commit to user 3
Lestari 2010 menunjukkan bahwa secara parsial dengan menggunakan uji T, bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh secara signifikan
terhadap pencapaian prestasi akademik. Namun pada variabel Adversity Quotient tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik
mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta PTS di Jakarta. Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan
uji F, bahwa variabel motivasi belajar, minat belajar dan adversity quotient berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa
S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu PTS di Jakarta. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Hubungan Adversity Quotient AQ dengan prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret “.
B. Rumusan Masalah
“Adakah hubungan Adversity Quotient AQ dengan prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Adversity
Quotient AQ dengan prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret.
commit to user 4
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat Adversity Quotient AQ pada mahasiswa
kebidanan Universitas Sebelas Maret. b.Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas
Sebelas Maret. c. Untuk menganalisis hubungan antara Adversity Quotient AQ dengan
prestasi belajar
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
yang berarti mengenai hubungan adversity quotient dengan prestasi belajar mahasiswa sehingga dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu pendidikan. 2. Manfaat Aplikatif
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai pentingnya peranan adversity quotient dalam menghadapi
berbagai problem dan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan dan prestasi unggul.
b.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait seperti orang tua, pendidik, psikolog dan masyarakat mengenai
hubungan adversity quotient dengan prestasi belajar sehingga bisa
commit to user 5
membantu meningkatkan AQ disertai dengan peningkatan prestasi belajar pula.
c. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain agar dapat menambah informasi yang ada dalam penelitian ini.
commit to user 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Adversity Quotient a. Pengertian Adversity Quotient AQ
Menurut Chaplin 2006, intelligence atau quotient berarti cerdas, pandai. Binet dan Simon dalam Napitupulu dkk, 2007 merangkum
pengertian intelligence atau quotient dalam tiga komponen, yaitu kemampuan seseorang dalam mengarahkan pikiran atau tindakannya,
kemampuan seseorang untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah terlanjur dilakukan dan kemampuan seseorang untuk
mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticism. Menurut kamus Inggris-Indonesia Echols dan Shadily, 2007, adversity berarti
kesengsaraan, kemalangan. Paul Stoltz mendefinisikan Adversity Quotient sebagai kemampuan
orang tersebut untuk berurusan dengan kemalangan hidupnya. Dengan demikian, AQ adalah ilmu tentang ketahanan manusia. Menurut Stoltz
2005, kecerdasan adversity mempunyai tiga bentuk. Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru
memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. AQ berlandaskan pada riset yang berbobot dan penting, yang menawarkan
suatu gabungan yang praktis dan baru, yang merumuskan kembali apa
commit to user 7
yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan. Selama ini pola-
pola bawah sadar ini sebetulnya sudah dimiliki. Saat ini untuk pertama kalinya pola-pola tersebut diukur, dipahami, dan diubah. Ketiga, AQ
adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan, yang akan berakibat
memperbaiki efektivitas pribadi dan profesional seseorang secara keseluruhan.
Dari uraian pendapat Stoltz di atas maka dapat disimpulkan bahwa adversity quotient AQ adalah kemampuan dan ketahanan seseorang
dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, hambatan, sekaligus mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang
untuk meraih tujuan atau kesuksesan Stoltz, 2005 b. Aspek-aspek Adversity Quotient AQ
Stoltz 2005 menyatakan bahwa aspek-aspek dari adversity quotient AQ mencakup beberapa komponen yang kemudian disingkat menjadi
CO2RE, antara lain: 1 Control kendali
Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan
kesulitan di masa mendatang. Kendali diri ini akan berdampak pada tindakan selanjutnya atau respon yang dilakukan individu
bersangkutan, tentang harapan dan idealitas individu untuk tetap
commit to user 8
berusaha keras mewujudkan keinginannya walau sesulit apapun keadaannya sekarang.
