1. Standar Umum
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan
1. Standar Umum
Standar Umum adalah standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan Pemeriksa Pajak dan mutu pekerjaannya. Standar umum sebagaimana
dimaksud pada pasal 4 yang terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82PMK.032011 meliputi :
a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta
memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.
1. Persyaratan ini merupakan syarat kompetensi untuk dapat menjadi
seorang Pemeriksa Pajak, baik sebagai individu maupun sebagai Tim Pemeriksa Pajak kompetensi kolektif.
2. Untuk menunjang tugasnya sebagai Pemeriksa Pajak, pendidikan yang
berkaitan dengan pemeriksaan sangat diperlukan. Selain pendidikan formal dan pelatihan teknis, seorang Pemeriksa Pajak juga harus
mampu menggunakan keterampilan yang telah diperoleh dari pengalamannya selama bekerja secara cermat dan seksama.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksa Pajak yang melaksanakan pemeriksaan harus memiliki
pengetahuan dan keahlian yang memadai di bidang perpajakan , akuntansi, dan pemeriksaan.
4. Pemeriksa Pajak diharuskan memiliki pengetahuan umum tentang
lingkungan dan proses bisnis Wajib Pajak, termasuk di antaranya adalah kemampuan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku. 5.
Pemeriksa Pajak agar menguasai keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan maupun tulisan.
6. Pemeriksa Pajak harus memelihara dan meningkatkan keahlian dan
kompetensinya melalui
pendidikan berkelanjutan.
Pendidikan dimaksud dapat berupa diklat-diklat, kursus singkat, maupun seminar,
baik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun oleh instansi lainnya, di
dalam maupun di luar negeri. 7.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan dan penyusunan LHP, Pemeriksa Pajak wajib menggunakan kemahirannya secara profesional, cermat
dan seksama, objektif dan independen, serta selalu memelihara integritas.
b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1. Pemeriksa Pajak dituntut untuk selalu jujur dan bersih dari tindakan
tercela serta mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi ataupun golongan.
2. Pemeriksa Pajak harus tunduk pada kode etik yang telah ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak. 3.
Dalam semua hal yang berkaitan dengan pemeriksaan, Pemeriksa Pajak harus bersikap independen, yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh
keadaankondisiperbuatan danatau Wajib Pajak yang diperiksanya. Gangguan independensi yang dapat dialami oleh Pemeriksa Pajak
selama pemeriksaan meliputi hal-hal berikut: a.
Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan Wajib Pajak;
b. Memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan Wajib Pajak; c.
Pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan dengan masalah perpajakan, akuntansi, ataupun keuangan kepada
Wajib Pajak dalam kurun waktu 2 dua tahun terakhir; d.
Memiliki teman dekatkeluarga yang bekerja dalam posisi kunci di tempat Wajib Pajak;atau
e. Keadaankondisiperbuatan tertentu lainnya yang menurut
pandangan pihak lain dapat mengganggu independensi Pemeriksa Pajak.
Universitas Sumatera Utara
c. Dalam hal Pemeriksa Pajak mengalami gangguan independensi
sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, maka Pemeriksa Pajak harus secepatnya memberitahukan kepada Kepala UP2 tentang adanya
gangguan independensi tersebut. Selanjutnya, Kepala UP2 harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi gangguan independensi tersebut.
d. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan,
termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan. Dalam hal diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari dalam
dan luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan