Efek dari aspek ini adalah pada harapan tentang baik atau buruknya keadaan masa depan. Makin tinggi daya tahan seseorang, makin mampu menghadapi berbagai kesukaran yang dihadapinya.

c. Tingkatan Adversity Quotient (AQ )

Stoltz (2005) meminjam istilah para pendaki gunung untuk

memberikan gambaran mengenai tingkatan adversity quotient (AQ).

Stoltz (2005) membagi para pendaki menjadi 3 bagian, yaitu : 1) Quitters (mereka yang berhenti).

Tidak diragukan lagi ada banyak orang yang memilih untuk keluar menghindari kewajiban, mundur dari usahanya. Mereka ini

disebut dengan quitters atau orang-orang yang berhenti

melanjutkan usahanya.

2) Campers (mereka yang berkemah).

Kelompok individu yang kedua adalah campers atau

orang-orang yang mudah puas dengan hasil yang diperolehnya. Mereka tidak ingin melanjutkan usahanya untuk mendapatkan lebih dari untuk didapatkan sekarang. Disini mereka mengakhiri usahanya karena sudah merasa puas dengan hasil yang didapat.


(14)

commit to user

3) Climbers (para pendaki)

Climbers adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental atau hambatan lainnya untuk

menghalangi usahanya. Adapun para climber, yakni mereka yang

dengan segala usaha keberaniannya menghadapi resiko untuk

menuntaskan pekerjaannya. Dalam konteks ini, para climber

dianggap memiliki AQ tinggi.

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi AQ

Menurut Stolz (2005), ada 3 faktor yang mempengaruhi adversity

quotient, yaitu genetik, pendidikan dan keyakinan.

Genetik yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap karakter individu tersebut. Pengaruh yang ada terkadang lebih dari yang

dipikirkan. Adversity quotient termasuk salah satu karakteristik yang

diturunkan dari genetik.

Pendidikan yang diterapkan oleh keluarga atau orang tua juga sangat mempengaruhi kegigihan seseorang dalam menghadapi tantangan. Jika individu terus menerus dididik untuk tidak cepat menyerah saat

menghadapi masalah, maka ia akan mempunyai adversity quotient yang

tinggi. Sedangkan individu yang dibiarkan menyerah saat menghadapi

masalah akan mempunyai adversity quotient yang rendah.

Keyakinan seseorang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi AQ, bila seseorang individu yakin bahwa dirinya dapat menyelesaikan


(15)

commit to user

masalah yang dihadapi, maka ia akan semakin gigih dalam menghadapi masalah tersebut.

e. Teknik-teknik untuk Meningkatkan Adversity Quotient (AQ)

Stoltz (2005) menyatakan bahwa adversity quotient dapat

ditingkatkan atau diperbaiki dangan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Listen atau mendengarkan respon-respon terhadap kesulitan yaitu apakah respon AQ yang tinggi atau rendah? Dan pada dimensi-dimensi apa respon itu paling tinggi atau paling rendah?

2) Explore atau jajaki asal usul dan pengakuan atas akibatnya

Origin: Apakah kemungkinan asal usul kesulitan ini?

Mengingat asal usulnya, seberapa banyaknya yang merupakan kesalahan sendiri? Secara khusus, apakah Anda dapat mengerjakannya dengan lebih baik lagi?

Ownership: Aspek-aspek apa sajakah dari akibat-akibatnya yang

harus saya akui?Apa yang tidak harus saya akui?

3) Analysis bukti-buktinya yaitu Apakah buktinya bahwa saya tidak memiliki kendali? Apakah buktinya bahwa kesulitan harus menjangkau wilayah-wilayah lain kehidupan individu? Apakah buktinya bahwa kesulitan harus berlangsung lebih lama daripada semestinya?

4) Do atau lakukan sesuatu yaitu tambahan informasi apakah yang

saya perlukan? Apa yang bisa saya lakukan untuk mendapatkan sedikit kendali atas situasi ini? Apa yang bisa


(16)

commit to user

saya lakukan untuk membatasi jangkauan kesulitan ini? Apa yang bisa saya lakukan untuk membatasi berapa lama berlangsungnya kesulitan ini dalam keadaan yang sekarang?

Keempat teknik ini disingkat dengan kata LEAD. Teknik kognitif dan perilaku seperti LEAD ini, efektif karena dapat mengubah sistem di otak.

Pokok pikiran akan mengubah fisiologi otak, agar membiasakan otak untuk menghadapi dan mengatasi setiap kesulitan, dengan mempertanyakan respon-respon distruktif terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Rangkaian LEAD didasarkan pada pengertian bahwa individu dapat mengubah keberhasilan dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan berfikir. Hasilnya adalah keuletan emosional dan berjiwa besar sebagai respon terhadap tekanan hidup sehari-hari (Stoltz, 2005).

Teknik lain untuk meningkatkan adversity quotient yaitu teknik

mencegah pembuatan bencana menurut Stoltz (2005):

1) Perintang

a) Menggebrakkan telapak tangan ke permukaan benda yang

keras sambil berteriak “STOP”!

b) Memusatkan perhatian pada kegiatan yang tidak ada

hubungannya dengan masalah yang dihadapi atau


(17)

commit to user

c) Menaruh sebuah karet gelang di pergelangan tangan dan

menjepretkan karet itu ke pergelangan tangan

d) Mengubah kondisi dengan berolahraga

2) Pembingkai Ulang

a) Memusatkan perhatian pada tujuan semula. “Mengapa saya

melakukan ini?”

b) Mengecilkan diri dengan menyadari betapa kecilnya

masalah-masalah yang dihadapi dalam semesta alam yang sangat luas ini.

c) Membantu orang lain yang memiliki masalah lebih besar

daripada masalah sendiri

Teknik ini disebut dengan teknik Stoppers, yang efektif untuk

menghilangkan jalur-jalur syaraf yang destruktif, dengan

mengeluarkan diri dari keterpurukan untuk individu menghadapi kesulitan dan meningkatkan semangat.

Jadi, teknik-teknik untuk meningkatkan AQ dalam menghadapi

kesulitan, yaitu: teknik LEAD (Listen, Explore, Analysis, Do) dan

teknik Stoppers dengan memusatkan perhatian pada tujuan dan

kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar merupakan salah satu


(18)

commit to user

indikator daya serap dan kecerdasan mahasiswa yang bisa digunakan untuk menyusun dan menetapkan keputusan/ langkah kebijakan baik yang menyangkut mahasiswa, pendidik maupun institusi yang mengelola program pendidikan (Syah, 2008).

Winkel (2005) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

b. Penilaian Prestasi Belajar

Penilaian prestasi belajar berdasarkan tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Winkel, 2005).

