Perancangan Counter Digital Sebagai Penghitung Produk Akhir Berbasis Microcontroller

(1)

ii PERANCANGAN COUNTER DIGITAL SEBAGAI PENGHITUNG PRODUK

AKHIR BERBASIS MICROCONTROLLER

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Ahli Madya JOHAN CHRISTIAN SIAHAAN

042408001

PROGRAM STUDI D-3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

iii

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN COUNTER DIGITAL SEBAGAI PENGHITUNG PRODUK AKHIR BERBASIS MICROCONTROLLER

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : JOHAN CHRISTIAN SIAHAAN

Nomor Induk Mahasiswa : 042408001

Program Studi : DIPLOMA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2007 Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

(DR. Marhaposan Situmorang) (Ahmad Hidayat ST)


(3)

iv PERNYATAAN

PERANCANGAN COUNTER DIGITAL SEBAGAI PENGHITUNG PRODUK AKHIR BERBASIS MICROCONTROLLER

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2007

JOHAN CHRISTIAN SIAHAAN 042408001


(4)

v PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME yang telah mencurahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma-3 Fisika Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “PERANCANGAN COUNTER DIGITAL SEBAGAI PENGHITUNG PRODUK AKHIR BERBASIS MICROCONTROLLER

Penulis menyadari bahwa tersusunnya Tugas Akhir ini tidak lepas dari

perhatian, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun material, sehingga dengan keikhlasan dan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung.

1. Kedua Orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil serta doanya bagi saya sehingga saya tetap semangat dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

2. Bapak DR. Marhaposan Situmorang selaku dosen pembimbing Tugas Akhir dan Ketua Departemen Fisika FMIPA-USU yang telah bersedia dengan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Seluruh Dosen dan Pegawai Program Studi Diploma-3 Fisika Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh keluarga yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini, terutama kepada ayahanda T.Siahaan ,Ibunda L.Silalahi MLM, Kakanda Riris Siahaan Amd, dan Adinda-adinda tercinta Lauri dan Ruth.

5. Rekan – rekan Mahasiswa Program Studi Diploma-3 Fisika Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara angkatan 2004. yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis.

6. The parbus community, jati 19th yang tak bosan-bosannya dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doanya bagi saya sehingga saya tetap semangat dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Kiranya kasih karunia dari Tuhan selalu menyertai saudara.

Harapan Penulis kiranya laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua,dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Penulis juga menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih belum sempurna dalam materi serta penyajiannya. Untuk itu dengan segala kebesaran hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang


(5)

vi bersifat membangun dari semua pihak yang dapat menjadi bahan masukan bagi

penulis.

Semoga Tugas Akhir ini dapat menjadi suatu masukan dalam perkembangan dunia pendidikan terutama generasi penerus Fisika Instrumentasi.

Medan, Juli 2007 Penulis

Johan Christian S 042408001


(6)

vii BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) merupakan penopang bagi perkembangan di bidang elektronika khususnya instrumentasi. Berkembangnya teknologi digital dan mikroelektronik, mengakibatkan timbulnya rangkaian terpadu

(Integrated Circuit, IC) yang kemampuan operasinya semakin handal. Komponen IC

ini memuat rangkaian-rangkaian dan komponen-komponen elektronika memiliki fungsi-fungsi khusus, seperti mikroprosesor, EPROM, RAM, I/O, ADC, DAC dan lain-lain.

Pada dekade ini, perkembangan disain-disain mikroprosesor mendekati Mikrokomputer Serpih Tunggal ( Singel – Chip Mikrokomputer ) yang ideal dan

lengkap. Mikrokomputer Serpih Tunggal tersebut dapat diprogram (Programmable) dengan perangkat lunak dan dapat melakukan perantaraan

(Interfacing) dengan piranti luar. Sebagai contoh mikrokontroller yang berfungsi

mengontrol mekanisme proses dari piranti luar yang dikontrol dengan daya yang kecil dan dapat berdiri sendiri serta kemampuan yang baik dalam memproses dan mengeksekusi program. Selain mikrokontroller, ADC yang merupakan piranti elektronika yang berfungsi mengubah tegangan analog yang kontiniu ( berupa besaran fisis : temperatur, tekanan, radiasi, aliran, kecepatan ) menjadi tegangan digital yang ekivalen, dengan kecepatan konversi yang tinggi dan akurat.

Penulis mencoba untuk merancang dan menganalisa suatu alat instrumen dengan menggunakan mikroprosesor AT89S51 yang diprogram untuk menghitung obyek yang dirangkai dengan detektor infrared sebagai pendeteksi. Tujuan


(7)

viii perancangan alat ini lebih difokuskan untuk menghitung produk suatu industri, terutama saat pengemasan. Produk industri biasanya dalam kemasan bungkus plastik, karton, maupun krat untuk botol. Alat ini cocok digunakan pada bagian keluaran akhir suatu produk industri. Ditempatkan sejajar dengan sebuah ban berjalan (conveyor) yang membawa produk. Contoh; pada pengemasan minuman botol seperti cocacola, produk keluaran yang dibawa conveyor satu persatu akan lewat. Dan akan dihitung oleh sensor dan ditampilkan pada 7- segment

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari pembuatan alat ini adalah:

1) Mempelajari perkembangan dunia elektronika, terutama mengenal berbagai mikroprosesor dan pemogramannya

2) Mempelajari dan mengembangkan penggunaan mikrokontroller AT89S51. 3) Memanfaatkan mikrokontroller ATMEL AT89S51 dan merakitnya menjadi

alat penghitungan objek (benda bergerak).

4) Mempelajari pemograman yang dimasukkan pada mikrokontroler AT89S51 sehingga rancangan dapat bekerja sesuai dengan yang direncanakan.

5) Menguji dan menganalisa hasil rancangan serta membuat laporannya dalam bentuk Tugas Akhir ini.

1.3Batasan Masalah

Dalam laporan ini penulis membatasi bidang permasalahan pada aspek bagaimana “ Counter diaplikasikan untuk menghitung objek bergerak “. Dalam laporan ini penulis akan membahas tentang prinsip kerja dari alat tersebut dan menguraikan secara umum tentang komponen utama yang digunakan seperti : sensor

infrared, fotodioda, mikroprosesor dan menjelaskan mengenai proses pembuatan


(8)

ix 1.4Metode Pembahasan

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis membuat beberapa metode pembahasan antara lain:

1. Membuat diagram blok sebagai dasar perancangan.

2. Membuat dan merakit rangkaian dalam satu sistem secara utuh.

3. Mempelajari sistem kerja rangkaian yang dipergunakan dalam pembuatan proyek

4. Mengadakan pengujian pada alat tersebut baik secara sebagian maupun secara keseluruhan.

5. Mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini. 6. Mempelajari aplikasi alat untuk digunakan pada industri maupun tempat-

tempat tertentu. 1.5Sistematika Penulisan

Tugas Akhir ini adalah hasil dan pemaparan dari aplikasi counter untuk menghitung produk atau barang yang lewat. Untuk mempermudah penyusunan harus disusun secara sistematis. Adapun urutan sistematika laporan ini dibagi kedalam lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi tentang latar belakang pemilihan judul, tujuan, batasan masalah, metode pembahasan dan sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini meliputi tentang teori-teori yang mendukung Tugas Akhir yang dibahas.


(9)

x BAB III PEMBUATAN DAN RANGKAIAN PROYEK

Pada bab ini akan dibicarakan secara singkat mengenai proses pembuatan proyek Tugas Akhir “ Counter Penghitung Objek atau

barang lewat“ dan penjelasan analisa tiap rangkaian yag digunakan.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini meliputi tentang program mikrokontroler, prinsip kerja, pengujian, dan aplikasi rangkaian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang didapat setelah merakit proyek dan menyusun Tugas Akhir ini dan saran yang diberikan demi kesempurnaan dan pengembangan Tugas Akhir ini pada masa yang akan datang kearah yang lebih baik.


(10)

xi BAB II

DASAR TEORI

2.1Mikrokontroller AT89S51

2.1.1 Gambaran Umum Mikrokontroller AT89S51

AT89S51 merupakan Microkontroller “ mungil “ sangat sederhana yang berhasil menarik minat banyak orang. Namun Mikrokontroller ini masih belum menyebar luas di Indonesia. AT89S51 setara dengan IC 8051 yang merupakan anggota keluarga MCS51 yang “ tertua “ dalam jajaran produksi ATMEL yakni sama-sama mempunyai memori program internal sebesar 4098 byte. 8091 adalah 8051 yang tidak mempunyai program internal, sedangkan bagian-bagian lainnya sama persis dengan 8051.

Mikrocontroler 8031, 8051 dan AT80S51 mempunyai 40 kaki, dan dari 40

kaki tersebut dua kaki digunakan sebagai sumber daya, dua kaki untuk hubungan ke kristal, satu kaki untuk reset, tiga kaki untuk fungsi kontrol yang meliputi EA*, ALE, dan PSEN* sisanya 32 kaki merupakan bagian yang paling penting dari

Microkontroller yang dinamakan sebagai Port. Masing – masing Port terdiri dari 8

jalur, dengan demikian terdapat 4 Port yang dinamakan Port 0, Port 1, Port 2, dan

Port 3.

2.1.2 Kontruksi AT89S51

Mikrokontrol AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo Ohm dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini


(11)

xii AT89S51 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-farad dipakai untuk melengkapi rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler. Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan

catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori progam.

Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu

daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah baku dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra

Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan

setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S51 adalah Flash PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 Flash PEROM Programmer.


(12)

xiii

Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 byte, meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasi. AT89S51 mempunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal sebagai Port 1 (P1.0..P1.7) dan Port 3 (P3.0..P3.5 dan P3.7).

Gambar 2.1 IC Mikrokontroler AT89S51 Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 :

VCC (Pin 40) Suplai tegangan GND (Pin 20) Ground


(13)

xiv Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, por ini akan mempunyai internal pull up.

Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengaksememori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull

up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini

dapat memberikan output sink keempat buah input TTL. Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama pin Fungsi P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial) P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial) P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal) P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)


(14)

xv P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori) P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

Tabel 2.1 Fungsi pin pada port 3 RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle. ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal. EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal. XTAL2 (pin 18)


(15)

xvi Output dari osilator.

2.2Pencacah

Pencacah merupakan rangkaian elektonika digital yang paling penting. Pencacah merupakan logika pengurut. Hal ini jelas, karena pencacah membutuhkan karakteristik memori dan pewaktu memegang peranan yang penting. Pencacah digital mempunyai karakteristik penting sebagai berikut :

1. Jumlah hitungan maksimum ( modulus pencacah ). 2. Menghitung keatas atau kebawah.

3. Operasi singkron atau asingkron. 4. Bergerak bebas atau berhenti-henti

Sebagaimana dengan rangkaian sekuensial yang lain, untuk menyusun pencacah digunakan flip - flop. Pencacah digunakan dalam sistem digital yang ekstrim. Pencacah dapat digunakan untuk menghitung banyaknya detak pulsa dalam waktu yang tersedia (pengukuran frekuensi). Pencacah dapat digunakan untuk membagi frekuensi dan menyimpan data seperti dalam detak digital, pencacah juga dapat digunakan dalam pengurutan alamat dan dalam beberapa rangkaian aritmatika. 2.3Rangkaian Logika

1. Gerbang OR

Rangkaian gerbang OR atau disebut pintu OR adalah suatu rangkaian logika yang memiliki dua input atau lebih. Hal yang penting didalam penggunaan operasi gerbang OR ini adalah sebagai berikut

1. pintu operasi gerbang OR akan menghasilkan logika 1 apabila ada varibel-variabel inputnya ada bernilai 1 dan 0.


(16)

xvii 2. Pintu operasi gerbang OR akan menghasilkan logika 1 bila

variabel-variabel inputnya bernilai 1

3. Pintu operasi gerbang OR akan menghasilkan logika 0 bila variabel-variabel inputnya bernilai 0

Gambar 2.2 Simbol Gerbang OR 2. Gerbang AND

Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan mempunyai logika 1, jika tidak maka akan dihasilkan logika 0. Daftar yang berisi semua kombinasi semua kemungkinan keadaan masukan dan keluaran yang dihasilkan disebut sebagai tabel kebenaran dari gerbang yang bersangkutan.

Gambar 2.3 Simbol Gerbang AND 3. Gerbang NOT

Rangkaian logika gerbang NOT atau disebut pintu not sering disebut

complementari circuit atau inverter dimana sifat dari rangkaian logika not ini

adalah: outputnya akan selalu mempunyai logika yang berlawanan dengan inputnya.


(17)

xviii 4. Gerbang NAND

Rangkaian logika gerbang NAND merupakan gabungan antara dua gerbang yaitu gerbang AND dan gerbang NOT dimana apabila semua inputnya berlogika satu maka outputnya akan berlogika 0

Gambar 2.5 Simbol Gerbang NAND 5. Gerbang NOR

Rangkaian logika gerbang NOR merupakan gabungan dari gerbang OR dengan gerbang NOT atau gerbang OR yang dilengkapi dengan gerbang NOT pada outputnya.

Gambar 2.6 Simbol Gerbang NOR 6. Gerbang X-OR

Gerbang X-OR berasal dari kata exclusive-or yang akan memberikan keluaran 1 jika masukan-masukannya mempuyai keadaan yang berbeda.

Gambar 2.7 Simbol Gerbang X-OR

Keluaran dari satu atau kombinasi beberapa buah gerbang dapat dinyatakan dalam suatu ungkapan logika yang disebut ungkapan Boole. Teknik ini memanfaatkan aljabar boole dengan notasi khusus dan aturan-aturan berlaku untuk elemen-elemen logika termasuk gerbang logika. Ungkapan logika untuk gerbang-gerbang diatas adalah seperti dibawah ini:


(18)

xix Fungsi Notasi Boole

OR AND NOT NAND

NOR X-OR

A+B A.B A’ A.B A+B A + B Tabel 2.2 Fungsi notasi boole

Sesuai dengan aljabar Boole diatas maka dapat diketahui keluaran dari berbagai gerbang logika. Tabel dibawah ini merupakan tabel kebenaran untuk keluaran berbagai gerbang logika:

A B Keluaran

OR AND NAND NOR X-OR

0 0

0 1

1 0

1 1

0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1

Tabel 2.3 Tabel Kebenaran notasi boole Decoder BCD ke-7 segment

Decoder adalah suatu rangkaian logika yang dapat mengubah masukan n-bit

kode biner menjadi m-bit keluaran sedemikian rupa sehingga setiap saluran keluaran hanya satu yang dapat diaktifkan dari beberapa kemungkinan kombinasi masukan. Gambar dibawah mengilustrasikan diagram sebuah decoder dengan n-bit masukan dan m-bit keluaran.


(19)

xx Setiap n masukan dapat berisi 1 (high) atau 0 (low). Jadi ada 2 n kemungkinan kombinasi dari masukan.

Gambar 2.8 Sebuah decoder n-bit input ke m-bit output

Decoder BCD ke 7-segment digunakan untuk menerima masukan BCD 4 bit

dan memberikan keluaran yang akan melewatkan arus 7-segment untuk menampilkan angka desimal atau heksadesimal. Gambar dibawah mengilustrasikan sebuah decoder BCD ke 7-segment (TTL 7447) yang digunakn untuk mengendalikan sebuah LED tampilan 7-segment. Decoder ini mempunyai keluaran aktif low sehingga harus digunakan peraga 7-segment dengan anoda bersama ( common anode). Semua dari LED dihubungkan dengan satu ke Vcc (+5 V). Karena detektor ini dapat mengalirkan arus yang cukup besar tetapi tampilan LED membutuhkan arus 5 mA sampai 10 mA per-segment (tergantung dari tipe dan ukuran), maka katode dari LED harus dihubungkan melalui tahanan pembatas arus keluaran decoder.

Gambar 2.9 Rangkaian Decoder 7-Segment (IC 7447) menggerakkan sebuah LED 7-


(20)

xxi 2.4Resistor

Fungsi resistor dapat diumpamakan dengan sekeping papan yang dipergunakan untuk menahan aliran air yang deras di suatu selokan. Dengan memakai tahanan papan ini maka arus air bisa terhambat alirannya. Perumpamaan ini dapat

dipergunakan dalam tahanan listrik. Dapat disimpulkan bahwa resistor merupakan komponen yang berfungsi dalam menghambat arus listrik. Resitor dengan nilai tahanan yang tepat sangat diperlukan dalam mengatur nilai tegangan yang tepat untuk bisa mengoperasikan suatu rangkaian dengan sempurna. Dalam dunia elektronika, resistor diterapkan sebagai pembagi tegangan untuk menghasilkan tegangan tertentu sebagai beban pada rangkaian.

Secara umum fungsi dari resistor adalah sebagai berikut:

a) melewatkan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika

b) menurunkan tegangan dengan yang dibutuhkan pada rangkaian

c) bekerja dengan transistor dan kapasitor dalam suatu rangkaian untuk membangkitan frekwensi rendah dan frekwensi tinggi.

d) pembagi tegangan

Fungsi resistor sebagai penghambat arus sesuai dengan persamaan: I = V / R………....(2.1)

Dimana: I = arus (ampere) V = tegangan (volt) R = tahanan (ohm)

Dua karakteristik utama yang harus diketahui pada resistor adalah besar resistansi pada rating dayanya. Rating daya pada sebuah resistor menunjukkan


(21)

xxii kemampuan resistor tersebut dalam mendisipasi daya. Untuk mengetahui besar sebuah resistor untuk mendisipasi daya berlaku persamaan berikut:

P = V2 / R………..…..(2.2)

Dimana:

P = Daya (Watt) V = Tegangan (Volt)

R = Resistansi / tahanan (ohm)

Adapun disipasi daya maksimum resistor dilewati akan mengakibatkan panas yang berlebihan yang dapat merusak resistor. Resistor yang paling banyak dipergunakan terbuat dari karbon yang dilapisi pada sebatang keramik. Untuk mengetahui nilai dari resistor ini dapat dilakukan dengan membaca kode warna, kode angka atau diukur langsung dengan ohm meter. Dalam pembacaan dengan kode warna dapat dilihat pada gelang-gelang yang terdapat pada badan resistor seperti terlihat pada gambar berikut:

Cincin ke-4 Cincin ke-3 Cincin ke-2 Cincin ke-1 Gambar 2.10. Resistor

Pada gambar diatas cincin-cincin warna tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut

Cincin ke 1: menunjukkan angka ke 1 Cincin ke 2: menunjukkan angka ke 2


(22)

xxiii Cincin ke 3: merupakan faktor pengali dari angka pertama dan kedua.

