aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan
air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
- Filler Filler pengisi adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuanmeningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
- Additive Additive adalah bahan suplementambahan untuk membuat produk lebih
menarik,misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengandaya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh: Enzim,
Boraks, Sodium klorida,
Carboxy Methyl Cellulose CMC.
- Suds Regulator pengatur busa Untuk membantu surfactant dalam proses pencucian. contoh: asam lemak Abrasive.
- Water softener Untuk menetralkan efek dari “kekerasan “ ion-ion pada bahan lain.
- Oxidants Untuk pemutihan dan disinfeksi
- Bahan Non-surfactant yang dapat mempertahankan kotoran di skorsing Enzymes. 2.4. Proses Pembuatan Detergen Cair
Metode pembuatan deterjen cair adalah: Mencampur 10 SLS – DG, 20 soda abu, CMC lokal 5 , pewarna secukupnya dan air 64.5 ke dalam reaktor,
memanaskan campuran bahan di atas kemudian diaduk, setelah tercampur homogen api dimatikan, lalu didinginkan, setelah dingin ditambah parfum sebanyak 1 ,
mengalirkan larutan ke bak filter, mengalirkan larutan ke bak penampung.
BAB III PENGUJIAN ANGKA ASETIL, REICHERT MEISSL
DAN ANGKA POLENSKE
3.1. Pengujian Angka Asetil
Bilangan Asetil adalah sifat kimia minyak atau lemak untuk menentukan gugusan hidroksil bebas yang sering terdapat dalam minyak atau lemak, baik alam
ataupun sintesis terutama pada minyak jarak, croton oil dan monogliserida. Bilangan asetil ini dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam asetat yang diperoleh dari penyabunan 1 gram minyak atau lemak atau lilin yang telah di asetilasi. Serta dapat dinyatakan dengan rumus :
8
KA = [D-CNa + A-BNb] × FW dimana:
A = volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi contoh
B = volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi blanko
C = volume HCl yang dibutuhkan untuk titrasi contoh
D = volume HCl yang dibutuhkan untuk titrasi blanko
Na = Normalitas HCl
Nb = Normalitas NaOH
F = 4.305 untuk kadar asetil
Peralatan
- Tabung Reaksi - Stopper
- Labu Didih - Termometer
- Stopwatch - Ubin Porselen Atau Silica Kaca
- Pipet Tetes - Pipet Volume
- Gelas Arlogi - Gelas Ukur
- Beakerglass - Erlenmeyar
- Statif Dan Klem - Karet Penghisap
- Botol Aquadest - Corong Kaca
- Waterbatch
Bahan
- Asam Format - Nitrat Laktanum
- Iodium - Ammonia
9
Prosedur Pengujian
1. Masukkan 10 sampai 20 mg sampel ke dalam tabung reaksi 180 mm × 18 mm 2. Tambahkan 0,15 ml asam format kemudian tutup tabung reaksi dengan stopper.
3. Pasangkan tabung kecil sekitar 100 mm × 10 mm yang berisi air. Alat ini bertindak sebagai kondensor, sehingga larutan nitrat lantanum bisa mengalir dari
luar tabung reaksi kecil. Kecuali zat yang sukar terhidrolisa, akan tetap dalam labu selama 5 menit.
4. Campurkan larutan dengan iodium 0,01 m sebanyak 0,05 ml pada ubin porselen atau silica kaca dan kemudian menambahkan 1 tetes ammonia 2m di tepi larutan.
5. Biarkan hingga berubah warna menjadi warna biru sekitar 1-2 menit di persimpangan larutan yang berlangsung secara cepat.
6. Untuk zat yang terhidrolisa, panaskan dengan perlahan larutan dengan cara membuka tutup kondensat.
3.2. Pengujian Reichert Meissl