Tabel 2.1 Perbandingan nilai angka dan huruf Rentang

Skor (skala100)

Nilai dalam skala 5 Lambang

huruf

Bobot nilai mata kuliah

Arti lambang

80-100 A 4 Sangat baik

70-79 B 3 Baik

60-69 C 2 Cukup

40-59 D 1 Kurang

0-39 E 0 Gagal

Sumber: Peraturan Rektor UNS. No 553/H27/PP/2009

c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor dalam dan faktor luar, sebagai berikut:

1)Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, sebagai berikut :


(19)

commit to user

a) Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga akan mempengaruhi hasil belajarnya.

b) Kondisi Psikologis

Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis, antara lain yaitu kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif, sebagai berikut :

(1) Kecerdasan

Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya.

(2) Bakat

Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua.


(20)

commit to user

(3) Minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.

(4) Motivasi

Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.

(5) Emosi

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa akan terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang emosional dalam belajar, akan mudah putus asa

(6) Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif yaitu kemampuan berfikir, menalar yang dimiliki siswa yang berkaitan erat dengan ingatan dan berfikir seorang siswa.


(21)

commit to user

2)Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang

dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental, sebagai berikut :

a) Faktor Lingkungan

(1) Lingkungan alami yaitu kondisis alami yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, termasuk dalam lingkungan alami yaitu suhu, cuaca, pada waktu itu dan kejadian-kejadian yang berlangsung.

(2) Lingkungan sosial, dapat berupa manusia, wujud lain yang berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar Misalnya hubungan murid dengan guru, orang tua dengan anak, dan lingkungan masyarakat di luar sosial yang baik, mesra dapat membantu terciptanya prestasi belajar siswa.

b) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaanya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan meliputi kurikulum, program, sarana, guru atau tenaga pengajar, sebagai berikut :

(1) Kurikulum

Kurikulum yang baik, jelas dan mantap akan


(22)

commit to user

(2) Program

Program pendidikan pengajaran di sekolah yang telah dirinci dalam suatu kegiatan yang telah jelas, akan mempermudah membuat rencana/program dan program yang jelas tujuannya akan membantu siswa dalam belajar. (3) Sarana

Sarana atau tempat belajar siswa, termasuk di dalamnya

penerangan, gedung, ventilasi, yang baik dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Di samping itu alat-alat pelajaran, perpustakaan yang lengkap juga merupakan faktor pendukung akan keberhasilan belajar seorang siswa. (4) Guru atau Tenaga Pengajar

Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor penting terhadap keberhasilan seorang siswa dalam belajar (Slameto, 2003).

3. Hubungan Adversity Quotient dengan Prestasi Belajar

Adversity Quotient adalah kemampuan seseorang dalam berjuang

menghadapi dan mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan yang dimilikinya serta akan mengubahnya menjadi peluang keberhasilan dan kesuksesan (Stoltz, 2005).

Winkel (2005) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.


(23)

commit to user

Stoltz berpendapat bahwa siswa yang memiliki adversity quotient

yang tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi. Mereka akan mengerjakan tugas sebaik mungkin, termasuk mencari informasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia dalam hidupnya. Kesimpulannya individu tersebut akan berusaha aktif bertindak, tidak hanya bersikap pasif menunggu kesempatan datang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahmi dan Rachmahana yang menemukan

bahwa orang-orang memiliki adversity quotient tinggi merupakan

orang-orang yang memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi dan tujuan yang diinginkan.

B. Kerangka Konsep

Salah satu faktor penentu keberhasilan dan prestasi unggul yaitu

Adversity quotient.

Aspek-aspek dari adversity quotient (AQ) mencakup beberapa

komponen yaitu Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance.

Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan

dan mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan di masa

mendatang. Origin (asal-usul) adalah bagaimana seseorang

mempermasalahkan dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau bagaimana seseorang mempermasalahkan orang


(24)

commit to user

lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan

seseorang. Ownership (kepemilikan) adalah sejauh mana seseorang

mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang untuk

bertanggung jawab atas kesalahan. Endurance (daya tahan) adalah sejauh

mana kecepatan dan ketepatan seseorang dalam memecahkan masalah.

Adversity Quotient (AQ) mempengaruhi proses dan hasil belajar, jika AQ yang tinggi diduga akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula dan sebaliknya. Prestasi belajar adalah hasil atau bukti keberhasilan yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar sesuai bobot yang dicapainya.

Secara skematis hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar adalah sebagai berikut:

= diteliti = tidak diteliti

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Adversity Quotient yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar mahasiswa yang tinggi pula”.

PRESTASI BELAJAR

PROSES BELAJAR

Faktor Internal : Fisiologis dan Psikologis

Faktor Eksternal : Lingkungan dan Instrumental

Adversity Quotient (AQ) :

1. Control ( kemampuan mengendalikan peristiwa )

2. Origin ( sumber kesulitan)dan ownership (pengakuan kesalahan )

3. Reach (jangkauan kesulitan terhadap kehidupan individu)

4. Endurance (aspek ketahanan individu)


(25)

commit to user

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2008). Penelitian ini mempelajari dinamika kolerasi antara variabel-variabelnya yang bertujuan untuk mencari hubungan antara

adversity quotient dengan prestasi belajar mahasiswa.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di kampus kebidanan Universitas Sebelas Maret, pada bulan Maret sampai dengan Juli 2011.

C.Populasi Penelitian

1. Dalam penelitian ini populasi target adalah semua mahasiswa kebidanan

Universitas Sebelas Maret, dengan jumlah 233 orang.

2. Dalam penelitian ini populasi aktual adalah mahasiswa kebidanan

Diploma III dan Diploma IV jalur regular Universitas Sebelas Maret, dengan jumlah 196 orang.


(26)

commit to user

D.Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa D3 Kebidanan semester 2, mahasiswa D4 Kebidanan Jalur Reguler semester 4, 6 dan 8

menggunakan teknik sampling yaitu simple random sampling dengan cara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi ( Sugiyono, 2010).

E.Estimasi Besar Sampel

Estimasi besar sampel menggunakan Nomogram Herry King dengan tingkat kesalahan 5 % untuk populasi 196 orang adalah 118 orang yang akan dijadikan sampel ( Sugiyono, 2010).

Jumlah seluruh mahasiswa Kebidanan UNS Jalur Transfer dan Reguler adalah 233 mahasiswa. Dengan memperkirakan jumlah sampel berdasarkan tabel Nomogram Herry King, peneliti mengambil sampel penelitian sebanyak 119 mahasiswa diantaranya 25 dari mahasiswa semester 2, mahasiswa semester 4 sebanyak 20, mahasiswa semester 6 sebanyak 25 mahasiswa dan 49 mahasiswa semester 8.

F.Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa program studi D4 Kebidanan UNS jalur reguler


(27)

commit to user

2. Kriteria Ekslusi : mahasiswa yang tidak hadir ketika dilakukan

pengukuran.