Cincin ke 4: menunjukan besarnya toleransi tahanan.

Warna Cincin 1

Cincin 2

Cincin 3

Toleransi

Hitam 0 0 X1

Coklat 1 1 X10

Merah 2 2 X102

Orange / jingga

3 3 X 103

Kuning 4 4 X 104

Hijau 5 5 X 105

Biru 6 6 X 106

Ungu / violet

7 7 X 107

Abu-abu

8 8 X 108

Putih 9 9 X 109

Emas - - X 0,1 ± 5 %

Perak - - X 0,2 ± 10 %

Tanpa warna

- - X 0,3 ± 20%


(23)

xxiv Resistor sebagai tahanan terbagi dalam dua jenis yaitu:

a. Resistor tetap:

1) resistor tawar logam, misalnya tahanan dari kawat logam yang digulung dipermukaan tabung kaca.

2) resistor arang, resistor ini paling banyak digunakan pada rangkaian elektronika.

b. Resistor variable, yaitu resistor yang besarnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Resistor ini banyak digunakan didalam rangkaian elektronika, secara umum dikenal sebagai potensiometer. Potensiometer dirancang untuk memberikan suatu perubahan resistansi yang banyak sesuai dengan kebutuhan. Potensiometer dibuat dalam berbagai bentuk untuk pemakaian dalam industri. Potensiometer dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu:

1. potensiometer tergeser (berbentuk batangan yang memanjang, sering digunakan pada equalizer)

2. potensiometer terputar (berbentuk bulatan dan sering digunakan dalam pengaturan volume, bas, treble, dan lain lain.

Resistor variable disimbolkan sebagai berikut:

Gambar 2.11. Simbol resistor variable


(24)

xxv Dioda merupakan suatu komponen elektronika yang dapat melewatkan arus pada satu arah saja. Pada dasarnya dioda terdiri dari semikonduktor tipe P dan

semikonduktor tipe N yang terbuat dari silicon dan germanium.

Secara sistematis dioda sambungan p-n dapat dilihat pada gambar berikut:

A B Gambar 2.12. (A) Susunan dioda sambungan p-n (B) Lambang dioda pada

rangkaian

Jika anoda mendapat tegangan positif dan katoda mendapat tegangan negatif, maka dioda dikatakan dalam keadaan forward bias. Dan sebaliknya jika anoda diberi tegangan negatif sedang katoda diberikan tegangan positif, maka dioda dikatakan reserve bias.

Dioda memegang peranan yang penting dalam bidang elektronika, diantaranya adalah untuk membuat berbagai bentuk gelombang sinyal, untuk mengatur

tegangan searah agar tidak berubah dengan beban maupun perubahan tegangan jala-jala dan lain-lainnya. Secara umum dioda difungsikan sebagai penyearah. Alat pokok dari suatu catu daya adalah dioda penyearah yang melewatkan arus pada satu arah saja. Dengan dilengkapi suatu pelapis , catu daya tersebut dapat menghasilkan tegangan keluaran DC yang kurang lebih tetap harganya.

Beda potensial dan medan listrik ini menjaga agar elektron-elektron tidak lagi berdifusi dari tipe N ke tipe P atau sebaliknya. Beda potensial yang terjadi disebut tegangan perintang, besarnya tegangan perintang bergantung pada bahan

semikonduktor sambungan PN dimana untuk silikon besarnya sekitar 0,7 Volt dan untuk germanium sekitar 0,3 Volt.

Hambatan limbah(RB) adalah jumlah hambatan antara bagian tipe n dengan


(25)

xxvi RB = rp + rn

Besarnya hambatan limbah sekitar 1-25 ohm. Untuk dioda silicon besarnya hambatan limbah dapat ditentukan dari

RB = 0,7 / If

If adalah arus searah untuk bias maju pada 1 volt

Adanya tegangan perintang maka pada persambungan tipe P dan N seakan-akan terdapat sebuah baterai kecil pada sambungan P N yang dapat menghasilkan arus listrik searah yang tidak berlawanan. Apabila sambungan P N diberi tegangan dari luar sehingga kekosongan bermuatan positif pada sisi P dan elektron yang

bermuatan negatif pada sisi N maka kekosongan ditarik oleh kutub negatif dan elektron ditarik oleh kutub positif maka lapisan pengosongan menjadi lebih besar berarti rintangan terhadap pergerakan difusi elektron dan kekosongan lebih besar sehingga sumber tegangan tidak dapat mengalirkan arus.

Dioda mempunyai banyak jenis, tergantung pada bahan dasar pembuatan dioda tersebut, misalnya :

1) Dioda Germanium 2) Dioda silikon 3) Dioda Zener 4) Dioda Schottky 5) Dioda Selenium 6) Dioda LED, dll

Ukuran dioda biasanya dinilai berdasarkan besarnya arus listrik yang dapat melewati dioda tersebut. Tetapi untuk dioda detektor ataupun dioda yang dipergunakan untuk keperluan khusus biasanya tidak dinilai berdasarkan besarnya arus listrik yang dapat melewati dioda tersebut. Selain daripada ukuran arus juga


(26)

xxvii ditentukan tegangan kerja maksimum yang diizinkan, tetapi biasanya tegangan kerja hanya diperhatikan jika dioda ingin dipergunakan pada tegangan tinggi.

2.6Kapasitor

Kapasitor merupakan salah satu komponen elektronika yang terbuat dari dua belah plat penghantar yang diantaranya diisi dengan bahan dielektrik. Secara umum kegunaan kapasitor adalah :

a) Untuk menyimpan muatan listrik b) Dapat melewatkan arus bolak-balik

Penulisan kapasitor dalam rangkaian mempergunakan simbol. Adapun simbol-simbol umum untuk menyatakan kapasitor diperlihatkan pada gambar dibawah ini:

(a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar 2.13. Simbol-Simbol Kapasitor (a) dan (b) non polar

(b) dan (e) elektrolit (polar) (c) dan (f) Variabel

Kapasitor berdasarkan jenis bahan isolatornya ada beberapa jenis yaitu : 1. Kapasitor Udara, misalnya Varco ( Variabel Condensator )

2. Kapasitor kertas, terdiri dari dua gulungan pita logam tipis/staniol. 3. Kapasitor Mika.


(27)

xxviii

4. Kapasitor Film, bahan dielektriknya berupa plastik, misalnya kapasitor

polyester, kapasitor polikarbonat dan kapasitor polyestirin.

5. Kapasitor keramik, bahan dielektriknya berupa plastik yang mempunyai resistivitas yang sangat tinggi sekali sehingga resistansi bocornya sangat kecil. 6. Kapasitor Tantalum, kontruksi susunannya memperlihatkan efek seperti

semikonduktor.

Kapasitor elektrolit (elco) berbentuk seperti tabung yang mempunyai polaritas positif (+) dan negatif (-). Bahan dielektrumnya berupa film oksida tipis.

2. 7. 1. Kapasitansi

Kapasitansi merupakan kemampuan kapasitor dalam menyimpan muatan (C). Kapasitansi ini diukur berdasarkan besar muatan yang dapat disimpan pada suatu kenaikan tegangan. Sehingga secara matematis berlaku hubungan :

C = Q / V...(2.3)

Energi yang tersimpan akibat muatan terisi pada saat dialiri arus listrik = ½ CV2, tetapi energi ini akan hilang apabila kapasitor dikosongkan (dengan kata lain arus listrik sama dengan nol).

Besarnya kapasitansi tergantung pada permitivitas pada tempat (TM), jarak antara plat (d), luas plat (A), dan medium penyekat. Sehingga dapat tulis dengan persamaan:


(28)

xxix Satuan dari kapasitansi adalah farad (F). Suatu kapasitor dapat diketahui besar kapasitansinya dengan cara : pertama, nilai yang tertera pada badan kapasitor itu sendiri, kedua dengan mengukur langsung dengan menggunakan alat ukur.

Kapasitor terdiri dari beberapa macam, tetapi secara umum hanya terbagi dalam dua kelompok :

1. Non-elektrolis, terbagi atas dua, tetap dan variabel. Kapasitor ini mempunyai kapasitansi maksimum sebesar ratusan pikofarad.

Simbol sirkitnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

(tetap) (variabel) Gambar 2.14 Simbol resistor

2. Elektrolistis, dibentuk dengan mengoksidasi salah satu plat aluminium dengan menggantikan medium dielektriknya dengan elektrolit basah, sehingga namanya menjadi elektrolisis. Simbol sirkitnya dapat dilihat seperti gambar berikut ini:


(29)

xxx 2.7.2 Pengisian dan Pengosongan

Pengisian Kapasitor

Peristiwa pengisian dan pengosongan kapasitor ditunjukkkan pada gambar rangkaian di bawah ini:

1

2

C

Gambar 2.16. Rangkaian Pengisi Dan Pengosongan Kapasitor

Jika kapasitor dengan kapasitansi C dihubungkan dengan suatu sumber tegangan V1 maka setelah beberapa waktu di dalam kapasitor akan terkumpul muatan

sebanyak :

Q = C . V...(2.5)

Setelah nilai muatan ini tercapai, kapasitor sudah terisi penuh. Pada gambar diatas setelah saklar S ditutup arus akan mengalir dari sumber tegangan yang mengisi muatan kapasitor.

