Efektifitas pendidikan agama Islam di SMP fatahillah Grogol jakarta barat dalam meningkatkan didiplin beribadah

(1)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMP FATAHILLAH GROGOL JAKARTA BARAT

DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH

(Studi Kasus di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Moehammad Arief Wicaksono NIM. 106011000115

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA

NIP. 19580918 198701 2 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2011 M


(2)

ABSTRAK Moehammad Arief Wicaksono

106011000115

Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah.

Skripsi ini merupakan studi kasus di SMP Fatahillah Grogol Jakarta-Barat. Penulisan ini diangkat karena masih banyak peserta didik yang kurang memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima waktu secara tertib dan benar, kurangnya kesadaran peserta didik dalam memahami dan disiplin melaksanakan ibadah shalat lima waktu yang merupakan kewajiban agama yang tidak boleh ditinggalkan.

Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kedisiplinan peserta didik dalam beribadah khususnya shalat lima waktu dan mengetahui efektifitas Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut dalam meningkatkan disiplin ibadah peserta didik.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat berlangsung efektif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator di bawah:

1. Guru memberikan pemahaman tentang kewajiban, tata cara dan pelaksanaan pelaksanaan ibadah shalat kepada peserta didik dengan strategi, metode serta pendekatan yang tepat.

2. Guru menyelenggarakan praktek, pemantauan dan pengontrolan ibadah shalat peserta didik, baik di sekolah mau pun di rumah.

3. Guru menyelenggarakan kegiatan penanaman kedisiplinan kepada peserta didik terutama pada aspek ibadah khususnya ibadah shalat.

4. Peserta didik melaksanakan ibadah shalat dengan disiplin dan tertib. 5. Peserta didik merasa takut bahkan rugi bila tidak melakukan ibadah shalat


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobil’alamiin. Segala Puji hanya milik Allah dan atas

limpahan Rahmat dan Karunia serta Hidayah Allah swt, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ”Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP

Fatahillah Grogol Jakarta Barat Dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah”, disusun sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Selama dalam penyusunan, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan serta bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Dan juga tak sedikit hambatan yang penulis hadapi saat menyelesaikan skripsi ini. Karena bantuan dari orang-orang terdekatlah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, khususnya penulis megucapkan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan untuk penulis. Kepada Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA. penulis mengucapkan rasa syukur dan rasa terima kasih yang mendalam atas semua bimbingan dan arahannya.

Selanjutnya tak lupa, penulis haturkan syukur Alhamdulillah dan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kepada Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

3. Kepada segenap dosen pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kuliah dan membekali penulis dengan pengetahuan yang bermanfaat.

4. Kepada Bapak Yudi Munadi M.Ag, Bapak Bahrissalim M.Ag dan Bapak Abdul Haris M.Ag yang selalu memberi doa dan support kepada penulis agar selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada Bapak Faza, staff Jurusan Pendidikan Agama Islam yang selalu membantu penulis dalam memberikan seluruh data nilai akademik penulis sehingga penulis melengkapi seluruh persyaratan mengikuti sidang skripsi. 6. Kepada seluruh pegawai dan staff perpustakaan tarbiyah dan perpustakaan

utama, yang telah memfasilitasi penulis terutama dalam peminjaman buku sehingga mempermudah penulis dalam penyelesaian skripsi.

7. Kepada segenap keluarga-Ku ibu, ayah, Ahmad prio Budiyono, Nur, paman, mbak wong, mbak ammah, teh bunga, Arief bukan siapa-siapa tanpa ikatan tali silaturrahmi dari keluarga, semangat, motivasi, dan keharmonisan dalam keluarga adalah sebuah modal besar untuk Arief menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih-Ku ucapkan untuk semua, semoga karya ini dapat bermanfaat. 8. Kepada seluruh sahabat-sahabat kelas C jurusan PAI angkatan 2006, terutama

saudari Lesti from Ciamis, Habibi from Tanjung Priok, Jojo, Jihad from Cengkareng, Fazrin Usman From Medan, Ina from Medan, Ali Abar From Senen, Jurahman from Cilandak, Juned from Cibinong, Fera from Lampung,


(5)

Duo Ida from Jakarta dan Majalengka, Toto from Pemalang PAI kelas E dan sahabat-sahabat lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

9. Kepada sahabat-sahabat alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Yang selalu memberikan dukungan moral dan motivasi kepada penulis.

10.Kepada rekan-rekan guru Embun Pagi Islamic School yang selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan setimpal oleh Allah Swt. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan nama dan gelar. Semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi civitas akademis dunia pendidikan dan umumnya bagi masyarakat yang cinta akan ilmu. Amin.


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang RI no.23 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 bab II tentang fungsi Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Pendidikan Agama Islam merupakan satu diantara sarana pembudayaan (enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu sarana, pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada titik optimal kemampuan untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.2 Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT salah satu tujuannya untuk memperbaiki keadaan umat dengan ajaran agama

1

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2007, h. 8

2

Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung ; Pustaka Setia, 1999) cet ke-2.h.14


(7)

Islam. Rasulullah SAW sebagai pelaksana pendidikan Islam secara umum menuntun umat dari kegelapan menuju jalan yang terang.

Pendidikan Agama Islam berfungsi mengarahkan perkembangan hidup manusia, maka dari itu dalam hal ini dibutuhkan kegiatan yang nyata seperti efektifitas Pendidikan Agama Islam itu sendiri pada aspek ibadah. Efektifitas berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu telah mencapai tujuannya.3 Dengan kata lain terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki.

Ibadah merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dalam Pendidikan Agama Islam. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah adalah ketaatan dan ketundukan yang sempurna dengan rasa cinta kepada yang disembah untuk mencapai keridaan-Nya dan mengharap imbalan pahala di akhirat kelak. Lebih lanjut Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ibadah mencakup semua aktivitas yang dilakukan manusia yang disenangi Allah dan meridhoinya, baik berupa perkataan atau perbuatan yang lahir maupun yang batin.4

Shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Mendirikan shalat berarti mencerminkan keimanan sebagai tanda syiar agama dan sebagai tanda syukur kepada Allah. Meninggalkan shalat berarti memutuskan tali penghubung dengan Allah, berakibat tertutupnya rahmat dari-Nya, terhentinya pengaliran nikmat-nikmat-Nya, terhentinys uluran kebaikan-Nya dan berarti juga mengingkari fadhol ( keutamaan) dan kebesaran Allah.5

Kewajiban shalat termasuk ke dalam salah satu rukun Islam,

diwajibkan ketika Rasulullah SAW mi’raj. Tetapi kewajiban shalat yang

merupakan rukun Islam ini sering diabaikan dan dianggap tidak penting, hal

3

Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve). Jilid 2, h.883

4

Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2003). h. 145

5

Al-Syaikh Muhammad Mahmud al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap, (Semarang ; Dina Utama Semarang, 1995), h. 12


(8)

ini dapat dilihat dengan masih banyaknya manusia yang tidak mengerjakan shalat.

Di sekolah banyak para siswa yang kurang sadar akan kewajiban melaksanakan shalat serta banyak pula yang sudah sadar namun kurang disiplin dalam melaksanakan shalat. Seperti pengalaman yang didapat oleh peneliti sewaktu menjalani Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), peneliti mendapatkan banyak siswa yang belum disiplin dalam pelaksanaan sholat baik dalam tata cara pelaksanaannya maupun waktu pelaksanaannya. Guru yang merupakan pembimbing mereka di sekolah pun sering kali tidak didengar nasehatnya agar mereka tidak meninggalkan shalat. Hal itu menunjukkan seakan-akan mereka tidak takut dengan keberadaan Allah SWT yang selalu megawasi makhluknya di muka bumi ini.

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya melaksanakan ibadah terutama shalat wajib lima waktu, maka penulis tertarik untuk

menela’ah mengenai “EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMP FATAHILLAH GROGOL JAKARTA BARAT DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH, studi kasus di SMP FATAHILAH Grogol, Jakarta-Barat.” Dengan adanya disiplin beribadah siswa diharapkan dapat meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT dengan melaksanakan shalat lima waktu secara rutin.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Siswa kurang memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima waktu secara tertib dan benar.

2. Kurangnya kesadaran siswa dalam memahami ibadah shalat lima waktu yang merupakan kewajiban agama yang tidak boleh ditinggalkan.

3. Siswa kurang berdisiplin dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-ha


(9)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah hanya pada :

1. Efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari pelaksanaan Pendidikan Agama Islam terhadap disiplin pengamalan ibadah shalat. Disiplin ini meliputi :

- Disiplin mendirikan shalat lima waktu setiap hari. - Disiplin melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu.

- Disiplin dalam tata cara pelaksanaan shalat yang baik dan benar.