G.Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas : Adversity Quotient (AQ)

a. Definisi Operasional : Adversity Quotient (AQ) adalah

kemampuan dan ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, hambatan, sekaligus mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang untuk meraih tujuan atau kesuksesan.

b. Skala Pengukuran : skala interval

c. Alat Ukur : Skala adversity quotient yang digunakan

adalah skala likert AQ yang disusun oleh Firmansyah dan Rahmawati (2009) dengan memodifikasi daftar pernyataan dan sebaran nomor aitem agar lebih sesuai dengan kondisi penelitian

2. Variabel Terikat : Prestasi Belajar

a. Definisi Operasional : Prestasi belajar adalah hasil atau bukti

keberhasilan yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar sesuai bobot yang dicapainya. Pada penelitian ini prestasi belajar merupakan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) .

b. Skala Pengukuran : skala interval

c. Alat Ukur : Cara mengukur prestasi belajar dengan


(28)

commit to user

H. Cara Kerja

1. Instumen

a. Variabel Bebas

Cara mengukur AQ dengan mengacu pada aspek-aspek adversity

quotient menurut Stoltz (2005) yang meliputi: control, ownership, origin, reach, endurance (CO2RE). Skala adversity quotient yang digunakan adalah skala likert AQ yang disusun oleh Firmansyah dan Rahmawati (2009) dengan memodifikasi daftar pernyataan dan sebaran nomor aitem agar lebih sesuai dengan kondisi penelitian.

Kuosioner adversity quotient dengan kategori pilihan jawaban “ Sangat

Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai” diberikan skor 1 sampai 4 seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Skor Adversity Quotient

Jawaban Pernyataan

Favourable Unfavourable

Sangat Sesuai 4 1

Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4


(29)

commit to user

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuosioner Adversity Quotient

Deskriptor Indikator Sub Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Kemampuan dan ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, hambatan, sekaligus mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang untuk meraih tujuan atau

kesuksesan.

Control ( kemampuan mengendali kan peristiwa) a. Mengendalikan emosi b.Ketenangan menghadapi cobaan

c. Adaptasi dalam

perubahan

d.Membantu teman

menyelesaikan permasalahan

1, 6, 11, 19, 21, 27, 35

24, 30, 41 10

Origin (sumber kesulitan) dan Ownership (pengakuan kesalahan)

a. Keberhasilan dari

usaha sendiri

b. Menerima

kegagalan sebagai cobaan hidup

c. Bekerjasama

dalam tugas

kelompok

d. Siap menanggung

kegagalan

e. Bertanggungjawab

atas kesalahan

7, 12, 17, 20, 25, 28, 31, 36, 37, 40

4, 8, 14, 32, 44 15 Reach (jangkauan kesulitan terhadap kehidupan individu)

a. Tetap tenang dan

konsentrasi

b. Semakin semangat

dalam menghadapi banyak masalah

c. Menyiapkan

alternatif solusi

2, 15, 18, 22, 39

5, 9, 33, 38, 42 10 Endurance (aspek ketahanan individu)

a. Tidak putus asa

b.Keyakinan akan

solusi dari masalah

c. Senang bekerja

keras

d.Selalu optimis

e. Tidak menunda

pekerjaan

3, 13, 16, 23, 26, 29

10, 34, 43 9

JUMLAH 28 16 44


(30)

commit to user

Cara mengukur prestasi belajar dengan studi dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa.

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Alat ukur atau instrumentasi penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data. Penelitian ini menggunakan 30 mahasiswa untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen.

a. Validitas Instrumen

Validitas kuesioner adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur, untuk

mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi Product Moment

(Arikunto, 2006). Uji validitas instrumen pada penelitian ini

menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 17.0.

Jika rhitung > rtabel maka item dikatakan valid, sedangkan jika rhitung < rtabel

maka item dikatakan tidak valid. (Sugiyono, 2008). Dari 61 pernyataan dalam kuosioner yang disebar kepada 30 responden mahasiswa D3 dan D4 Kebidanan UNS pada bulan Mei, didapatkan 44 pernyataan valid yang digunakan dalam pengukuran sedangkan 17 item pernyataan yang tidak valid digugurkan atau dihilangkan karena pernyataan yang valid sudah mewakili pada tiap indikator.


(31)

commit to user

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas mengandung maksud sejauh mana instrumen menghasilkan hasil pengukuran yang dapat dipercaya (Arikunto, 2006). Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Rumus statistik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrument yang berupa kuesioner dengan skala likert untuk jenis data

interval dengan teknik Alfa Cronbach (Sugiyono, 2010). Uji

reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan bantuan

program SPSS for Windows versi 17.0. Suatu instrumen atau konstruk

dikatakan reliabel jika memberikan nilai alfa cronbach > 0,60

(Nunnally dalam Ghozali, 2005).

Hasil perhitungan reliabilitas instrumen pada penelitian ini didapatkan angka 0,962 dan angka ini menunjukkan pernyataan yang diujikan reliabel.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Teknik Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya :


(32)

commit to user

Yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa pertanyaan, kartu atau buku register. Yang dilakukan dalam memeriksa data adalah menjumlah dan melakukan koreksi (Budiarto, 2006).

2) Coding (pemberian kode)

Yaitu memberi kode pada setiap jawaban yang telah diberikan. 3) Tabulation (penyusunan data)

Yaitu pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2006).

b. Teknik Analisis Data

1) Analisis univariat

Analisis univariat ini dengan tabel distribusi frekuensi dimana variabel-variabel yang ada dianalisis dengan melihat frekuensi untuk mengetahui

karakteristik responden. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam

penelitian ini adalah variabel adversity quotient dan prestasi belajar

mahasiswa.

2) Analisis bivariat

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar

hubungan adversity quotient dengan prestasi belajar mahasiswa dengan

data kedua variabel berbentuk interval .Adapun korelasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Product Moment

dengan bantuan program SPSS for Windows versi 17.0 (Sugiyono,


(33)

commit to user

Menurut Dahlan (2009) untuk menginterpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi serta arah korelasinya.

Panduan lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.3 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis

No. Parameter Nilai Interpretasi

1. Kekuatan

korelasi (r)

0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,00

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat

2. Nilai P P < 0,05

P > 0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

Tidak Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji

3. Arah

korelasi

+ (positif) -(negatif)

Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.

Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.

Untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan efekktif variabel

adversity quotient terhadap prestasi belajar dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

KP = r 2 x 100%

Keterangan :

KP : Nilai koefisien determinan

r : Nilai koefisen korelasi


(34)

commit to user

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini membahas hubungan Adversity Quotient dengan prestasi

belajar mahasiswa Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Lokasi pengambilan data pada penelitian ini berada di kampus Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS Jalan Ir. Sutami 36 A Kentingan Jebres Surakarta. Pada tahun akademik 2010/2011 ini terdapat 5 angkatan Kebidanan yaitu D III Kebidanan FK UNS angkatan 2010 semester 2, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2009 semester 4, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2008 semester 6, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2007 semester 8 dan D IV Kebidanan FK UNS Jalur Transfer angkatan 2010 semester 2.

B. Hasil Analisis Data Univariat

1. Data Hasil Kuesioner Adversity Quotient

Data adversity quotient pada mahasiswa semester II D III Kebidanan

FK UNS serta mahasiswa semester IV, VI dan VIII DIV Kebidanan FK

UNS diketahui melalui kuesioner adversity quotient yang telah disebarkan.

Data yang terkumpul dari adversity quotient terdiri dari 119 responden

dengan 44 item pertanyaan yang menggunakan empat alternatif jawaban dan skor 1, 2, 3 dan 4. Dari hasil skoring kuosioner tentang adversity


(35)

commit to user

quotient diperoleh skor tertinggi 150 dan skor terendah adalah 108 dengan rata-rata skor 128,29 , standar deviasi (SD) sebesar 10,192.

Distribusi frekuensi untuk skor adversity quotient tercantum pada grafik di

bawah ini :

47.6 52.4

0 20 40 60 80 100

di atas Mean

di bawah Mean Skor adversity quotient

pr

os

e

nt

a

se

(%

)

adversity quotient

Gambar 4.1 Adversity Quotient

Mahasiswa yang mempunyai skor adversity quotient di bawah rata-rata

sebanyak 52,4% (61 mahasiswa), sedangkan 47,6 % (58 mahasiswa) skor

adversity quotient berada di atas rata-rata.

Berdasarkan data kuesioner adversity quotient yang disebarkan kepada

mahasiswa D III dan D IV Kebidanan FK UNS didapatkan beberapa hasil


(36)

commit to user

Gambaran mengenai adversity quotient mahasiswa pada masing-masing

indikator adalah sebagai berikut:

a. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Control disajikan dalam

grafik di bawah ini:

97.5 93.3 71.4 63.8 81.5 69.7 78.1 36.1 97.5 45.4

1 10 100

Menerima kritik kehidupan ditentukan oleh tindakan sendiri Ketenangan menghadapi cobaan menyeleseikan tugas dalam keadaan sakit mudah adaptasi di lingkungan baru suka rutinitas tanpa perubahan mengendalikan emosi menghindari hal berbahaya Membantu teman menyelesaikan permasalahan sulit mengerjakan tugas kelompok karena perbedaan pola

pikir Su b I n d ik a to r C o n tr o l Prosentase(%)

Sub Indikator Control

Gambar 4.2 Distribusi frekuensi pada indikator Control

Dari indikator Control (kemampuan mengendalikan peristiwa)

didapatkan 97,5 % dari total mahasiswa menerima komentar negatif dari teman sebagai kritik yang membangun dan senang membantu teman yang menghadapi permasalahan. Sebanyak 36,1 % dari total mahasiswa cenderung menghindari hal yang berbahaya dan sebanyak 45,4 % merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas kelompok karena

adanya perbedaan pola pemikiran. Pada aspek Control ini sebanyak 58


(37)

commit to user

b. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Origin dan Ownership

disajikan dalam grafik di bawah ini:

68.9 49.6 89.9 85.7 78.1 93.3 98.3 97.5 98.3 96.6 92.4 74.8 91.6 100

1 10 100

kegagalan oleh faktor lingkungan puas jika hsil usaha sesuai harapa lingkungan kondusif menyebabkan prestasi turun gagal ujian sebagai ujian hidup keberhasilan studi oleh faktor keberuntungan bersedia membantu tugas kelompok yang belum selesai mencari solusi dari permasalahan kelompok perbaikan tindakan setelah kegagalan siap berusaha lebih keras lagi setelah kegagala berusaha memperbaiki kesalahan kesalahan teman jika tugas kelompok belum selesai kegagalan semata-mata karena kesalahan sendiri siap menanggung kegagalan jika ingin berhasil, harus berusaha lebih baik lagi

S u b I n d ik a to r O ri g in d a n O w n e rs h ip Prosentase(%)

Sub IndikatorOrigin dan Ownership

Gambar 4.3 Distribusi frekuensi pada indikator Origin dan Ownership

Pada indikator Origin (sumber kesulitan) dan Ownership (pengakuan

kesalahan) didapatkan 100 % dari total mahasiswa berkeyakinan bahwa jika ingin meraih keberhasilan maka harus berusaha lebih baik lagi, dan 98,3 % mahasiswa siap untuk berusaha lebih keras setelah kegagalan yang dialami serta berusaha mencari solusi jika terjadi permasalahan dalam kelompok studi. Sebanyak 68,9 % dari total mahasiswa berpendapat bahwa kegagalan yang dialami disebabkan oleh faktor

lingkungan. Berdasarkan hasil skoring aspek Origin dan Ownership,

sebanyak 55 mahasiswa (46,21%) dengan skor di bawah rata-rata ( 44,98).


(38)

commit to user

c. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Reach disajikan dalam grafik

di bawah ini:

80.6 93.3 46.2 60.5 65.5 93.3 60.5 62.2 89 83.2

1 10 100

fokus pada satu kegiatan khawatir jika hasil usaha jauh dari harapan sering terbangun waktu tidur jika punya masalah berat tetap konsentrasi meski banyak masalah semakin banyak masalah, semakin semangat

menyelesaikannya

memunculkan harapan baru ketika menghadapi kesulitan perubahan sistem pembelajaran membuat resah dalam

belajar

kegagalan sebelumnya akan mempengaruhi kegagalan selanjutnya

kegagalan mengerjakan tugas maksimal membuat semakin bersemangat berusaha

kritikan teman membuat saya minder

Su b i n d ik a to r re a c h prosentase(%) Sub Indikator Reach

Gambar 4.4 Distribusi frekuensi pada indikator Reach

Untuk indikator Reach (jangkauan kesulitan terhadap kehidupan

individu), sebanyak 93,3% mahasiswa dapat memunculkan harapan baru untuk semakin bersemangat menyelesaikannya dan mahasiswa khawatir bila hasil usaha jauh dari harapan serta 46,2% mahasiswa yang sering terbangun waktu tidur ketika mempunyai masalah berat. Sebanyak 52 mahasiswa (43,69 %) dengan skor dibawah rata-rata


(39)

commit to user

d. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Endurance disajikan dalam

grafik di bawah ini:

31.9 47.9 5.8 93.3 99.1 90.7 98.3 45.4 34.4

1 10 100

pantang menyerah jengkel terhadap aktivitas rutin tetap berusaha walau mengalami kegagalan senang menyeleseikan tugas dengan kerja keras semua masalah pasti ada jalan keluarnya berhenti membuang waktu untuk hal sia-sia mencari solusi dari permasalahan pesimis menghadapi perubahan sistem pembelajaran kelelahan menyelesaikan tugas yang berat

S u b i n d ik a to r E n d u ra n c e prosentase(%) Sub Indikator Endurance

Gambar 4.5 Distribusi frekuensi pada indikator Endurance

Indikator terakhir adalah Endurance (aspek ketahanan individu). Data

penelitian tentang indikator Endurance yaitu 99,1% mahasiswa

mengganggap bahwa semua masalah pasti ada solusinya dan 98,3% mahasiswa akan mencari solusi dari permasalahan. Namun hanya 5,8% mahasiswa yang tetap berusaha saat mengalami kegagalan. Pada aspek

Endurance ini didapatkan 69 mahasiswa (57,98 %) dengan skor dibawah

rata-rata ( 24,67 ).

