Pengaruh Pengalaman Terhadap Kemampuan Mendeteksi Kekeliruan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening

(1)

PENGARUH PENGALAMAN TERHADAP KEMAMPUAN

MENDETEKSI KEKELIRUAN DENGAN INTUISI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

TESIS

Oleh

SAHAT SIMANGUNSONG

037017029/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH PENGALAMAN TERHADAP KEMAMPUAN

MENDETEKSI KEKELIRUAN DENGAN INTUISI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program

Studi Ilmu Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHAT SIMANGUNSONG

037017029/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGALAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI KEKELIRUAN DENGAN INTUISI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Nama Mahasiswa : Sahat Simangunsong Nomor Pokok : 037017029

Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

(Prof. Dr. Ade. Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Anggota

(Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)

Ketua Program Studi -

(Prof. Dr. Ade. Lubis, MAFIS, MBA, Ak.)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 11 Februari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

Anggota : Drs. Rasdianto, M.Si, Ak

Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dirancang sebagai suatu studi empiris untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengalaman untuk mendeteksi kekeliruan bagi auditor pada Perwakilan BPK-RI di Medan dalam melakukan pemeriksaan. Hal-hal yang mempengaruhi antara lain jenjang jabatan, tahun pengalaman dan hubungan antara jenjang jabatan dengan tahun pengalaman dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap penggunaan intuisi dalam melakukan pekerjaan pemeriksaan, intuisi terhadap pendeteksian kekeliruan serta pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan melalui intuisi yang dimiliki auditor.

Sampel yang diambil adalah seluruh pegawai Perwakilan BPK-RI di Medan yang pernah melakukan pemeriksaan baik dari unsur penunjang maupun teknis. Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan analisa regresi sederhana karena masing-masing model penelitian hanya memiliki satu variabel independen sedangkan hipotesis 3 diuji dengan menggunakan analisa regresi bertingkat.

Hasil penelitian menunjukkan, dalam hipotesis 1 diperoleh nilai R2 sebesar 0,457 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 45,7% dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 diperoleh nilai R2 sebesar 0,314 yang berarti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 31,4%, serta berdasarkan hipotesi 3 diketahui bahwa intuisi bukan merupakan partial intervening variabel tetapi merupakan variabel independen.


(6)

ABSTRACT

This research is planned as an empirical study to know the affect of experience to detect error toward auditor at BPK – RI delegation in Medan in checking. Those things that affect are the position of function, experienced year and the relation between position of function and experienced year to know the affect of experience toward the using of intuition in checking and the affect of using intuition toward error detective and the affect of experience toward error detective through auditor’s intuition.

Sample is taken from all delegated employee of BPK –RI in Medan who have ever done checking either from supporter or technical element. Hypothesis 1 and 2 are tested by simple regression analysis because the type of each research has only an independent variable while hypothesis 3 is tested by level regression analysis.

The result of research shows that hypothesis 1 is got, R2 is 0,457, it means that dependent variable is able to be explained by independent variable, 45, 7 % and based on the result of hypothesis 2 is got, R 2 is 0, 314, it means dependen variable is able to be explained by independent variable, 31,4 % and the last based on hypothesis 3 is known that intuition is not partial intervening variable but it is independent variable.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pengalaman Terhadap Kemampuan Mendeteksi Kekeliruan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening”.

Tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM&H, Sp. A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai pembimbing Pertama yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, dan saran kepada penulis sehingga terselesainya penyusunan tesis ini. 4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si,Ak selaku Sekretaris Program Studi

Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Rasdianto, MA, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan


(8)

untuk menyusun tesis ini.

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.

7. Staf/karyawan Sekretariat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membanti dan memberikan saran, pendapat serta pandangannya sehingga penulisan tesis ini terselesaikan.

Akhirnya penulis menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada orang tua, kakak dan adik saya atas dukungan dan doanya yang tidak ternilai harganya dalam memberikan bimbingan baik moral, materil dan spirituil dalam suka maupun duka.

Semoga tesisi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Februari 2008 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sahat Simangunsong

DATA PRIBADI

Alamat : Jl. Ujung Gurun Perumahan Pondok Mungil Nlok B No. 8 Padang

Nomor HP : 081361642675

Tempat/Tgl Lahir : Dolok Merangir/21 April 1977 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Ayah : Pardomuan Simangunsong Nama Ibu : Omiye Riana Hutabarat

Tahun 2003-2008 : USU, Sekolah Pascasarjana (S2) Akuntansi

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2000-2002 : Universitas Medan Area (UMA), Sarjana (S1) Akuntansi Tahun 1996-1999 : Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta Tahun 1993-1996 : SMAN Serbelawan

Tahun 1990-1993 : SMPN 1 Serbelawan

Tahun 1984-1990 : SDN 091600 Dolok Merangir

PENGALAMAN KERJA


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...……… i

ABSTRACT………. ii

KATA PENGANTAR……….. iii

RIWAYAT HIDUP……….. v

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR………... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ………...………...……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………..…...…... 10

1.3 Batasan Masalah……….. 11

1.4 Tujuan Penelitian………...….. 11

1.5 Manfaat Penelitian………... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS... 13

2.1 Pengaruh Pengalaman Terhadap Kekeliruan... 13

2.2 Pengaruh Pengetahuan Melalui PengalamanTerhadap Kekeliruan... 16

2.3 Pengaruh pengalaman terhadap pengetahuan kekeliruan yang tak lazim... 19


(11)

2.4 Pengaruh Penggunaan Intuisi Terhadap Kekeliruan... 20

2.5 Kerangka Penelitian………... 22

2.6 Hipotesis Penelitian..……….. 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

3.1 Populasi dan Sampel……… 24

3.2 Teknik Pengumpulan Data………..……. 24

3.3 Pengukuran Variabel……… 25

3.4 Pengujian Reliabilitas dan Validitas Data……….... 29

3.5 Pengujian Asumsi Klasik.……….…………... 29

3.5.1. Pengujian Normalitas………. 29

3.5.2. Uji Heteroskedastisitas………... 30

3.6 Model Penelitian……….. 30

3.7 Pengujian Hipotesis………. 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 33

4.1 Pengujian Validitas dan Realibilitas Data……… 33

4.2 Pengujian Asumsi Klasik………. 33

4.2.1 Pengujian Normalitas Hipotesis 1………... 34

4.2.2 Pengujian Heteroskedastisitas Hipotesis 1………….. 35

4.2.3 Pengujian Normalitas Hipotesis 2………... 37

4.2.4 Pengujian Heteroskedastisitas Hipotesis 2………….. 38

4.2.5 Pengujian Normalitas Hipotesis 3………... 38

4.2.6 Pengujian Heteroskedastisitas Hipotesis 3………….. 40

4.3 Deskripsi Statistik……… 40

4.4 Pengujian Hipotesis………..…..….. 41

4.4.1 Pengujian Hipotesis 1………..…… 41


(12)

4.4.3 Pengujian Hipotesis 3……….…… 44

4.5 Pembahasan……….…… 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 51

A. Kesimpulan……… 51

B. Saran……….…… 52


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Defenisi Operasional Variabel... 28

2 Deskripsi Statistik... 40

3 Ringkasan Pengujian Hipotesis 1... 41

4 Ringkasan Pengujian Hipotesis 2... 43


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Kerangka Penelitian ……… 23

2 Pengujian Normalitas Data... 35

3 Uji Heterokedastisitas... 36

4 Pengujian Normalitas Data... 37

5 Uji Heterokedastisitas ... 38

6 Pengujian Normalitas Data... 39


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian... 56

2.a Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengalaman... 64

2.b Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Intuisi... 65

2.c Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kekeliruan... 66

3 Satistik Diskriptif... 67

4 Pengujian asumsi Klasik dan Hipotesis 1... 68

5 Pengujian Asumsi Klasik dan Hipotesis 2... 71


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini dirancang sebagai suatu studi empiris untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengalaman untuk mendeteksi kekeliruan bagi auditor pada Perwakilan BPK-RI di Medan dalam melakukan pemeriksaan. Hal-hal yang mempengaruhi antara lain jenjang jabatan, tahun pengalaman dan hubungan antara jenjang jabatan dengan tahun pengalaman dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap penggunaan intuisi dalam melakukan pekerjaan pemeriksaan, intuisi terhadap pendeteksian kekeliruan serta pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan melalui intuisi yang dimiliki auditor.

Sampel yang diambil adalah seluruh pegawai Perwakilan BPK-RI di Medan yang pernah melakukan pemeriksaan baik dari unsur penunjang maupun teknis. Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan analisa regresi sederhana karena masing-masing model penelitian hanya memiliki satu variabel independen sedangkan hipotesis 3 diuji dengan menggunakan analisa regresi bertingkat.

Hasil penelitian menunjukkan, dalam hipotesis 1 diperoleh nilai R2 sebesar 0,457 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 45,7% dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 diperoleh nilai R2 sebesar 0,314 yang berarti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 31,4%, serta berdasarkan hipotesi 3 diketahui bahwa intuisi bukan merupakan partial intervening variabel tetapi merupakan variabel independen.