2 Origin asal-usul dan ownership kepemilikan Origin mengungkap sejauh mana seseorang mempermasalahkan
dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau sejauh mana seseorang mempermasalahkan orang lain
atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan seseorang. Rasa bersalah yang tepat akan menggugah seseorang
untuk bertindak sedangkan rasa bersalah yang terlampau besar akan menciptakan kelumpuhan. Poin ini merupakan pembukaan dari poin
ownership. Ownership mengungkap sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang untuk
bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan tersebut. 3 Reach jangkauan
Sejauh mana kesulitan ini akan merambah kehidupan seseorang menunjukkan bagaimana suatu masalah mengganggu aktivitas
lainnya, sekalipun tidak berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi. Adversity quotient yang rendah pada individu akan
membuat kesulitan merembes ke segi-segi lain dari kehidupan seseorang.
4 Endurance daya tahan Endurance adalah aspek ketahanan individu. Sejauh mana
kecepatan dan ketepatan seseorang dalam memecahkan masalah.
commit to user 9
Sehingga pada aspek ini dapat dilihat berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan
berlangsung. Hal ini berkaitan dengan pandangan individu terhadap kepermanenan dan ketemporeran kesulitan yang berlangsung. Efek
dari aspek ini adalah pada harapan tentang baik atau buruknya keadaan masa depan. Makin tinggi daya tahan seseorang, makin
mampu menghadapi berbagai kesukaran yang dihadapinya. c. Tingkatan Adversity Quotient AQ
Stoltz 2005 meminjam istilah para pendaki gunung untuk memberikan gambaran mengenai tingkatan adversity quotient AQ.
Stoltz 2005 membagi para pendaki menjadi 3 bagian, yaitu : 1 Quitters mereka yang berhenti.
Tidak diragukan lagi ada banyak orang yang memilih untuk keluar menghindari kewajiban, mundur dari usahanya. Mereka ini
disebut dengan quitters atau orang-orang yang berhenti melanjutkan usahanya.
2 Campers mereka yang berkemah. Kelompok individu yang kedua adalah campers atau orang-
orang yang mudah puas dengan hasil yang diperolehnya. Mereka tidak ingin melanjutkan usahanya untuk mendapatkan lebih dari
untuk didapatkan sekarang. Disini mereka mengakhiri usahanya karena sudah merasa puas dengan hasil yang didapat.
commit to user 10
3 Climbers para pendaki Climbers adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-
kemungkinan dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental atau hambatan lainnya untuk
menghalangi usahanya. Adapun para climber, yakni mereka yang dengan segala usaha keberaniannya menghadapi resiko untuk
menuntaskan pekerjaannya. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi.
d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi AQ Menurut Stolz 2005, ada 3 faktor yang mempengaruhi adversity
quotient, yaitu genetik, pendidikan dan keyakinan. Genetik yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap
karakter individu tersebut. Pengaruh yang ada terkadang lebih dari yang dipikirkan. Adversity quotient termasuk salah satu karakteristik yang
diturunkan dari genetik. Pendidikan yang diterapkan oleh keluarga atau orang tua juga sangat
mempengaruhi kegigihan seseorang dalam menghadapi tantangan. Jika individu terus menerus dididik untuk tidak cepat menyerah saat
menghadapi masalah, maka ia akan mempunyai adversity quotient yang tinggi. Sedangkan individu yang dibiarkan menyerah saat menghadapi
masalah akan mempunyai adversity quotient yang rendah. Keyakinan seseorang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
AQ, bila seseorang individu yakin bahwa dirinya dapat menyelesaikan
commit to user 11
masalah yang dihadapi, maka ia akan semakin gigih dalam menghadapi masalah tersebut.
e. Teknik-teknik untuk Meningkatkan Adversity Quotient AQ Stoltz 2005 menyatakan bahwa adversity quotient dapat
ditingkatkan atau diperbaiki dangan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1
Listen atau mendengarkan respon-respon terhadap kesulitan yaitu apakah respon AQ yang tinggi atau rendah? Dan pada dimensi-
dimensi apa respon itu paling tinggi atau paling rendah? 2
Explore atau jajaki asal usul dan pengakuan atas akibatnya Origin: Apakah kemungkinan asal usul kesulitan ini?