2. Pendidikan Agama Islam untuk SMP yang dibatasi pada aspek fiqh ibadah yaitu shalat lima waktu, yang dibahas meliputi :

- Pengertian, hukum, kedudukan dan hikmah pelaksanaan shalat lima waktu.

- Hukum meninggalkan shalat lima waktu dan sebab-sebab meninggalkannya.

- Syarat, rukun dan sunnah dalam shalat. - Tata cara pelaksanaan shalat.

- Khusyu’ dalam shalat.

3. Pembinaan disiplin ibadah siswa yang meliputi :

- Upaya guru dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat siswa. - Sikap guru dalam meningkatkan ibadah siswa.

- Upaya sekolah dalam meningkatkan ibadah siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah

Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin siswa-siswinya dalam menjalankan shalat lima waktu”.


(10)

Berikut ini dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan perumusan masalah:

1. Bagaimana penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat?

2. Bagaimana pembinaan disiplin siswa di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat dalam aspek ibadah shalat, khususnya shalat lima waktu?

3. Bagaimana tingkat efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat?

E. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran penulis bagaimana meningkatkan disiplin beribadah.

2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.

3. Bagi Guru sebagai bahan bacaan untuk mendidik siswa dalam meningkatkan minat beribadah (shalat lima waktu).

F. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Kegunaan Hasil Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II: Kajian Teoritis seputar Pengertian Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Pengertian Disiplin, Unsur-unsur Disiplin, Langkah-langkah Penanaman Disiplin, Pengertian Ibadah, Jenis-jenis Ibadah, Bentuk-bentuk Ibadah, Pengertian Shalat, Kedudukan Shalat, Kewajiban Melaksanakan Shalat dan Hikmahnya, Sebab-sebab Tidak Melaksanakan Shalat dan Hukum Meninggalkannya, Syarat, Rukun dan Sunah dalam Shalat, Tata cara Pelaksanaan Shalat,


(11)

Khusyu’ dalam Shalat, Pengertian Efektifitas, Faktor -faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran, Fungsi Pendidikan Agama Islam terhadap Disiplin Ibadah Shalat Siswa, Strategi dan Langkah-langkah Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin Shalat Siswa, Indikator Efektifitas Pembelajaran Ibadah pada Pendidikan Agama Islam. Kerangka Berfikir. Bab III: Paparan Mengenai Metodologi Penelitian yang digunakan, Tempat dan

Waktu Penelitian, Tujuan Penelitian, Variabel Penelitian, Operasional Variabel, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

Bab IV: Hasil Penelitian Berisi tentang Gambaran Umum Sekolah, Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah, Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam, Pembinaan Disiplin dalam Ibadah Shalat.Kedisiplinan Peserta didik


(12)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 Bab I pasal 1 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan menyebutkan bahwa Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.6

Berdasarkan pengertian di atas, maka Pendidikan Agama dalam hal ini berarti Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam memberikan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

6

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta 2007), h.


(13)

Zuhairini dkk., mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah segala usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.7

Menurut Ramayulis Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.8

Merujuk pada PP nomor 55 tahun 2007 dan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga tertertanamlah nilai-nilai Islam dalam jiwa peserta didik sehingga dapat diamalkan dalam kehidupannya sebagai muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis. Pendidikan Agama Islam yang merupakan suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam tentunya memiliki tujuan yang mulia.

Dalam Peraturan Pemerintahan nomor 55 tahun 2007 Bab II pasal 2 tentang Pendidikan Agama disebutkan bahwa Pendidikan Agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami,

7Rika Sa’diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam

, (Jakarta, PT. Wahana Kardofa, 2009), h.13

8

Prof. DR, Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 2008), h. 21


(14)

menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.9

Ramayulis menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.10

Mahmud Yunus merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu untuk :

a) Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah

b) Menananmkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang sesuai dengan

tuntunan agama.

c) Mendidik untuk selalu mengikuti perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

d) Mendidik untuk membiasakan berakhlaq mulia dan adat kebiasaan yang baik.

e) Mengajarkan peserta didik untuk mengetahui macam-macam ibadah dan cara melaksanakannya serta mengetahui hikmah, faedah dan pengaruh dari ibadah tersebut dalam pencapaian kebahagian dunia dan akhirat.

9

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, . . . , h. 230

10


(15)

f) Memberi petunjuk untuk hidup di dunia dengan baik dan bahagia di akhirat.

g) Memberikan contoh dan suri tauladan yang baik serta pengajaran dan nasehat.

h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, berbudi luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh dengan ajaran agama.11

Dr. Abdul Qodir Ahmad menjelaskan bahwa di antara tujuan Pendidikan Agama Islam diajarkan yaitu untuk:

1) Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai, mentaati-Nya dan berkepribadian yang mulia.

2) Memperkenalkan hukum-hukum agama dan cara-cara menunaikan ibadah serta membiasakan mereka senang melakukan syiar-syiar agama dan menaatinya.

3) Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan memperkenalkan adab sopan santun Islam serta membimbing kecenderungan mereka untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaran agama atas dasar cinta dan senang hati.

4) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia dan membenci pada akhlak yang rendah.

5) Membina perhatian siswa terhadap aspek-aspek kesehatan.

6) Membiasakan siswa-siswa bersikap rela, optimis, percaya pada diri sendiri, menguasai emosi, tahan menderita dan berlaku sabar.

11Rika Sa’diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam


(16)

7) Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat membantu mereka berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka membantu orang, rasa sayang kepada yang lemah dan miskin, menganggap semua orang itu sama, menghargai orang lain dan menghargai hak milik pribadi, ngara dan kepentingan umum.

8) Membiasakan siswa sopan santun di rumah, sekolah dan di jalan. 9) Membina siswa agar menghargai kerja, menghargai kepentingan

kerja, baik terhadap individu maupun masyarakat.12

Jadi, tujuan Pendidikan Agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan seseorang, baik dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.

Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai kebaikan hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.

Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Fatahillah ini untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

12

Dr. Muhammad Abdul Qodir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2008), h. 15-16.


(17)

Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan pengalaman nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang diwujudkan

dalam pengamalan syari’at dalam kehidupan sehari-hari yang salah satunya

ialah shalat.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah swt.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia. c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.13 a. Hubungan manusia dengan Allah swt.

Hubungan manusia dengan Allah swt merupakan hubungan vertikal antara makhluk dengan Khlaik. Hubungan manusia terhadap Allah swt sang penciptanya dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, diantaranya:

1) Mentauhidkan Allah swt

Mentauhidkan Allah swt dapat dilakukan dengan mempertegas keesaan Allah swt, atau mengakui bahwa tidak ada sesuatu pun yang setara dengan zat, sifat dan asma Allah swt.

2) Taqwa kepada Allah swt.

Taqwa kepada Allah swt yang berarti patuh terhadap perintah-perintah Allah swt baik yang menuntut pelaksanaannya maupun meninggalkannya. Perintah-perintah tersebut terkumpul dalam hukum-hukum syariat yang apabila dilaksanakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.

13


(18)

3) Dzikrullah (ingat kepada Allah swt).

Ingat kepada Allah swt merupakan tanda bahwa seorang hamba memiliki hubungan yang erat kepada sang penciptanya. Dengan mengingat Allah swt berarti manusia sadar akan keberadaan dirinya yang tak mungkin lepas dari campur tangan Allah swt. Dengan mengingat Allah swt, hati seorang hamba akan menjadi tenang dan terhindar dari kegelisahan.

4) Tawakkal.

Tawakkal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman

manusia akan takdir, ridha, ikhtiar, sabar dan do’a. Tawakkal adalah

kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah swt, untuk mendapatkan kemashlahatan serta mencegah kemudharatan, baik menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat. Barangsiapa yang mewujudkan ketakwaan dan tawakkal kepada Allah swt, dia akan menggapai kebaikan yang ada di dunia ini.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

Hubungan manusia dengan sesama manusia merupakan hubungan horizontal. Secara garis besar hubungan antara sesame dapat dilakukan dengan cara berbuat baik kepadanya dan menolongnya dari kesulitan yang sedang dihadapi. Menolong seseorang dapat dilakukan dengan cara memberikan bantuan berupa harta, benda, ataupun tenaga. Sedangkan berbuat baik bisa berupa menghormati, menghargai, sopan santun, dsb. Jika antar sesama sudah dapat saling berbuat baik dan saling menolong, maka akan terciptalah kehidupan yang harmonis antar satu dengan yang lainnya.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Selain kita membina hubungan baik dengan Allah swt dan orang lain, kita pun harus pandai membina diri kita sendiri, diantaranya dengan cara : 1) Menanamkan rasa sabar dalam diri kita. 2) Bersyukur atas pemberian Allah swt. 3) Amanah. 4) Benar. 5) Menepati janji, serta 6) Memelihara diri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkunganya.

