daerah di pulau Jawa atas kelangkaan minyak tanah ini. Pernyataan mereka dapat menjadi suatu masukan bagi pemerintah untuk melihat bahwa mereka benar-benar
kesulitan mendapatkan minyak tanah. Begitu juga dengan pihak Hiswana Migas maupun Pertamina yang melontarkan pernyataan seputar penyebab kelangkaan
minyak tanah tersebut sehingga masyarakat dapat melihat suatu pandangan yang dapat merubah image suatu pihak kearah yang lebih baik atau buruk.
Dari permasalahan itulah, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pemberitaan mengenai kasus kelangkaan minyak tanah di pulau Jawa
ditampilkan karena pemberitaan inilah yang dapat menimbulkan suatu citra tersendiri dan akan mengetahui pihak-pihak yang terkait atau terlibat, lewat
pemberitaannya di Surat kabar KOMPAS. Dalam hal ini, peneliti memilih Surat Kabar KOMPAS sebagai bahan penelitian dengan pertimbangan kemapanan
secara ekonomis dan jangkauan sirkulasi surat kabar tersebut. Seperti yang telah kita ketahui, Surat Kabar KOMPAS termasuk surat kabar berskala nasional dan
sehubungan dengan berita yang hendak diteliti, mengenai kelangkaan minyak tanah di pulau Jawa, berarti KOMPAS telah memenuhi persyaratan dalam lingkup
tersebut.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi
permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana Pemberitaan mengenai kasus kelangkaan minyak tanah di pulau
Jawa, ditampilkan dalam surat kabar KOMPAS?”.
Universitas Sumatera Utara
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih
jelas. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah : a.
Penelitian ini hanya dilakukan pada Harian KOMPAS. b.
Penelitian dilakukan pada pemberitaan yang berhubungan kasus kelangkaan minyak tanah di pulau Jawa.
c. Penelitian ini dilakukan sejak 1 Desember 2007 – 31 Januari 2008.
d. Penelitian ini menggunakan analisis wacana.
I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
I.4.1 Tujuan Penelitian 1.
Untuk melihat bagaimana wacana mengenai kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa, dihadirkan dalam media massa,
khususnya surat kabar KOMPAS. 2.
Untuk mengetahui isi teks berita tentang kasus kelangkaan minyak tanah yang terjadi di pulau Jawa, pada surat kabar KOMPAS.
3. Untuk menganalisis isi teks berita tentang kasus kelangkaan minyak tanah
yang terjadi di pulau Jawa, pada surat kabar KOMPAS.
Universitas Sumatera Utara
I.4.2 Manfaat Penelitian 1.
Secara teoritis dan akademis, peneliti dapat menerapkan ilmu yang didapat selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi USU sekaligus menambah
khasanah wawasan khususnya mengenai media dan penelitian analisis wacana.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca
agar lebih kritis terhadap informasi yang disajikan media.
I.5. KERANGKA TEORI
Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti sebuah masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan diri dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1995: 39-40. Menurut
Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk konsep, definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di
antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2002 :6. Dalam penelitian ini, beberapa teori yang digunakan antara lain adalah:
I.5.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi
yang dilakukan melalui atau dengan menggunakan media massa mass media of communication. Komunikasi massa menyiarkan informasi, pendapat-pendapat,
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai kepada komunikan yang beraneka ragam dan dalam jumlah yang banyak dan sekaligus menggunakan media massa.
Adapun yang menjadi ciri-ciri utama dari komunikasi massa adalah: 1.
Sumber komunikasi massa bukan hanya satu orang. Biasanya yang menjadi sumber informasi dari komunikasi massa bukan individu
perorangan melainkan suatu organisasi yang bersifat formal dan pengirimnya seringkali merupakan komunikator professional.
2. Pesannya tidak unik dan beranekaragam. Pesan yang disampaikan
komunikasi massa biasanya bersifat sesuatu yang umum, kompleks, mudah dicerna dan diingat oleh audiencenya. Hubungan yang terjalin
anatara pengirim dan penerima juga bersifat satu arah dan jarang sekali terjadi interaksi bukan hubungan yang sifatnya khusus.
3. Komunikasi massa memiliki cakupan kontak yang sifatnya luas. Kontak
terdapat dalam komunikasi massa bukan bersifat khusus, atau bersifat hubungan interpersonal. Hubungan yang terjalin dalam komunikasi
massa adalah kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima. Tujuan dari kontak ini adalah untuk menciptakan pengaruh
yang luas dalam waktu yang singkat dan respon seketika dari banyak orang secara serentak Quail, 1994: 33-34.
I.5.2 Analisis Isi.