Secara matematis muatan kapasitor saat saklar S ditutup dapat ditulis : Vc(t) = V (1-e-t/Re)...(2.6)

Dimana :

V = Tegangan (V)

Vc= Tegangan pada kapasitor (V) T = Waktu kapasitor (detik)


(30)

xxxi R = Resistansi dari resistor (Ohm)

C = Kapasitansi dari Kapasitor (F)

Pengosongan kapasitor

Pada gambar pengisian kapasitor diatas,saat saklar S dipindahkan pada posisi 2 maka muatan kapasitor C yang telah terisi dikosongkan melalui R dalam keadaan awal, misalkan tegangan kapasitor adalah Vc, maka dengan menggunakan persamaan sebelumnya diperoleh:

Vc (T) = VCE...(2.7)

2. 8. Transistor

Transistor adalah suatu bahan semikonduktor yang merupakan hasil perkembangan dari dioda semikonduktor. Transistor dapat berubah sifatnya dari setengah penghantar menjadi bahan penghantar. Setelah diketahuinya sifat baru dari dioda semikonduktor, yaitu bahwa arus penghantar dari dioda dapat dikontrol oleh suatu elektroda yang ditambahkan pada pertemuan PN dioda. Dengan penambahan elektroda pengontrol ini maka dioda semikonduktor dapat dianggap dua buah dioda yang mempunyai elektroda bersama dan bentuk penghubung semacam ini disebut “transistor bipolar”. Adapun penambahan elektroda pengontrol terhadap dioda semikonduktor, sehingga menghasilkan transistor bipolar yang dilakukan dengan cara mempertemukan dua buah dioda yang titik pertemuannya harus dengan elektroda yang dapat dilihat seperti gambar dibawah ini:


(31)

xxxii

P N P

N P N

Gambar 2.17. Susunan Dioda PN dan NP Pada Transistor

2. 8. 1. Simbol Transistor

Karena susunan dioda-dioda transistor yang sedemikian rupa, maka simbol transistor ini perlu kita ketahui, berhubung kalau kita merakit suatu rangkaian yang mengandung komponen transistor tentu tidak bisa diabaikan. Adapun simbol-simbol transistor ini diperlihatkan seperti gambar dibawah ini:

a) Transistor NPN b) Transistor PNP Gambar 2.18. Simbol Transistor

P N N P


(32)

xxxiii

2. 8. 2. Cara Kerja Transistor

Untuk mengetahui cara kerja transistor, kita dapat melihat gambar dibawah ini:

VCE

C E

+ +

B

_ PNP _

VCE

C E


(33)

xxxiv

_ NPN _

Gambar 2.19. Cara Kerja Transistor

Seperti gambar diatas, jika diantara basis (B) dengan emiter (E) diberi tegangan arah maju (kutub positif dihubungkan ke emitor dan kutub negatif dihubungkan ke basis) dan diantara basis dan kolektor (C) diberi tegangan arah mundur ( kutub positif baterai dihubungkan ke basis dan kutub negatif dihubungkan ke kolektor), maka arus mengalir dari emitor menuju kolektor melalui basis.

Oleh sebab itu biasanya tegangan yang diberikan pada transistor PNP menyebabkan emitor positif terhadap basisnya sehingga arusnya mengalir dari emitor masuk ke basis jika pada waktu yang sama tegangan kolektor negatif, maka arus ini akan mengumpulkan pada kolektor yang mana sebagian besar arus emitor menjadi arus kolektor dan sebagian kecil menjadi arus basis. Dari keterangan diatas persamaan arus tersebut dapat dituliskan dengan rumus dibawah ini:

IE = IB + Ic...(2.8)

Dimana:

IE = arus emitor

IB = arus basis

IC = arus kolektor


(34)

xxxv Disamping berfungsi sebagai penguat, transistor juga dapat bekerja sebagai saklar dimana transistor dibuat agar hanya bekerja pada dua keadaan yaitu keadaan saturasi, keadaan terputus. Pada keadaan saturasi beda tegangan antara kolektor dan emitor sama dengan nol, dan arus yang mengalir mendekati nilai Vcc/RC. Pada keadaan

terputus tegangan antara kolektor dan emitor sama dengan Vcc dan arus kolektor sama dengan nol. Pada keadaan saturasi transistor dikatakan menghantar (ON) dan pada keadaan terputus transistor dikatakan padam (OFF).

Gambar sebagai transistor hanya dapat berada pada dua keadaan yaitu saturasi dan terputus:

Vcc

IB Vs

0 Vs RB Q IC

Gambar 2.20 Rangkaian Saklar Transistor

Vcc/Rc


(35)

xxxvi

VCE VCC

Gambar 2.21. Karakteristik keluaran kransistor dan garis beban

Gambar karakteristik keluaran transistor diatas menunjukkan karakteristik keluaran bersama beserta garis bebannya. Pada rangkaian akan tampak bahwa bila arus basis IB = IB0, maka transistor akan tepat saturasi. Pada keadaan ini beda potensial

antara kolektor dan emitor adalah amat kecil, yaitu sama dengan VCE (Sat), arus

kolektor mengalir hampir sama dengan Vcc / RC, dan hambatan kolektor adalah

kebalikan daripada kemiringan kurva saturasi dari transistor. Bila arus basis diperbesar menjadi IB1 dan IB2 atau lebih besar lagi, tegangan kolektor ( VCE ) dan arus

kolektor IC berubah nilainya yaitu masing-masing tetap sama dengan VCE(Sat) dan Vcc / RC. Inilah mengapa keadaan ini diberi nama keadaan saturasi atau keadaan jenuh,

sebab nilainya tidak berubah walaupun arus basis di tambah terus.

Nilai arus basis bergantung pada tegangan VS yang digunakan untuk

menghantar transistor (membuatnya ON) dan juga kepada hambatan RB yang dipasang

seri dengan basis. Arus IB dapat dihitung dari :

IB = (VS – VBE ) / RB

= (VS – 0,6 V) / RB...(2.9)

Hubungan antara arus basis dan arus kolektor adalah linier, yang berarti arus kolektor berbanding lurus dengan arus basis kurang dari IBO, yaitu arus basis yang


(36)

xxxvii gambar grafik karakteristik transistor disebut daerah linier. Dapat disimpulkan bahwa pada daerah linier, yaitu :

IC = hfe IB...(2.10)

2.9. Transformator

Transformator adalah suatu peralatan yang bekerja secara elektromagnetik yang berfungsi untuk mentransformasikan tenaga listrik dari suatu rangkaian

kerangkaian lain melalui suatu gandengan magnet pada frekwensi yang sama dan daya yang tetap. Transformator dapat menaikkan dan menurunkan tegangan dari satu rangkaian kerangkaian lain.

Transformator bekerja secara induksi elektromagnetik. Bila terjadi perubahan fluks magnet pada kumparan transformator, maka perubahan fluks ini dapat menghasilkan ggl induksi ataupun arus induksi pada keluaran transformator, agar dapat terjadi perubahan fluks magnet pada transformator, maka arus yang

dimasukkan atau arus input dari trafo harus berubah-ubah terhadap waktu, atau merupakan arus bolak- balik.

Beda tegangan yang dihubungkan pada ujung-ujung kumparan primer dinamakan tegangan primer dan beda tegangan pada ujung-ujung kumparan sekunder dinamakan tegangan sekunder. Perbandingan tegangan input dan output:

V1 : V2 = N1 : N2 ………..…(2.11)

Untuk trafo yang ideal, tidak terjadi kehilangan energi dari primer ke sekunder atau daya yang dihasilkan pada sekunder sama dengan yang diberikan oleh primer.


(37)

xxxviii V1 . I1 = V2 . I2……… …....(2.12)

Tetapi pada kenyataannnya tidak ada trafo yang ideal, jadi selalu terjadi kehilangan energi dari kumparan primer ke kumparean sekunder.

Sesuai dengan prinsip kerja tranfo, yang memindahkan energi listrik dengan cara induksi melalui pasangan kumparan primer dan sekunder, untuk memperkecil kehilangan energi tersebut maka pasangan kumparan primer dan sekunder dibuat dalam susunan tertutup dengan daerah besi lunak dibuat berlapis-lapis serta dilekatkan satu sama lain dengan bahan isolasi untuk mengurang terjadinya arus pusar.

Pada dua rangkaian yang mempunyai induksi bersama, perubahan arus pada salah satu rangkaian akan membangkitkan tegangan pada rangkaian yang lainnya. Arus bolak balik berubah harganya setiap saat, karena itu arus bolak-balik yang mengalir pada belitan primer sebuah trafo akan menghasilkan arus bolak-balik pada belitan sekunder. Jika tegangan outputnya lebih besar dari tegangan inputnya maka trafo ini disebut trafo penaik tegangan (step-up) dan sebaliknya jika

tegangan outputnya lebih kecil dari tegangan inputnya maka trafo ini disebut trafo penurun tegangan ( step down). Bagian bagian penting dari trafo terdiri dari:

Transformator terdiri dari

a. Inti (core) yang terdiri dari besi laminasi

Dua koil yang terdiri dari sisi primer dan sisi sekunder. Sisi primer dihubungkan dengan beban. Belitan primer mempunyai jumlah belitan N1 dan belitan sekunder

dengan jumlah belitan N2. Belitan dari transformator terdiri bahan induktif murni,


(38)

xxxix

Gambar 2.22 Trafo dan lilitannya

Garis putus-putus pada gambar diatas menunjukkan fluks magnet yang dihasilkan oleh suatu arus bolak-balik pada belitan primer, fluks maknet tersebut dilingkupi oleh lilitan kumparan primer dan sekunder dan menginduksikan ggl pada masing-masing belitan yang sebanding dengan perubahan fluks. Jika N1 dan N2

masing-masing adalah jumlah lilitan kumparan primer dan kumparan sekunder, jika dianggap semua fluks dilingkupi, maka:

13 . 2 ... ... ... ... ... ... ... ... 2 1 2 1 N N E E

Anggap tahanan belitan dapat diabaikan, pada tegangan input primer (V1) sama

besar tetapi berlawanan arah dengan ggl balik (E1) dan tegangan output (V2) sama

besarnya dengan ggl induksi (E2) untuk keadaan ideal.