Mengingat asal usulnya, seberapa banyaknya yang merupakan kesalahan sendiri? Secara khusus, apakah Anda
dapat mengerjakannya dengan lebih baik lagi? Ownership: Aspek-aspek apa sajakah dari akibat-akibatnya yang
harus saya akui? Apa yang tidak harus saya akui? 3
Analysis bukti-buktinya yaitu Apakah buktinya bahwa saya tidak memiliki kendali? Apakah buktinya bahwa kesulitan harus
menjangkau wilayah-wilayah lain kehidupan individu? Apakah buktinya bahwa kesulitan harus berlangsung lebih
lama daripada semestinya? 4
Do atau lakukan sesuatu yaitu tambahan informasi apakah yang saya perlukan? Apa yang bisa saya lakukan untuk
mendapatkan sedikit kendali atas situasi ini? Apa yang bisa
commit to user 12
saya lakukan untuk membatasi jangkauan kesulitan ini? Apa yang bisa saya lakukan untuk membatasi berapa lama
berlangsungnya kesulitan ini dalam keadaan yang sekarang?
Keempat teknik ini disingkat dengan kata LEAD. Teknik kognitif dan perilaku seperti LEAD ini, efektif karena dapat mengubah sistem
di otak. Pokok pikiran akan mengubah fisiologi otak, agar membiasakan otak
untuk menghadapi dan mengatasi setiap kesulitan, dengan mempertanyakan respon-respon distruktif terhadap peristiwa-peristiwa
dalam kehidupan. Rangkaian LEAD didasarkan pada pengertian bahwa individu dapat mengubah keberhasilan dengan mengubah
kebiasaan-kebiasaan berfikir. Hasilnya adalah keuletan emosional dan berjiwa besar sebagai respon terhadap tekanan hidup sehari-hari
Stoltz, 2005. Teknik lain untuk meningkatkan adversity quotient yaitu teknik
mencegah pembuatan bencana menurut Stoltz 2005: 1 Perintang
a Menggebrakkan telapak tangan ke permukaan benda yang keras sambil berteriak “STOP”
b Memusatkan perhatian pada kegiatan yang tidak ada hubungannya
dengan masalah
yang dihadapi
atau memperhatikan benda secara detail
commit to user 13
c Menaruh sebuah karet gelang di pergelangan tangan dan menjepretkan karet itu ke pergelangan tangan
d Mengubah kondisi dengan berolahraga 2 Pembingkai Ulang
a Memusatkan perhatian pada tujuan semula. “Mengapa saya melakukan ini?”
b Mengecilkan diri dengan menyadari betapa kecilnya masalah- masalah yang dihadapi dalam semesta alam yang sangat luas
ini. c Membantu orang lain yang memiliki masalah lebih besar
daripada masalah sendiri Teknik ini disebut dengan teknik Stoppers, yang efektif untuk
menghilangkan jalur-jalur
syaraf yang
destruktif, dengan
mengeluarkan diri dari keterpurukan untuk individu menghadapi kesulitan dan meningkatkan semangat.
Jadi, teknik-teknik untuk meningkatkan AQ dalam menghadapi kesulitan, yaitu: teknik LEAD Listen, Explore, Analysis, Do dan
teknik Stoppers dengan memusatkan perhatian pada tujuan dan
kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi. 2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta didik setelah
melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar merupakan salah satu
commit to user 14
indikator daya serap dan kecerdasan mahasiswa yang bisa digunakan untuk menyusun dan menetapkan keputusan langkah kebijakan baik
yang menyangkut mahasiswa, pendidik maupun institusi yang mengelola program pendidikan Syah, 2008.