2. Data hasil prestasi belajar

Data tentang prestasi belajar diperoleh melalui dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dari hasil penelitian ini diperoleh IPK tertinggi


(40)

commit to user

3,63dan IPK terendah adalah 2,30 dengan rata-rata IPK 3,14 dan standar

deviasi (SD) sebesar 0,272.

Distribusi frekuensi untuk variabel prestasi belajar tercantum pada grafik

48.7 51.3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

di atas Mean di bawah Mean Indeks Prestasi Kumulatif

p ros e nt a se (% ) Indek Prestasi Kumulatif

Gambar 4.6 Prestasi Belajar

Grafik diatas menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai indeks prestasi kumulatif di atas rata-rata sebanyak 48,7% (58 mahasiswa) dan yang mempunyai indeks prestasi kumulatif di bawah rata-rata sebanyak 51,3% (61 mahasiswa).

C. Hasil Analisis Data Bivariat

Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Korelasi

Adversity Quotient Prestasi

Pearson Correlation 1 .546**

Sig. (2-tailed) .000

N 119 119

Pearson Correlation .546** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 119 119

Sumber: Data Primer, 2011

Nilai korelasi dari penelitian ini positif yaitu sebesar 0,546 dengan nilai p=0,000. Berdasarkan tabel korelasi koefisien harga r, bila taraf kesalahan


(41)

commit to user

ditetapkan 5 % (taraf kepercayaan 95 %) dan N = 119, maka rtabel adalah

0,195. Jadi harga rhitung lebih besar dari harga rtabel sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima sehingga ada hubungan positif dan mempunyai tingkat hubungan

yang cukup antara adversity quotient dengan prestasi belajar.

Selanjutnya untuk menentukan koefisien determinasi yaitu koefisien penentu besar kecilnya sumbangan variable X dan Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan berikut:

Koefisien Determinasi = r2x 100%

= (0,546)2 x 100 % = 29,81 %

Artinya variabel adversity quotient memberikan konstribusi terhadap

prestasi belajar sebesar 29,81 % dari semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.


(42)

commit to user

38 BAB V PEMBAHASAN

A. Kendala dalam Penelitian

Kendala-kendala yang dialami selama penelitian diantaranya adalah pada waktu pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari waktu luang dari responden karena kesibukan dari masing-masing responden yang sedang ujian akhir semester, ujian akhir program dan menjalani praktik klinik kebidanan. Peneliti memohon bantuan kepada satu observer untuk membantu dalam pengumpulan data agar data kuesioner cepat terkumpul. Ada beberapa data kuesioner yang belum terisi lengkap oleh karena itu peneliti menyebar kuesioner lagi kepada responden lain sehingga jumlah responden tetap sama.

B. Adversity Quotient

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Adversity Quotient didapatkan 52,4% (61 mahasiswa) mempunyai tingkat adversity quotient di bawah skor rata-rata (128,29), sedangkan 47,6 % (58 mahasiswa) dengan skor adversity quotient berada di atas rata-rata.

Mahasiswa yang mempunyai adversity quotient yang rendah cenderung kurang memanfaatkan potensi yang dimiliki, sehingga kesulitan-kesulitan dapat menimbulkan kerugian yang besar termasuk mempengaruhi proses


(43)

commit to user

belajar dan prestasi belajar bisa menurun. Sedangkan mahasiswa yang memiliki adversity quotient yang tinggi mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi. Mereka akan mengerjakan tugas sebaik mungkin, termasuk mencari informasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia dalam hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stoltz bahwa individu yang memiliki adversity quotient tinggi akan berusaha aktif bertindak, tidak hanya bersikap pasif menunggu kesempatan datang.

Aspek-aspek dari adversity quotient (AQ) mencakup beberapa komponen yaitu Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance. Untuk aspek yang pertama yaitu control, jika skor pada aspek Control (kendali) semakin rendah maka semakin besar kemungkinan manusia merasa bahwa peristiwa-peristiwa yang buruk berada di luar kendalinya dan hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk mencegah atau membatasi kerugian-kerugiannya (Stoltz, 2005).

Hasil penelitian mengenai aspek control ini didapatkan 97,5 % (116

mahasiswa) menerima komentar negatif dari teman sebagai kritik yang membangun dan senang membantu teman yang menghadapi permasalahan. Sebanyak 36,1 % dari total mahasiswa cenderung menghindari hal yang berbahaya. Pada aspek Control ini sebanyak 58 mahasiswa ( 48,73%) yang skornya di bawah rata-rata ( 29,32) dan 51,37% (61 mahasiswa) mempunyai skor control diatas skor rata-rata ( 29,32). Control yang rendah memiliki


(44)

commit to user

pengaruh yang sangat merusak terhadap kemampuan untuk mengubah situasi dan orang-orang yang sangat rendah kemampuan pengendaliannya sering menjadi tak berdaya saat menghadapi kesulitan karena meningkatkan potensi yang dapat merugikan kinerja, energi, jiwa seseorang yang mempengaruhi proses belajar. Sedangkan semakin tinggi skor control maka semakin besar kemungkinan mahasiswa bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan tetap teguh dalam niat serta gigih untuk mencari suatu penyelesaian (Stoltz, 2005). Aspek yang kedua adalah origin (asal-usul) dan ownership (kepemilikan), orang yang skor origin dan ownership rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi, mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab atau asal-usul (origin) kesulitan tersebut. Semakin rendah skor origin maka semakin besar kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri sampai melampaui titik batas konstruktif (Stoltz, 2005). Sebaliknya, semakin tinggi skor origin maka semakin besar kecenderungan untuk menganggap sumber-sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari luar dan menempatkan peran diri sendiri pada tempat yang sewajarnya dan belajar dari tingkah laku sehingga bisa menjadi orang yang lebih cerdik, lebih cepat, lebih baik atau lebih efektif bila lain waktu menghadapi situasi serupa.

