untuk memastikan kredibilitasnya. Auditor mudajunior harus memiliki latar belakang pendidikan formal dalam akuntansi dan telah pernah mengikuti pelatihan
pemeriksa yang diadakan baik oleh BPK-RI maupun pihak lainnya.
2.2 Pengaruh Pengetahuan Melalui Pengalaman Terhadap Kekeliruan
Pengetahuan mengenai kekeliruan diperlukan dalam rangka memenuhi kewajibannya dalam standar pekerjaan lapangan. Pengetahuan juga diperlukan
sehubungan dengan telah dirumuskannya bentuk laporan audit standar. Sehubungan dengan hal tersebut auditor memiliki tanggung jawab untuk mendeteksi kekeliruan
dan ketidakberesan; a.
Auditor harus menentukan resiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan menyebabkan laporan pemeriksaan atas laporan keuangan berisi
salah saji material. b.
Auditor harus memahami karakteristik kekeliruan dan ketidakberesan agar bisa menentukan resiko salah saji laporan keuangan.
Pengetahuan Auditor tentang kekeliruan diawali dari perolehan informasi dibangku kuliah melalui buku dan perkuliahan auditing. Pengetahuan auditor akan
semakin dalam bila seorang akuntan bekerja sebagai auditor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan auditor melalui pengalaman audit, diskusi
mengenai audit, seminar-seminar, pengawasan dan review pekerjaan oleh auditor
Universitas Sumatera Utara
pengawasan, program pelatihan, tindak lanjut, program pemeriksaan dan penggunaan pedoman audit.
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit,
auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dibidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya diperluas
melalui pengalaman dalam praktik audit. Auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten yunior
untuk mencapai suatu kompetensi harus memperoleh pengalaman profesional dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasan yang lebih
berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik harus mempelajari,
memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
Pihak yang melakukan audit atas laporan keuangan adalah auditor. Auditor akan melaksanakan audit menurut ketentuan yang ada pada standar auditing yang
ditetapkan oleh Ikatan Profesi Akuntan Publik. Standar auditing yang ada meliputi 1 standar umum, 2 standar pekerjaan lapangan dan 3 standar pelaporan. Standar
umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu
kinerja akuntan publik dalam melakukan pekerjaan lapangan. Standar pelaporan
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan IAI, 2001.
Pengetahuan auditor khususnya pengetahuan tentang kekeliruan semakin berkembang dengan banyaknya pengalaman kerja. Hal tersebut tidak untuk semua
aspek pengetahuan tentang kekeliruan dalam suatu lingkungan audit yang umum.
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang diberikan auditor akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas
audit yang dilakukannya. Pertanyaan tentang kualitas audit yang dilakukan auditor oleh masyarakat bertambah besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan
akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Skandal di dalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan
Indonesia IAI terhadap 10 kantor Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran, menyusul keberatan pemerintah atas sanksi berupa peringatan plus yang telah
diberikan. Sepuluh Kantor Akuntan Publik tersebut diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998
Winarto, 2002. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan
didenda oleh Bapepam.
Universitas Sumatera Utara
Ashton 1991, mengemukakan bahwa pengetahuan frekuensi base rate auditor terhadap kekeliruan laporan keuangan sangat tidak teliti dan bahwa
pengetahuan ini tidak menjadi lebih teliti dengan pengalaman. Beberapa penelitian sebelumnya, yang mempelajari mengenai pengaruh
pengalaman dalam bidang audit, telah menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal tersebut kemungkinan disebabkan pada penelitian tidak mepertimbangkan faktor
pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas Bonner, 1990; Abdolmohammadi dan Wright, 1987. Penerapan atau pengulangan dari beberapa
penelitian dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang sama yang mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman membuat judgment frekuensi
relatif yang lebih baik dalam tugas-tugas profesional dibandingkan auditor yang belum berpengalaman.
2.3 Pengaruh pengalaman terhadap pengetahuan kekeliruan yang tak lazim