Winkel 2005 mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. b. Penilaian Prestasi Belajar
Penilaian prestasi belajar berdasarkan tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor Winkel, 2005.
Tabel 2.1 Perbandingan nilai angka dan huruf Rentang
Skor skala100
Nilai dalam skala 5 Lambang
huruf Bobot nilai mata
kuliah Arti
lambang
80-100 A
4 Sangat baik
70-79 B
3 Baik
60-69 C
2 Cukup
40-59 D
1 Kurang
0-39 E
Gagal Sumber: Peraturan Rektor UNS. No 553H27PP2009
c.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Slameto 2003 faktor-faktor yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar adalah faktor dalam dan faktor luar, sebagai berikut: 1 Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, sebagai berikut :
commit to user 15
a Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan berpengaruh terhadap hasil
belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga akan mempengaruhi hasil belajarnya.
b Kondisi Psikologis Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja
berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis, antara lain yaitu kecerdasan, bakat, minat dan
perhatian, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif, sebagai berikut :
1 Kecerdasan Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang
siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain sesuai
macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya.
2 Bakat Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang
dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua.
commit to user 16
3 Minat dan perhatian Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap
sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian
yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.
4 Motivasi Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar. Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan
memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.
5 Emosi Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar
seorang siswa akan terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang emosional dalam
belajar, akan mudah putus asa 6 Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif yaitu kemampuan berfikir, menalar yang dimiliki siswa yang berkaitan erat dengan ingatan
dan berfikir seorang siswa.
commit to user 17
2 Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi faktor
lingkungan dan faktor instrumental, sebagai berikut :
a
Faktor Lingkungan 1 Lingkungan alami yaitu kondisis alami yang dapat
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, termasuk dalam lingkungan alami yaitu suhu, cuaca, pada waktu itu
dan kejadian-kejadian yang berlangsung. 2 Lingkungan sosial, dapat berupa manusia, wujud lain yang
berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar Misalnya hubungan murid dengan guru, orang tua dengan
anak, dan lingkungan masyarakat di luar sosial yang baik, mesra dapat membantu terciptanya prestasi belajar siswa.
b
Faktor Instrumental Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan
penggunaanya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan meliputi kurikulum, program, sarana, guru atau
tenaga pengajar, sebagai berikut : 1 Kurikulum
Kurikulum yang
baik, jelas
dan mantap
akan memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.
commit to user 18
2 Program Program pendidikan pengajaran di sekolah yang telah
dirinci dalam suatu kegiatan yang telah jelas, akan mempermudah membuat rencanaprogram dan program
yang jelas tujuannya akan membantu siswa dalam belajar. 3 Sarana
Sarana atau tempat belajar siswa, termasuk di dalamnya penerangan,
gedung, ventilasi,
yang baik
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Di samping itu alat-alat
pelajaran, perpustakaan yang lengkap juga merupakan faktor pendukung akan keberhasilan belajar seorang siswa.
4 Guru atau Tenaga Pengajar Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor
penting terhadap keberhasilan seorang siswa dalam belajar Slameto, 2003.
3. Hubungan Adversity Quotient dengan Prestasi Belajar Adversity Quotient adalah kemampuan seseorang dalam berjuang
menghadapi dan mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan yang dimilikinya serta akan mengubahnya menjadi peluang keberhasilan
dan kesuksesan Stoltz, 2005. Winkel 2005 mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
commit to user 19
Stoltz berpendapat bahwa siswa yang memiliki adversity quotient yang tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk
meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi. Mereka akan mengerjakan tugas
sebaik mungkin, termasuk mencari informasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia dalam hidupnya. Kesimpulannya
individu tersebut akan berusaha aktif bertindak, tidak hanya bersikap pasif menunggu kesempatan datang. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fahmi dan Rachmahana yang menemukan bahwa orang-orang memiliki adversity quotient tinggi merupakan
orang-orang yang memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi dan tujuan yang diinginkan.
B. Kerangka Konsep