(17)

ABSTRACT

This research is planned as an empirical study to know the affect of experience to detect error toward auditor at BPK – RI delegation in Medan in checking. Those things that affect are the position of function, experienced year and the relation between position of function and experienced year to know the affect of experience toward the using of intuition in checking and the affect of using intuition toward error detective and the affect of experience toward error detective through auditor’s intuition.

Sample is taken from all delegated employee of BPK –RI in Medan who have ever done checking either from supporter or technical element. Hypothesis 1 and 2 are tested by simple regression analysis because the type of each research has only an independent variable while hypothesis 3 is tested by level regression analysis.

The result of research shows that hypothesis 1 is got, R2 is 0,457, it means that dependent variable is able to be explained by independent variable, 45, 7 % and based on the result of hypothesis 2 is got, R 2 is 0, 314, it means dependen variable is able to be explained by independent variable, 31,4 % and the last based on hypothesis 3 is known that intuition is not partial intervening variable but it is independent variable.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Auditor harus didukung dengan kompetensi yang memadai tentang teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang mendukung. Kompetensi tersebut diperoleh melalui jenjang pendidikan secara formal maupun informal serta melalui pengalaman dalam praktik audit. Auditor harus mampu mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgment yang diberikan. Bukti-bukti yang dikumpulkan harus memadai sehingga dapat meyakinkan auditor dalam memberikan opini audit. Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan menjadi lebih reliable dan kredibel, manajemen memerlukan jasa pihak ketiga yang independen yakni auditor yang memiliki persyaratan profesional yang bekerja berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Konsistensi dalam penyajian laporan keuangan perusahaan publik sangat penting, karena laporan keuangan tahunan perusahaan publik merupakan informasi keuangan yang


(19)

dipublikasikan kepada masyarakat (investor, calon investor, kreditor dan pemakai lainnya) dan akan dianalisis untuk mendukung keputusan investasi, kredit atau lainnya. Agar dapat dianalisis dengan menggunakan teknik yang ada, laporan keuangan harus memiliki konsistensi dalam penyajian (Palepu, 2000) dan disajikan dalam format yang mudah dimengerti (Maines, 2000). Ketidakkonsistenan penyajian akan menyulitkan dalam penggunaan alat analisis dan bahkan hasil analisis bisa menyesatkan sehingga Laporan Keuangan perusahaan publik harus diaudit oleh auditor independen (Arens, 2000). Standar konsistensi bukanlah suatu standar yang kaku, apabila perusahaan sekali memilih suatu metode atau prinsip akuntansi, penerapan metode dan prinsip tersebut harus konsisten. Namun demikian, perusahaan dimungkinkan untuk mengubah metode atau prinsip akuntansi yang telah dipilih dengan suatu metode atau prinsip akuntansi yang baru untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini perusahaan. Perubahan tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan, apabila jumlahnya material, auditor harus mengungkapkan dalam pendapatnya. Perubahan akuntansi yang mungkin terjadi adalah perubahan prinsip akuntansi, perubahan estimasi, perubahan entitas pelapor dan adanya kesalahan akuntansi (Kieso, 2001). Kesalahan akuntansi yang dimaksud meliputi kesalahan perhitungan matematis dan salah dalam menerapkan suatu prinsip akuntansi. Akun-akun yang mungkin mengalami perubahan prinsip Akun-akuntansi dan estimasi Akun-akuntansi adalah: piutang, persediaan, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, pendapatan. Perubahan terjadi karena adanya perubahan dalam metode penghapusan piutang tak


(20)

tertagih, metode penentuan cadangan piutang tak tertagih dan estimasi persediaan usang, perubahan dalam metode penilaian persediaan dan estimasi persediaan usang, perubahan dalam metode penyusutan, amortisasi dan estimasi menentukan masa manfaat dan nilai sisa, serta perubahan dalam metode pengakuan pendapatan.

Adanya perubahan akun-akun selain akun-akun yang telah disebutkan diatas dan perubahan karena kesalahan akuntansi menunjukkan adanya indikasi awal ketidakbenaran dalam proses audit (pekerjaan lapangan). Ketidakbenaran tersebut dapat disebabkan antara lain: (1) auditor dilapangan tidak menjalankan tugasnya dengan cermat dan seksama dan proses supervisi tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan laporan keuangan yang disusun terjadi kesalahan penghitungan matematis (2) auditor dilapangan salah dalam menginterprestasikan sebuah fakta transaksi sehingga menyebabkan laporan keuangan yang disusun terjadi kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi (3) auditor melakukan audit berdasarkan materialitas dan sampel. Meskipun hal ini diperbolehkan oleh standar, tetapi terdapat suatu resiko tidak terdeteksinya fakta transaksi yang tidak material untuk periode yang lalu tetapi material periode berjalan sehingga saat fakta tersebut ditemukan pada periode berjalan, menuntut auditor untuk mengoreksi atau menyajikan kembali laporan keuangan periode sebelumnya (4) adanya kesengajaan dari auditor dan manajemen untuk menyesatkan pemakai laporan keuangan dengan cara melakukan reklasifikasi akun laporan keuangan tahun sebelumnya pada saat disajikan sebagai perbandingan dengan laporan keuangan tahun berjalan. Hal ini dimungkinkan karena


(21)

laporan keuangan yang dipublikasikan dengan perbandingan dua periode. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan dua hal penting yang terkait dengan ketidakkonsistensian penyajian laporan keuangan yaitu: adanya indikasi pelanggaran standar dan ketidakbenaran dalam proses audit.

Telah banyak penelitian tentang ciri-ciri yang membentuk pengalaman, namun banyak juga penjelasan dari pengalaman yang masih belum terungkap. Suatu ciri yang dipandang paling menentukan keahlian adalah pengetahuan. Secara garis besar penelitian mengenai pengetahuan seorang ahli terdiri dari penelitian mengenai isi pengetahuan dan penelitian mengenai struktur pengetahuan yang dimiliki seorang ahli. Disebabkan keterbatasan nilai informasi yang didapat dari penelitian eksperimen tentang struktur/organisasi pengetahuan seorang ahli khususnya auditor, Bouwman dan Bradley menyarankan dilakukannya penelitian yang lebih banyak mengenai isi pengetahuan. Salah satunya adalah pengetahuan khusus apa yang lebih banyak dimiliki seorang ahli dibandingkan seorang awam (Bouwman dan Bradley, 1997).

Bouwman dan Bradley (1997) menunjukkan hingga saat ini baru ada 11 penelitian mengenai jumlah dan jenis pengetahuan seorang ahli. Diantara 11 penelitian ini hanya penelitian Choo dan Trootman (1991) dan Mark Tubbs (1992) yang mengungkapkan jenis pengetahuan khusus yang dimiliki seorang ahli yang tidak cukup didapat dari bahan kuliah yaitu pengetahuan berupa pengalaman dan pengetahuan jenis yang tidak lazim (atypical items).


(22)

Sesuai dengan kalimat dalam laporan akuntan yang berbunyi “Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor”. Berarti bahwa pemeriksaan yang dilakukan auditor bukan dilakukan tanpa standar yang baku, melainkan pemeriksaan yang dilakukan dengan standar yang berlaku umum dalam auditing. Dalam melakukan audit pada umumnya auditor tidak memeriksa secara keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang ada pada perusahaan karena akan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar. Salah satu strategi audit yang dilakukan auditor untuk membantu penyelesaian tugas pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksaan secara sampling, yaitu pemeriksaan atas pos-pos dalam laporan keuangan yang besarnya kurang dari 100%, dengan kata lain pemeriksaan secara sampling adalah pemeriksaan atas sebagian dari populasi. Sampling yang dipilih dapat membantu auditor untuk mendesain sampel yang efisien, mengukur kecukupan bukti audit, dan menilai hasil sampel. Kompetensi yang memadai dan pengalaman yang cukup diharapkan mampu menghasilkan kesimpulan yang dapat diandalkan.

Sesuai dengan Standar Umum Pemeriksaan yang menyatakan bahwa akuntan diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki dilakukan pemeriksaan secara detail terhadap pekerjaan yang dilakukan manajemen/entitas dan pengawasan atas pekerjaan-pekerjaan oleh auditor lainnya yang membantu tugas pemeriksaan.


(23)

Pengetahuan khusus lain yang belum diungkap dalam penelitian auditing sebelumnya adalah mengenai penggunaan intuisi. Intuisi (intuition) merupakan spesies pasif representasi, yang memungkinkan sensibilitas kita untuk penginderaan. Intuisi membolehkan kita untuk mencerap relasi tertentu antar representasi yang dengannya membatasi pengetahuan empiris pada alam inderawi dengan mensyaratkan adanya penampakan ruang dan waktu. Penelitian ini menghasilkan temuan yang berhenti hanya sampai digunakannya schemata oleh seorang ahli dalam mengorganisasi pengetahuan. Penelitian sebelumnya belum melacak lebih jauh mengenai kemapanan schemata yang dapat mempertajam intuisi dan selanjutnya bisa mempercepat proses pengambilan keputusan seorang ahli. Ketajaman penggunaan intuisi yang merupakan cerminan kemapanan schemata pengetahuan juga diperkirakan merupakan satu ciri seorang ahli.

Berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian/kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar Umum Pemeriksaan menghendaki auditor harus memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa. Hasil penelitian menunjukan bahwa kurikulum pendidikan formal akuntansi dirasa masih kurang memadai untuk menunjang kompetensi lulusan program studi akuntansi. Penelitian juga memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi


(24)

kemampuan pemeriksa untuk mengetahui kekeliruan dan pelatihan yang dilakukan akan meningkatkan keahlian dalam melakukan audit. Masukkan dari Kantor Akuntan Publik dan organisasi profesi sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu kurikulum pendidikan formal akuntansi dan pelatihan akuntansi.

Persyaratan standar umum yang kedua menyebutkan auditor harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat mempengaruhi indipendensinya. Melalui persyaratan ini, BPK-RI bertanggungjawab mempertahankan indipendensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan dan pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.

Pemeriksa BPK-RI mempunyai tugas pokok memeriksa seluruh unsur keuangan negara, baik pusat maupun daerah, yang mencakup: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Bank Indonesia (BI), Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Layanan Umum (BLU), dan badan lain yang ada kepentingan keuangan negara di dalamnya. Saat ini kondisi daerah khususnya di wilayah Perwakilan BPK-RI di Medan laporan keuangan pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten belum secara maksimal disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum. Hal tersebut menuntut auditor Perwakilan BPK-RI di Medan untuk mampu bekerja secara maksimal, namun dapat berakibat terjadinya


(25)

kekeliruan/kecurangan karena lemahnya pengendalian intern pemerintah daerah yang bersangkutan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu dilakukan pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. Sesuai yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK-RI meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara.

BPK-RI masih sangat membutuhkan tenaga pemeriksa dan diharapkan memberikan hasil pemeriksaan yang berkualitas dan informatif. Auditor BPK-RI antara lain mempunyai tugas pokok melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) maupun organisasi atau unit kerja yang didalamnya mengelola keuangan Negara.


(26)

Kondisi daerah khususnya di wilayah Perwakilan BPK-RI di Medan laporan keuangan pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten belum secara maksimal disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum. Hal tersebut menuntut auditor di BPK Perwakilan Medan untuk mampu bekerja secara maksimal, namun dapat berakibat tidak lepasnya kekeliruan karena lemahnya pengendalian intern pemerintah daerah yang bersangkutan. Pengalaman melakukan pemeriksaan oleh auditor sangat dibutuhkan dalam melakukan pemeriksaan dan intuisi yang baik dalam melakukan pemeriksaan.

Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) pada Standar Audit Pemerintah (SAP) butir 4.25 standar Umum ketiga menyatakan bahwa “Dalam pelaksanaan audit dan Penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”. SAP butir 5.11 menyatakan Standar Auditing IAI dan SAP mengharuskan yang berikut ini:

a. Auditor harus merancang audit untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan keuangan. b. Auditor harus merancang audit untuk keyakinan yang memadai guna mendeteksi

kesalahan/kekeliruan yang material dalam Laporan Keuangan sebagai akibat langsung dari adanya unsur perbuatan melanggar/melawan hukum yang material. c. Auditor harus waspada terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur perbuatan

melanggar/melawan hukum secara tidak langsung. Jika informasi khusus yang telah diterima oleh auditor memberikan bukti tentang adanya kemungkinan unsur


(27)

perbuatan melanggar/melawan hukum yang secara langsung berdampak material terhadap laporan keuangan, maka auditor harus menerapkan prosedur audit yang secara khusus ditujukan untuk memastikan apakah suatu unsur perbuatan melanggar/melawan hukum telah terjadi”.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa fungsi BPK adalah melaksanakan tugas pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Untuk melakukan tugas tersebut digunakan standar pemeriksaan yang merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Auditor Perwakilan BPK-RI di Medan dituntut untuk lebih maksimal dalam melaksanakan pemeriksaan. Pengalaman pemeriksaan merupakan hal yang sangat penting. Pengetahuan lain yang sangat dibutuhkan berupa penggunaan intuisi dalam melakukan pemeriksaan juga belum maksimal digunakan oleh setiap auditor. Penelitian sebelumnya belum melacak lebih jauh mengenai kemapanan schemata yang dapat mempertajam intuisi dan selanjutnya bisa mempercepat proses pengambilan keputusan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Peneliti menduga bahwa pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan bukan merupakan pengaruh langsung tetapi melalui intuisi yang diperoleh auditor.


(28)

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menggali persepsi auditor BPK-RI mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekeliruan/kecurangan yang terjadi. Faktor-faktor yang dipelajari dalam penelitian merupakan penjabaran dari konsep pengalaman dan intuisi auditor BPK-RI. Pengalaman dijabarkan menjadi faktor pengetahuan, sedangkan intuisi dijabarkan menjadi faktor sensibilitas pengindraan dalam pekerjaan auditor di BPK-RI.

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa auditor dituntut untuk mampu melakukan pemeriksan Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan informasi yang berguna bagi penggunanya. Bagaimana pengalaman dan pengetahuan pemeriksa dapat menghasilkan intuisi terhadap kekeliruan yang ada sehingga dapat dirumuskan: a. Apakah ada pengaruh pengalaman terhadap penggunaan intuisi auditor dalam

melakukan pekerjaan pemeriksaan?

b. Apakah ada pengaruh pengunaan intuisi terhadap pendeteksian kekeliruan dalam melakukan pekerjaan pemeriksaan?

c. Apakah ada pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan melalui intuisi yang dimiliki auditor?

1.3 Batasan Masalah


(29)

pada Auditor pada BPK-RI Perwakilan Medan baik auditor senior maupun auditor junior yang telah/pernah melakukan pemeriksaan. Alasannya, untuk mengetahui seberapa jauh intuisi auditor pada BPK-RI Perwakilan Medan dalam menelaah dan mengevaluasi pada saat melakukan pemeriksaan.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan batasan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap penggunaan intuisi auditor dalam melakukan pekerjaan pemeriksaan.

b. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan intuisi terhadap pendeteksian kekeliruan.

c. Untuk mengetahui apakah pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan melalui intuisi yang dimiliki auditor.

1.5 Manfaat Penelitian

Output utama dari penelitian adalah dengan diketahuinya perbedaan antara auditor yang belum berpengalaman dengan auditor yang telah berpengalaman diharapkan akan memberikan manfaat terhadap materi pendidikan profesional berkelanjutan dan membantu dalam perencanaan pembagian tugas dalam penugasan


(30)

pemeriksaan dilapangan serta membantu memberikan masukan kebutuhan tenaga pemeriksa di instansi Perwakilan BPK-RI di Medan.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Pengaruh Pengalaman Terhadap Kekeliruan

Pengaruh pengalaman dan pengetahuan sangat penting diperlukan dalam rangka kewajiban seorang pemeriksa terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. Pengetahuan seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.

Terdapat dua pandangan pokok mengenai keahlian (Bedard, 1998). Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang didasarkan pada paradigma Einhorn. Menurut pandangan ini diperlukan minimal tiga kondisi agar dikatakan sebagai seorang ahli;

a. Seorang ahli harus cenderung mengelompokkan variabel-variabel dalam cara yang sama ketika mengidentifikasikan dan mengorganisasikan isyarat (clues); b. Dalam mengukur jumlah isyarat seorang ahli harus memperlihatkan keterandalan

intra judge yang tinggi, keterandalan inter judge yang tinggi dan relatif bebas dari judge bias;

c. Seorang ahli harus menimbang dan mengkombinasikan isyarat dalam cara yang sama.


(32)

Kedua, pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut pengetahuan. Pengetahuan bisa diperoleh lewat pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung (misalnya, pendidikan, buku).

Hasil-hasil penelitian yang berpangkal pada pandangan perilaku menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman tidak berperilaku berbeda dengan akuntan yang tidak berpengalaman. Kesimpulan tersebut mungkin tidak dapat diterima secara umum dikarenakan diperlukan waktu yang lama bagi seorang akuntan untuk dapat menjadi seorang akuntan pengalaman. Hal ini dikarenakan kelemahan teori yang mendukung penelitian-penelitian dengan memakai pandangan perilaku yaitu tidak sahihnya teori yang menjelaskan bahwa keahlian mempengaruhi variabel-variabel judgment seperti consensus, stabilitas, self insight dan pentingnya isyarat. Setiap ahli dan peneliti menggunakan strategi yang berbeda dalam proses judgment sehingga dampak keahlian terhadap variabel-variabel tidak seperti yang diduga.

Menurut (I Wayan Suwarta, 2006), berdasarkan penelitian bahwa pengalaman audit dapat mengurangi efek kekinian pada pertimbangan auditor. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa auditor yang lebih berpengalaman tidak sensitif terhadap tipe bukti tertentu, dalam hal bukti yang bersifat negatif atau positif. Pengalaman auditor mampu untuk memetakan informasi sehingga tidak terjebak oleh urutan informasi yang diterimanya. Dikatakan bahwa mekanisme telaah dapat mengurangi besaran bias, karena efek kekinian pada kasus evaluasi pada pengendalian intern perusahaan berkurang dibandingkan dengan tanpa metode telaah.