V1 dan V2 berbeda fasa sebesar 1800 jika sebuah tahanan R2 dihubungkan pada

terminal belitan arus sebesar I2 akan mengalir.

Dengan hukum ohm:

I2 =

) 14 . 2 . ...(. ... ... ... ... ... ... ... ... 2 1 2 1 N N V V  .) 15 . 2 ..(.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 2 2 R V


(39)

xl

Arus ini mengalir pada belitan sekunder dan menghasilkan fluks magnetik yang menentang fluks primer dan menyebabkan penurunan ggl lawan primer. Keseimbangan pada rangkaian primer akan terganggu dan arus pertama akan mengalir untuk mengembalikan ggl lawan primer.

I1 . N1= I2.N2……….(2.16)

Karena I1 sefasa dengan V1 dan I2 sefasa dengan V2 maka I1dan I2 berbeda frasa

sebesar 1800

Gambar 2.23 Trafo ideal pada keadaan terbeban b. belitan primer

c. belitan sekunder

Sifat dasar trafo dapat diringkas sebagai berikut:

1. perbandingan tegangan sama dengan perbandingan lilitan

2. perbandingan arus berbanding terbalik dengan perbandingan lilitan. 3. Arus primer dan arus sekunder berbeda fasa sebesar 1800.

) 17 . 2 ..(. ... ... ... ... ... ... ... ... 1 2 2 1

N N I I


(40)

xli 2.10 Potodioda

Potodioda adalah dioda yang tahanan reserve-nya berubah-ubah jika cahaya yang menyinari dioda itu berubah intensitasnya. Yang menyebabkan tahanan reserve Potodioda itu berubah-ubah adalah karena energi cahaya, maka untuk merangkainya dapat disusun dengan reserve bias seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.24 Cara permberian reserve bias pada Potodioda

Seperti pada gambar diatas dalam keadaan gelap tahanan reserve pada dioda sangat besar sehingga arus tidak ada yang mengalir. Akan tetapi bila cahaya yang jatuh pada dioda makin kuat, maka tahanan reservenya makin menurun dan arus reserve-nya akan sangat bertambah besar. Perubahan nilai arus reserve ini pada umumnya sangat kecil, hanya beberapa mikro ampere, namun hal itu cukup dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan terutama dalam saklar-saklar elektronik yang bekerja pada intensitas cahaya yang disebut dengan istilah sakelar photoelektrik. Perubahan tegangan reserve tidak berpengaruh terhadap besarnya arus reserve sebab arus reserve hanya bergatung pada besarnya intensitas cahaya yang jatuh pada potodioda itu. Oleh karenan itu potodioda dalam reserve bias dapat dianggap sebagai sumber arus yang besarnya diatur oleh intensitas cahaya yang menyinarinya.


(41)

xlii Sebagai sumber cahaya digunakan sebuah pemancar infra merah, sebuah rangkaian penerima sinyal infra merah. Rangkaian pemancar infra merah tampak seperti gambar di bawah ini,

Gambar2.25 Rangkaian Pemancar infra merah

Pada rangkaian di atas digunakan sebuah LED infra merah yang diserikan dengan sebuah resistor 18 ohm. Resistor ini berfungsi untuk membatasi arus yang masuk ke LED infra merah agar LED infra merah tidak rusak. Resistor yang digunakan adalah 18 ohm sehingga arus yang mengalir pada LED infra merah adalah sebesar:

5

0, 277 277

18

V

i A atau mA

R

  

Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED infra merah, maka intensitas pancaran infra merah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pancarannya akan semakin jauh.

VCC 5V

Infra Merah 18


(42)

xliii Fotodioda memiliki hambatan sekitar 15 s/d 20 Mohm jika tidak terkena sinar infra merah, dan hambatannya akan berubah menjadi sekitar 80 s/d 300 Kohm jika terkena sinar infra merah tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.

2.11 Bahasa Program

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. Angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10 instruksi. Instruksi –instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0). Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai. Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h ...

... MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).


(43)

xliv Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol. Contoh ,

MOV R0,#80h Loop: ...

...

DJNZ R0,Loop ...

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

ACALL TUNDA ...

TUNDA:

...

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,


(44)

xlv

ACALL TUNDA ...

TUNDA:

... RET

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,

Loop:

... ... JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:

JB P1.0,Loop ...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:

JNB P1.0,Loop ...

8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu. Contoh,


(45)

xlvi

...

CJNE R0,#20h,Loop ...

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

DEC R0 R0 = R0 – 1 ...

10.Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h ...

INC R0 R0 = R0 + 1 ...


(46)

xlvii

BAB III

PEMBUATAN DAN RANGKAIAN PROYEK

3.1 Proses Pembuatan Rangkaian

3.1.1 Pembuatan modul rangkaian.

Langkah-langkah dalam pembuatan modul rangkaian dapat dijelaskan melalui diagram blok berikut ini:

Pemotongan PCB

Pembersihan PCB

Penggambaran Layout

Pelarutan PCB

Pembersihan PCB

Pengeboran PCB


(47)

xlviii

Gambar 3.1 Diagram Proses Pembuatan Papan PCB (Printed Circuit Board )

Pada proses pembuatan PCB , bahan dan peralatan yang digunakan adalah: 1) Papan PCB

2) Tinta / spidol permanen 3) Larutan Fe2Cl3 alkohol 96 %

4) Kertas pasir

5) Wadah yang terbuat dari plastik 6) Bor dengan mata satu mm

Adapun langkah - langkah dalam pembuatan papan PCB adalah sebaga berikut : Papan PCB dipotong sesuai dengan ukuran yang diperlukan, kemudian permukaan yang berlapis tembaga dibersihkan dengan menggunakan kertas pasir sampai permukaan tembaga benar – benar mengkilap. Tujuan dari pembersihan ini adalah untuk menghilangkan lemak atau kotoran –kotoran yang menempel pada permukaan tembaga. Selanjutnya papan PCB dicuci / dibasahi dengan air yang mengalir untuk menghilangkan serbuk –serbuk sisa bekas penggosokan. Kemudian papan PCB dijemur atau diangin – anginkan hingga permukaan tembaga benar –benar kering.

Setelah papan PCB benar – benar kering, selanjutnya dilakukan proses perencanaan peletakan komponen –komponen diatas permukan papan. Setelah itu dilakukan penggambaran layout pada permukaan papan yang berlapis tembaga. Penggambaran layout ini menggunakan tinta / spidol permanen. Tujuan dari penggunaan tinta ini adalah untuk melindungi lapisan tembaga yang merupakan


(48)

xlix tempat penyolderan dan jalur –jalur penghantar yang menghubungkan komponen – komponen yang sesuai dengan gambar diagram rangkaian agar tidak turut larut saat dilakukan proses pelarutan tembaga yang tidak digunakan.

Setelah proses penggambaran layout selesai, selanjutnya dilakukan proses pelarutan papan PCB dengan menggunakan larutan Fe2Cl3.Proses ini bertujuan untuk

menghilangkan sisa – sisa tembaga yang tidak digunakan. Pada proses ini Fe2Cl3 yang

masih berbentuk serbuk dilarutkan dengan menggunakan air hangat secukupnya pada wadah yang terbuat dari bahan plastik / fiber. Kemudian papan PCB direndam kedalam larutan dan untuk mempercepan proses pelarutan, wadah tempat pelarutan digoyang –goyang agar larutan Fe2Cl3 lebih cepat mengikis lapisan tembaga yang

tidak digunakan. Setelah lapisan tembaga yang tidak digunakan terkikis dengan bersih, maka selanjutnya dilakukan pembersihan lapisan tinta yang menutupi lapisan tembaga yang digunakan.

Pembersihan lapisan tinta permanen dilakukan dengan menggunakan thiner yang diteteskan kepermukaan PCB yang hendak dibersihkan, kemudian permukaan tembaga yang dilapisi dengan tinta digosok dengan menggunakn kain lap lalu dibersikan dengan menggunakn air yang mengalir. Selanjutnya dilakukan pengeboran pada PCB dengan menggunakan mata bor yang berdiameter 1 mm.


(49)

l 3.1.2 Penyolderan Komponen

Penyolderan dilakukan dengan menggunakan solder berdaya 30 Watt dengan mata solder yang agak runcing. Untuk memudahkan dalam proses penyolderan, komponen – komponen seperti resistor (yang ukurannya lebih rendah ) disolder lebih dahulu. Kemudian dilanjutkan ke komponen – komponen yang lainnya. Untuk menghindari IC dari kerusakan , digunakan socket khusus IC. Setelah komponen selesai disolder, selanjutnya dilakukan pengujian rangkaian.

