kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat
kepada pasien Depkes, 2006.
2.5.1 Peresepan Obat Rasional
Peresepan yang rasional menurut WHO 1985 adalah jika pasien yang mendapat obat-obatan sesuai dengan diagnosis penyakitnya,
dosis dan lama pemakaian obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta biaya yang serendah mungkin yang dikeluarkan pasien maupun
masyarakat untuk membuat obat. Menyimpang dari ketentuan di atas dapat dikatakan tidak rasional. Pengobatan yang rasional itu
merupakan suatu hal yang kompleks dan dinamis. Prosesnya mulai dari diagnosis, penentuan dan pemilihan jenis obat, penyediaan
pelayanan obat, petunjuk pemakaian obat, bentuk sediaan yang tepat, cara pengemasan, pemberian label etiket dan kepatuhan penggunaan
obat oleh penderita Pane dkk, 2010.
2.5.2 Peresepan Obat yang Tidak Rasional
Pola peresepan yang menyimpang memiliki peranan besar pada pengobatan tidak rasional. Peresepan yang tidak rasional dapat juga
dikelompokkan dalam lima bentuk: 1.
Peresepan boros Extravagant Prescribing Peresepan dengan obat-obat yang lebih mahal, padahal ada
alternatif obat yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama. Termasuk disini adalah peresepan yang terlalu
berorientasi ke pengobatan simptomatik hingga mengurangi alokasi obat yang lebih vital contoh pemakaian obat antidiare yang
berlebihan dapat menurunkan alokasi untuk oralit yang lebih vital untuk menurunkan mortalitas.
2. Peresepan berlebihan Over Prescribing
Peresepan yang jumlah, dosis dan lama pemberian obat melebihi ketentuan, serta peresepan obat-obat yang secara medik tidak atau
kurang diperlukan. 3.
Peresepan yang salah Incorrect Prescribing Pemakaian obat untuk indikasi yang salah, obat yang tidak tepat,
cara pemakaian salah, mengkombinasi dua atau lebih macam obat yang tak bisa dicampurkan secara farmasetik dan terapetik, serta
pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi penderita secara menyeluruh.
4. Peresepan majemuk Multiple Prescribing
Pemberian dua atau lebih kombinasi obat yang sebenarnya cukup hanya diberikan obat tunggal saja. Termasuk disini adalah
pengobatan terhadap semua gejala yang muncul tanpa mengarah ke penyakit utamanya.
5. Peresepan kurang Under Prescribing
Terjadi kalau obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis obat tidak cukup, dan lama pemberian obat terlalu pendek waktunya
Kimin, 2008.
2.6 Pelayanan Informasi Obat PIO
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal Permenkes RI, 2014.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletinbrosurleaflet, pemberdayaan
masyarakat penyuluhan; 3.
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien; 4.
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. Melakukan program jaminan mutu Permenkes RI, 2014.