(33)

Mekanisme telaah yang dilakukan secara kelompok juga dapat mengurangi besaran bias, karena efek kekinian pada kasus penilaian kelangsungan hidup perusahaan. Wayan (2006) menandaskan, hasil penelitian itu memiliki manfaat bagi praktik audit yang sudah seharusnya kantor akuntan menekankan pada aspek telaah kepada setiap staf auditor, sehingga pertimbangan yang dibuatnya bisa bebas dari faktor urutan bukti. Sularso dan Na’im (1999) menjelaskan berdasarkan penelitian yang dilaksanakan terhadap Kantor Akuntan Publik di Solo dan Jakarta menarik kesimpulan bahwa penggunaan banyaknya tahun pengalaman untuk akuntan pemeriksaan sebagai satu-satunya ukuran keahlian adalah kurang tepat. Penelitian yang hampir sama dilakukan dilakukan oleh Putri Noviyani (2002) yang menyimpulkan bahwa pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan. Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa program pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa pelatihan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan keahlian mereka untuk melakukan audit. Keahlian audit merupakan suatu kemampuan untuk mengetahui kekeliruan yang merupakan salah satu bagian dari kompetensi auditor.

Auditor harus kredibel, mengetahui standar sistem yang berlaku di BPK-RI serta relevan dan mampu melakukan penilaian terhadap kreteria dari pedoman yang digunakan. Auditor harus dapat berkomunikasi dengan jelas baik tertulis maupun lisan. Auditor harus memiliki kombinasi kualifikasi dan pengalaman yang diperlukan


(34)

untuk memastikan kredibilitasnya. Auditor muda/junior harus memiliki latar belakang pendidikan formal dalam akuntansi dan telah pernah mengikuti pelatihan pemeriksa yang diadakan baik oleh BPK-RI maupun pihak lainnya.

2.2 Pengaruh Pengetahuan Melalui Pengalaman Terhadap Kekeliruan

Pengetahuan mengenai kekeliruan diperlukan dalam rangka memenuhi kewajibannya dalam standar pekerjaan lapangan. Pengetahuan juga diperlukan sehubungan dengan telah dirumuskannya bentuk laporan audit standar. Sehubungan dengan hal tersebut auditor memiliki tanggung jawab untuk mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan;

a. Auditor harus menentukan resiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan menyebabkan laporan pemeriksaan atas laporan keuangan berisi salah saji material.

b. Auditor harus memahami karakteristik kekeliruan dan ketidakberesan agar bisa menentukan resiko salah saji laporan keuangan.

Pengetahuan Auditor tentang kekeliruan diawali dari perolehan informasi dibangku kuliah melalui buku dan perkuliahan auditing. Pengetahuan auditor akan semakin dalam bila seorang akuntan bekerja sebagai auditor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan auditor melalui pengalaman audit, diskusi mengenai audit, seminar-seminar, pengawasan dan review pekerjaan oleh auditor


(35)

pengawasan, program pelatihan, tindak lanjut, program pemeriksaan dan penggunaan pedoman audit.

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dibidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten yunior untuk mencapai suatu kompetensi harus memperoleh pengalaman profesional dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasan yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

Pihak yang melakukan audit atas laporan keuangan adalah auditor. Auditor akan melaksanakan audit menurut ketentuan yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Profesi Akuntan Publik. Standar auditing yang ada meliputi (1) standar umum, (2) standar pekerjaan lapangan dan (3) standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pekerjaan lapangan. Standar pelaporan


(36)

berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan (IAI, 2001).

Pengetahuan auditor khususnya pengetahuan tentang kekeliruan semakin berkembang dengan banyaknya pengalaman kerja. Hal tersebut tidak untuk semua aspek pengetahuan tentang kekeliruan dalam suatu lingkungan audit yang umum.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang diberikan auditor akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Pertanyaan tentang kualitas audit yang dilakukan auditor oleh masyarakat bertambah besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Skandal di dalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 kantor Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran, menyusul keberatan pemerintah atas sanksi berupa peringatan plus yang telah diberikan. Sepuluh Kantor Akuntan Publik tersebut diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998 (Winarto, 2002). Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam.


(37)

Ashton (1991), mengemukakan bahwa pengetahuan frekuensi base rate auditor terhadap kekeliruan laporan keuangan sangat tidak teliti dan bahwa pengetahuan ini tidak menjadi lebih teliti dengan pengalaman.

Beberapa penelitian sebelumnya, yang mempelajari mengenai pengaruh pengalaman dalam bidang audit, telah menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal tersebut kemungkinan disebabkan pada penelitian tidak mepertimbangkan faktor pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas (Bonner, 1990; Abdolmohammadi dan Wright, 1987). Penerapan atau pengulangan dari beberapa penelitian dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang sama yang mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman membuat judgment frekuensi relatif yang lebih baik dalam tugas-tugas profesional dibandingkan auditor yang belum berpengalaman.

2.3 Pengaruh pengalaman terhadap pengetahuan kekeliruan yang tak lazim Choo dan Trotman (1991) mengatakan bahwa probabilitas penyebutan sebuah butir informasi adalah sebuah fungsi jumlah hubungan yang dimilikinya dengan butir-butir yang lain. Informasi yang tak lazim relatif tentang hal-hal baru lebih sulit untuk dipahami dibandingkan informasi yang umumnya biasa terjadi, informasi itu akan disimpan dalam ingatan kerja untuk waktu yang lama. Selama waktu tersebut, seseorang diasumsikan mengungkapkan tambahan informasi dari ingatan jangka lama dalam upaya untuk lebih memahami sepenuhnya terhadap informasi tak lazim. Ketika


(38)

lebih banyak informasi yang tersimpan sebelumnya dipanggil dan berhubungan dengan informasi tak lazim dalam ingatan kerja, jejak-jejak jalinan hubungan tambahan berkembang. Ketika berlangsung pengolahan kolaboratif internal ini, informasi tak lazim menjadi semakin terjalin dengan potongan-potongan informasi yang lain, yang membuatnya lebih mudah diungkapkan dan lebih mudah dipanggil dari pada butir-butir yang lazim.

Peningkatan ketelitian penyebutan butir-butir informasi yang tak lazim dibanding yang lazim seharusnya benar untuk para ahli karena mereka lebih sensitif terhadap ketidakselarasan dan pengetahuan para ahli lebih terorganisasi dari pada masyarakat umumnya, sehingga para ahli memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menangani informasi relevan. Hal ini memungkinkan para ahli memberikan lebih banyak perhatian pada butir tak lazim yang memerlukan tambahan pengolahan untuk memadukan pengetahuan dengan informasi yang ada.

2.4 Pengaruh Penggunaan Intuisi Terhadap Kekeliruan

Intuisi merupakan Eureka Factor yang artinya bahwa pengetahuan yang diperoleh tanpa pemikiran rasional. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia intuisi merupakan daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa difikirkan atau dipelajari. Agor (1989) menyatakan bahwa intuisi merujuk pada kemampuaan untuk memberi kode, menyortir, dan mengakses kebermaknaan atau relevansi hasil keputusan masa lalu secara efisien. Intuisi bukan merupakan suatu


(39)

daya kognitif yang terlahir atau kemampuan yang digunakan sesuai kehendak, melainkan suatu kemampuan belajar dari/atau diambil dari pengalaman. Ketika para pembuat keputusan menggunakan intuisi, mereka mengalami suatu proses yang otomatis dan secara tidak sadar mengambil dari struktur kognitif yang dibentuk melalui pengalaman. Meskipun secara tidak langsung menyebut intuisi, Gibbins yang dikutip Sularso (1999) mengungkapkan, setelah menelaah berbagai pustaka juga mengembangkan preferensi respon yang lebih cepat dibandingkan akuntan yang belum berpengalaman karena efisiensi pemanfaatan struktur memori yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa proses seleksi dilakukan oleh apa yang disebutnya sebagai subliminal self. Subliminal self menurut penelitian tersebut akan mengevaluasi kombinasi yang luar biasa banyak yang mungkin menghasilkan solusi atas masalah, tetapi hanya kemungkinan solusi yang menarik yang akan muncul kekesadaran. Solusi atas masalah tersebut diseleksi oleh subliminal berdasarkan keindahan matematisnya. Cara kerja proses kreatif fenomena dari alam bawah sadar atau intuisi terdiri empat tahapan yaitu:

a. Tahap persiapan, pada tahapan ini kita mendefenisikan masalah atau tujuan dan mengumpulkan semua informasi terkait dan menentukan kriteria untuk memverifikasi apakah sebuah solusi bisa diterima atau tidak.

b. Tahap inkubasi, pada tahap ini mundur dari persiapan dan membiarkan pikiran kita bekerja dibelakang layar. Sama seperti tahap persiapan, tahap ini bisa berakhir dalam beberapa menit, minggu ataupun bahkan bertahun-tahun.