Manusia terhadap makhluk Allah swt lainnya seperti hewan dan tumbuhan harus memelihara dan menyayangi dengan sepenuh hati atas dasar


(19)

cinta kepada Allah swt. Sesama makhluk ciptaan-Nya manusia harus senantiasa menjaga dan menyayangi serta merawatnya. Islam menjelaskan bahwa manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah (pengayom) yang melindungi dan menjaga bumi beserta isinya secara bijaksana.

Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di perguruan-perguruan agama sekarang terdiri dari sejumlah mata pelajaran, yaitu :

1) Pengajaran Keimanan 2) Pengajaran Akhlak 3) Pengajaran Ibadat 4) Pengajaran Fiqih 5) Pengajaran Ushul Fiqih

6) Pengajaran Qira’at Qur’an

7) Pengajaran Tafsir 8) Pengajaran Ilmu Tafsir 9) Pengajaran Hadis 10) Pengajaran Ilmu Hadis 11) Pengajaran Tarikh

12) Pengajaran Tarikh Tasyri’14

4. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah

Pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama bertujuan untuk membekali murid dengan berbagai pengetahuan agama sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik tentang dasar-dasar atau hikmah-hikmah hukum Islam maupun tentang pelaksanaan ibadah dan penanaman akhlak.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama berfokus pada aspek:

a. Aqidah Akhlak

b. Al-Qur’an/Hadits

14

Dr.Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta; PT.Bumi Aksara,2008), h.59-114.


(20)

c. Syari’ah d. Fiqh/Ibadah e. Tarikh15

Klasifikasi di atas digunakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah. Adapun di sekolah umum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memuat pada aspek keimanan, akhlak, fiqih, al-qur’an dan tarikh.

Pada tingkat Sekolah Dasar penekanan diberikan kepada lima unsur pokok yaitu : Keimanan dan Akhlaq, Ibadah, al-Qur’an dan Tarikh. Sedangkan pada tingkat menengah lanjutan dan menengah atas, unsur syariah semakin dikembangkan. Tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan pendidikan.

B. Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuatu yang dapat dan ingin diperoleh dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang diperlukan oleh lingkungan.

Disiplin dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung beberapa arti, yaitu:

a. Tata tertib (di sekolah kemiliteran, dsb)

b. Ketaatan (kepatuhan) kepada ketentuan tata tertib

c. Tata tertib dibidang studi yang mempunyai objek system dan metode tertentu.16

15

Prof. DR Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, . . .,.h.23

16

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). h. 208


(21)

Menurut Prof. DR. Utami Munandar, disiplin diartikan sebagai pengendalian diri sehubungan dengan proses penyesuaian diri dan sosialisasi.17 Sedangkan makna disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa Inggris, yaitu:”Dicipline berarti:

1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri.

2) Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagian kemampuan mental atau karakter moral.

3) Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki.

4) Kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.18

Dari beberapa pengertian disiplin diatas, inti dari disiplin tersebut yaitu untuk membentuk perilaku seseorang hingga ia sesuai dengan peran-peran di mana ia diidentifikasikan. Dalam penelitian ini, disiplin dalam ibadah shalat. Disiplin dalam shalat berarti latihan yang membentuk, meluruskan atau menyempurnakan pelaksanaan shalat, baik dalam tata cara melaksanakannya maupun dalam disiplin waktu pelaksanaannya. Disiplin dalam shalat juga dapat berarti usaha membentuk perilaku seseorang untuk disiplin dalam pelaksanaan shalat baik gerakan, bacaan dan juga waktu pelaksanaannya. 2. Unsur-unsur Disiplin

Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka disiplin harus memiliki empat unsur pokok, yaitu :

a) Peraturan, berfungsi sebagai pedoman perilaku

b) Konsistensi, berfungsi sebagai pemacu motivasi dalam proses pembinaan disiplin.

17

Prof. DR. Utami Munandar dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2001). H. 109

18Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa

, ( Jakarta: PT. Grafindo Widia Sarana Indonesia, 2004), h. 31


(22)

c) Hukuman, diberikan untuk pelanggaran terhadap peraturan

d) Penghargaan, diberikan sebagai balasan bagi perilaku yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan.19

Hilangnya salah satu dari keempat hal pokok di atas akan menyebabkan sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan akan jauh dari harapan sosial. Karena masing-masing sangat berperan dalam perkembangan moral pada perilaku anak menuju tingkat kedisiplinan yang diharapkan.

3. Langkah-langkah penanaman disiplin

Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini sehingga nantinya akan tumbuh dari hati sanaubari dengan sendirinya. Disiplin dapat dilakukan dengan cara; 1) pembiasaan, 2) contoh dan tauladan, 3) penyadaran dan 4) pengawasan.20

- Pembiasaan.

Jika seseorang diberikan pembiasaan untuk melakukan sesuatu dengan didiplin, tertib dan teratur, maka akan tertanam dalam dirinya sikap disiplin, tertib dan teratur dalam melakukan segala aktivitasnya.21

- Dengan contoh dan tauladan

Dalam menanamkan disiplin, pendidik atau orang tua harus selalu memberi contoh dan tauladan kepada anak atau murid. Jika pembiasaan yang diberikan kepada anak tidak diiringi dengan contoh dan teladan serupa dari pendidik atau orang tua. Jika pendidik atau orang tua tidak memberikan contoh dan teladan serupa dengan pembiasaan yang diberikan kepada anak, maka akan timbul jiwa berontak dari dalam diri anak dan disiplin pun akan sulit tertanam pada diri si anak.22

19

Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta; Erlangga), cet. Ke 6, h.84-92

20

Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya; PT. Usaha Nasional, 1973), h. 143-144.

21

Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143 22


(23)

- Dengan penyadaran

Disamping dengan adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan tauladan, maka kepada anak yang mulai kritis, sedikit demi sedikit harus diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan diadakan. Sehingga lambat laun anak itu akan sadar terhadap peraturan-peraturan tersebut. Jika sudah timbul kesadaran dalam diri si anak, berarti telah mulai tumbuh disiplin dari dirinya sendiri.23

- Dengan pengawasan

Pengawasan diberikan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan khususnya yang bertentangan dengan peraturan yang telah diadakan. Sehingga dengan pengawasan tingkat kedisiplinan anak akan terkontrol.24

D. Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Ibadah adalah kata masdar dari „abada yang berarti memuja, menyembah, mengabdi, berkhidmat. Dalam kamus Bahasa Arab - Indonesia karangan Prof. DR. H Mahmud Yunus ibadah diartikan amal yang di ridhai Allah. 25 Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan secara lughawi. Adapun menurut istilah agama Islam sebagai berikut :

- Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa kekhidmatan yakni bersikap khidmat terhadap yang dipuja dengan segenap jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan Nya dan senantiasa memohonkan rahmat dan karunia Nya.

23

Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143 24

Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 144 25

Prof. DR. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta; PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah),h. 252


(24)

- Menurut ilmu fiqih ibadah ialah amal perbuatan hamba Allah yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsunya karena memuliakan keagungan Tuhannya.26

Al-Imam Ibnu Kasir dalam kitabnya tafsir al-Qur’an al-Karim juz 1 surat al-Fatihah - al-Baqarah menjelaskan bahwa al-„ibadah menurut istilah bahasa berasal dari makna az-zullah, artinya mudah dan taat. Sedangkan menurut istilah syara’ yaitu suatu ungkapan yang menunjukkan suatu sikap sebagai hasil dari himpunan kesempurnaan rasa cinta, tunduk dan takut.27

Menurut Yusuf Qardhawi, ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu yang Maha Besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Di kalangan orang arab ibadah diartikan sebagai puncak ketundukan yang tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari dalam rangka mengagungkan yang disembah.

Menurut ulama tauhid dan hadits, ibadah adalah mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Menurut mereka ibadah sama dengan tauhid. Sedangkan menurut ahli akhlak, ibadah adalah mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum). Menurut mereka, akhlak dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan kepada setiap individu, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk dalam pengertian ibadah.

Ahli tauhid, ahli tafsir dan ahli hadits mengartikan ibadah sebagai berikut:

- Ibadah adalah mengesakan Allah, menta’zimkannya dengan sepenuh

ta’zim, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendirinya).

- Ibadah adalah tauhid (mengesakan Allah sekalian alam). - Segala lafaz ibadah dalam al-Qur’an diartikan dengan tauhid.

26

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta; Bumbu Dapur Communication-PT. Mitra Cahaya Utama, 2008), h. 16-17

27

Al-Imam Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000). h. 124


(25)

- Tauhid adalah mengesakan Allah SWT, tuhan yang disembah (mengikuti keesaaNya) serta mengitikadkan pula keesaaNya pada zatNya dan pada pekerjaanNya. Dalilnya :

          

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Juga firman Allah:

           

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.

