Definisi Status Gizi Status Gizi

Indeks Massa Tubuh IMT merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam ukuran meter. ��� = �� �� ��² 2 Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara 18-70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan, juga bukan ibu hamil atau menyusui. Cara ini digunakan terutama jika pengukuran tebal lipatan kulit tidak dapat dilakukan lansia atau nilai bakunya tidak tersedia Arisman, 2009. Tabel 2.2. Kategori IMT untuk Indonesia Riskesdes, 2010 Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5 Normal 18,5 – 24,9 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0 IMT Indeks Massa Tubuh atau status gizi berdasarkan umur direkomendasikan sebagai indikator terbaik yang dapat digunakan pada remaja. Keuntungan mendapatkan IMT berdasarkan umur yaitu dapat digunakan untuk remaja muda. IMT berhubungan dengan kesehatan dan dapat dibandingkan dengan baik terhadap hasil pemeriksaan laboratorium atau pengukuran lemak tubuh. Selain menggabungkan indeks BBTB dengan umur, indikator ini juga telah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total bagi mereka yang berada di atas persentil yang normal. Indikator ini juga memberikan data dengan kualitas tinggi dan berkesinambungan dengan indikator yang direkomendasikan untuk dewasa Heryanti 2009. Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih Hartriyanti dkk, 2007. Jadi, status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih Almatsier, 2009.

2.3.3 Penilaian Asupan Makanan

Metode food recall 24 jam dilakukan sebanyak dua kali dan dipilih hari yang mewakili hari kerja dan yang mewakili hari libur. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali 1 x 24 jam maka data yang diperoleh kurang refresentatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang kali dan harinya tidak berturut-turut. Sampel diwawancarai tanpa diberitahu sebelumnya, hal ini untuk memastikan sampel tidak merubah kebiasaan makan selama penelitian ini dilaksanakan, peneliti menanyakan tentang semua kegiatan, makanan, dan minuman yang dimakan pada 24 jam yang lalu Supariasa, 2011.

2.4 Konsentrasi

2.4.1 Definisi Konsentrasi Menurut Petersen secara umum yang dimaksud dengan konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk dapat mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif lama Susanto, 2006. Konsentrasi mencakup proses serial atau berurutan di dalam mengidentifikasi obyek-obyek Suharnan, 2005.

2.4.2 Faktor Pendukung Konsentrasi

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya konsentrasi ada 2, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi: 1 motivasi untuk belajar, dimana motivasi adalah fase pertama dalam proses belajar; 2 nutrisi memegang sarana yang paling penting untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar; 3 keadaan psikologis, yang mana dapat dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya gangguan mental tertentu, masalah internal baik dengan teman maupun dengan guru, adanya kecenderungan mudah gugup atau grogi dan penyakit gangguan konsentrasi atau Attention Deficit Hyperactive Disorder ADHD; dan yang terakhir 4 keadaan fisiologis, seperti

Dokumen yang terkait

GAMBARAN ABSENTEISME MAKAN PAGI DAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA (STUDI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER)

0 5 89

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA MAHASISWA OBESITAS DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

3 47 78

Hubungan body image dengan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa

3 16 77

Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013

0 4 90

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWI Hubungan Antara Kebiasaan Makan Pagi Dan Status Gizi Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswi Di Pondok Madrasah Aliyah Al – Manshur Tegalgondo, Klaten.

0 3 19

PERBEDAAN TINGKAT KONSENTRASI PADA SISWA YANG MELAKUKAN SARAPAN PAGI DENGAN YANG Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan.

0 2 16

PERBEDAAN TINGKAT KONSENTRASI PADA SISWA YANG MELAKUKAN SARAPAN PAGI DENGAN YANG Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan.

0 3 15

Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Tahun 2016.

0 4 29

ANALISIS HUBUNGAN POLITIK DOMESTIK DENGA

0 0 11

34 HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK

0 3 6