Analisis Wacana URAIAN TEORITIS

sewaktu pesan dibuat. Di sinilah analisis isi kualitatif dibutuhkan. Analisis isi media kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, simbol, dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Dalam analisis media kualitatif ini semua jenis data atau dokumen yang dianalisis lebih cenderung disebut dengan istilah “text” apapun bentuknya gambar, tanda, simbol, gambar bergerak, dan sebagainya. Analisis isi media kualitatif ini merujuk pada metode analisis yang integratif dan lebih secara konseptual untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah, dan menganalisis dokumen untuk memahami makna, signifikasi, dan relevansinya Bungin, 2001:147. Analisis isi kualitatif bersifat sistematis, analitis tapi tidak kaku seperti dalam analisis isi kuantitatif. Kategorisasi dipakai hanya sebagai guide, diperbolehkan konsep-konsep atau kategorisasi yang lain muncul selama proses riset. Saat ini telah banyak metode analisis yang berpijak pada pendekatan analisis isi kualitatif. Antara lain: analisis framming, analisis wacana, analisis tekstual, semiotik, analisis retorika, dan ideological criticism Kriyantono, 2006:248.

II.3. Analisis Wacana

Analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dengan berbagai pengertian. Menurut Roger Fowler, wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman. Universitas Sumatera Utara Analisis wacana merupakan salah satu cara mempelajari makna pesan sebagai alternatif lain akibat keterbatasan analisis isi. Analisis wacana memfokuskan pada pesan yang tersembunyi laten. Yang menjadi titik perhatian bukan pesan message tetapi juga makna Bungin, 2003: 151. Penggunaan bahasa di surat kabar dapat dikaitkan dengan mengkonstruksi sesuatu pemberitaan di surat kabar. Hal ini berkaitan juga dengan proses komunikasi yang mencakup pengiriman pesan dari sistem saraf seseorang kepada sistem saraf orang lain dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna yang sama dengan yang ada dalam benak si pengirim. Pesan verbal melakukan hal tersebut melalui kata-kata, yang merupakan unsur dasar bahasa dan kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. Menurut Tubbs dan Moss, sekali kita sepakat atas suatu sistem simbol verbal, kita dapat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tentu saja, bila semua kata yang digunakan hanya merujuk pada benda maka masalah komunikasi akan menjadi sederhana. Kita dapat menentukan apa referen yang diperbincangkan hampir tanpa kesulitan, akan tetapi kata-kata juga merujuk pada perstiwa, sifat sesuatu, tindakan hubungan, konsep dan lain-lain Sobur, 2004 : 42. Analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai pemaknaan bahasa. Menurut A.S. Hikam ada tiga pandangan mengenai bahasa. Pertama, diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Oleh penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan Universitas Sumatera Utara bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh mana ia dinyatakan dengan memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme. Aliran ini menolak pandangan empirismepositivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukkan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Pandangan ini yang mengoreksi pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat Eriyanto, 2001:4-7. Analisis wacana discourse analysis merupakan bagian dari paradigma kritis, oleh karena itu disebut dengan istilah analisis wacana kritis critical discourse analysis. Analisis wacana berguna untuk menyibak permasalahan ketidakseimbangan yang terjadi dalam masyarakat ketidakseimbangan yang mendasar tentang kelas, memaksakan ketidakseimbangan dalam hal ras, gender dan religi, klaim dengan mengatasnamakan orang banyak Birowo, 2004:67. Universitas Sumatera Utara Melalui analisis wacana kita bukan hanya melihat bagaimana isi teks berita tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frasa, kalimat metafora macam apa suatu berita disampaikan Eriyanto, 2001: 15. Paradigma kritis melihat bagaimana media dijadikan sebagai alat bagi kelompok dominan untuk melegitimasikan kekuasaannya. Oleh karena itu wacana tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa, tetapi harus dikaitkan dengan konteks yang berada disekitarnya ketika wacana itu dibentuk. Paradigma ini memandang bagaimana media, dan pada akhirnya berita harus dipahami dalam keseluruhan proses produksi dan struktur sosial Eriyanto, 2001:21. Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Adapun karateristik analisis wacana kritis meliputi: a. Tindakan. Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Dengan pemahaman semacam ini, ada beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang. Pertama wacana dipandang sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, menyangga, bereaksi dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang diluar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran. b. Konteks. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Universitas Sumatera Utara c. Historis. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. d. Kekuasaan. Di sini, setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. e. Ideologi. Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi di antaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka Eriyanto, 2001: 7-14.

II.4. Analisis Wacana versi Theo Van Leeuwen