Secara istilah, ibadah memiliki beberapa pengertian diantaranya: - Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang diridhai-Nya,

taat kepada-Nya

- Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya, baik perkataan, perbuatan, lahir dan batin.

- Tafakkur kepada Allah, yaitu memperhatikan kebesaran Allah,

memperhatikan ni’mat-Nya yang terdapat di alam ini.

- Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dalam: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (rukun Islam).28

Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti melakukan ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta menyempurnakan ibadah dengan melaksanakan segala peraturan yang berlaku.

2. Jenis-jenis Ibadah

Secara umum bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi dua, yaitu sebagai berikut :

28


(26)

a. Ibadah Mahdhah b. Ibadah Ghair Mahdhah

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Ibadah ini ditetapkan oleh dalil-dalil yang kuat (qath’iah-dilalah), misalnya perintah shalat, zakat, puasa, ibadah haji dan bersuci dari hadats kecil maupun besar.

Ibadah ghair mahdhah ialah ibadah yang cara pelaksanaanya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Misalnya perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih, larangan melakukan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan sebagainya. Dalam praktik perdagangannya, baik bentuk maupun objeknya dibebaskan, misalnya Rasul berdagang hasil pertanian maka bukan berarti semua umat Islam wajib berdagang hasil pertanian, tetapi merupakan bentuk kebolehan untuk umat Islam melakukan perdagangan, baik hasil pertanian, peternakan, perikanan, dan sebagainya.

3. Bentuk-Bentuk Ibadah

Bentuk-bentuk peribadatan dalam Islam bermacam-macam tergantung corak, isi, alat dan gerak-geriknya. Tetapi saran dan tujuannya hanya satu juga yaitu untuk berbakti kepada Allah. Diantara macam-macam peribadatan itu menurut Prof. Dr. M. Ardani ada lima ibadah pokok yang biasa disebut arkanul Islam yaitu :

- Ibadah lisan ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

- Ibadah badaniyah murni harian, ialah sholat yang bersifat harian yang mesti dilakukan 5 kali dalam sehari.

- Ibadah badaniyah tahunan, ialah puasa yang dilakukan setahun sekali selama satu bulan Ramadhan.

- Ibadah harta bersifat sosial, ialah zakat dengan mengeluarkan harta yang ditujukan kepada Allah untuk kesejahteraan masyarakat.


(27)

- Ibadah badaniyah antara bangsa, ialah haji yang merupakan ibadah setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji merupakan ibadah kolektif antar bangsa-bangsa di dunia di pusat kelahiran Islam.29

Ibadah dilihat dari tata cara melaksanakannya terbagi lima yaitu : - Ibadah badaniyah (dzatiyah), seperti shalat.

- Ibadah maaliyah, seperti zakat, infaq dan sedekah.

- Ibadah ijtima‟iyah, seperti haji, shalat berjamaah, shalat idul fitri dan idul adha dan shalat jum’at.

- Ibadah ijabiyah, seperti thawaf.

- Ibadah salbiyah, meninggalkan segala yang diharamkan dalam masa berihram.30

Dari berbagai bentuk peribadatan, shalat merupakan kewajiban utama bagi umat Islam yang sudah terkena hukum taklify. Semua ibadah yang dilakukan oleh umat Islam bertujuan untuk mengharap ridha Allah swt.

C. Shalat

1. Pengertian Shalat

Menurut mayoritas ahli bahasa, shalat artinya do’a, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an.31 :

                   

Artinya : Dan do‟akanlah mereka, sesungguhnaya do‟amu

menenteramkan mereka. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

29

Prof, Dr,H,Moh.Ardani, Fikih Ibadah Praktis, …, h.18-19.

30

Drs. KH. Abdul Hamid M.Ag, Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Fiqih Ibadah, Pustaka Setia (Bandung; 2009)), h. 72

31


(28)

Menurut ahli fiqih adalah suatu tindakan ibadah disertai bacaan do’a -doa yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya.32

2. Kedudukan Shalat

Dalam Islam shalat merupakan salah satu jenis kewajiban yang menduduki peringkat kedua dalam rukun Islam setelah syahadat. Kewajiban shalat diberikan kepada nabi Muhammad melalui perjalanan yang luar biasa

yaitu isra’ mi’raj. Sehingga shalat memiliki kedudukan penting dalam Islam.

Kedudukan shalat dalam syari’at Islam sebagai berikut : 1) Shalat sebagai tiang agama.

Hadits Nabi SAW

Artinya: “shalat itu tiangnya agama”

2) Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang ditetapkan secara langsung melalui peristiwa isra’ mi’raj.

3) Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang pertama akan dihisab di hari akhirat.

4) Shalat merupakan amalan paling utama di antara amalan-amalan lain dalam Islam.

5) Perbedaan antara kaum muslim dengan kafir terletak pada shalatnya.33 3. Kewajiban Melaksanakan Shalat dan Hikmahnya.

1) Kewajiban Melaksanakan Shalat.

Banyak dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban melaksanakan shalat baik yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits.

Firman Allah SWT

32

Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Penebar Salam, 1998. H. 321

33


(29)

              

“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'”.(Al-Baqarah : 43)

                

“Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”(Al-Ankabut : 45)

Hadits Nabi SAW

Artinya :“shalat itu tiangnya agama” 2) Hikmah Melaksanakan Shalat

Menurut Prof. DR H. Moh Ardani di antara hikmah shalat ditinjau dari kaitannya dengan akhlak, yaitu shalat dapat :

- Membawa ketenangan dan kedamaian - Memperkuat rasa syukur kepada Allah swt - Membersihkan fikiran dan perbuatan - Memupuk rasa persaudaraan

- Menumbuhkan rasa persamaan dan persatuan - Menanamkan sikap disiplin

- Menanamkan rasa toleransi 34

4. Sebab-sebab tidak Melaksanakan Shalat dan Hukum Meninggalkannya 1) Sebab-sebab seseorang tidak melaksanakan shalat

Banyak kita temukan orang-orang yang dalam hidupnya sering meninggalkan shalat, baik dengan sengaja atau pun tidak disertai beragam

34

Prof. DR. H. Moh Ardani, Akhlak-Tasawuf, Nilai-nilai Akhlak/ Budipekerti dalam Ibadat & Tasawauf, (Jakarta; CV. Karya Mulia, 2005), h. 118-141


(30)

alasan. Prof. Dr. Hasbi Ash Shidieqy menjelaskan sebab-sebab seseorang meninggalkan shalat, diantaranya:

- Salah sangka dan salah menempatkan, disini mereka beranggapan bahwa shalat itu hanya untuk meluruskan akhlaq dan budi pekerti. Bila mereka sudah berakhlaq, cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan berarti tidak harus melaksanakan shalat. Karena menurut mereka shalat hanya untuk orang-orang tertentu: pak haji, pak tani dan pak penghulu.

- Tidak mengetahui pengertian tentang shalat, golongan ini beranggapan shalat tidak perlu dilaksanakan karena mereka lahir, hidup dan besar dikalangan keluarga yang tidak pernah melaksanakan shalat. Tidak pernah melihat orang tua mereka melakukan shalat. Tapi yang mereka lihat adalah selamatan-selamatan secara kecil-kecilan dan besar-besaran, jadi beragama menurut mereka adalah mengadakan selamatan-selamatan, tasyakuran dan sebagainya.

- Kemalasan yang sangat mempengaruhi, golongan ini terang-terangan tidak shalat karena rasa malas padahal mereka tahu salat merupakan ibadah wajib.

- Keremajaan dan kemudaan, golongan ini beranggapan bahwa ibadah itu hanya dilakukan bagi orang-orang yang sudah tua untuk mendekatkan diri pada Allah swt, sedangkan bagi yang muda bersenang-senang dengan kehidupan dunia saja, merasa masih muda dan hidupnya lama.

- Pengaruh kacaunya perasaan, golongan ini sengaja meninggalkan shalat karena rusuh hati, tertimpa kesedihan dan kesusahan.

- Takut kepada iblis dan syetan, golongan ini beranggapan bahwa jika melaksanakan shalat nanti diganggu oleh iblis, karena takut akan hilang sakti dan mandra yang sedang diamalkan.35

2) Hukum Meninggalkan Shalat.