(40)

c. Tahap iluminasi, pada tahap ini ide-ide muncul dari pikiran yang menyediakan dasar untuk respons kreatif. Ide-ide tersebut berupa bagian-bagian dari keseluruhan atau langsung keseluruhan. Berbeda dengan tahap lainnya, tahap ini berlangsung singkat dan sering berupa inspirasi sesaat yang intens.

d. Tahap verifikasi, tahap ini merupakan tahapan akhir dimana pengujian dilakukan untuk menentukan apakah inspirasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya memenuhi kriteria dan keinginan yang ditentukan pada tahap persiapan.

Adanya kerja sama yang erat antara alam bawah sadar yang berpikiran rasional dengan alam bawah sadar yang bercorak intuitif untuk membantu pemecahan masalah yang kreatif. Intuisi tampaknya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Peranannya dalam penyelesaian masalah sangat besar dan tidak kalah dengan cara berpikir rasional karena itu intusi merupakan suatu bentuk dari pengalaman yang dapat dimanfaatkan oleh seseorang sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusannya.

2.5 Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dijelaskan bahwa yang menjadi dasar kerangka penelitian yaitu:

a. Pengalaman dan pengetahuan auditor dalam melaksanakan pemeriksaan tidak dijadikan prioritas dalam melakukan pekerjaan sehingga output yang diharapkan tidak maksimal untuk mendeteksi kekeliruan/kecurangan yang terjadi.


(41)

b. Intuisi dalam melakukan audit belum digunakan secara maksimal oleh auditor sehingga kekeliruan/kecurangan tidak ditemukan dalam melakukan pemeriksaan. Dapat digambarkan dalam kerangka penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ada pengaruh pengalaman terhadap penggunaan intuisi auditor dalam melaksanakan pekerjaan pemeriksaan

b. Ada pengaruh penggunaan intuisi terhadap pendeteksian kekeliruan dalam melaksanakan pekerjaan pemeriksaan.

c. Pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kekeliruan melalui intuisi yang dimiliki auditor.

Pengalaman Kekeliruan


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah auditor BPK-RI Perwakilan Medan yang menjalankan proses audit, yaitu yang melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pemeriksa yunior dan pemeriksa senior termasuk pemeriksa yang diperbantukan dalam unsur penunjang. Penggunaan pemeriksa pada unsur penunjang digolongkan sebagai pemeriksa yang belum berpengalaman dikarenakan pemeriksa tersebut belum sering melakukan pemeriksaan namun memiliki sertifikat sebagai pemeriksa. Alasan pemilihan tersebut adalah auditor Perwakilan BPK-RI di Medan melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan dan memberikan pendapat atas dasar hasil pemeriksaan tersebut, sehingga mereka terlibat dalam penentuan kualitas audit. Karena jumlah populasi relatif sedikit, maka seluruh populasi dijadikan sampel, jadi penelitian ini bersifat sensus.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dari penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan data primer, yakni data yang diperoleh dari para akuntan di BPK Perwakilan Medan. Alat yang digunakan adalah kuesioner, yang berisi berbagai pertanyaan yang


(43)

berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti. Instrumen pengumpulan data jumlah pengetahuan dari subyek mengikuti instrumen interralated reliability yang berupa penyebutan kembali secara bebas (unsconstrained free recall task). Unconstrained free recall task adalah suatu mode untuk mendapatkan data mengenai pengetahuan seseorang mengenai suatu kawasan pengetahuan dalam suatu cara yang tak mendesakan pendapat dan tidak dimaksudkan untuk menirukan suatu situasi yang berkaitan dengan kerja. Dengan memakai instrument seperti ini maka probabilitas waktu, dan urutan akan ditentukan oleh organisasi ingatan subyek dan strategi pengungkapannya sendiri dan akan tidak dipengaruhi oleh isi dan struktur suatu daftar yang disajikan.

3.3 Pengukuran variabel

Pengukuran variabel yang dilakukan peneliti dalam penulisan ini merupakan adobsi dari peneliti-peneliti sebelumnya, ukuran ordinal terhadap variabel pengalaman akuntan pemeriksa digunakan oleh Hermanto (1997) yang menggunakan penilaian obyek eksperimen terhadap pernyataan ordinal dari tidak berpengalaman hingga sangat pengalaman. Ukuran tahun pengalaman untuk mengukur pengalaman dipakai oleh Frederick dan Libby (1986) dan Nelson (1993). Ukuran pengembangan intuisi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan pengambangan dari Sularso (1999) dengan mengawalinya melalui pemahaman atas intuisi untuk memperoleh indikator penggunaan intuisi dengan pengalaman dalam pekerjaan. Indikator ini juga


(44)

sejalan dengan hasil penelitian Wally dan Baum (1994) yang menunjukkan bahwa penggunaan intuisi yang lebih besar akan mempercepat waktu pengambilan keputusan.

Dalam variabel penelitian ini terdapat beberapa variabel yang digunakan yaitu:

a. Variabel Pengalaman

Variabel pengalaman dalam penelitian merupakan variable independen. Variabel pengalaman auditor bisa diukur dengan ukuran ordinal, jenjang jabatan, tahun pengalaman, dan hubungan antara jenjang jabatan dengan tahun pengalaman. Penggunaan jenjang jabatan auditor untuk mengukur variable pengalaman antara lain dilakukan oleh Ashton (1991) yang memakai jenjang jabatan auditor mulai dari staf hingga partner untuk membedakan tingkat pengalaman.

Ukuran tahun pengalaman untuk mengukur pengalaman dipakai antara lain oleh Nelson (1993) memakai auditor yang berpengalaman lebih dari dua tahun untuk mengukur auditor yang berpengalaman.

b. Variabel Penggunaan Intuisi

Memahami intuisi sebagai suatu proses penalaran yang berasal dari pengungkapan pengalaman dan ingatan masa lalu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Diagnosa dan pemecahan masalah secara intuitif berlangsung sangat cepat dan tidak mampu menjelaskan bagaimana keputusan terjadi. Indikator penggunaan intuisi berupa kecepatan pengambilan keputusan.


(45)

Sesuai dengan penelitian yang diambil dalam penelitian ini, indikator kecepatan pengambilan keputusan diperoleh dari waktu subyek bisa mengidentifikasi kekeliruan yang benar dalam kasus yang ditelaah subyek. Subyek yang memakan waktu sedikit dipandang menggunakan intuisi yang lebih besar dan sebaliknya. c. Variabel Pendeteksian Kekeliruan

Variabel diukur dengan melihat kemampuan auditor BPK dalam mendeteksi adanya kekeliruan dan ketidakberasan dalam laporan keuangan yang mereka periksa.

Berikut ini adalah ringkasan defenisi operasional dan pengukuran variabel penelitian.


(46)

Tabel 1 Defenisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala Dependen

Kekeliruan Kemampuan auditor dalam mendeteksi adanya kekeliruan dan ketidakberasan dalam laporan keuangan yangmereka periksa

Kekeliruan diukur berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan mereka dalam mendeteksi adanya kekeliruan dalam laporan keuangan yang mereka periksa. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau

ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukannya dengan

skor 5 (SS= sangat setuju), skor 4 (S= setuju), skor 3 (TT= tidak tahu), skor 2 (TS= tidak setuju) dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju) tetapi pernyataan yang negatip skor akan dibalik.

Interval

Independen

Pengalaman Pengalaman auditor dalam memeriksa laporan keuangan auditee

Pengalaman diukur berdasarkan persepsi mereka tentang lamanya dan banyaknya pengalaman yang mereka miliki selama ini. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau

ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukannya dengan

skor 5 (SS= sangat setuju), skor 4 (S= setuju), skor 3 (TT= tidak tahu), skor 2 (TS= tidak setuju) dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju) tetapi pernyataan yang negatip skor akan dibalik

Interval

Intervening

Intuisi Penalaran auditor yang berasal dari pengungkapan pengalaman dan ingatan masa lalu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Intuisi diukur berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan intuisi yang mereka miliki berdasarkan pengalaman mereka selama melakukan proses pemeriksaan. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau

ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukannya dengan

skor 5 (SS= sangat setuju), skor 4 (S= setuju), skor 3 (TT= tidak tahu), skor 2 (TS= tidak setuju) dan skor 1 (STS=sangat tidak setuju) tetapi pernyataan yang negatip skor akan dibalik


(47)

3.4 Pengujian Reliabilitas dan Validitas Data

Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai r hitung dibandingkan dengan nilai r tabel, jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji kestabilan dan konsistensi instrumen dalam mengukur konsep. Selain itu, pengujian reliabilitas dilakukan untuk membantu menetapkan kesesuaian pengukur. Pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan teknik Cronbach alpha. Teknik ini merupakan pengujian yang paling umum dilakukan pada pengujian reliabilitas inter item, yaitu menggunakan item-item pertanyaan yang berskala multipoint (Sekaran, 1992). Suatu instrumen dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Nunnally, 1978).

3.5. Pengujian Asumsi Klasik 3.5.1. Pengujian Normalitas

Setelah data diuji validitas dan reliabilitas, maka data tersebut diuji normalitasnya. Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan, jika data yang diperoleh itu terdistribusi normal dan variansinya sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik parametrik. Jika data yang diperoleh itu tidak terdistribusi normal dan/atau variansinya tidak sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik nonparametrik.