Untuk skor ownership, semakin tinggi skor pengakuan atau kepemilikan maka semakin besar orang tersebut mengakui akibat-akibat dari suatu perbuatan, apa pun penyebabnya. Semakin rendah AQ dan skor dalam aspek


(45)

commit to user

ini, semakin besar kemungkinan orang menganggap diri sendiri sebagai asal mula peristiwa-peristiwa buruk yang bisa berakibat parah pada tingkat stress, ego dan motivasi, orang tersebut juga menolak pengakuan dengan menghindarkan diri dari tanggung jawab untuk menangani situasinya serta menganggap peristiwa-peristiwa yang baik sebagai keberuntungan yang diakibatkan oleh kekuatan-kekuatan dari luar (Stoltz, 2005).

Hal tersebut dapat dibuktikan pada penelitian ini, yaitu 100 % dari total mahasiswa berkeyakinan bahwa jika ingin meraih keberhasilan maka harus berusaha lebih baik lagi, dan 98,3 % mahasiswa siap untuk berusaha lebih keras setelah kegagalan yang dialami serta berusaha mencari solusi. Sebanyak 74,8 % (89 mahasiswa) menganggap bahwa kegagalan yang dialami semata-mata karena kesalahan sendiri dan bukan disebabkan oleh faktor lingkungan. Hasil skor pada aspek ini yaitu 64 mahasiswa (55,02%) mempunyai skor diatas rata-rata ( 44,98) dan skor tinggi pada aspek origindanownership. AQ mengajarkan kepada orang untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mereka sebagai salah satu cara memperluas kendali, pemberdayaan dan motivasi dalam mengambil tindakan termasuk kendali, pemberdayaan serta motivasi dalam proses belajar yang bisa meningkatkan prestasi belajar (Stoltz,2005).

Aspek ketiga yaitu reach (jangkauan) yaitu sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan. Semakin tinggi skor reach, semakin besar kemungkinan orang akan membatasi jangkauan masalahnya


(46)

commit to user

pada peristiwa yang sedang dihadapi dan menjaga kesulitan supaya tetap berada di tempatnya akan membuat perasaan frustasi, kesukaran-kesukaran hidup dan tantangan hidup menjadi lebih mudah ditangani karena bisa berpikir jernih dan mengambil tindakan yang tepat. Semakin rendah skor reach, semakin besar kemungkinan orang menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana dengan membiarkan jangkauan kesulitan itu mengurangi kebahagiaan dan ketenangan pikiran sampai tidak berdaya untuk mengambil tindakan (Stoltz, 2005).

Hasil penelitian pada aspek reach didapatkan sebanyak 93,3% (111 mahasiswa) dapat memunculkan harapan baru untuk semakin bersemangat menyelesaikan kesulitan. Sebanyak 56,31 % (67 mahasiswa) yang mempunyai skor reach berada di atas rata-rata (29,03) .

Aspek yang terakhir yaitu endurance ( daya tahan). Semakin tinggi AQ

dan skor endurance maka semakin besar kemungkinan memandang

kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama dan menganggap kesulitan dan penyebab-penyebab sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu dan kecil kemungkinan terjadi lagi. Dengan optimisme, motivasi dan tindakan positif maka proses belajar akan berjalan lancar dan prestasi belajar bisa meningkat. Semakin rendah skor endurance maka semakin besar orang menunjukkan jenis respon yang memunculkan perasaan tak berdaya atau hilangnya harapan dan akan mempengaruhi proses belajar tidak berjalan lancar dan berpengaruh pada rendahnya prestasi belajar (Stoltz, 2005).


(47)

commit to user

Hasil penelitian pada aspek endurance didapatkan 99,1% (118 mahasiswa) mengganggap bahwa semua masalah pasti ada solusinya dan 98,3% mahasiswa akan mencari solusi dari permasalahan. Namun hanya 42,02% (50 mahasiswa) yang mempunyai skor endurance di atas skor rata-rata ( 24,67 ). Pada aspek endurance ini, mahasiswa perlu meningkatkan ketahanan individu yaitu dengan senang hati menyelesaikan tugas, berhenti membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia, berkeyakinan bahwa semua masalah pasti ada solusi dan berusaha mencari solusinya sehingga prestasi belajar bisa meningkat juga.

C. Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar dengan studi dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diperoleh IPK tertinggi IPK tertinggi 3,63 dan IPK terendah adalah 2,30 dengan rata-rata IPK 3,14. Mahasiswa yang mempunyai IPK dibawah rata-rata sebanyak 57 mahasiswa. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah kesehatan badan, ada minat dan perhatian yang tinggi, bahan pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, motivasi belajar yang kuat, kematangan berpikir, ada kesiapan untuk belajar, cara orang tua mendidik, hubungan baik orangtua dan anak, suasana rumah dan kos yang mendukung, keadaan ekonomi keluarga dan fasilitas belajar yang mendukung, strategi belajar yang variatif sesuai kurikulum, hubungan baik pengajar dan


(48)

commit to user

mahasiswa, hubungan antar mahasiswa serta kecerdasan yang baik ( Slameto, 2003).

Faktor kecerdasan yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain Intelligence quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), Succesfull Intelligence (SI), Multiple Intelligence (MI) dan Adversity Quotient (AQ). Berdasarkan hasil kuosioner Adversity Quotient (AQ) didapatkan 31,93 % mahasiswa mempunyai tingkat adversity quotient di bawah skor rata-rata (128,29) dan sebanyak 68,07 % mahasiswa mempunyai tingkat adversity quotient di atas skor rata-rata.

D. Hubungan antara Adversity Quotient dan Prestasi Belajar

Hasil analisis korelasi Adversity Quotient dengan prestasi belajar terdapat hubungan yang positif antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar secara signifikan (p = 0,00) dengan koefisien korelasi (r = 0,546) dan kekuatan korelasi yang cukup sehingga dapat diartikan bahwa Adversity Quotient mempunyai sumbangan efektif terhadap prestasi belajar sebesar 29,81 %. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang artinya semakin tinggi skor Adversity Quotient maka semakin meningkat pula prestasi belajarnya.

Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa hipotesis diterima yaitu ada hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan tinjauan teori bahwa kecerdasan termasuk di dalamnya adalah


(49)

commit to user

Adversity Quotient (AQ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Slameto, 2003).

Stoltz (2005) mengatakan bahwa Adversity quotient diperlukan untuk menghadapi berbagai kesulitan yang dialami individu dengan mampu berpikir kreatif sehingga bisa menemukan cara untuk mengatasi rintangan dan mampu mencapai keberhasilan. Jadi dalam setiap situasi yang sulit dan tidak mendukung, individu yang memiliki adversity quotient tinggi mampu berpikir kreatif untuk tetap fokus belajar sehingga mendukung proses belajar berjalan lancar serta prestasi belajar bisa meningkat.

