2.6 Pelayanan Informasi Obat PIO
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal Permenkes RI, 2014.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metode
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletinbrosurleaflet, pemberdayaan
masyarakat penyuluhan; 3.
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien; 4.
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. Melakukan program jaminan mutu Permenkes RI, 2014.
Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan informasi obat: 1.
Topik Pertanyaan; 2.
Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan; 3.
Metode Pelayanan Informasi Obat lisan, tertulis, lewat telepon; 4.
Data pasien umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamilmenyusui, data laboratorium;
5. Uraian pertanyaan;
6. Jawaban pertanyaan;
7. Referensi;
8. Metode pemberian jawaban lisan, tertulis, per telepon dan data Apoteker
yang memberikan Pelayanan Informasi Obat Permenkes RI, 2014.
2.7. Ketepatan 2.7.1. Definisi Ketepatan
Ketepatan didefenisikan sebagai seberapa jauh perilaku seseorang dalam hal menggunakan obat, mengikuti diet, atau mengubah gaya
hidup sesuai dengan nasehat medis atau saran kesehatan, sehingga tidak terjadi hal yang membahayakan hasil terapi pasien. Karena
ketidaktepatan akan menyebabkan sejumlah akibat yang tidak diinginkan, seperti sakit bertambah lama atau kondisi medis
memburuk sehingga pasien perlu perawatan di rumah sakit atau rawatan rumah atau akibat ekstrem, yaitu kematian. Akibat yang
ditimbulkan adalah timbul biaya sangat besar yang harus ditanggung oleh masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan yaitu tidak hanya
biaya yang dikeluarkan untuk mengobati akibat ketidaktepatan yang membahayakan, tetapi juga biaya obat-obatan yang terbuang
percuma dan kehilangan waktu kerja Rantucci, 2009. Ada lima masalah yang berkaitan dengan ketidaktepatan, yaitu:
1. Menggunakan atau mendapatkan obat yang benar, tetapi terlalu sedikit.
2. Menggunakan atau mendapatkan obat yang benar, tetapi terlalu banyak.
3. Frekuensi minum obat yang tidak sesuai. 4. Tidak menggunakan atau mendapatkan obat yang diresepkan.
5. Cara minum obat yang tidak benar
2.7.2. Hambatan Dalam Ketepatan
Hambatan dalam Ketepatan sehingga menyebabkan terjadinya ketidaktepatan yang teridentifikasi meliputi berbagai faktor pasien
dan kepercayaan pasien, sifat komunikasi antara pasien dan profesional kesehatan, dan berbagai faktor perilaku Rantucci, 2009.
1. Faktor pasien
a. Merasa penyakitnya tidak serius.
b. Merasa pengobatan tidak efektif.
c. Pandangan negatif dari keluarga dan teman atau
kurangnya dukungan sosial.
d. Pengalaman dengan pengobatan sedikit atau memiliki
pengalaman buruk dengan pengobatan. e.
Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita Rantucci, 2009.
2. Faktor Komunikasi
a. Kurang penjelasan yang tepat, jelas, jumlahnya memadai,
dan termasuk menerima tanggapan. b.
Tingkat pengawasan medis rendah. c.
Kurang informasi yang seimbang tentang resiko dan efek samping.
d. Strategi yang dilakukan oleh dokter untuk mengubah
sikap dan kepercayaan pasien kurang. e.
Kepuasan pasien dalam berinteraksi dengan dokter rendah atau tidak ada sama sekali.
f. Dokter dianggap tidak ramah dan kurang perhatian.
g. Dokter tidak membiarkan pasien terlibat dalam membuat
keputusan Rantucci, 2009. 3.
Hambatan Ketepatan a.
Durasi terapi panjang. b.
Munculnya efek merugikan atau efek samping. c.
Tidak dapat membaca, kemampuan kognitif rendah, hambatan bahasa.
d. Hambatan fisikisfinansial untuk mendapatkan obat
Rantucci, 2009.
2.7.3. Pencegahan Ketidaktepatan
Dalam mengembangkan
perencanaan untuk
mencegah ketidaktepatan, dokter harus memikirkan alasan untuk taat dan
hambatan untuk tidak taat. Perhatian harus difokuskan pada tiga aspek penting dalam konseling pasien, yaitu komunikasi dengan
pasien, pemberian informasi, dan strategi mencegah ketidaktepatan. 1.
Komunikasi dengan pasien Dokter harus melibatkan pasien dalam diskusi untuk membangun
hubungan dengan pasien. Komunikasi lebih lanjut harus terjadi untuk memungkinkan dokter bergerak maju melalui proses
asuhan kefarmasian untuk mendapatkan informasi yang tepat, menentukan metode untuk mencegah ketidaktepatan, serta
melaksanakan metode tersebut. Aspek-aspek komunikasi dengan pasien yang dapat membantu mencegah ketidaktepatan pasien
antara lain kepuasan pasien, nada bicara, sifat, isi, frekuensi, dan metode komunikasi Rantucci, 2009.
2. Pemberian informasi
Ada sejumlah faktor terkait pemberian informasi yang harus diperhatikan dalam mencegah ketidaktepatan:
a. Persuasif : bergantung pada sifat persuasif dokter dalam
komunikasi dan seberapa keras usaha dokter memotivasi pasien.
b. Informasi penggunaan obat : pasien harus selalu diberi
instruksi yang benar, sesuai, dan lengkap, antara lain berapa