3.2 Rangkaian Power Suplay

Rangkaian PSA yang dibuat dengan keluaran sebesar 5 volt. Dimana keluaran 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian. Rangkaian tampak seperti gambar di bawah ini,

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan empat buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

Vreg LM7805CT

IN OUT TIP32C

100

1 uF

2200 uF

220 V AC

0 V

5 Volt DC


(50)

li P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 RST P3.0/RX0 P3.1/TX0 P3.2/INT0 P3.3/INT1 P3.4/T0 P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD XTAL2 XTAL1 GND P2.7/A16 P2.6/A14 P2.5/A13 P2.4/A12 P2.3/A11 P2.2/A10 P2.1/A9 P2.0/A8 PSEN ALE/PROG EA/VPP P0.7/AD7 P0.6/AD6 P0.5/AD5 P0.4/AD4 P0.3/AD3 P0.2/AD2 P0.1/AD1 P0.0/AD0 VCC AT89S51 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 1

Xtal 12 MHz

10kohm 10uF 4.7kohm 5V VCC 33pF 33pF

diratakan oleh kapasitor 2200 µF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplai arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran empat buah dioda.

3.3 Rangkaian mikrokontroler

Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 ditunjukkan pada gambar berikut ini :


(51)

lii AT 89S51 adalah mikrokontroler 40 Pin, dimana Pin 29 merupakan PSEN (Program Store Enable) dan pin 30 sebagai Address Latch Enable (ALE)/PROG dihubungkan ke ground (diset low), sedangkan Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Karena fungsi tersebut maka Port 0 dihubungkan dengan resistor array. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground pada

power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan + 5

volt dari power supplay.

3.4 Rangkaian 7-segment

Keadaan yang terdeteksi oleh potodioda diolah mikrokontroler AT89S51 untuk selanjutnya ditampilkan pada 5 digit 7-segmen. Rangkaian display seven


(52)

liii

Gambar 3.4 Rangkaian Display Seven Segmen

Display ini menggunakan 5 buah seven segmen yang dihubungkan ke IC 4094 yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial yang masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1 AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang disediakan oleh mikrokontroler AT89S51. Sedangkan P3.1 merupakan sinyal clock untuk pengiriman data serial.

Dengan menghubungkan P3.0 dengan IC serial to paralel (IC 4094), maka data serial yang dikirim akan diubah menjadi data paralel. Kemudian IC 4094 ini dihubungkan dengan 7-segment agar data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk angka. 7-segment yang digunakan adalah aktif low, ini berarti 7-segment akan hidup jika diberi data low (0) dan 7-segment akan mati jika diberi data high (1).

5V V CC

SEVEN_SEG_DISPLAY

A B CDE F G

In C lo c k O u t D 6 D 5 D 4 D 3 D 2 D 1 D 0 4094 D 7 2 3 1 0 1 4 1 3 1 2 1 1 7 6 5 4 SEVEN_SEG_DISPLAY

A B CDE F G

In C lo c k O u t D 6 D 5 D 4 D 3 D 2 D 1 D 0 4094 D 7 2 3 1 0 1 4 1 3 1 2 1 1 7 6 5 4

A B CDE F G

In C lo c k O u t D 6 D 5 D 4 D 3 D 2 D 1 D 0 4094 D 7 2 3 1 0 1 4 1 3 1 2 1 1 7 6 5 4 SEVEN_SEG_DISPLA Y

A B CDE F G

In C lo c k O u t D 6 D 5 D 4 D 3 D 2 D 1 D 0 4094 D 7 2 3 1 0 1 4 1 3 1 2 1 1 7 6 5 4 SEVEN_SEG_DISPLA Y

A B CDE F G

In C lo c k O u t D 6 D 5 D 4 D 3 D 2 D 1 D 0 4094 D 7 2 3 1 0 1 4 1 3 1 2 1 1 7 6 5 4


(53)

liv

3.5 Rangkaian sensor

Untuk mendeteksi adanya barang yang lewat digunakan sebuah sensor. Sensor dilengkapi dengan sebuah pemancar infra merah, sebuah potodioda dan sebuah rangkaian penerima sinyal infra merah. Rangkaian pemancar infra merah tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.5. Rangkaian Pemancar infra merah

Pada rangkaian di atas digunakan sebuah LED infra merah yang diserikan dengan sebuah resistor 18 ohm. Resistor ini berfungsi untuk membatasi arus yang masuk ke LED infra merah agar LED infra merah tidak rusak. Resistor yang digunakan adalah 18 ohm sehingga arus yang mengalir pada LED infra merah adalah sebesar:

5

0, 277 277

18

V

i A atau mA

R

  

VCC 5V

Infra Merah 18


(54)

lv Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED infra merah, maka intensitas pancaran infra merah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pancarannya akan semakin jauh.

Pancaran dari sinar infra merah akan diterima oleh potodioda, kemudian akan diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika potodioda menerima pancaran sinar infra merah maka output dari rangkaian penerima ini akan mengeluarkan logika high (1), namun jika potodioda tidak menerima pantulan sinar infra merah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika low (0). Rangkaian penerima infra merah seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.6 Rangkaian Penerima sinar infra merah

Potodioda memiliki hambatan sekitar 15 s/d 20 Mohm jika tidak terkena sinar infra merah, dan hambatannya akan berubah menjadi sekitar 80 s/d 300 Kohm jika terkena sinar infra merah tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.

VCC 5V

330k Poto dioda

4.7k C828

10k

1.0k Q2

2SA733

10k 2SC945

4.7k 1.0k

1.0k Q4

2SA733

10k 330

LED1 AT89S51


(55)

lvi Pada rangkaian di atas, output dari potodioda diumpankan ke basis dari transistor tipa NPN C828, ini berari untuk membuat transistor tersebut aktip maka tegangan yang keluar dari potodioda harus lebih besar dari 0,7 volt. Syarat ini akan terpenuhi jika potodioda mendapatkan sinar infra merah. Analisanya sebagai berikut:

Jika ada sinar infra merah yang mengenai potodioda, maka hambatan pada potodioda 300 Kohm, sehingga:

2 330.000

5 2, 619

1 2 300.000 330.000

R

Vo xVcc x Volt

R R

  

 

Vout akan diumpankan ke basis dari transistor C828, karena tegangannya lebih besar dari 0,7 volt yaitu 2,619 Volt maka transistor akan aktif.

Aktifnya transistor C828 akan menyebabkan colektornya terhubung ke emitor, sehingga colektor mandapat tegangan 0 volt dari ground, tegangan ini diumpankan ke basis dari transistor ke-2 tipe PNP A733, sehingga transistor ini juga aktif. Seterusnya aktipnya transistor A733 akan menyebabkan colektornya terhubung ke emitor, sehingga kolektor mandapat tegangan 5 volt dari Vcc. Kolektor dari transistor A733 dihubungkan ke mikrokontroler AT89S51 sehingga jika transistor ini aktif, maka kolektor akan mendapatkan tegangan 5 volt dari Vcc. Tegangan 5 volt inilah yang merupakan sinyal high (1) yang diumpankan ke mikrokontroler AT89S51, sehingga mikrokontroler dapat mengetahui bahwa sensor ini mengirimkan sinyal high (1), yang berarti bahwa tidak ada barang yang menghalangi sensor. Tegangan ini juga diumpankan ke basis dari transistor ke-3 tipe NPN C945, sehingga transistor ini juga aktif.


(56)

lvii Transistor ke-4 tipe PNP A733 berfungsi untuk menyalakan LED sebagai indikator bahwa sensor ini menerima pantulan sinar infra merah dari pemancar. LED ini akan menyala jika sensor menerima sinar infra merah, dan akan mati jika sensor tidak menerima sinar infra merah.

Jika ada barang yang melewati sensor, maka pancaran infra merah yang mengenai potodioda akan terhalang sesaat. Hal ini menyebabkan hambatan pada potodioda berubah dari 300 Kohm menjadi 15 Mohm, sehingga:

2 330.000

5 0,107

1 2 15.000.000 330.000

R

Vo xVcc x Volt

R R

  

 

Vout akan diumpankan be basis dari transistor C828, karena tegangannya hanya 0,107 Volt maka transistor tidak aktip.

Tidak aktipnya transistor C828 akan menyebabkan kolektornya tidak terhubung ke emitor, sehingga kolektor mandapat tegangan 5 volt dari Vcc, tegangan ini diumpankan ke basis dari transistor ke-2 tipe PNP A733, sehingga transistor ini juga tidak aktif. Seterusnya tidak aktifnya transistor A733 akan menyebabkan kolektornya tidak terhubung ke emitor, sehingga kolektor mandapat tegangan 0 volt dari ground. Kolektor dari transistor A733 dihubungkan ke mikrokontroler AT89S51 sehingga jika transistor ini tidak aktif, maka kolektor akan mendapatkan tegangan 0 volt dari ground. Tegangan 0 volt inilah yang merupakan sinyal low (0) yang diumpankan ke mikrokontroler AT89S51, sehingga mikrokontroler dapat mengetahui bahwa sensor ini mengirimkan sinyal low (0), yang berarti bahwa ada barang yang menghalangi sensor ini (ada barang yang melewati sensor). Tegangan ini juga diumpankan ke basis dari transistor ke-3 tipe NPN C945, sehingga transistor ini juga tidak aktif, sehingga LED tidak nyala.


