Analisis Wacana versi Theo Van Leeuwen

bukan sebagai sesuatu yang mempunyai arti yang tepat, setiap teks pada dasarnya bisa dimaknai secara berbeda, dapat ditafsirkan secara beraneka ragam. Kedua, analisis isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat nyata manifest, sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang tersembunyi latent. Makna suatu pesan dengan demikian tidak dapat hanya ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata dalam teks, tetapi harus dianalisis dari makna yang tersembunyi. Ketiga, analisis kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” what, tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia mengatakan” how. Dalam pendekatan ini, pengandaian yang digunakan untuk memeriksa makna tersembunyi yang dimiliki wacana juga dapat dipelajari dan dibedah. Selain itu juga dapat dilihat bagaimana suatu peristiwa dapat digambarkan dengan sedikit atau banyak detil dalam teks. Intinya, semua elemen yang membentuk teks baik yang terlihat secara eksplisit maupun tersamar dapat dibedakan dengan analisis wacana. Keempat, analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi dengan beberapa asumsi. Salah satunya yaitu setiap peristiwa pada dasarnya selalu bersifat unik, karena itu tidak dapat diperlakukan prosedur yang sama yang diterapkan untuk isu dan kasus yang berbeda Eriyanto, 2001: 337-340.

I.5.4 Analisis Wacana versi Theo Van Leeuwen

Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan Universitas Sumatera Utara posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya, sementara kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus menerus sebagai objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk Eriyanto, 2001 :171. Dalam analisisnya, Van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua hal, yaitu eksklusi dan inklusi. Eksklusi, melihat apakah dalam suatu teks ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dari pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai dalam melakukan hal tersebut. Eksklusi dapat dilakukan dengan cara pasivasi, nominaliasi dan penggantian anak kalimat. Sementara inklusi, melihat bagaimana masing-masing pihak atau kelompok dimunculkan dalam pemberitaan atau bagaimana cara penggambarannya. Inklusi dapat dilakukan dengan cara diferensiasi-indeferensiasi, objektivasi-abstraksi, nominasi-kategorisasi, nominasi- identifikasi, determinasi-indeterminasi, asimilasi-individualisasi, dan asosiasi- disosiasi. I.5.5 Berita Berita adalah sesuatu yang nyata-news is real. Berita adalah juga peristiwa yang segar, yang baru saja terjadi, plus dan minus. Dalam berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya. Dalam berita ada karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita news value. Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan layak berita Ishwara, 2005:52-53. Menurut Hall terdapat tiga kaidah visibilitas berita yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Kaitannya dengan peristiwa atau kejadian komponen tindakan. b. Kehangatannya. c. Keberhargaannya sebagai berita atau kaitannya dengan beberapa hal atau orang penting. Lanjutnya bahwa berita itu sendiri bertanggung jawab menciptakan ‘konsensus’ di sepanjang waktu, atas dasar mana keberhargaan berita dikenali oleh para wartawan dan diterima oleh publik McQuail, 1994:191. Berita adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat media karena memiliki nilai yang layak untuk disebarkan kepada masyarakat Bungin, 2003:153. Dalam pandangan lain berita bukanlah realitas sebenarnya. Berita adalah realitas yang sudah diseleksi dan disusun menurut pertimbangan- pertimbangan redaksi, istilahnya disebut “second-hand reality”. Artinya, ada faktor-faktor subjektivitas awak media dalam proses produksi berita. Oleh karena itu, fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi awak media. Isi media, misalnya menurut Brian McNair dapat lebih ditentukan oleh: a. Kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik the political-economy approach. b. Pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses produksi berita organizational approach. c. Gabungan berbagai faktor, baik internal media ataupun eksternal media culturalis approach Kriyantono, 2006:249. Universitas Sumatera Utara

I.6. KERANGKA KONSEP