35

Prof. DR. Hasbi ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983), cet ke-1, h. 29-30


(31)

Shalat adalah ibadah yang pertama-tama diwajibkan oleh Allah swt dan berada pada peringkat ke dua dalam rukun Islam. Barang siapa yang menjauhi shalat, berarti ia menjauhi Islam dan akan memperoleh kutukan Allah swt. Dia sesungguhnya telah menyalahi perintah agamanya, berarti ia telah menghantarkan dirinya kepada kehancuran. Dan dengan meninggalkann shalat ini akan lebur semua kebaikan amalannya, karena dia telah telah menyalahi ayat-ayat al-Qur’an yang sharih mengenai shalat. Orang yang membuat kesalahan ini termasuk ke dalam hukum orang yang ingkar.36

Prof. Dr. Hasbi Ash Shidieqy menjelaskan bahwa :

- Orang yang meninggalkan shalat pada suatu waktu dengan karena kemalasan atau mengerjakan kemaksiatan karena kejahilan dengan merasa penyesalan dan kekecewaan hati serta ingin bertaubat, tiadalah iman orang itu berlawanan dengan iman muthlaq dan tiadalah halnya itu mengeluarkan dirinya dari millah (agama), walaupun berulang-ulang.

- Seseorang yang terus-menerus meninggalkan shalat dengan tidak merasa keberatan apa-apa, tidak merasa penyesalan dan tidak merasa kekecewaan serta tidak merasa perlu bertaubat, maka orang itu dipandang dan dihukum kafir.37

5. Syarat, Rukun dan Sunnah dalam Shalat

Sebelum shalat dilakukan perlu diperhatikan beberapa hal agar shalat yang dilakukan menjadi sah, hal-hal tersebut terkumpul dalam syarat-syarat sah shalat. Syarat-syarat sah shalat tersebut yaitu :

1) Islam

2) Suci dari hadas, haid, nifas seluruh anggota badan, pakaian dan tempat.

3) Berakal dan baligh 4) Menutup aurat

5) Mengetahui masuknya waktu shalat

36

Al-Syaikh Muhammad Mahmud Al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap,(Semarang; DinaUtama), h. 14

37


(32)

6) Menghadap ke kiblat

7) Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunah

Selain itu seseorang yang akan melaksanakan shalat harus memperhatikan rukun-rukun dalam shalat. Adapun rukun-rukun dalam shalat yaitu :

1) Niat

2) Berdiri bagi orang yang kuasa

3) Takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar) 4) Memabaca surat al-Fatihah

5) Ruku’ serta tuma’ninah (diam sebentar)

6) I’tidal serta tuma’ninah (diam sebentar)

7) Sujud dua kali serta tuma’ninah (diam sebentar)

8) Duduk di antara dua sujud serta tuma’ninah (diam sebentar).

9) Duduk tasyahud akhir serta tuma’ninah (diam sebentar). 10) Membaca tasyahud akhir serta tuma’ninah (diam sebentar). 11) Membaca shalawat Nabi Muhammad ketika tasyahud akhir. 12) Membaca salam yang pertama sambil berpaling ke kanan. 13) Menertibkan rukun38

Di dalam shalat terdapat beberapa sunah-sunah, yaitu sunnah sebelum shalat dan sunah ketika shalat dilaksanakan.

a. Sunah Sebelum Shalat. 39

1) Azan ialah memberitahukan bahwa shalat telah tiba dengan lafaz yang telah ditentukan syara’.

2) Iqomah ialah memberitahukan kepada hadirin supaya siap berdiri untuk shalat.

3) Membatasi tempat shalat maksudnya membatasi tempat shalat dengan dinding, dengan tongkat, dengan menghamparkan sajadah atau dengan garis, supaya orang tidak lalu lintas di depan orang

38

H.Fachrurazi, Tata Cara Shalat, (Bandung; Sinar Baru Algensindo), h.25-26

39


(33)

yang sedang shalat, sebab lalu lintaas di depan orang shalat hukumnya haram.

b. Sunah dalam pelaksanaan shalat.40

1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram setentang tinggi ujung jari dengan telinga, dan telapak tangan setinggi bahu serta keduanya dihadapkan ke kiblat.

2) Mengangkat kedua tangan ketika akan ruku’, berdiri dari ruku’ dan

tatkala berdiri dari tasyahud awal dengan cara yang telah diterangkan pada takbiratul ihram.

3) Meletakkan telapak tangan kanan atas punggung tangan kiri dan keduanya diletakkan dibawah dada.

4) Melihat ke arah tempat sujud.

5) Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram.

6) Membaca a’uzubillah sebelum membaca bismillah

7) Diam sebentar sebelum membaca al-Fatihah dan sesudahnya. 8) Membaca amin sehabis membaca Fatihah.

9) Membaca surat atau ayat qur’an sesudah membaca Fatihah pada dua

rakaat pertama.

10) Sunah bagi ma’mum mendengarkan bacaan imamnya.

11) Mengeraskan bacaan pada shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’.

12) Takbir dan tatkala turun dan bangkit, selain ketika bangkit dari ruku’.

13) Membaca sami’allahu liman hamidah.

14) Membaca rabbana walakal hamdu.

15) Meletakkan dua telapak tangan di atas lutut ketika ruku.

16) Membaca tasbih tiga kali ketika ruku’.

17) Membaca tasbih tiga kali ketika sujud.

18) Membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud.

19) Duduk iftirasy pada semua duduk dalam shalat kecuali duduk akhir.

40


(34)

20) Duduk tawarrukdi duduk akhir

21) Duduk istirahat sesudah sujud kedua sebelum berdiri. 22) Bertelekan ke tanah tatkala hendak berdiri dari duduk.

23) Memberi salam yang ke dua, hendaklah menoleh ke sebelah kiri sampai kelihatan pipinya yang kiri dari belakang.

24) Ketika memberi salam hendaklah diniatkan memberi salam kepada yang disebelah kanan dan kirinya.

c. Sunah yang lebih penting (sunah muakkad)

1) Membaca tasyahud pertama sesudah sujud ke dua dari rakaat yang ke dua.

2) Membaca salawat atas keluarga Nabi saw pada tasyahud akhir.

3) Qunut sesudah i’tidal pada akhir shalat subuh dan shalat witir sejak

malam ke 16 sampai akhir bulan Ramadhan.41 . D. Tata Cara Pelaksanaan Shalat

1) Berdiri tegak menghadap kiblat, kalau mampu. Jarak antara kedua kaki kira-kira sekepal tangan. Kedua tangan beserta jari-jari lepas dan berkembang ke bawah sejajar badan di samping kiri kanan pinggul. Yang tidak sanggup berdiri boleh shalat sambil duduk. Yang tidak sanggup duduk boleh shalat sambil berbaring. Bila shalat dalam kendaraan yang tidak menuju satu arah maka pada permulaan shalat harus menghadap kiblat dan selanjutnya arah kiblat tidak menjadi syarat walaupun ternyata berubah dalam pertengahan shalat.

2) Berniat mengerjakan shalat dengan membaca dalam hati.

3) Takbiratul Ihram dengan membaca “Allahu Akbar” sambil

mengangkat kedua tangan beserta jari-jari terkembang serentak masing-masing telinga ibu jari tangan mendekati daun telinga bagian bawah; telapak tangan menghadap kiblat; kemudian kedua tangan dilipat di atas perut, telapak tangan di atas pergelangan tangan kiri atau di atas tangan kiri.

4) Membaca doa iftitah dengan suara lemah.

41


(35)

5) Membaca surat al-Fatihah pada shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya, serta membacanya lemah pada shalat zuhur, ashar dan dua rakaat terakhir pada shalat isya dan rakaat ketiga shalat maghrib.

6) Membaca surat pendek/ ayat al-Qur’an pada rakaat 1 dan 2.

7) Ruku’ dengan membaca “Allahu Akbar” sambil mengangkat tangan

seperti takbiratul ihram, terus membungkuk dengan meletakkan kedua telapak tangan pada tulang masing-masing lutut dengan jari-jari terkembang lurus ke bawah; punggung dan kepala datar rata sejajar tempat berdiri. Dalam posisi ruku’ membaca do’a ketika ruku’.

8) Bangkit dari ruku’

9) I’tidal

10) Sujud

11) Duduk bangkit dari sujud (duduk antara dua sujud) sambil membaca “Allahu Akbar”.

12) Sujud kembali (sujud kedua) sambil membaca “Allahu Akbar”

13) Bangkit dari sujud kedua sambil membaca “Allahu Akbar”

14) Duduk tahiyat akhir 15) Membaca tasyahud 16) Membaca shalawat

17) Membaca doa (sebelum salam)

18) Salam sambil menoleh ke kanan, sehingga terlihat muka orang yang berada di sebelah kanan (kalau ada) seraya melepaskan jari kanan yang tergenggam.