(48)

Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat grafik penyebaran data dan uji Kolmogorov-Smirnov (uji K-S). Jika tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05, maka data itu terdistibusi normal.

3.5.2. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik.

3.6 Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka model penelitian dapat dibuat sebagai berikut:

Model 1: Intuisi= β0 + β1

Model 2: Keliru = β

Pengalaman+ e

0 + β1

3.7 Pengujian Hipotesis

Intuisi + e

Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan analisa regresi sederhana karena masing-masing model penelitian hanya memiliki satu variabel independen. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari varibel bebas terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji t.


(49)

Pengujian t bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Pengujian dengan tingkat signifikansi dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila hasil signifikansi pada tabel ANOVA < α 0,05, maka H0 ditolak (berpengaruh), sementara sebalikanya sebaliknya apabila tingkat signifikansi pada tabel ANOVA > α 0,05, maka H0

Pengujian dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila t hitung > t tabel (α 0,05) maka H

diterima (tidak berpengaruh).

0 ditolak (berpengaruh),

sementara sebalikanya apabila t hitung < t tabel (α 0,05) maka H0

Langkah-langkah pengujian yang digunakan oleh Baron and Kenny (1986) adalah sebagai berikut:

diterima (tidak berpengaruh). Adapun t tabel dicari dengan memperhatikan tingkat kepercayaan (α) dan derajat bebas (degree of freedom). Hipotesis 3 diuji dengan menggunakan analisa regresi bertingkat.

Z

X


(50)

X= Variabel independen Y= Variabel intervening Z= Variabel dependen

Dengan langkah pengujian sebagai berikut: Z = f(X) = a + bX Y = f(X) = c + dX Z = f(Y) = e + f(Y) Z = f(X,Y) = g + hX + jY

Suatu variable dikatakan sebagai variabel intervening penuh jika: b ≠ 0

d ≠ 0

f ≠ 0 dan j ≠ 0

h = 0

Suatu Variabel dikatakan sebagai variable intervening sebahagian jika : b ≠ 0

d ≠ 0

f ≠ 0 dan j ≠ 0 h ≠ 0 tetapi h < f


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Validitas dan Realibilitas Data

Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas, ternyata semua item pertanyaan dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa masing-masing nilai r lebih besar dari r tabel (r tabel = 0,158). Item pertanyaan juga dinyatakan realiebel karena nilai cranbach alpha seluruhnya diatas 0,6. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas data dapat dilihat pada lampiran 2a sampai lampiran 2c.

4.2. Pengujian Asumsi Klasik

Dalam analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menentukan syarat persamaan yang pada model regresi dan dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi klasik ini terdiri pengujian normalitas, autokorelasi, dan pengujian heteroskedastisitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah crossection. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi, karena itu pengujian autokorelasi tidak perlu dilakukan.


(52)

4.2.1. Pengujian Normalitas Hipotesis 1

Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 1,168 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,131. Jika signifikansi nilai Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini juga didukung dengan grafik dimana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat dilihat pada pada gambar berikut ini.


(53)

0.00.2Observed Cum Prob0.40.60.81.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expect

ed Cum Prob

Dependent Variable: Intuisi Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 2. Pengujian Normalitas Data 4.2.2. Pengujian Heteroskedastisitas Hipotesis 1

Pengujian asumsi Heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi Heteroskedastisitas, dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun


(54)

dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil pengujian Heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

-1.5-1.0-0.50.00.51.01.5

Regression Standardized Predicted Value

-3-2

-10

12

3

Regression S

tudent

ized Residual

Dependent Variable: Intuisi Scatterplot


(55)

4.2.3 Pengujian Normalitas Hipotesis 2 0.00.20.4Observed Cum Prob0.60.81.0

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expect

ed Cum Prob

Dependent Variable: Keliru Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(56)

4.2.4 Pengujian Heteroskedastisitas Hipotesis 2 -1012

Regression Standardized Predicted Value

-2

-1

0

1

2

Regression Student

ized Residual

Dependent Variable: Keliru Scatterplot

Gambar 5. Uji Heteroskedastisitas

4.2.5. Pengujian Normalitas Hipotesis 3

Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 1,036 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,233, jika signifikansi nilai Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan


(57)

bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini juga didukung dengan grafik dimana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat dilihat pada pada gambar berikut ini.

Gambar 6. Pengujian Normalitas Data

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expected Cum Prob

Dependent Variable: Keliru Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(58)

4.2.6 Pengujian Heteroskedastisitas Hipotesis 3

Gambar 7. Uji Heteroskedastisitas 4.3. Deskripsi Statistik

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka deskripsi statistik dari data penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Deskripsi Statistik

N Mininum Maximum Mean Std. Deviation Pengalaman Pendidikan Ikatan Tekanan Telaah Keahlian Indipendensi Kualitas 66 66 66 66 66 66 66 66 1.00 1.80 1.40 1.25 1.50 1.40 1.47 1.60 4.67 4.40 4.40 4.50 5.00 4.53 4.38 4.60 3.0051 3.2333 2.9424 2.7386 3.3030 3.1192 2.9947 3.2424 1.28701 1.19052 1.44766 1.43274 1.36404 1.08941 .62280 1.27340

-2 -1 0 1

Regression Standardized Predicted Value

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Studentized Residual

Dependent Variable: Keliru Scatterplot


(59)

4.4. Pengujian Hipotesis 4.4.1. Pengujian Hipotesis 1

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah “Pengaruh pengalaman terhadap Intuisi”.

Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Ringkasan Pengujian Hipotesis 1

Model

Unstandardized Coefficient

Standardized

Coefficient T Sig

Β Std Error Beta

Constant .827 .288 2.875 .006

Pengalaman .614 .086 .676 7.105 .000

R = 0,676 R2

F = 199.523 = 0,457 Sig. F = 0,000

Sumber : Lampiran 4 (SPSS)

Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara independen variabel dengan dependen variabel. Hubungan (Umar,1997) dibagi menjadi beberapa tingkatan diantaranya hubungan dikatakan sangat kuat bila R lebih besar dari 0,6. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0,676, hal ini


(60)

menunjukkan bahwa variabel pengalaman mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan intuisi.

Berdasarkan pengujian diperoleh nilai R square (R2) atau nilai koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh pengaruh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum R2 untuk data silang (cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Nilai R2

Berdasarkan uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan 0,000, karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh pengalaman terhadap intuisi auditor. Dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh pengalaman terhadap intuisi sebesar 0,457 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 45,7%. Dengan kata lain 45,7 % perubahan dalam intuisi auditor mampu dijelaskan variabel pengalaman, dan sisanya sebesar 54,3% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.


(61)

auditor. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka model 1 penelitian untuk kualitas audit adalah sebagai berikut:

Intuisi = 0.827 + 0.614 Pengalaman + e

Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel pengalaman menunjukkan angka positif. Berarti bahwa hubungan antara pengalaman dengan intuisi adalah positif yaitu semakin tinggi pengalaman dalam melakukan audit maka semakin baik intuisi yang dimiliki auditor BPK.

4.4.2. Pengujian Hipotesis 2

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah “Pengaruh intuisi terhadap kekeliruan”. Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Ringkasan Pengujian Hipotesis 2

Model

Unstandardized Coefficient

Standardized

Coefficient T Sig

Β Std Error Beta

Constant 1.862 0.313 5,951 0,000

Intuisi 0.556 0,106 0,560 5,242 0,000

R = 0,560 R2 = 0,314


(62)

Sig. F = 0,000

Sumber : Lampiran 5 (SPSS)

Nilai R sebesar 0,560, hal ini menunjukkan bahwa variabel intuisi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pendeteksian kekeliruan.

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai R2

Berdasarkan uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan 0,000, karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh intuisi auditor terhadap pendeteksian kekeliruan. Dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai untuk memprediksi tingkat kemampuan pendeteksian kekeliruan berdasarkan masukan intuisi.

sebesar 0,314 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 31,4%, dengan kata lain 31,4 % perubahan dalam pendeteksian kekeliruan mampu dijelaskan variabel intuisi auditor, dan sisanya sebesar 68,6% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka model 2 penelitian untuk pendeteksian kekeliruan adalah sebagai berikut:

Keliru = 1.862 + 0.556 Intuisi + e


(63)

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis.