Analisis isi content analysis adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru replicable, dan sahih data dengan
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu
berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh itu makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap
peristiwa komunikasi. Sebenarnya analisis isi komunikasi amat tua umurnya, setua umur manusia
namun penggunaan teknik ini diintroduksikan di bawah analisis isi content analysis. Dalam metode penelitian tidak setua umur penggunaan istilah tersebut.
Tuanya umur penggunaan analisis isi dalam praktik kehidupan manusia, disebabkan sejak adanya manusia di dunia, manusia saling menganalisis makna
komunikasi yang dilakukan antara satu dengan lainnya. Gagasan untuk menjadikan analisis isi sebagai teknik penelitian muncul
dari Bernard Berelson. Ia telah menaruh banyak perhatian pada analisis isi. Berelson mendefinisikan analisis isi dengan; Content Analysis is a research
technique for the objective, systematic and quantitive of the manifest content of communication Bungin, 2003:173. Tekanan Berelson pada menjadikan analisis
isi sebagai teknik penelitian yang objektif, sistematis, dan deskripsi kuantitatif dari apa yang tampak dalam komunikasi. Salah satu tekanan Berelson dalam
analisis isi yaitu deskripsi kuantitatif. Hal ini menunjukkan pada analisis isi adalah teknik yang bersisi ganda. Dapat digunakan pada teknik kuantitatif, maupun
kualitatif, tergantung pada sisi mana peneliti memanfaatkannya. Dalam penelitian kualitatif, analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti
memaknakan isi komunikasi secara kualitatif, membaca simbol-simbol,
Universitas Sumatera Utara
memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam komunikasi Bungin, 2003:174. Menurut McQuail dalam buku Mass Communication Theory
Kriyantono, 2006: 229 mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah:
1. Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media.
2. Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial.
3. Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem
kepercayaan masyarakat. 4.
Mengetahui fungsi dan efek media. 5.
Mengevaluasi media performance. 6.
Mengetahui apakah ada bias media. I.5.3 Analisis Wacana
Lubis dalam Sobur menyatakan bahwa analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama
ini membatasi penganalisisannya hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatiannya kepada
penganalisisan wacana Sobur, 2004:47. Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak
disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besar dari berbagai defenisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan
dengan studi mengenai bahasa pemakaian bahasa Eriyanto, 2001 :3-4.
Universitas Sumatera Utara
Analisis wacana secara teoritis memiliki prinsip yang hampir sama dengan beberapa pendekatan metodologis, seperti analisis struktural, pendekatan
dekonstruksionisme, interaksi simbolik dan hermeneutik, yang semuanya lebih menekankan pada pengungkapan makna yang tersembunyi Bungin, 2003: 152-
153. Seperti yang banyak dilakukan dalam penelitian mengenai organisasi
pemberitaan selama dan sesudah tahun 1960-an, analisis wacana menekankan pada bagaimana signifikasi ideologis berita merupakan bagian dan menjadi paket
metode yang digunakan untuk memproses media How the ideological significance of news is part of the methods used to process news Sobur,
2004:48. Analisis wacana dikatakan sebagai alternatif dari analisis isi, tentu saja hal
itu bukan berarti analisis wacana lebih baik dari analisis isi kuantitatif. Kata alternatif digunakan untuk menunjukkan bahwa analisis wacana dapat melengkapi
dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif. Perbandingan di sini bukan dimaksudkan untuk mengatakan metode yang satu lebih baik dibandingkan
metode yang lain, tetapi untuk menjelaskan setiap metode mempunyai karakter tersendiri, kelebihan dan kekurangan sendiri. Analisis wacana berbeda dengan apa
yang dilakukan oleh analisis isi kuantitatif yaitu : pertama, analisis wacana dalam analisisnya lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang
umumnya kuantitatif. Analisis wacana lebih memperhitungkan pemaknaan teks dari pada penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar dari analisis
wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Isi dipandang
Universitas Sumatera Utara
bukan sebagai sesuatu yang mempunyai arti yang tepat, setiap teks pada dasarnya bisa dimaknai secara berbeda, dapat ditafsirkan secara beraneka ragam.
Kedua, analisis isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat nyata manifest, sedangkan
analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang tersembunyi latent. Makna suatu pesan dengan demikian tidak dapat hanya ditafsirkan sebagai apa
yang tampak nyata dalam teks, tetapi harus dianalisis dari makna yang tersembunyi. Ketiga, analisis kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa
yang dikatakan” what, tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia mengatakan” how. Dalam pendekatan ini, pengandaian yang digunakan untuk
memeriksa makna tersembunyi yang dimiliki wacana juga dapat dipelajari dan dibedah.