(57)

lviii

Untuk mendeteksi adanya sinyal yang dikirimkan oleh sensor, maka mikrokontroler harus diprogram untuk untuk dapat mengecek sinyal apa yang dikirimkan oleh sensor. Jika sinyal yang dikirimkan adalah sinyal high (1), berarti tidak ada barang yang lewat, namun jika sinyal yang dikirimkan adalah sinyal low, maka ini berarti ada barang yang lewat.


(58)

lix BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Program Rangkaian

Pada mikrokontroler AT89S51 dimasukkan program yang menjadi prinsip kerja dari mikrokontroller.

bil0 equ 20h bil1 equ 0ech bil2 equ 18h bil3 equ 88h bil4 equ 0c4h bil5 equ 82h bil6 equ 2h bil7 equ 0e8h bil8 equ 0h bil9 equ 80h bilkosong equ 0ffh utama:

mov 70h,#0h mov 71h,#0h mov 72h,#0h mov 60h,#0h mov 61h,#0h mov r3,#0 loop:


(59)

lx Jnb P0.0,$

acall delay kosong:

mov 73h,#bilkosong mov 74h,#bilkosong mov 75h,#bilkosong mov 62h,#bilkosong mov 63h,#bilkosong acall tampil

Jb P0.1,kosong Jnb P0.1,$ acall delay terus:

mov r0,70h acall transfer mov 73h,r1 mov r0,71h acall transfer mov 74h,r1 mov r0,72h acall transfer mov 75h,r1 mov r0,60h acall transfer mov 62h,r1 mov r0,61h acall transfer mov 63h,r1 acall tampil Jnb P2.7,loop Jb P2.7,$ inc r3


(60)

lxi mov r3,#0

inc 60h mov r2,60h

cjne r2,#0ah,terus1 mov 60h,#0h inc 61h terus1:

acall delay inc 70h mov r2,70h cjne r2,#0ah,loop mov 70h,#0h inc 71h mov r2,71h cjne r2,#0ah,loop mov 71h,#0h inc 72h mov r2,72h cjne r2,#0ah,loop ljmp utama transfer:

cjne r0,#0h,satu mov r1,#bil0 ret

satu:

cjne r0,#01h,dua mov r1,#bil1 ret

dua:

cjne r0,#02h,tiga mov r1,#bil2 ret


(61)

lxii tiga:

cjne r0,#03h,empat mov r1,#bil3 ret

empat:

cjne r0,#04h,lima mov r1,#bil4 ret

lima:

cjne r0,#05h,enam mov r1,#bil5 ret

enam:

cjne r0,#06h,tujuh mov r1,#bil6 ret

tujuh:

cjne r0,#07h,delapan mov r1,#bil7

ret delapan:

cjne r0,#08h,sembilan mov r1,#bil8

ret sembilan:

cjne r0,#09h,transfer mov r1,#bil9

ret tampil:

mov sbuf,62h jnb ti,$ clr ti


(62)

lxiii mov sbuf,63h

jnb ti,$ clr ti

mov sbuf,73h jnb ti,$ clr ti

mov sbuf,74h jnb ti,$ clr ti

mov sbuf,75h jnb ti,$ clr ti acall delay ret

delay:

mov r7,#255 dly:

mov r6,#255 djnz r6,$ djnz r7,dly ret


(63)

lxiv 4.2 Prinsip Kerja Rangkaian

Sebagai sumber infra merah digunakan sebuah LED infra merah yang diserikan dengan sebuah resistor 18 ohm. Resistor ini berfungsi untuk membatasi arus yang masuk ke LED infra merah agar LED infra merah tidak rusak. Semakin besar arus yang mengalir ke LED infra merah, maka intensitas pancaran infra merah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pancarannya akan semakin jauh.

Pancaran dari sinar infra merah akan diterima oleh potodioda, kemudian akan diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika potodioda menerima pancaran sinar infra merah maka output dari rangkaian penerima ini akan mengeluarkan logika high (1), namun jika potodioda tidak menerima pantulan sinar infra merah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika low (0). Potodioda memiliki hambatan sekitar 15 s/d 20 Mohm jika tidak terkena sinar infra merah, dan hambatannya akan berubah menjadi sekitar 80 s/d 300 Kohm jika terkena sinar infra merah. Besarnya tahanan tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.

Bila tidak ada produk yang lewat akan menyebabkan tegangan yang diterima rangkaian penerima sekitar 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang merupakan sinyal high (1) yang diumpankan ke mikrokontroler AT89S51, sehingga mikrokontroler dapat mengetahui bahwa sensor ini mengirimkan sinyal high (1), yang berarti bahwa tidak ada produk yang menghalangi sensor ini (tidak ada barang yang lewat).

Bila ada produk yang lewat akan menyebabkan tegangan yang diterima rangkaian penerima menjadi 0 volt. Tegangan 0 volt ini merupakan sinyal low yang


(64)

lxv akan diumpankan kemikrokontroller AT89S51, sehingga mikrokontroller ini dapat mengetahui bahwa ada produk yang lewat.

Kondisi low yang diterima mikrokontroller akan diproses sesuai program yang dimasukkan. Hasil proses diterjemahkan sebagai penambahan jumlah yang akan ditampilkan pada seven segment A. Semakin banyak produk yang lewat akan menyebabkan nilai pada tiga 7-segmen A akan terus bertambah. Sesuai dengan program yang dimasukkan bahwa bila produk yang lewat telah mencapai angka yang ditentukan yaitu 24 maka segment B akan menghitung angka 1. Sehingga setiap 7-segment A menunjukkan kelipatan nilai 24 maka 7-7-segment akan bertambah 1.

Rangkaian mikrokontroler dapat dinon-aktifkan untuk sementara dengan menenkan tombol kontrol 1. Sehingga rangkaian berhenti bekerja (pause). Hal ini tidak menyebabkan nilai yang tertera pada 7-segment akan hilang. Tapi akan disimpan pada memori mikrokontroller. Nilai ini dapat ditampilkan dengan menekan tombol kontrol 2. Untuk mereset nilai pada seven segment kembali ke nol dilakukan dengan menekan tombol dari mikro.

4.3 Pengujian Rangkaian

Pengujian keberhasilan rangkaian dilakukan dengan melewatkan barang antara sumber infra merah dengan penerima. Sehingga pancaran infra merah dari sumber ke penerima terputus. Setelah barang dilewatkan, pada seven segment A akan menunjukkan angka 1. Setiap kali barang dilewatkan, angka pada seven segmen A akan bertambah sesuai dengan jumlah barang yang lewat. Bila jumlah pada 7-segment


(65)

lxvi A menunjukkan angka 24, pada 7-segment B tertera angka 1. Angka pada 7-segment B bertambah untuk setiap nilai kelipatan 24 pada 7-segment A. Pertambahan nilai pada 7-segment B untuk setiap kenaikan nilai 24 pada 7-segment A sesuai dengan program yang dimasukkan pada mikro. Bila ingin mengubah nilai tersebut maka program pada mikro harus diubah dengan program baru.

Untuk menon-aktifkan rangkaian dilakukan dengan menekan tombol kontrol 1. sedangkan untuk meng-aktifkan kembali dilakukan dengan menekan tombol kontrol 2. selama proses non-aktif nilai yang sudah terhitung sebelum dinon–aktifkan akan disimpan. Saat rangkaian dihidupkan nilai tersebut akan kembali ditampilkan.

4.4 Aplikasi Rangkaian

Perkembangan teknologi saat ini sudah sangat canggih. Berbagai alat, cara dan teknik baru ditemukan. Sebagian besar pekerjaan manusia sudah dapat dikerjakan oleh alat temuan manusia sendiri. Sehingga pekerjaan manusia sudah lebih mudah. Penulis mencoba membuat alat yang dapat diaplikasikan untuk kehidupan manusia.

Alat ini cocok digunakan untuk industri pada bagian keluaran atau pengemasan. Sebagai penghitung jumlah barang yang sudah keluar. Apalagi pada pabrik yang produk akhirnya dikeluarkan dengan menggunakan ban berjalan atau

conveyor. Seperti pada perusahaan minuman botol. Sistem pengemasan botol

minuman dengan menggunakan krat. Sejumlah 24 untuk setiap krat. Penghitungan jumlah botol yang sudah dikeluarkan tidak perlu secara manual. Sehingga dapat mengurangi tenaga kerja.


(66)

lxvii

Rangkaian sensor dipasang sejajar dengan conveyor yang membawa botol. Sumber cahaya infra merah dan rangkaian penerima ditempatkan diantara conveyor. Saat conveyor membawa botol untuk dimasukkan ke dalam krat, sensor akan menghitung setiap botol yang lewat. Botol yang lewat selanjutnya akan dimasukkan kedalam krat secara manual dengan jumlah setiap krat adalah 24. 7-segment B akan bertambah 1 untuk setiap kelipatan 24 pada 7-segment A. sehingga kita tahu jumlah krat yang sudah dikemas.

Keungggulan lain dari alat ini adalah adanya tombol kontrol untuk menon-aktifkan mikro. Nilai yang sudah dihitung akan disimpan mikro. Dan dapat ditampilkan kembali saat mikro diaktifkan. Keunggulan ini saat besar manfaatnya. Seperti saat pekerja perlu istirahat, tidak harus berkerja terus menerus. Selain itu pekerja tidak perlu lagi menghitung dari awal jumlah botol yang sudah dikemas, saat dia mulai bekerja.