Tabel 5 Ringkasan Pengujian Hiptesis 3

Koefisien Prob

Persamaan 1

Konstanta a 1,171 0.000

Pengalaman b1 0.716 0.000

R 0.795

R2 0.632

F 103.080

Prob. F 0.000

Persamaan 2

Konstanta c 0.827 0.006

Pengalaman d1 0.614 0.000

R 0.676

R2 0.457

F 50.482

Prob. F 0.000

Persamaan 3

Konstanta e 1.862 0.000

Intuisi f 0.556 0.000

R 0.560

R2 0.314

F 27.473

Prob. F 0.000

Persamaan 4

Konstanta g 1.136 0.000

Pengalaman h1 0.690 0.000

Intuisi j 0.042 0.694

R 0.796

R2 0.633

F 50.894

Prob. F 0.000


(64)

Dari tabel 5 dapat dibuat sesuatu kesimpulan bahwa hasil analisis menunjukkan bahwa pengalaman dapat berpengaruh langsung ke keliruan dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari pengalaman ke intuisi (sebagai intervening) lalau ke keliruan. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,766 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisiennya tidak langsung yaitu ((0,676) x (0,042) = 0,028392. Oleh karena koefisien hubungan langsung lebih besar dari koefisien hubungan tidak langsung, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan yang sebesarnya adalah hubungan langsung. Dapat disimpulkan bahwa intuisi bukan merupakan partial intervening variable (variabel intervening sebahagian) melainkan mempunyai hubungan langsung. Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada variabel ke tiga yang memediasi hubungan kedua variabel tadi, sedangkan dikatakan hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel ini.

4.5. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diambil suati kesimpulan bahwa pengalaman mempengaruhi intuisi seorang auditor. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Agor (1998) yang menyatakan bahwa intuisi merujuk pada kemampuan untuk memberi kode, menyortir, dan mengakses kebermaknaan atau relevansi hasil keputusan masa lalu secara efisien. Intuisi bukan merupakan suatu


(65)

daya kognitif yang terlahir atau kemampuan yang digunakan sesuai kehendak, melainkan suatu kemampuan belajar dari atau diambil dari pengalaman. Ketika para pembuat keputusan menggunakan intuisi, mereka mengalami suatu proses yang otomatis dan secara tidak sadar mengambil dari struktur kognitif yang dibentuk melalui pengalaman. Meskipun secara tidak langsung menyebut intuisi, Gibbins yang dikutip Sularso (1999) mengungkapkan telaah berbagai pustaka juga dapat mengembangkan preferensi respon yang lebih cepat dibandingkan akuntan yang belum berpengalaman karena efisiensi pemanfaatan struktur memori yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang, karena itu intusi merupakan suatu bentuk dari pengalaman yang dapat dimanfaatkan oleh seseorang sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusannya.

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa intuisi seorang auditor akan mempengaruhi kemampuannya untuk mendeteksi kemungkinan adanya kekeliruan. Penerapan atau pengulangan penelitian dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang sama. Penerapan atau pengulangan dari beberapa penelitian dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang sama yang mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman membuat judgment frekuensi relatif yang lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang auditor yang belum berpengalaman.

Pengetahuan Auditor tentang kekeliruan diawali dari perolehan informasi dibangku kuliah melalui membaca buku dan mengikuti perkuliahan auditing. Pengetahuan auditor akan semakin dalam bila seorang akuntan bekerja sebagai


(66)

pemeriksa. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan auditor melalui pengalaman audit, diskusi mengenai audit, seminar-seminar, pengawasan dan review pekerjaan oleh auditor pengawasan, program pelatihan, tindak lanjut, program pemeriksaan dan penggunaan pedoman audit.

Pengetahuan auditor khususnya pengetahuan tentang kekeliruan semakin berkembang dengan banyaknya pengalaman kerja. Namun hal tersebut tidaklah untuk semua aspek pengetahuan tentang kekeliruan dalam suatu lingkungan audit yang lazim. Ashton (1991), mengemukakan bahwa pengetahuan frekuensi base rate auditor terhadap kekeliruan laporan keuangan tidak sangat teliti dan bahwa pengetahuan ini tidak menjadi lebih teliti dengan pengalaman.

Pengujian selanjutnya menemukan bahwa ada pengaruh pengalaman terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi adanya kekeliruan. Semakin besar frekuensi auditor dalam melakukan pemeriksaan, maka akan semakin besar kemampuan yang dimiliki oleh auditor untuk mendeteksi kemungkinan ada kekeliruan, kecurangan dan lain sebagainya. Mereka lebih mengetahui unsure-unsur mana yang selalu menjadi objek kekliruan atau penyelewengan.

Pengetahuan mengenai kekeliruan diperlukan dalam rangka memenuhi kewajibannya dalam standar pekerjaan lapangan. Pengetahuan juga diperlukan sehubungan dengan telah dirumuskannya bentuk laporan audit standar. Sehubungan dengan hal tersebut auditor memiliki tanggung jawab untuk mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan;


(67)

a. Auditor harus menentukan resiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan menyebabkan laporan pemeriksaan atas laporan keuangan berisi salah saji material.

b. Auditor harus memahami karakteristik kekeliruan dan ketidakberesan agar bisa menentukan resiko salah saji laporan keuangan.

Pengetahuan Auditor tentang kekeliruan diawali dari perolehan informasi dibangku kuliah melalui membaca buku dan mengikuti perkuliahan auditing. Pengetahuan auditor akan semakin dalam bila seorang akuntan bekerja sebagai pemeriksa. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan auditor melalui pengalaman audit, diskusi mengenai audit, seminar-seminar, pengawasan dan review pekerjaan oleh auditor pengawasan, program pelatihan, tindak lanjut, program pemeriksaan dan penggunaan pedoman audit.

Pengetahuan auditor khususnya pengetahuan tentang kekeliruan semakin berkembang dengan banyaknya pengalaman kerja. Namun hal tersebut tidaklah untuk semua aspek pengetahuan tentang kekeliruan dalam suatu lingkungan audit yang lazim. Ashton (1991), mengemukakan bahwa pengetahuan frekuensi base rate auditor terhadap kekeliruan laporan keuangan tidak sangat teliti dan bahwa pengetahuan ini tidak menjadi lebih teliti dengan pengalaman.

Penerapan atau pengulangan penelitian dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang sama. Butt yang dikutip Jeffrey (1992) mengungkapkan bahwa auditor yang berpengalaman membuat judgment frekuensi relatif yang lebih


(68)

baik dalam tugas-tugas professional ketimbang auditor yang belum berpengalaman. Choo dan Trotman (1991) mengatakan bahwa probabilitas penyebutan sebuah butir informasi adalah sebuah fungsi jumlah hubungan yang dimilikinya dengan butir-butir yang lain. Informasi yang tak lazim relatif lebih sulit untuk dipahami ketimbang informasi yang lazim, informasi itu akan disimpan dalam ingatan kerja untuk waktu yang lama. Selama waktu ini, seseorang diasumsikan mengungkapkan tambahan informasi dari ingatan jangka lama dalam upaya untuk lebih memahami sepenuhnya terhadap informasi tak lazim. Ketika lebih banyak informasi yang tersimpan sebelumnya dipanggil dan berhubungan dengan informasi tak lazim dalam ingatan kerja, jejak-jejak jalinan hubungan tambahan berkembang. Ketika berlangsung pengolahan elaboratif internal ini, informasi tak lazim menjadi semakin terjalin dengan potongan-potongan informasi yang lain, yang membuatnya lebih mudah diungkapkan dan lebih mudah dipanggil dari pada butir-butir yang lazim.

Peningkatan ketelitian penyebutan butir-butir informasi yang tak lazim dibanding yang lazim seharusnya benar untuk para ahli karena mereka lebih sensitive terhadap ketidakselarasan dan pengetahuan para ahli lebih terorganisasi dari pada masyarakat umumnya, sehingga para ahli memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menangani informasi relevan. Hal ini memungkinkan para ahli memberikan lebih banyak perhatian pada butir tak lazim yang memerlukan tambahan pengolahan untuk memadukan pengetahuan dengan informasi yang ada.


(69)

Hasil penelitian akhir mendapati bahwa kemampuan auditor dalam mendeteksi adanya kekeliruan terbentuk berdasarkan pengalaman yang mereka dapat selama proses audit, dimana pengalaman-pengalaman tersebut menyebabkan meningkatnya intuisi seorang auditor dalam mendeteksi adanya kekeliruan maupu penyelewengan.


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang pengaruh pengalaman terhadap kemampuan mendeteksi kekeliruan memberi kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh antara pengalaman dengan intuisi adalah positif yaitu semakin tinggi pengalaman dalam melakukan audit maka semakin baik intuisi yang dimiliki auditor Perwakilan BPK-RI di Medan. Berdasarkan hasil penelitian ini ternyata dapat diketahui bahwa intuisi mempunyai pengaruh langsung dengan pengalaman yang berarti bahwa intuisi bukan merupakan variabel intervening melainkan komponen variabel independen. 2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intuisi mempunyai pengaruh yang sangat

kuat dengan pendeteksian kekeliruan.

3. Kemampuan Auditor dalam mendeteksi adanya kekeliruan terbentuk berdasarkan pengalaman yang mereka dapati selama proses audit, dimana pengalaman-pengalaman tersebut menyebabkan meningkatnya intuisi seorang auditor dalam mendeteksi adanya kekeliruan maupun penyelewengan.


(71)

B. Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya kuesioner yang digunakan merupakan kombinasi dari kuesioner penelitian sebelumnya yang sejenis tetapi dengan responden yang berbeda. Responden penelitian sebelumnya adalah auditor kantor akuntan publik sedangkan penelitian ini menggunakan auditor BPK-RI yang secara umum ada beberapa kreteria penugasan dan lain sebagainya yang berbeda. Sehingga perlu perbaikan kuesioner penelitian ini jika menggunakan responden dari auditor BPK.