Selain itu juga dapat dilihat bagaimana suatu peristiwa dapat digambarkan dengan sedikit atau banyak detil dalam teks. Intinya, semua elemen yang
membentuk teks baik yang terlihat secara eksplisit maupun tersamar dapat dibedakan dengan analisis wacana. Keempat, analisis wacana tidak berpretensi
melakukan generalisasi dengan beberapa asumsi. Salah satunya yaitu setiap peristiwa pada dasarnya selalu bersifat unik, karena itu tidak dapat diperlakukan
prosedur yang sama yang diterapkan untuk isu dan kasus yang berbeda Eriyanto, 2001: 337-340.
I.5.4 Analisis Wacana versi Theo Van Leeuwen
Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan
Universitas Sumatera Utara
posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya,
sementara kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus menerus sebagai objek pemaknaan, dan digambarkan secara buruk Eriyanto, 2001 :171.
Dalam analisisnya, Van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua hal, yaitu eksklusi dan inklusi. Eksklusi, melihat apakah dalam suatu teks ada
kelompok atau aktor yang dikeluarkan dari pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai dalam melakukan hal tersebut. Eksklusi dapat dilakukan dengan cara
pasivasi, nominaliasi dan penggantian anak kalimat. Sementara inklusi, melihat bagaimana masing-masing pihak atau kelompok dimunculkan dalam pemberitaan
atau bagaimana cara penggambarannya. Inklusi dapat dilakukan dengan cara diferensiasi-indeferensiasi, objektivasi-abstraksi, nominasi-kategorisasi, nominasi-
identifikasi, determinasi-indeterminasi, asimilasi-individualisasi, dan asosiasi-
disosiasi. I.5.5 Berita
Berita adalah sesuatu yang nyata-news is real. Berita adalah juga peristiwa
yang segar, yang baru saja terjadi, plus dan minus. Dalam berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya. Dalam berita ada
karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita news value. Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan
layak berita Ishwara, 2005:52-53. Menurut Hall terdapat tiga kaidah visibilitas berita yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Kaitannya dengan peristiwa atau kejadian komponen tindakan.
b. Kehangatannya.
c. Keberhargaannya sebagai berita atau kaitannya dengan beberapa
hal atau orang penting. Lanjutnya bahwa berita itu sendiri bertanggung jawab menciptakan ‘konsensus’ di sepanjang waktu,
atas dasar mana keberhargaan berita dikenali oleh para wartawan dan diterima oleh publik McQuail, 1994:191.
Berita adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat media karena memiliki nilai yang layak untuk disebarkan kepada masyarakat Bungin,
2003:153. Dalam pandangan lain berita bukanlah realitas sebenarnya. Berita adalah realitas yang sudah diseleksi dan disusun menurut pertimbangan-
pertimbangan redaksi, istilahnya disebut “second-hand reality”. Artinya, ada faktor-faktor subjektivitas awak media dalam proses produksi berita. Oleh karena
itu, fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi awak media. Isi media, misalnya menurut Brian McNair dapat lebih ditentukan oleh:
a. Kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik the political-economy
approach. b.
Pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses produksi berita organizational approach.
c. Gabungan berbagai faktor, baik internal media ataupun eksternal
media culturalis approach Kriyantono, 2006:249.
Universitas Sumatera Utara
I.6. KERANGKA KONSEP
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama
Singarimbun, 1995: 17. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan
dicapai Nawawi, 1995 :40. Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis dengan memakai model analisis Theo van Leeuwen.
Secara umum model analisis ini dipergunakan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya
dalam suatu wacana serta menggambarkan bagaimana pelaku ditampilkan dalam pemberitaan. Theo van Leeuwen membuat suatu model analisis yang bisa dipakai
untuk melihat bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial ditampilkan dalam media. Dalam analisisnya, Theo van Leeuwen memusatkan perhatian pada dua
hal, yaitu ekslusi dan inklusi. Tataran ekslusi, melihat apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dari pemberitaan dan strategi
wacana apa yang dipakai dalam melakukan hal tersebut. Proses pengeluaran ini, secara tidak langsung bisa mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan
melegitimasi posisi pemahaman tertentu. Tataran inklusi, melihat bagaimana pihak atau kelompok dimunculkan dalam pemberitaan dan bagaimana cara
penggambarannya. Dengan memakai kata, kalimat, informasi atau susunan bentuk kalimat tertentu, cara bercerita tertentu, masing-masing kelompok
direpresentasikan dalam teks.
Universitas Sumatera Utara
I.7. OPERASIONAL VARIABEL VARIABEL TEORITIS