(67)

lxviii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1. Kesimpulan

1. Mikrokontroller AT89S51 digunakan sebagai pengontrol dan pemproses pada rangkaian.

2. Mikroprosesor AT89S51 merupakan mikroprosesor yang dapat bekerja dalam berbagai keadaan. Sesuai dengan program yang dimasukkan kedalam mikroprosesor tersebut.

3. Sensor, Transistor, dan merupakan sumber clock yang hanya membangkitkan satu pulsa jika ada suatu benda yang menghalangi sinar led pada receiver. 4. Bila sinar potodioda diterima sensor, maka tegangan yang diterima sensor

adalah 5 volt dan dibaca mikroprosesor sebagai kondisi higt yang berarti tidak ada barang yang lewat.

5. Selama ada barang yang menghalangi sinar menuju receiver maka tegangan yang diterima sensor adalah 0 volt dan ini akan dihitung mikroprosesor sebagai kondisi low dan dihitung satu. Jadi panjang dan waktu suatu barang tidak mempengaruhi perhitungan.

6. LED yang digunakan pada seven segment adalah led commond diode yang akan menyala bila kondisi yang diterimadalam keadaan low.

7. Sensor potodioda memiliki sensitivitas yang lebih baik dari LDR dengan sumber cahaya laser.


(68)

lxix V. 2. Saran

1. Untuk berbagai aplikasi rangkaian dapat dilakukan dengan mengubah progream yang dimasukkan pada mikroprosesor.

2. Alat ini sangat cocok digunakan sebagai penghitung produk akhir pada suatu industri.

3. Diharapkan adik junior maupun prmbaca yang berminat untuk dapat menyempurnakan rancangan proyek ini.

4. Belajar program asembly sangat perlu untuk membuat berbagai perintah program pada mikroprosesor.


(1)

4.2 Prinsip Kerja Rangkaian

Sebagai sumber infra merah digunakan sebuah LED infra merah yang diserikan dengan sebuah resistor 18 ohm. Resistor ini berfungsi untuk membatasi arus yang masuk ke LED infra merah agar LED infra merah tidak rusak. Semakin besar arus yang mengalir ke LED infra merah, maka intensitas pancaran infra merah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pancarannya akan semakin jauh.

Pancaran dari sinar infra merah akan diterima oleh potodioda, kemudian akan diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika potodioda menerima pancaran sinar infra merah maka output dari rangkaian penerima ini akan mengeluarkan logika high (1), namun jika potodioda tidak menerima pantulan sinar infra merah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika low (0). Potodioda memiliki hambatan sekitar 15 s/d 20 Mohm jika tidak terkena sinar infra merah, dan hambatannya akan berubah menjadi sekitar 80 s/d 300 Kohm jika terkena sinar infra merah. Besarnya tahanan tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil.

Bila tidak ada produk yang lewat akan menyebabkan tegangan yang diterima rangkaian penerima sekitar 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang merupakan sinyal high (1) yang diumpankan ke mikrokontroler AT89S51, sehingga mikrokontroler dapat mengetahui bahwa sensor ini mengirimkan sinyal high (1), yang berarti bahwa tidak ada produk yang menghalangi sensor ini (tidak ada barang yang lewat).

Bila ada produk yang lewat akan menyebabkan tegangan yang diterima rangkaian penerima menjadi 0 volt. Tegangan 0 volt ini merupakan sinyal low yang


(2)

akan diumpankan kemikrokontroller AT89S51, sehingga mikrokontroller ini dapat mengetahui bahwa ada produk yang lewat.

Kondisi low yang diterima mikrokontroller akan diproses sesuai program yang dimasukkan. Hasil proses diterjemahkan sebagai penambahan jumlah yang akan ditampilkan pada seven segment A. Semakin banyak produk yang lewat akan menyebabkan nilai pada tiga 7-segmen A akan terus bertambah. Sesuai dengan program yang dimasukkan bahwa bila produk yang lewat telah mencapai angka yang ditentukan yaitu 24 maka segment B akan menghitung angka 1. Sehingga setiap 7-segment A menunjukkan kelipatan nilai 24 maka 7-7-segment akan bertambah 1.

Rangkaian mikrokontroler dapat dinon-aktifkan untuk sementara dengan menenkan tombol kontrol 1. Sehingga rangkaian berhenti bekerja (pause). Hal ini tidak menyebabkan nilai yang tertera pada 7-segment akan hilang. Tapi akan disimpan pada memori mikrokontroller. Nilai ini dapat ditampilkan dengan menekan tombol kontrol 2. Untuk mereset nilai pada seven segment kembali ke nol dilakukan dengan menekan tombol dari mikro.

4.3 Pengujian Rangkaian

Pengujian keberhasilan rangkaian dilakukan dengan melewatkan barang antara sumber infra merah dengan penerima. Sehingga pancaran infra merah dari sumber ke penerima terputus. Setelah barang dilewatkan, pada seven segment A akan menunjukkan angka 1. Setiap kali barang dilewatkan, angka pada seven segmen A akan bertambah sesuai dengan jumlah barang yang lewat. Bila jumlah pada 7-segment


(3)

A menunjukkan angka 24, pada 7-segment B tertera angka 1. Angka pada 7-segment B bertambah untuk setiap nilai kelipatan 24 pada 7-segment A. Pertambahan nilai pada 7-segment B untuk setiap kenaikan nilai 24 pada 7-segment A sesuai dengan program yang dimasukkan pada mikro. Bila ingin mengubah nilai tersebut maka program pada mikro harus diubah dengan program baru.

Untuk menon-aktifkan rangkaian dilakukan dengan menekan tombol kontrol 1. sedangkan untuk meng-aktifkan kembali dilakukan dengan menekan tombol kontrol 2. selama proses non-aktif nilai yang sudah terhitung sebelum dinon–aktifkan akan disimpan. Saat rangkaian dihidupkan nilai tersebut akan kembali ditampilkan.

4.4 Aplikasi Rangkaian

Perkembangan teknologi saat ini sudah sangat canggih. Berbagai alat, cara dan teknik baru ditemukan. Sebagian besar pekerjaan manusia sudah dapat dikerjakan oleh alat temuan manusia sendiri. Sehingga pekerjaan manusia sudah lebih mudah. Penulis mencoba membuat alat yang dapat diaplikasikan untuk kehidupan manusia.

Alat ini cocok digunakan untuk industri pada bagian keluaran atau pengemasan. Sebagai penghitung jumlah barang yang sudah keluar. Apalagi pada pabrik yang produk akhirnya dikeluarkan dengan menggunakan ban berjalan atau conveyor. Seperti pada perusahaan minuman botol. Sistem pengemasan botol minuman dengan menggunakan krat. Sejumlah 24 untuk setiap krat. Penghitungan jumlah botol yang sudah dikeluarkan tidak perlu secara manual. Sehingga dapat mengurangi tenaga kerja.


(4)

Rangkaian sensor dipasang sejajar dengan conveyor yang membawa botol. Sumber cahaya infra merah dan rangkaian penerima ditempatkan diantara conveyor. Saat conveyor membawa botol untuk dimasukkan ke dalam krat, sensor akan menghitung setiap botol yang lewat. Botol yang lewat selanjutnya akan dimasukkan kedalam krat secara manual dengan jumlah setiap krat adalah 24. 7-segment B akan bertambah 1 untuk setiap kelipatan 24 pada 7-segment A. sehingga kita tahu jumlah krat yang sudah dikemas.

Keungggulan lain dari alat ini adalah adanya tombol kontrol untuk menon-aktifkan mikro. Nilai yang sudah dihitung akan disimpan mikro. Dan dapat ditampilkan kembali saat mikro diaktifkan. Keunggulan ini saat besar manfaatnya. Seperti saat pekerja perlu istirahat, tidak harus berkerja terus menerus. Selain itu pekerja tidak perlu lagi menghitung dari awal jumlah botol yang sudah dikemas, saat dia mulai bekerja.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1. Kesimpulan

1. Mikrokontroller AT89S51 digunakan sebagai pengontrol dan pemproses pada rangkaian.

2. Mikroprosesor AT89S51 merupakan mikroprosesor yang dapat bekerja dalam berbagai keadaan. Sesuai dengan program yang dimasukkan kedalam mikroprosesor tersebut.

3. Sensor, Transistor, dan merupakan sumber clock yang hanya membangkitkan satu pulsa jika ada suatu benda yang menghalangi sinar led pada receiver. 4. Bila sinar potodioda diterima sensor, maka tegangan yang diterima sensor

adalah 5 volt dan dibaca mikroprosesor sebagai kondisi higt yang berarti tidak ada barang yang lewat.

5. Selama ada barang yang menghalangi sinar menuju receiver maka tegangan yang diterima sensor adalah 0 volt dan ini akan dihitung mikroprosesor sebagai kondisi low dan dihitung satu. Jadi panjang dan waktu suatu barang tidak mempengaruhi perhitungan.

6. LED yang digunakan pada seven segment adalah led commond diode yang akan menyala bila kondisi yang diterimadalam keadaan low.


(6)

V. 2. Saran

1. Untuk berbagai aplikasi rangkaian dapat dilakukan dengan mengubah progream yang dimasukkan pada mikroprosesor.

2. Alat ini sangat cocok digunakan sebagai penghitung produk akhir pada suatu industri.

3. Diharapkan adik junior maupun prmbaca yang berminat untuk dapat menyempurnakan rancangan proyek ini.

4. Belajar program asembly sangat perlu untuk membuat berbagai perintah program pada mikroprosesor.