19) Menoleh ke kiri sambil memberi salam ke dua.42

E. Khusyu’ Dalam Shalat

Dalam pelaksanaan shalat, khusyu’ menjadi salah satu hal penting

mengingat shalat adalah ibadah batiniyah yang menuntut kekhusyu’an dalam pelaksanaannya. Karena untuk meraih khusyu’ dalam shalat bukanlah sesuatu

42


(36)

yang mudah maka memerlukan upaya dan kiat-kiat yang khusus untuk mencapainya. Diantara kiat-kiat khusus tersebut antara lain :

1) Menjauhi hal-hal yang bisa merusak kekhusyu’an shalat.

Hal-hal tersebut dapat berupa tempat yang tidak nyaman, berisik, panas dan bau. Selain itu tidak melaksanakan shalat dengan mengenakan atau di depan orang yang mengenakan pakaian bergambar. Sebaiknya tidak shalat di depan atau di belakang orang yang sedang bercakap-cakap. Shalat juga sebaiknya tidak dilakukan dengan mendongak ke atas, kiri dan kanan serta tidak menguap, karena dengan mendongak dan menoleh ke suatu arah akan menghilangkan kekhusyu’an, dan juga jika menguap akan membuka pintu syetan untuk masuk menggoda hati kita.

2) Menolak dan melenyapkan was-was dalam hati.

Sesungguhnya ketika seseorang tengah berdiri dalam shalat, maka syaitan akan berusaha memperdayainya agar ia tidak mampu merih

kekhusyu’an dalam shalatnya. Oleh sebab itu untuk mengawali shalatnya

hendaknya memohon perlindungan kepada Allah swt agar dijauhkan dari godaan syaitan dan was-was yang dihembuskan oleh syaitan. Hal itu dapat dengan membaca Q.S An-Nas ayat 1-6 dan Q.S Al-Mu’minun 97-98.

                                          

1.Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

2. Raja manusia. 3. Sembahan manusia.

4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

5.Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.


(37)

                       

97. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.

98. Dan Aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."

3) Membayangkan bahwa shalat yang sedang kita kerjakan adalah shalat yang terakhir.

Hal ini biasa dilakukan para sufi yang membayangkan malaikat izrail seakan sedang mengawasi dan siap mencabut nyawa kita ketika sedang shalat. Sehingga dengan begitu rasa malu pun akan muncul dan shalat pun akan dilakukan dengan baik dan penuh kekhusyu’an.

4) Meyakini bahwa Allah swt selalu melihat dan mengawasi kita.

Ketika seseorang sedang melaksanakan shalat berarti ia sedang menghadap dan berdiri di hadapan-Nya. Maka tentunya Allah swt akan mengawasi dan memperhatikan orang yang berdiri dan berhadapan dengan-Nya. Ia pun akan meberi ridho dan pahala bagi yang mengerjakan shalatnya

dengan khusyu’ dan murka-Nya bagi yang mengerjakan shalat tidak khusyu’

dan penuh dengan kemalasan serta main-main.

5) Membayangkan nikmat dan indahnya kehidupan di surga.

Keadaan syurga yang indah dan penuh dengan kenikmatan yang tiada tara, jika kita hadirkan di dalam hati dan pelupuk mata kita kemudian kita mengerjakan shalat dengan bayangan keindahan syurga yang terus melekat dalam benak, maka insya Allah, kita akan mampu meraih khuyu’ dalam shalat yang sedang kita kerjakan.

6) Membayangkan sakit dan pedihnya kehidupan di neraka.

Keadaan neraka yang penuh dengan kepedihan dan siksaan, kita bayangkan dan hadirkan dalam hati, maka kita pun akan memohon kepada Allah untuk dihindarkan dan dijauhkan dari semuanya, sehingga kita pun akan sungguh-sungguh, konsenterasi dan khusyu’ dalam melaksanakan shalat kita.


(38)

Dengan kiat-kiat tersebut di atas, akan membantu seseorang yang hendak melaksanakan shalat sehingga shalatnya akan menjadi khusyu.

F. Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin Pelaksanaan Ibadah Shalat.

1. Pengertian Efektifitas

Pengertian efektifitas yang terdapat dalam ensiklopedia Indonesia

berarti “ menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif

apabila usaha itu mencapai tujuannya”.43

Sedangkan dalam ensiklopedia administrasi, kata efektifitas adalah “ suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek

atau akibat yang dikehendaki”.44

Dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris karangan Prof. Drs. S. Wojo Wasito dan Drs. Tito Wasito W. Effective adalah berhasil, berarti mencapai tujuannya.45

Sesuatu dapat dinyatakan efektif jika telah berhasil mendapatkan apa yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berarti ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: segi efektifitas guru & segi efektifitas murid. Efektifitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efktifitas belajar murid terutama

43

Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2, h. 883

44

Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989), h. 126

45

S . Wojo Wasito & Tito Wasito W, Kamus Lengkap (Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris), (Bandung : Hasta, 1980 ), cet ke-15, h. 49


(39)

menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh.46

Dengan demikian salah satu bentuk efektifitas Pendidikan Agama Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran agama Islam khususnya dalam meningkatkan disiplin beribadah (shalat lima waktu) mereka, mengingat salah satu dari tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu agar siswa dapat menguasai dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran. 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran

Untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang baik dan efektif tidaklah mudah, mengingat permasalahan dalam proses belajar mengajar yang begitu banyak dan kompleks. Dalam artian untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan efektif sangat dipengaruhi oleh faktor komponen-komponen yang terlibat di dalamnya baik yang sifatnya intern maupun ekstern. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses belajar mengajar adalah :

b. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi/ keadaan jasmani dan rohani siswa.

c. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa baik, lingkungan sekolah, guru, dan lingkungan pergaulan antar siswa.

d. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni segala jenis upaya membelajarkan siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.47

46

Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effar Offset, 1990 ), cet ke-1,h. 63

47


(40)

Jadi untuk menuju proses Pendidikan Agama Islam yang efektif guru harus pandai melihat kondisi siswa dan mengatur suasana pembelajaran yang kondusif serta mampu memilih strategi, metode dan pendekatan-pendekatan yang tepat.

1. Fungsi Pendidikan Agama Islam terhadap Disiplin Ibadah Shalat Siswa. Pendidikan Agama Islam berfungsi membentuk manusia yang beriman dan taqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Sehingga dalam penerapannya Pendidikan Agama Islam memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia serta membina budi pekerti luhur dan juga menghidupkan hati nurani manusia untuk memperhhatikan (muroqobah) Allah swr, baik dalam keadaan sendirian maupun bersama orang lain.48 Budi luhur dan akhlak mulia yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang yaitu kedisiplinan dalam segala kegiatan kehidupan.

Dalam Islam disiplin dapat tumbuh dan dilatih melalui ibadah shalat. Sehingga dalam Pendidikan Agama Islam disiplin melaksanakan shalat menjadi prioritas utama di atas kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga diharapkan dari kedisiplinan pelaksanaan shalat akan memberikan efek kedisiplinan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya. Di sekolah, penerapan disiplin ibadah shalat pun selalu menjadi fokus utama bagi siswa yang beragama Islam. Terkadang di beberapa sekolah mengadakan kegiatan keagamaan tambahan dalam rangka mendalami ajaran agama khususnya dalam rangka penguasaan pelaksanaan shalat guna meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan siswa terhadap pelaksanaan shalat.

2. Strategi dan langkah-langkah Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin Shalat Siswa.

Upaya menanamkan disiplin kepada seseorang dibutuhkan penggunaan strategi, metode dan pendekatan yang tepat.. Dalam pengajaran agama Islam penanaman disiplin dalam pelaksanaan shalat harus menggunakan metode dan alat yang khusus mengingat hampir seluruh materi bersifat abstrak dan objek

48


(41)

(anak/ siswa) yang dihadapi pun beragam jenis dan sifatnya. Beberapa metode khusus yang dapat digunakan dalam pengajaran agama Islam, yaitu :

a. Metode Ceramah

Dalam metode ceramah guru memberikan uraian atau penjelasan terhadap suatu masalah kepada murid dengan bahasa lisan pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dalam metode ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.

b. Metode Tanya Jawab

Metode ini merupakan komunikasi langsung antara guru dengan murid, bisa dalam bentuk guru bertanya murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya dan guru menjawab. Dalam metode ini akan didapat hubungan timbal balik antara guru dan murid secara langsung, dan dengan metode ini pula akan diketahui penguasaan pelajar terhadap pengetahuan yang telah di berikan oleh guru.

c. Metode Demonstrasi

Metode ini menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaiamana melakukan sesuatu kepada anak didik. Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik.

d. Metode Eksperimen

Metode ini digunakan ketika seseorang melakukan sesuatu percobaan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap peserta didik. Metode ini dilakukan untuk membuktikan hukum-hukum dan teori-teori yang berlaku. Dengan metode ini, seseorang dapat memiliki pengetahuan, pengalaman dan pengertian yang lebih jelas.

e. Metode Diskusi

Metode ini yaitu suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik/


(42)

kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah.

f. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

Metode ini digunaka dalam penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.

g. Metode Drill

Metode ini disebut juga dengan latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.

h. Metode Kerja Kelompok

Metode ini digunakan dalam penyajian materi dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Tuga-tugas tersebut dikerjakan dalam kelompok secara bergotong-royong.

i. Metode Proyek

Dalam metode ini anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-langkah tertentu secara ilmiah,logis dan sistematis.

