1.2. Klasifikasi Sabun
Klasifikasi sabun menurut pH : - pH 5 – 8: dianggap lembut untuk kulit
- pH 8 – 10: pH optimal untuk sabun badan - pH 10 – 12: untuk laundry mencuci baju
Sabun dapat dibedakan sesuai jenis dan fungsinya yaitu: - Sabun keras atau sabun cuci.
Dibuat dari lemak dengan NaOH, misalnya Na – Palmitat dan Na – Stearat. - Sabun lunak atau sabun mandi.
Dibuat dari lemak dengan KOH, misalnya K-Palmitat dan K-Stearat
1.3. Sifat Kimia dan Fisika Sabun Sifat Fisika
Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Sabun dan
detergen merupakan agen pengemulsi yang paling efektif, khususunya untuk emulsi minyak-air. Minyak dalam air merupakan emulsi dengan minyak sebagai fase
terdispersi dan air sebagai fase pendispersi.
Sifat Kimia a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa. CH
3
CH
2 16
COONa + H
2
O CH
3
CH
2 16
COOH + OH
-
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH
3
CH
2 16
COONa + CaSO
4
Na
2
SO
4
+ CaCH
3
CH
2 16
COO
2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid,
sabun garam natrium dari asam lemak digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non
polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH
3
CH
2 16
yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik tidak suka air dan larut dalam zat organik
sedangkan COONa
+
sebagai kepala yang bersifat hidrofilik suka air dan larut dalam air.
d. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali seperti natrium atau kalium hidroksida.
4
1.4. Proses Pembuatan Sabun
Sabun dibuat baik lewat proses batch maupun proses sinambung. Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali NaOH sedikit berlebih dalam
ketel terbuka. Bila penyabunan selesai, garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun sebagai padatan. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol, dan kelebihan alkali
disingkirkan, dan gliserol dipulihkan lewat penyulingan. Padatan sabun kasar, yang mengandung sedikit garam, alkali, dan gliserol sebagai pengotor, dimurnikan lewat
pendidihan dengan air dan pengendapan kembali dengan garam beberapa kali. Akhirnya, padatan dididihkan dengan air secukupnya untuk membentuk campuran
lembut, yang jika dibiarkan menghasilkan lapisan sabun homogen di bagian atas. Sabun ini dapat dijual tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri murahan.
Berbagai bahan pengisi, seperti pasir atau batu apung dapat ditambahkan untuk membuat sabun gosok. Pengolahan lain mengubah sabun kasar menjadi sabun mandi,
sabun bubuk atau sabun serpih, sabun obat atau sabun wangi, sabun cuci, sabun cair, atau sabun apung dengan mengembuskan udara ke dalamnya.
Dalam proses sinambung, yang lebih umum dikerjakan sekarang, lemak atau minyak terhidrolisis oleh air pada suhu dan tekanan tinggi dengan bantuan katalis,
biasanya suatu sabunk zink. Lemak atau minyak dan air dimasukkan terus menerus dari arah berlawanan dari suatu reaktor yang lebih besar, dan asam lemak dan gliserol
diambil segera setelah terbentuk lewat penyulingan. Asam kemudian dinetralkan secara hati-hati dengan alkali yang jumlahnya tepat untuk menjadi sabun.
BAB II DETERGEN CAIR
2.1. Sejarah