Hambatan Dalam Ketepatan Ketepatan 1. Definisi Ketepatan

banyak obat digunakan, kapan obat digunakan, berapa lama penggunaan obat harus dilanjutkan termasuk informasi pengulangan resep. c. Informasi tentang penyakit, cara kerja, dan waktu kerja obat : pasien memerlukan informasi tentang kondisi penyakitnya dan cara kerja obat dalam mengatasi kondisi tersebut. Pasien juga harus diberitahu tentang waktu yang diperlukan sebelum nyeri dan rasa yang tidak nyaman berkurang dengan kata lain, kapan kira-kira efek obat akan dirasakan pasien. Hal ini akan mencegah kesalahpahaman pasien tentang keseriusan kondisi atau keefektifan pengobatan. d. Informasi efek samping : pasien harus diberi tahu tentang tanda-tanda dari setiap efek samping umum yang mungkin terjadi. Pemberian informasi tentang efek samping dan efek merugikan menurunkan ketidaktepatan pasien dengan mengurangi rasa takut dan memungkinkan suatu penanganan masalah dengan cara yang lebih sesuai. e. Teknik khusus : informasi mengenai teknik menggunakan obat, bila diperlukan, dan cara mengingat penggunaan obat juga perlu diberikan untuk mengurangi kemungkinan ketidaktepatan. f. Jumlah dan tingkat : tidak boleh terlalu komprehensif atau terlalu terperinci agar pasien dapat menyerap atau memahami informasi yang diberikan, yaitu informasi harus sesuai dengan tingkat pendidikan, ketidakmampuan, pasien kondisi fisik atau kondisi mental yang membatasi pasien, serta keadaan emosional pasien Rantucci, 2009. 3. Strategi untuk mencegah ketidaktepatan Karena ketidaktepatan dipandang sebagai perilaku yang dipengaruhi oleh kepercayaan, pengalaman, dan sebagainya, berbagai strategi perilaku direkomendasikan untuk mencegah ketidaktepatan. Strategi tersebut antara lain sebagai berikut: a. Dokter dan pasien bekerja sama untuk menyederhanakan jadwal pemakaian obat dengan mengurangi jumlah obat, mengurangi jumlah interval dosis per hari, dan mengatur regimen dosis agar lebih sesuai dengan kegiatan rutin pasien. b. Dokter memberikan alat pengingat dan pengatur pemakaian obat misalnya, wadah tablet yang dilengkapi alarm atau tempat obat yang tersusun sesuai pendosisan dan grafik terpisah untuk mengecek penggunaan obat. c. Dokter mengingatkan pasien melalui telepon atau surat tentang pengulangan resep. d. Dokter juga melibatkan pasangan pasien dan anggota keluarga lainnya untuk mengingatkan dan mendorong pasien menggunakan obat yang diresepkan Rantucci, 2009.

2.8 Kerangka Pemikiran

2.8.1 Kerangka Teori Gastritis merupakan suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut Valle, 2008. Gastritis bukan berarti penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Kebanyakan kasus gastritis tidak secara permanen merusak lapisan perut tetapi seseorang yang menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan nyeri di ulu hati Ehrlich, 2011. Penatalaksanaan pasien dengan tepat, baik secara medikamentosa atau non medikamentosa dapat menurunkan frekuensi kekambuhan dari gastritis. Penatalaksanaan nonmedikamentosa yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan konseling dan edukasi pasien serta keluarga mengenai faktor risiko terjadinya gastritis. Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Menurut Badan

Dokumen yang terkait

Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Anak Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Periode Januari 2013 - Desember 2013

2 65 88

Gambaran Perilaku Petugas Rawat Inap Dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

3 93 99

Profil Pasien Sirosis Hati Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

0 62 68

Pengaruh Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Rawat Inap Terhadap Minat Memanfaatkan Kembali Di Badan Rumah Sakit Umum Deli Serdang Tahun 2003

1 29 88

Evaluasi Manajemen Pengelolaan Makanan Bagi Pasien Rawat Inap di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 50 3

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ASMA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada Pasien Asma Dewasa Di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandanarang Boyolali Periode 2013.

0 1 13

PENDAHULUAN Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada Pasien Asma Dewasa Di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandanarang Boyolali Periode 2013.

0 1 8

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ASMA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada Pasien Asma Dewasa Di Instalasi Rawat Inap RSUD Pandanarang Boyolali Periode 2013.

1 7 16

KAJIAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA KAJIAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT DAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TAHUN 2010.

0 2 17

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN RAWAT INAP DI RS PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

0 0 9