Khusus untuk penanaman disiplin dalam pelaksanaan shalat, sebaiknya diawali dengan pemahaman murid terhadap tata cara pelaksanaan shalat yang baik dan benar. Dalam hal ini sebaiknya diawali dengan menggunakan metode demonstrasi yaitu metode yang menggunakan peragaan-peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana memperlakukan sesuatu kepada anak didik.49 Di sini guru mendemonstrasikan kaifiyat shalat yang baik dan benar di hadapan murid.

49


(43)

Di samping metode yang sesuai, dibutuhkan pula berbagai pendekatan yang tepat untuk efektifitas penanaman disiplin pelaksanaan shalat tersebut. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu :

1) Pendekatan Pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Pendekatan ini dapat digunakan dalam penanaman disiplin siswa agar siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang manfaat dari disiplin mengerjakan shalat dan akibat dari tidak disiplin mengerjakan shalat.

2) Pendekatan Pembiasaan yaitu pemberian kesempatan kepada peserta didik agar terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini sangat bermanfaat bagi siswa dalam penanaman disiplin mengerjakan shalat, karena siswa diberikan kesempatan

3) Untuk memiliki pengalaman mengamalkan shalat secara benar dan tepat waktu. Jika pembiasaan ini terus dilakukan, maka kedisiplinan siswa akan tertanam.

4) Pendekatan Emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan yang buruk. Pendekatan ini harus sering dilakukan agar siswa selalu mendapatkan motivasi untuk disiplin dalam mengerjakan shalat dengan benar dan tepat waktu. 5) Pendekatan Fungsional yaitu usaha memberi materi agama

menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pendekatan ini berguna bagi siswa agar siswa memahami fungsi kedisiplinan mereka dalam mengerjakan shalat. Jika mereka memahami maksud dan fungsi kedisiplinan dalam shalat, maka akan tumbuh kesadaran dalam diri siswa untuk melaksanakan shalat dengan benar dan tepat waktu tanpa dorongan orang lain.


(44)

6) Pendekatan Keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah teladan.50

Dalam usaha memberikan pemahaman siswa terhadap kedisiplinan pelaksanaan shalat, sebaiknya seorang guru terlebih dahulu memberikan pemahaman kepada siswa tentang fungsi, tujuan dan manfaat shalat serta disiplin dalam pelaksanaannya bagi mereka. kemudian mengajarkannya kepada para siswa bagaimana kaifiyat pelaksanan shalat yang baik dan benar. Sebelum mengajarkan kaifiyat shalat yang benar kepada siswa, guru sebaiknya menguasai terlebih dahulu tata cara pelaksanaan shalat tersebut, baik dalam gerakan maupun bacaannya.

Sebagai langkah awalnya, guru mendemonstrasikan terlebih dahulu bentuk gerakan dan bacaan shalat yang benar di hadapan siswa. Setelah itu siswa memperagakan gerakan-gerakan dan bacaan shalat tersebut di bawah bimbingan guru. Kemudian siswa dilatih (drill) berulang-ulang dalam memperagakan gerakan dan bacaan shalat yang benar sampai menguasainya.

Setelah siswa mengetahui dan dapat memperagakan seluruh gerakan dan bacaan shalat dengan baik dan benar, selanjutnya guru mulai menanamkan kedisiplinan siswa pada aspek pelaksanaan gerakan shalat yang benar. Setelah itu ditingkatkan lagi pada aspek kedisiplinan waktu pelaksanaan shalat.

Untuk membantu siswa lebih menguasai dan disiplin dalam melakukan gerakan shalat, guru dapat membantu memberikan gambar-gambar, buku-buku atau video tentang gerakan-gerakan shalat yang benar. Sehingga dengan demikian siswa dapat mempelajarinya lebih jauh di luar jam sekolah atau di rumah.

Untuk membantu siswa agar disiplin terhadap waktu pelaksanaan shalat, guru dapat melakukan pengawasan dengan menggunakan buku

50


(45)

monitoring pelaksanaan shalat siswa. Hal itu agar melatih siswa melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Dalam melaksanakan pengawasan (monitoring) ini diharapkan adanya kerja sama antara guru agama dengan orang tua. Diharapkan pula kesungguhan orang tua dalam mengawasi tingkat kedisiplinan siswa dalam pelaksanaan ibadah shalat.

Dengan perpaduan penggunaan metode dan pendekatan-pendekatan yang ada diatas, tingkat kedisiplinan peserta didik dalam pelaksanaan ibadah shalat yang benar dan tepat waktu di dalam kehidupan sehari-hari akan dapat diwujudkan.

3. Indikator Efektifitas Pembelajaran Ibadah pada Pendidikan Agama Islam. Untuk mengetahui suatu pembelajaran telah tercapai secara efektif atau tidak, maka dapat diketahui dengan tingkat prestasi yang telah dicapai. Tingkat keberhasilan dapat dibagi atas beberapa tingakatan atau taraf, yaitu istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal) dan kurang.51

Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan efektif jika telah mencapai kriteria atau indikator efektifitas. Menurut Nana Sudjana (1989), indikator-indikator efektifitas pembelajaran meliputi :

1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum. 2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru. 3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa. 4. Adanya interaksi antara guru dan siswa.

5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. 6. Motivasi siswa meningkat.

7. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi. 8. Kualitas hasil belajar yang dicapai siswa.52

Adapun indikator-indikator efektifitas dalam pembelajaran ibadah pada Pendidikan Agama Islam diantaranya:

51

Syaifu Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; PT. Rineka Cipta, 2002), h. 121

52

Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung; PT. Rosda Karya,1991), cet. Ke 3, h. 60-63


(46)

1. Siswa memahami materi ibadah yang diajarkan.

2. Siswa mampu melaksanakan dengan baik ibadah yang diajarkan. 3. Siswa memiliki motivasi dan kesadaran untuk melaksanakan ibadah. 4. Tingkat pelaksanaan ibadah siswa meningkat.

5. Ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam untuk menambah pengetahuan beribadah.

G. Kerangka Berfikir

Pendidikan agama Islam merupakan pondasi yang mendasari umat Islam dalam menjalankan kehidupannya, sehingga dalam sekolah, pendidikan agama sangatlah penting dan harus dimulai sejak dini atau pada jenjang pendidikan taman kanak-kanak. Mendidik siswa sangatlah sulit apalagi dalam hal menyangkut ibadah yang merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak kasat mata hasilnya dan tidak ada satu orangpun yang mengetahui kekhusyu’annya. Hanya Allah SWT yang megetahui ibadah seorang hamba-Nya. Dari sisi inilah seseorang menganggap ibadah itu sebagai suatu hal yang tidak penting dan sering melalaikanya, terutama pada usia sekolah.

Oleh karena itu sebagai pendidik haruslah mengetahui dan dapat mengatasi prilaku anak didik terutama dalam hal ibadah. Apakah mereka sudah dapat menjalankan dengan benar sesuai ajaran yang telah di dapat, atau sebaliknya hanya mengetahui tanpa melaksanakanya. Dalam menyikapi hal ini salah satu yang harus diperhatikan adalah disiplin beribadah siswa. Dengan adanya disiplin beribadah khususnya dalam ibadah shalat lima waktu, secara otomatis akan ada pembelajaran dan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam penelitian. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal mengenai metode penelitian, diantaranya tempat dan waktu penelitian, tujuan dan aspek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan, pengolahan dan analisis data .

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Nana Sudjana, Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau kejadian pada saat sekarang.53 Dengan perkataan lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan masalah-masalah aktual pada saat penelitian dilaksanakan.

Menurut Moleong, data dalam penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.54

53

Dr. Nana Sudjana & Dr. Ibrahim M.A, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung; Sinar Baru Algensindo, 2009), cet.ke 5, h. 64

54

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), h 6


(48)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data-data yang berupa dokumen, buku penghubung, program pembelajaran dan catatan-catatan selama proses penelitian. Selain data-data di atas peneliti juga data kuantitatif yang diolah dari angket sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian yang peneliti laku

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Fatahillah Grogol yang beralamat di Jalan Dr. Sumeru Raya Grogol, Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan oleh penulis selama bulan Oktober sampai dengan bulan November 2010.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

- Untuk mendeskripsikan kegiatan siswa sehari-hari pada waktu pelaksanaan shalat lima waktu.

