Proton Pump Inhibitor Mekanisme Kerja Obat Gastritis

pendarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva tampak anemis. Pemeriksaan Penunjang tidak diperlukan, kecuali pada gastritis kronis atau untuk diagnosis definitif dengan melakukan pemeriksaan darah rutin, untuk mengetahui infeksi Helicobacter pylori, pemeriksaan breathe test dan feses, rontgen dengan barium enema serta endoskopi. Penatalaksanaan gastritis pada pelayanan primer: 1. Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari pemicu terjadinya keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau perut kembung seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol. 2. Konseling dan edukasi pasien serta keluarga mengenai faktor risiko terjadinya gastritis. 3. Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: a. H 2 Bloker 2xhari Ranitidin 150 mgkali, Famotidin 20 mgkali, Simetidin 400-800 mgkali. Dikonsumsi 30-60 menit sebelum makan. b. PPI 2xhari Omeprazole 20 mgkali, Lansoprazole 30 mgkali. Dikonsumsi 30-60 menit sebelum makan. c. Antasida dosis 3x500-1000 mghr. Dikonsumsi 30-60 menit sebelum makan. 4. Lama pengobatan selama 5 hari, bila dalam 5 hari tidak ada perbaikan klinis maka harus dirujuk.

2.4 Penggunaan Obat Secara Rasional

Penggunaan Obat secara Rasional POR atau Rational Use of Medicine RUM merupakan suatu kampanye yang disebarkan ke seluruh dunia, juga di Indonesia Swandari, 2012. Dalam situsnya, WHO menjelaskan bahwa definisi Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat. Dengan empat kata kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu dan biaya yang sesuai. POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif WHO, 2012. Kampanye POR oleh WHO dilatarbelakangi oleh dua kondisi yang bertolak belakang. Kondisi pertama menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 50 obat- obatan di dunia diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif dan tidak efisien. Bertolakbelakang dengan kondisi kedua yaitu kenyataan bahwa sepertiga dari jumlah penduduk dunia ternyata kesulitan mendapatkan akses memperoleh obat esensial Swandari, 2012.

2.5 Peresepan Obat

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien Depkes, 2006.

2.5.1 Peresepan Obat Rasional

Peresepan yang rasional menurut WHO 1985 adalah jika pasien yang mendapat obat-obatan sesuai dengan diagnosis penyakitnya, dosis dan lama pemakaian obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta biaya yang serendah mungkin yang dikeluarkan pasien maupun masyarakat untuk membuat obat. Menyimpang dari ketentuan di atas dapat dikatakan tidak rasional. Pengobatan yang rasional itu merupakan suatu hal yang kompleks dan dinamis. Prosesnya mulai dari diagnosis, penentuan dan pemilihan jenis obat, penyediaan pelayanan obat, petunjuk pemakaian obat, bentuk sediaan yang tepat, cara pengemasan, pemberian label etiket dan kepatuhan penggunaan obat oleh penderita Pane dkk, 2010.

2.5.2 Peresepan Obat yang Tidak Rasional

Pola peresepan yang menyimpang memiliki peranan besar pada pengobatan tidak rasional. Peresepan yang tidak rasional dapat juga dikelompokkan dalam lima bentuk: 1. Peresepan boros Extravagant Prescribing Peresepan dengan obat-obat yang lebih mahal, padahal ada alternatif obat yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama. Termasuk disini adalah peresepan yang terlalu

Dokumen yang terkait

Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Anak Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Periode Januari 2013 - Desember 2013

2 65 88

Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

3 93 99

Profil Pasien Sirosis Hati Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

0 62 68

Pengaruh Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Rawat Inap Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Di Badan Rumah Sakit Umum Deli Serdang Tahun 2003

1 29 88

Evaluasi Manajemen Pengelolaan Makanan Bagi Pasien Rawat Inap di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 50 3

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ASMA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada Pasien Asma Dewasa Di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandanarang Boyolali Periode 2013.

0 1 13

PENDAHULUAN Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada Pasien Asma Dewasa Di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandanarang Boyolali Periode 2013.

0 1 8

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ASMA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada Pasien Asma Dewasa Di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandanarang Boyolali Periode 2013.

1 7 16

KAJIAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA KAJIAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TAHUN 2010.

0 2 17

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP DI RS PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

0 0 9