Faktor keyakinan sangat mempengaruhi bagaimana respon individu terhadap kesulitan dan faktor semangat yang tangguh dan ulet akan mengoptimalkan semua potensinya dalam menghadapi kesulitan (Slotz, 2005). Semangat yang tetap tumbuh untuk sukses akan mempengaruhi tinggi rendahnya adversity quotient, individu yang memiliki adversity quotient yang tinggi senantiasa terdorong untuk mencari penyelesaian terhadap kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar maupun dalam kehidupan. Dorongan untuk mencari penyelesaian tersebut dapat menggerakkannya untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik dengan menggali segala potensi yang dimiliki tanpa batas.

Dalam penelitian ini, adversity quotient mempunyai pengaruh sebesar 29,81 % terhadap prestasi belajar sedangkan 70,19 % ditunjang oleh faktor lain. Faktor lain tersebut yaitu kondisi fisiologis yang lemah, tingkat


(50)

commit to user

kecerdasan, bakat, minat, perhatian, motivasi, emosi, kemampuan kognitif, kurikulum, program, sarana, tenaga pengajar (dosen), hubungan mahasiswa dengan dosen, masalah keluarga, dan lingkungan kost yang tidak mendukung, yang semuanya dapat mempengaruhi mahasiswa dalam belajar (Slameto, 2003).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Inda Ayu Lestari (2010) dengan judul “ Pengaruh Motivasi Belajar, Minat Belajar dan Adversity Quotient Mahasiswa Akuntansi terhadap Prestasi Akademik”. Perbedaan penelitian ini mulai dari subjek penelitiannya, variabel penelitian, analisis data dan hasil penelitian.

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan di Perguruan Tinggi Negeri yang sering praktik klinik di lahan tiap akhir semester dengan kemungkinan banyak mengalami kesulitan dan masalah di lahan, sedangkan penelitian sebelumnya pada mahasiswa akuntansi di Perguruan Tinggi Swasta yang praktik kerja lapangan di semester akhir saja. Variabel penelitian ini adalah bivariat untuk menganalisis hubungan antara Adversity Quotient dan prestasi belajar secara khusus, sedangkan variabel penelitian sebelumnya adalah multivariat untuk mengetahui pengaruh Motivasi Belajar, Minat Belajar dan Adversity Quotient terhadap Prestasi Akademik.

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment dengan hasil terdapat hubungan yang positif, signifikan dan korelasi sedang atau cukup antara variabel Advesity Quotient (AQ) terhadap


(51)

commit to user

variabel prestasi belajar dengan nilai r hitung sebesar 0,546 dan p= 0,00. Analisis data penelitian sebelumnya dengan uji regresi linear ganda menggunakan uji T dan uji F bahwa secara parsial dengan uji T menunjukkan bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik, tetapi variabel Adversity Quotient tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik. Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan uji F bahwa motivasi belajar, minat belajar dan Adversity Quotient berpengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa akuntansi di salah satu PTS di Jakarta.


(52)

commit to user

48 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai hubungan antara Advesity Quotient (AQ) dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil skoring kuosioner Advesity Quotient (AQ) menunjukkan tingkatan AQ

yang masih kurang karena hanya 53 mahasiswa (44,53%) yang mempunyai tingkat adversity quotient di atas skor rata-rata (128,29), dengan AQ tertinggi 150 dan terendah 108

2. Hasil studi dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menunjukkan prestasi belajar yang masih kurang karena hanya 62 mahasiswa (52,1 %) yang mempunyai IPK di atas rata-rata, dengan IPK tertinggi 3,63 dan terendah 2,30

3. Terdapat hubungan yang positif, signifikan dan korelasi sedang atau cukup antara variabel Advesity Quotient (AQ) terhadap variabel prestasi belajar dengan nilai r hitung sebesar 0,546 dan p= 0,000.


(53)

commit to user

B. Saran

1. Bagi mahasiswa dapat meningkatkan Adversity Quotient dengan

meningkatkan aspek ketahanan individu (endurance) dengan tetap optimis dalam menghadapi setiap masalah dan mengikuti training adversity quotient atau pelatihan lainnya sehingga bisa memperlancar proses belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Bagi orang tua bisa memberikan kontribusi dengan mendukung dan

memfasilitasi anaknya untuk mengikuti training adversity quotient sehingga adversity quotient bisa meningkat dan prestasi belajar mahasiswa meningkat juga.

3. Bagi dosen dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan Adversity

Quotient dengan mengadakan training adversity quotient yang diikuti oleh mahasiswasehingga prestasi belajar mahasiswa meningkat juga.

4. Untuk peneliti selanjutnya, agar diupayakan untuk menambah variabel penelitian, misalnya bakat, minat membaca, perhatian, motivasi belajar, emosi, kurikulum, hubungan dosen dan mahasiswa, hubungan orangtua dan mahasiswa, lingkungan keluarga dan kos agar hasil yang diperoleh lebih komprehensif.


(1)

commit to user

mahasiswa, hubungan antar mahasiswa serta kecerdasan yang baik ( Slameto,

2003).

Faktor kecerdasan yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain

Intelligence quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ),

Succesfull Intelligence (SI), Multiple Intelligence (MI)

dan

Adversity Quotient

(AQ).

Berdasarkan hasil kuosioner

Adversity Quotient (AQ)

didapatkan 31,93

% mahasiswa mempunyai tingkat

adversity quotient

di bawah skor rata-rata

(128,29) dan sebanyak 68,07 % mahasiswa mempunyai tingkat

adversity

quotient

di atas skor rata-rata.

D.

Hubungan antara

Adversity Quotient

dan Prestasi Belajar

Hasil analisis korelasi

Adversity Quotient

dengan prestasi belajar terdapat

hubungan yang positif antara

Adversity Quotient

dengan prestasi belajar

secara signifikan (p = 0,00) dengan koefisien korelasi (r = 0,546) dan

kekuatan korelasi yang cukup sehingga dapat diartikan bahwa

Adversity

Quotient

mempunyai sumbangan efektif terhadap prestasi belajar sebesar

29,81 %. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang artinya

semakin tinggi skor

Adversity Quotient

maka semakin meningkat pula prestasi

belajarnya.

Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa hipotesis diterima yaitu ada

hubungan antara

Adversity Quotient

dengan prestasi belajar. Hal ini sesuai

dengan tinjauan teori bahwa kecerdasan termasuk di dalamnya adalah


(2)

commit to user

Adversity Quotient (AQ)

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar (Slameto, 2003).