- Untuk mendeskripsikan disiplin siswa dalam beribadah.

- Untuk mendeskripsikan efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol dalam meningkatkan disiplin beribadah.

D. Aspek Penelitian

Aspek dalam penelitian yang berjudul “Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin

Beribadah” adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat.

b. Disiplin (peserta didik) dalam beribadah.


(1)

7. Apa yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan disiplin ibadah peserta didik?

Jawaban :

1. Sekolah ini bermula dari Yayasan Masyarakat yang didirikan oleh para tokoh masyarakat di lingkungan Grogol. Pada tahun 1974 berdiri beberapa lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan ini yaitu Madrasah Diniyah Al-Ishlaah, Sekolah Fatahillah tingkat Menengah Pertama dan Sekolah tingkat Menengah Atas. Awalnya sekolah didirikan dengan memanfaatkan tanah fasilitas umum, kemudian pada tahun 1977 Pemda DKI memberikan bantuan dalam pembangunan dan penyelenggaraanya. Setelah selesai, Pemda DKI menyerahkannya kepada Yayasan Masjid Al-Muhajirin untuk dikelola.

2. Seiring perjalanannya sekolah ini mengalami perkembangan-perkembangan dalam segi fisik bangunan yang bertambah yang disebabkan bertambahnya jumlah peserta didik dari tahun ke tahun. Kepercayaan terhadap sekolah ini bertambah dengan bertambahnya jumlah peserta didik yang ingin belajar di sekolah ini.

3. Guru yang mengajar di sekolah ini sebanyak 21 guru, sedangkan jumlah siswa sebanyak 344 orang.

4. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang ibadah, ruang kelas, ruang OSIS, ruang komputer, ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang BK, ruang TU, WC Guru dan Murid serta Gudang.


(2)

5. Sekolah melakukan beberapa langkah dalam mengembangkan keagamaan peserta didik, yaitu :

- Menambah alokasi waktu untuk kurikulum Pendidikan Agama. Penambahan ini untuk menambah materi keagamaan dengan memasukkan materi Aqidah Akhlak dan Bahasa Arab dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam.

- Menyelenggarakan kegiatan keagamaan yang bersifat rutin mau pun temporer.

- Menyelenggarakan praktek-praktek dan ujian praktek ibadah. - Memfasilitasi kegiatan keagamaan di sekolah.

6. Sekolah melibatkan guru dalam usaha meningkatkan disiplin ibadah peserta didik. Guru memantau peserta didik saat melaksanakan shalat berjamaah di mesjid serta guru kelas memantau ibadah peserta didik selama di rumah dengan buku penghubung.


(3)

WAWANCARA

Nama : Ahmad Muslim, S.Pd.I

Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam

Hari Tanggal : 11 Nopember 2010

=========================================================

Pokok Pembicaraan :

1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam 2. Persiapan mengajar

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 4. Alat bantu dalam mengajar

5. Kondisi keagamaan peserta didik

6. Kendala dalam pembelajaran PAI dan ibadah

7. Tujuan pengadaan pembinaan disiplin ibadah shalat

8. Upaya guru membina kedisiplinan ibadah shalat peserta didik Isi Pembicaraan :

1. Kurikulum apa yang dipakai di sekolah ini?

2. Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum mengajar?

3. Bagaimana penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah ini?

4. Alat bantu apa saja yang digunakan saat mengajar Pendidikan Agama Islam? 5. Bagaimana kondisi keagamaan peserta didik?

6. Kendala apa saja yang ditemukan saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya dalam pembelajaran ibadah?


(4)

8. Apa indikator dari kedisiplinan peserta didik dalam ibadah shalat?

9. Apa yang dilakukan anda untuk meningkatkan disiplin ibadah shalat peserta didik?

Jawaban :

1. Kurikulum yang dipakai untuk Pendidikan Agama Islam di sekolah menggunakan kurikulum dari Kemendiknas ditambah dengan pengayaan pada aspek aqidah akhlak dan bahasa Arab.

2. Sebelum memberikan materi pengajaran kepada peserta didik ada beberapa persiapan diantaranya mengenal kemampuan peserta didik, menentukan target pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran dan alat bantu pembelajaran. 3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan di kelas-kelas dan di luar

kelas. Dalam proses pembelajarannya di dalam kelas guru menggunakan buku paket pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, para peserta didik diberikan buku lembar kerja siswa (LKS) untuk keaktifan dan pengayaan mereka dengan menjawab soal-soal yang ada di dalamnya.

Pembelajaran di luar kelas dilakukan untuk materi-materi tertentu yang dianggap perlu dilaksanakan di luar kelas. Hal itu dilakukan oleh guru karena menurutnya dengan begitu peserta didik akan mendapatkan pengalaman langsung dan dapat memberikan penilaian sesuai dengan pengalaman yang mereka rasakan

4. Alat bantu ketika mengajar beragam, diantaranya;

- Spidol - LCD Proyektor jika diperlukan

- Penghapus - Tongkat penunjuk

- dsb, sesuai tema yang sedang diajarkan

5. Pada umumnya kondisi pengetahuan peserta didik dapat dikatakan cukup memiliki bekal karena sebagian besar dari mereka telah mengenyam pendidikan non formal, baik dari madrasah maupun pengajian di rumah-rumah. Namun dalam hal membaca al-Qur’an hampir dari seluruh dari mereka belum lancar, namun sebagian besar dari mereka telah mengetahi huruf dan dapat membaca huruf-huruf al-Qur’an. Maka untuk mengatasinya pelajaran


(5)

Pendidikan Agama Islam diberi tambahan alokasi waktu untuk membina kemampuan baca tulis al-Qur’an. Selain itu diberi juga tambahan materi berupa pembelajaran aqidah dan akhlak guna meningkatkan aqidah serta akhlak peserta didik.

6. Kendala yang sering muncul dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu sikap siswa dalam menerima materi serta seringnya peserta didik yang berulah dan tidak fokus dan bergurau saat pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena diantara mereka ada yang tidak membawa buku paket pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga hal tersebut mengurangi fokus mereka dalam menerima materi.

7. Tujuan utama kami mengadakan pembinaan ibadah shalat kepada peserta didik yaitu agar mereka disiplin melaksanakan shalat lima waktu dalam kehidupan sehari-hari.

8. Indikator kedisiplinan peserta didik dalam shalat yaitu: - Melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari-hari. - Tepat waktu dalam melaksanakan shalat lima waktu. - Khusyu’ dalam melaksanakan shalat lima waktu.

9. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin ibadah shalat peserta didik dimulai dari kegiatan yang diadakan di sekolah maupun di rumah peserta didik berupa:

- Kegiatan shalat zuhur berjamaah di masjid, dengan harapan peserta didik terbiasa melaksanakan shalat secara berjamaah.

- Memantau peserta didik selama melaksanakan shalat, untuk mengetahui kondisi pelaksanaan ibadah shalat mereka apakah sudah sesuai atau belum. Kegiatan ini dilakukan bukan hanya oleh guru Pendidikan Agama Islam namun dibantu oleh para guru wali kelas dan guru-guru lainnya.

- Memantau kondisi shalat peserta didik selama di rumah melalui buku penghubung, dengan tujuan baik orang tua maupun guru mengetahui kondisi ibadah siswa.


(6)

HASIL OBSERVASI DI SMP FATAHILLAH

Indikator Aspek Penilaian Tiap Indikator Hasil Observasi

A. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru. 1. Guru dapat mengkondisikan kelas.

2. Waktu pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran.

3. Guru dapat menyampaikan materi sesuai dengan target pembelajaran. B. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum.

1. Materi sesuai dengan kurikulum.

2. Program pembelajaran sesuai dengan kurikulum. C. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh peserta didik.

1. Peserta didik mampu menerima materi yang disampaikan guru. 2. Peserta didik mampu mempraktekan gerakan shalat dengan baik. 3. Peserta didik mampu melafalkan bacaan shalat serta zikir dan doa

selesai shalat.

D. Interaksi antara guru dan peserta didik.

1. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. 2. Guru mencontohkan dan peserta didik menirukan dan mempraktekkan. 3. Peserta didik mengikuti intruksi dari guru pada saat peragaan.

E. Keikutsertaan peserta didik dalam proses pembelajaran. 1. Peserta didik mengikuti pembelajaran dengan baik. 2. Peserta didik mengikuti kegiatan shalat berjamaah.

3. Peserta didik mengikuti praktek pergaan shalat dengan baik dan tertib. F. Motivasi peserta didik meningkat.

1. Peserta didik sangat semangat dalam memperhatikan guru dan melakukan praktek shalat.

2. Peserta didik antusias dan kritis terhadap hal yang belum mereka tahu dan menanyakannya kepada guru.