Hasil Analisis Data Bivariat Kendala dalam Penelitian Adversity Quotient

commit to user 36 3,63 dan IPK terendah adalah 2,30 dengan rata-rata IPK 3,14 dan standar deviasi SD sebesar 0,272. Distribusi frekuensi untuk variabel prestasi belajar tercantum pada grafik

48.7 51.3

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 di atas Mean di bawah Mean Indeks Prestasi Kumulatif p ros e nt a se Indek Prestasi Kumulatif Gambar 4.6 Prestasi Belajar Grafik diatas menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai indeks prestasi kumulatif di atas rata-rata sebanyak 48,7 58 mahasiswa dan yang mempunyai indeks prestasi kumulatif di bawah rata-rata sebanyak 51,3 61 mahasiswa.

C. Hasil Analisis Data Bivariat

Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Korelasi Adversity Quotient Prestasi Pearson Correlation 1 .546 Sig. 2-tailed .000 N 119 119 Pearson Correlation .546 1 Sig. 2-tailed .000 N 119 119 Sumber: Data Primer, 2011 Nilai korelasi dari penelitian ini positif yaitu sebesar 0,546 dengan nilai p=0,000. Berdasarkan tabel korelasi koefisien harga r, bila taraf kesalahan commit to user 37 ditetapkan 5 taraf kepercayaan 95 dan N = 119, maka r tabel adalah 0,195. Jadi harga r hitung lebih besar dari harga r tabel sehingga H o ditolak dan H a diterima sehingga ada hubungan positif dan mempunyai tingkat hubungan yang cukup antara adversity quotient dengan prestasi belajar. Selanjutnya untuk menentukan koefisien determinasi yaitu koefisien penentu besar kecilnya sumbangan variable X dan Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan berikut: Koefisien Determinasi = r 2 x 100 = 0,546 2 x 100 = 29,81 Artinya variabel adversity quotient memberikan konstribusi terhadap prestasi belajar sebesar 29,81 dari semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. commit to user 38

BAB V PEMBAHASAN

A. Kendala dalam Penelitian

Kendala-kendala yang dialami selama penelitian diantaranya adalah pada waktu pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari waktu luang dari responden karena kesibukan dari masing-masing responden yang sedang ujian akhir semester, ujian akhir program dan menjalani praktik klinik kebidanan. Peneliti memohon bantuan kepada satu observer untuk membantu dalam pengumpulan data agar data kuesioner cepat terkumpul. Ada beberapa data kuesioner yang belum terisi lengkap oleh karena itu peneliti menyebar kuesioner lagi kepada responden lain sehingga jumlah responden tetap sama.