Hasil dari penelitian ini juga diharapkan berguna bagi Perwakilan BPK-RI di Medan terhadap materi pendidikan profesional berkelanjutan dan membantu dalam perencanaan pembagian tugas dalam penugasan pemeriksaan dilapangan serta membantu memberikan masukan kebutuhan tenaga pemeriksa di instansi Perwakilan BPK-RI di Medan.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Abdolmohammadi, Mohammad and Arnold Wright 1987. An Ex, Journal of the effects of Experience and Task Complexity on Audit Judgements, The Accounting Review. (January), 1-13.

Agor, Weston H. 1989. The Logic of Intuition, How Top Executives Make Important Decisions,. Intuition in Organizations. Ed. Weston H. Agor. Newbury Park, CA:Sage.

Aldhizer, George R., dan James D. Cashell. 1996. Internal Auditor Outsourcing, The CPA Journal (October), 40-52.

, dan James C. Lampe. 1997. Competitive Bidding, Auditor Tenure, and the Extent of single Audit Findings, The Accounting Review (April), 218-239. Arens, Alvin A., James K. Lobbecke, 2000. Auditing: an Integreted Approch, 8th

Edition, Prentice Hall International, Inc, Upper Saddle River, New Jersey. Ashton, Alison Hubbard. 1991. Experience and Error Frequency Knowledge as

Potential Determinants of Audit Expertise, The Accounting Review (April), 218-239.

Austin, Kenneth R. dan David C. Langston. 1981. Peer Review; Its Impact on Quality Control” Journal of Accountancy, 24, 99-108.

Baron, R.M., & Kenny, D.A (1986). The moderator-mediator variable distinction in social psychological reserch: Conceptual, strategic and statistical considerations. Journal of Personality and Social Psychology, 51, 1173-1182.

Bonner, Sarah E. 1990. Experience Effects in Auditing: The Role of Task-Specific Knowledge, The Accounting Horizons (Maret), 7-24.

Bremser, Wayne G. 1983. Peer Review: Enhancing Quality Control, Journal of Accountancy (Oktober), 78-88.

Choo, Freddie dan Ken T.Trotman. 1991. The Relationship Between Knowledge Structure and Judgements for Experienced and Inexprienced Auditors”. The Accounting Review (Juli), pp. 464-485.


(73)

Deis, Donald R., dan Gary A.Giroux. 1992 Determinants of Audit Quality in the Public Sector, The Accounting Review (July), 462-479.

Fogarty, Timothy J. 1996. The Imagery and Reality of Peer Review in the US: Insights from Institutional Theory, Accounting, Organizations, and Society, 21, 243-267.

Hogan, Chris E. 1997. Cost and benefits of Audit Quality in IPO Market: A Self-Selection Analysis, The Accounting Review (January), 67-86.

Hogarth, Robin M. 1991. A Perspective on Cognitive Research in Accounting, The Accounting Review(April), 277-290.

IAI (2001)”Standar Profesional Akuntan Publik”, Jakarta, Salemba Empat.

Kieso, D.E, Weygandt, J.J, Warfield, T.D. (2001). Intermediate Accounting, 10th Edition, John Wiley & Sons, Inc, United State of America.

Maines, Laureen A and Mcdaniel, Linda S. (2000). Effects of Comprehensive-Income Characteristics on Nonprofessional Investors’ Judgemant: The Role of Financial Statement Format, The Accounting Review, April, 2000, American Accounting Assosiation.

Malone, Charles F. dan Robin W. Roberts. 1996. Factors Associated with the Incidence of Reduced Audit Quality Behaviours, Auditings ,15 (Fall), 49. McDaniel, Michael A., John E. Hunter, dan Frank L. Schmidt. Job Experience

Correlates of Job Performance, Journal of Applied Psychology, 327-330. Noviyani, Putri (2002), “Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur

Pengetahuan Auditor tentang Kekeliruan” Makalah Simposium Nasional Akuntansi 5, Semarang, 5-6 September 1999.

Nunnally, J.C. (1978). Psychometric Theory. McGraw Hill, New York.

Palepu, Krishna G. (2000), Bussines Analysis and Valuation:Using Financial Statement, 2nd Edition, South Western College Publishing.

Pany, Kurt dan Philip M.J. Reckers. 1980. The Effect of Gifts, Discounts, and Client Size on Perceived Auditor Experience, The Accounting Review(Januari), 50-61.


(1)

Regression

Variables Entered/Removedb

Pengalam

ana . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Keliru b.

Model Summaryb

,795a ,632 ,626 ,71168

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Pengalaman

a.

Dependent Variable: Keliru b.

ANOVAb

52,208 1 52,208 103,080 ,000a

30,389 60 ,506

82,597 61

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pengalaman a.

Dependent Variable: Keliru b.

Coefficientsa

1,171 ,235 4,987 ,000

,716 ,071 ,795 10,153 ,000

(Constant) Pengalaman Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Keliru a.


(2)

Residuals Statisticsa

2,2173 4,3108 3,3698 ,92513 62

-1,246 1,017 ,000 1,000 62

,106 ,145 ,128 ,008 62

2,1276 4,3093 3,3689 ,92652 62

-,97003 2,06841 ,00000 ,70582 62

-1,363 2,906 ,000 ,992 62

-1,385 2,969 ,001 1,011 62

-1,00124 2,15813 ,00092 ,73293 62

-1,396 3,187 ,017 1,057 62

,360 1,552 ,984 ,260 62

,000 ,191 ,019 ,045 62

,006 ,025 ,016 ,004 62

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Keliru a.

Regression

Variables Entered/Removedb

Intuisi, Pengalam ana

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Keliru b.

Model Summaryb

,796a ,633 ,621 ,71673

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Intuisi, Pengalaman

a.

Dependent Variable: Keliru b.


(3)

52,289 2 26,144 50,894 ,000a

30,308 59 ,514

82,597 61

Regression Residual Total 1

Predictors: (Constant), Intuisi, Pengalaman a.

Dependent Variable: Keliru b.

Coefficientsa

1,136 ,252 4,505 ,000

,690 ,096 ,766 7,162 ,000 ,543 1,841

,042 ,106 ,042 ,396 ,694 ,543 1,841

(Constant) Pengalaman Intuisi Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Keliru a.

Collinearity Diagnosticsa

2,862 1,000 ,01 ,01 ,01

,089 5,668 ,98 ,12 ,19

,049 7,633 ,01 ,87 ,80

Dimension 1

2 3 Model 1

Eigenvalue

Condition

Index (Constant) Pengalaman Intuisi Variance Proportions

Dependent Variable: Keliru a.


(4)

Residuals Statisticsa

2,2177 4,3534 3,3698 ,92585 62

-1,244 1,062 ,000 1,000 62

,122 ,294 ,154 ,032 62

2,1280 4,3532 3,3683 ,92714 62

-,91097 2,06804 ,00000 ,70488 62

-1,271 2,885 ,000 ,983 62

-1,321 2,947 ,001 1,004 62

-,98428 2,15775 ,00152 ,73472 62

-1,330 3,164 ,017 1,050 62

,789 9,289 1,968 1,427 62

,000 ,126 ,014 ,031 62

,013 ,152 ,032 ,023 62

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Keliru a.

Charts

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expected Cum Prob

Dependent Variable: Keliru


(5)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

66 .0000000 .47021206 .128 .128 -.102 1.036 .233 N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

-2 -1 0 1

Regression Standardized Predicted Value

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Studentized Residual


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengalaman Dan Pengetahuan Aparat Pengawas Intern Pemerintah Terhadap Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi Sebagai Variabel Intervening Di Inspektorat Kabupaten Deli Serdang

1 24 125

Pengaruh Etnis Terhadap Kepatuhan Pajak Dengan Kepercayaan Sebagai Variabel Intervening Cover

1 0 18

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN TEKANAN WAKTU TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI FRAUD DENGAN SKEPTISME PROFESIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Perbanas Institutional Repository

0 0 27

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, PENGGUNAAN INTUISI, DAN INDEPENDENSI TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (STUDI EMPIRIS PADA KAP DI SEMARANG) - Unika Repository

0 0 15

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, PENGGUNAAN INTUISI, DAN INDEPENDENSI TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (STUDI EMPIRIS PADA KAP DI SEMARANG) - Unika Repository

0 0 42

1. Nama KAP - ANALISIS PENGARUH BEBAN KERJA, PENGETAHUAN, PENGALAMAN, PENGGUNAAN INTUISI, DAN INDEPENDENSI TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN - Unika Repository

0 0 36

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN DAN INTUISI TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 16

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN DAN INTUISI TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang) - Unika Repository

0 0 33

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, INTUISI, INDEPENDENSI, DAN PRESSURE TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris : Kantor Akuntan Publik Semarang) - Unika Repository

0 0 15

PENGARUH PENGETAHUAN, PENGALAMAN, INTUISI, INDEPENDENSI, DAN PRESSURE TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN (Studi Empiris : Kantor Akuntan Publik Semarang) - Unika Repository

0 0 40