Stoltz (2005) mengatakan bahwa

Adversity quotient

diperlukan untuk

menghadapi berbagai kesulitan yang dialami individu dengan mampu berpikir

kreatif sehingga bisa menemukan cara untuk mengatasi rintangan dan mampu

mencapai keberhasilan. Jadi dalam setiap situasi yang sulit dan tidak

mendukung, individu yang memiliki

adversity quotient

tinggi mampu berpikir

kreatif untuk tetap fokus belajar sehingga mendukung proses belajar berjalan

lancar serta prestasi belajar bisa meningkat.

Faktor keyakinan sangat mempengaruhi bagaimana respon individu

terhadap kesulitan dan faktor semangat yang tangguh dan ulet akan

mengoptimalkan semua potensinya dalam menghadapi kesulitan (Slotz,

2005). Semangat yang tetap tumbuh untuk sukses akan mempengaruhi tinggi

rendahnya

adversity quotient

, individu yang memiliki

adversity quotient

yang

tinggi senantiasa terdorong untuk mencari penyelesaian terhadap kesulitan

yang dihadapi dalam proses belajar maupun dalam kehidupan. Dorongan

untuk mencari penyelesaian tersebut dapat menggerakkannya untuk mencapai

prestasi belajar yang lebih baik dengan menggali segala potensi yang dimiliki

tanpa batas.

Dalam penelitian ini,

adversity quotient

mempunyai pengaruh sebesar

29,81 % terhadap prestasi belajar sedangkan 70,19 % ditunjang oleh faktor

lain. Faktor lain tersebut yaitu kondisi fisiologis yang lemah, tingkat


(3)

commit to user

kecerdasan, bakat, minat, perhatian, motivasi, emosi, kemampuan kognitif,

kurikulum, program, sarana, tenaga pengajar (dosen), hubungan mahasiswa

dengan dosen, masalah keluarga, dan lingkungan kost yang tidak mendukung,

yang semuanya dapat mempengaruhi mahasiswa dalam belajar (Slameto,

2003).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Inda Ayu Lestari (2010) dengan judul “ Pengaruh Motivasi Belajar, Minat

Belajar dan

Adversity Quotient

Mahasiswa Akuntansi terhadap Prestasi

Akademik”. Perbedaan penelitian ini mulai dari subjek penelitiannya, variabel

penelitian, analisis data dan hasil penelitian.

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan di Perguruan Tinggi

Negeri yang sering praktik klinik di lahan tiap akhir semester dengan

kemungkinan banyak mengalami kesulitan dan masalah di lahan, sedangkan

penelitian sebelumnya pada mahasiswa akuntansi di Perguruan Tinggi Swasta

yang praktik kerja lapangan di semester akhir saja. Variabel penelitian ini

adalah bivariat untuk menganalisis hubungan antara

Adversity Quotient

dan

prestasi belajar secara khusus, sedangkan variabel penelitian sebelumnya

adalah multivariat untuk mengetahui pengaruh Motivasi Belajar, Minat

Belajar dan

Adversity Quotient

terhadap Prestasi Akademik.

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis korelasi

Pearson

Product Moment

dengan hasil terdapat hubungan yang positif, signifikan dan

korelasi sedang atau cukup antara variabel

Advesity Quotient (AQ)

terhadap


(4)

commit to user

variabel prestasi belajar dengan nilai r

hitung

sebesar 0,546 dan

p

= 0,00.

Analisis data penelitian sebelumnya dengan uji regresi linear ganda

menggunakan uji T dan uji F bahwa secara parsial dengan uji T menunjukkan

bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh signifikan

terhadap pencapaian prestasi akademik, tetapi variabel

Adversity Quotient

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik.

Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan uji F bahwa motivasi

belajar, minat belajar dan

Adversity Quotient

berpengaruh signifikan terhadap

pencapaian prestasi akademik mahasiswa akuntansi di salah satu PTS di

Jakarta.


(5)

commit to user

48

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai hubungan antara

Advesity

Quotient (AQ)

dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Kebidanan

Universitas Sebelas Maret Surakarta diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1.

Hasil skoring kuosioner

Advesity Quotient (AQ)

menunjukkan tingkatan AQ

yang masih kurang karena hanya 53 mahasiswa (44,53%) yang mempunyai

tingkat

adversity quotient

di atas skor rata-rata (128,29), dengan

AQ

tertinggi

150 dan terendah 108

2.

Hasil studi dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menunjukkan

prestasi belajar yang masih kurang karena hanya 62 mahasiswa (52,1 %)

yang mempunyai IPK di atas rata-rata, dengan IPK tertinggi 3,63 dan

terendah 2,30

3.

Terdapat hubungan yang positif, signifikan dan korelasi sedang atau cukup

antara variabel

Advesity Quotient (AQ)

terhadap variabel prestasi belajar

dengan nilai r

hitung

sebesar 0,546 dan

p

= 0,000.


(6)

commit to user

B.

Saran

1.

Bagi mahasiswa dapat meningkatkan

Adversity Quotient

dengan

meningkatkan aspek ketahanan individu

(endurance)

dengan tetap optimis

dalam menghadapi setiap masalah dan mengikuti

training adversity quotient

atau pelatihan lainnya sehingga bisa memperlancar proses belajar dan dapat

meningkatkan prestasi belajar.

2.

Bagi orang tua bisa memberikan kontribusi dengan mendukung dan

memfasilitasi anaknya untuk mengikuti

training adversity quotient

sehingga

adversity quotient

bisa meningkat dan prestasi belajar mahasiswa meningkat

juga.

3.

Bagi dosen dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan

Adversity

Quotient

dengan mengadakan

training adversity quotient

yang diikuti oleh

mahasiswa

sehingga prestasi belajar mahasiswa meningkat juga.

4.

Untuk peneliti selanjutnya, agar diupayakan untuk menambah variabel

penelitian, misalnya bakat, minat membaca, perhatian, motivasi belajar,

emosi, kurikulum, hubungan dosen dan mahasiswa, hubungan orangtua dan

mahasiswa, lingkungan keluarga dan kos agar hasil yang diperoleh lebih

komprehensif.


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Adversity Quotient (AQ) Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

3 66 97

Analisis Hubungan Adversity Quotient Dengan Intensi Berwirausaha (Studi Pada Mahasiswa Universitas Andalas).

0 0 6

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENGIKUTI PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA.

0 4 18

Hubungan Antara Adversity Quotient dan Kematangan Emosi dengan Toleransi terhadap Stres pada Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sebelas Maret.

0 1 19

Hubungan antara Adversity Quotient dan Kompetensi Sosial dengan Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Manajemen di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN II MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN YAPPI SRAGEN.

0 1 12

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI INSTITUSI PENDIDIKAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH FISIOLOGI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

0 0 13

Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester IV Program Study D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret

0 0 8

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG AKTIF ORGANISASI DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 0 19