B. Adversity Quotient

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Adversity Quotient didapatkan 52,4 61 mahasiswa mempunyai tingkat adversity quotient di bawah skor rata-rata 128,29, sedangkan 47,6 58 mahasiswa dengan skor adversity quotient berada di atas rata-rata. Mahasiswa yang mempunyai adversity quotient yang rendah cenderung kurang memanfaatkan potensi yang dimiliki, sehingga kesulitan-kesulitan dapat menimbulkan kerugian yang besar termasuk mempengaruhi proses commit to user 39 belajar dan prestasi belajar bisa menurun. Sedangkan mahasiswa yang memiliki adversity quotient yang tinggi mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi. Mereka akan mengerjakan tugas sebaik mungkin, termasuk mencari informasi serta memanfaatkan peluang- peluang yang tersedia dalam hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stoltz bahwa individu yang memiliki adversity quotient tinggi akan berusaha aktif bertindak, tidak hanya bersikap pasif menunggu kesempatan datang. Aspek-aspek dari adversity quotient AQ mencakup beberapa komponen yaitu Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance. Untuk aspek yang pertama yaitu control, jika skor pada aspek Control kendali semakin rendah maka semakin besar kemungkinan manusia merasa bahwa peristiwa-peristiwa yang buruk berada di luar kendalinya dan hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk mencegah atau membatasi kerugian-kerugiannya Stoltz, 2005. Hasil penelitian mengenai aspek control ini didapatkan 97,5 116 mahasiswa menerima komentar negatif dari teman sebagai kritik yang membangun dan senang membantu teman yang menghadapi permasalahan. Sebanyak 36,1 dari total mahasiswa cenderung menghindari hal yang berbahaya. Pada aspek Control ini sebanyak 58 mahasiswa 48,73 yang skornya di bawah rata-rata 29,32 dan 51,37 61 mahasiswa mempunyai skor control diatas skor rata-rata 29,32. Control yang rendah memiliki commit to user 40 pengaruh yang sangat merusak terhadap kemampuan untuk mengubah situasi dan orang-orang yang sangat rendah kemampuan pengendaliannya sering menjadi tak berdaya saat menghadapi kesulitan karena meningkatkan potensi yang dapat merugikan kinerja, energi, jiwa seseorang yang mempengaruhi proses belajar. Sedangkan semakin tinggi skor control maka semakin besar kemungkinan mahasiswa bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan tetap teguh dalam niat serta gigih untuk mencari suatu penyelesaian Stoltz, 2005. Aspek yang kedua adalah origin asal-usul dan ownership kepemilikan, orang yang skor origin dan ownership rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi, mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab atau asal-usul origin kesulitan tersebut. Semakin rendah skor origin maka semakin besar kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri sampai melampaui titik batas konstruktif Stoltz, 2005. Sebaliknya, semakin tinggi skor origin maka semakin besar kecenderungan untuk menganggap sumber-sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari luar dan menempatkan peran diri sendiri pada tempat yang sewajarnya dan belajar dari tingkah laku sehingga bisa menjadi orang yang lebih cerdik, lebih cepat, lebih baik atau lebih efektif bila lain waktu menghadapi situasi serupa. Untuk skor ownership, semakin tinggi skor pengakuan atau kepemilikan maka semakin besar orang tersebut mengakui akibat-akibat dari suatu perbuatan, apa pun penyebabnya. Semakin rendah AQ dan skor dalam aspek commit to user 41 ini, semakin besar kemungkinan orang menganggap diri sendiri sebagai asal mula peristiwa-peristiwa buruk yang bisa berakibat parah pada tingkat stress, ego dan motivasi, orang tersebut juga menolak pengakuan dengan menghindarkan diri dari tanggung jawab untuk menangani situasinya serta menganggap peristiwa-peristiwa yang baik sebagai keberuntungan yang diakibatkan oleh kekuatan-kekuatan dari luar Stoltz, 2005. Hal tersebut dapat dibuktikan pada penelitian ini, yaitu 100 dari total mahasiswa berkeyakinan bahwa jika ingin meraih keberhasilan maka harus berusaha lebih baik lagi, dan 98,3 mahasiswa siap untuk berusaha lebih keras setelah kegagalan yang dialami serta berusaha mencari solusi. Sebanyak 74,8 89 mahasiswa menganggap bahwa kegagalan yang dialami semata- mata karena kesalahan sendiri dan bukan disebabkan oleh faktor lingkungan. Hasil skor pada aspek ini yaitu 64 mahasiswa 55,02 mempunyai skor diatas rata-rata 44,98 dan skor tinggi pada aspek origin dan ownership. AQ mengajarkan kepada orang untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mereka sebagai salah satu cara memperluas kendali, pemberdayaan dan motivasi dalam mengambil tindakan termasuk kendali, pemberdayaan serta motivasi dalam proses belajar yang bisa meningkatkan prestasi belajar Stoltz,2005. Aspek ketiga yaitu reach jangkauan yaitu sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan. Semakin tinggi skor reach, semakin besar kemungkinan orang akan membatasi jangkauan masalahnya commit to user 42 pada peristiwa yang sedang dihadapi dan menjaga kesulitan supaya tetap berada di tempatnya akan membuat perasaan frustasi, kesukaran-kesukaran hidup dan tantangan hidup menjadi lebih mudah ditangani karena bisa berpikir jernih dan mengambil tindakan yang tepat. Semakin rendah skor reach, semakin besar kemungkinan orang menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana dengan membiarkan jangkauan kesulitan itu mengurangi kebahagiaan dan ketenangan pikiran sampai tidak berdaya untuk mengambil tindakan Stoltz, 2005. Hasil penelitian pada aspek reach didapatkan sebanyak 93,3 111 mahasiswa dapat memunculkan harapan baru untuk semakin bersemangat menyelesaikan kesulitan. Sebanyak 56,31 67 mahasiswa yang mempunyai skor reach berada di atas rata-rata 29,03 . Aspek yang terakhir yaitu endurance daya tahan. Semakin tinggi AQ dan skor endurance maka semakin besar kemungkinan memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama dan menganggap kesulitan dan penyebab-penyebab sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu dan kecil kemungkinan terjadi lagi. Dengan optimisme, motivasi dan tindakan positif maka proses belajar akan berjalan lancar dan prestasi belajar bisa meningkat. Semakin rendah skor endurance maka semakin besar orang menunjukkan jenis respon yang memunculkan perasaan tak berdaya atau hilangnya harapan dan akan mempengaruhi proses belajar tidak berjalan lancar dan berpengaruh pada rendahnya prestasi belajar Stoltz, 2005. commit to user 43 Hasil penelitian pada aspek endurance didapatkan 99,1 118 mahasiswa mengganggap bahwa semua masalah pasti ada solusinya dan 98,3 mahasiswa akan mencari solusi dari permasalahan. Namun hanya 42,02 50 mahasiswa yang mempunyai skor endurance di atas skor rata-rata 24,67 . Pada aspek endurance ini, mahasiswa perlu meningkatkan ketahanan individu yaitu dengan senang hati menyelesaikan tugas, berhenti membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia, berkeyakinan bahwa semua masalah pasti ada solusi dan berusaha mencari solusinya sehingga prestasi belajar bisa meningkat juga.

C. Prestasi Belajar

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Adversity Quotient (AQ) Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

3 66 97

Analisis Hubungan Adversity Quotient Dengan Intensi Berwirausaha (Studi Pada Mahasiswa Universitas Andalas).

0 0 6

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENGIKUTI PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA.

0 4 18

Hubungan Antara Adversity Quotient dan Kematangan Emosi dengan Toleransi terhadap Stres pada Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sebelas Maret.

0 1 19

Hubungan antara Adversity Quotient dan Kompetensi Sosial dengan Intensi Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Manajemen di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN II MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN YAPPI SRAGEN.

0 1 12

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DI INSTITUSI PENDIDIKAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH FISIOLOGI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

0 0 13

Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester IV Program Study D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret

0 0 8

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG AKTIF ORGANISASI DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 0 19