31
melalui penyelenggaraan berbagai jenis pendidikan keterampilan yang terintegrasi dengan proses produksi dan pemasaran produk, jasakarya, sebagai laboratorium
sosial yang menjadi uji coba dan pengembangan produk, jasakarya, dan juga sebagai tempat pemberi layanan belajar keterampilanmagang bagi masyarakat
tim jurusan pendidikan luar sekolah Unnes:2010. Menurut Priambodo, 2009:14-15 desa vokasi merupakan desa atau
kawasan komunitas terpilih yang menjadi prioritas garapan melalui berbagai program pendidikan non formal dan informal dan atau program lain yang bersifat
lintas sektoral dengan memberdayakan segenap potensi yang ada dilingkungan secara intensif dan terpusat atas dasar keswadayaan. Desa vokasi memiliki tujuan
menjadi wahana masyarakat untuk saling belajar dan membelajarkan diri. Kehadiran narasumber, fasilitator, motivator
dan katalisator berperan menumbuhkembangkan kegiatan belajar masyarakat sehingga memiliki kepekaan
terhadap lingkungannya sehingga pada akhirnya mampu menyusun dan melaksanakan program aksi untuk membangun desa nya.
Melalui desa vokasi ini, masyarakat diharapkan dapat belajar dan berlatih menguasai keterampilan. Selanjutnya, dari bekal keterampilan itu dapat
dimanfaatkan untuk bekerja atau menciptakan lapangan kerja sesuai sumber daya diwilayahnya sehingga taraf hidup masyarakat semakin meningkat.
2.2.1 Tujuan Desa Vokasi
Tujuan penyelenggaraan desa vokasi adalah memberikan dukungan berbagai keterampilan produkjasa bagi warga masyarakat di pedesaan agar
mampu memberdayakan potensi desa menjadi produktif sebagai sumber
32
pendapatan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan pembangunan desa. Menyelenggarakan desa vokasi berarti membangun desa mandiri karena
29,89 juta penduduk miskin disekitar 63.900 desa di Indonesia setiap tahun nya membutuhkan bekal keterampilan.
Tujuan program desa vokasi antara lain: a. Memantabkan kemandirian Pemerintah Desa dan Kelurahan.
b. Mengembangkan kelembagaan dan partisipasi masyarakat. c. Memantabkan kehidupan sosial budaya masyarakat.
d. Mengembangkan usaha ekonomi masyarakat. e. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alan dan pendayagunaan tekhnologi
tepat guna yang berwawasan lingkungan.
2.2.2 Pengelolaan Desa Vokasi
Pengelolaan desa vokasi dilakukan melalui tahapan Syamsyuddin, 2008:17-22, yaitu:
Tahap awal, yakni sosialisasi dimaksudkan untuk membuka wawasan dan
memberikan pemahaman serta kesamaan persepsi, sekaligus mencari kesepakatan dan komitmen perangkat pemerintahan desa serta komponen
lembaga masyarakat lain untuk menyelenggarakan dan mengembangkan bersama kegiatan pendidikan non formal di desa.
Tahap kedua, yakni penguatan kapasitas calon penyelenggara pendidikan
non formal di desa yang dapat memobilisasi segala potensi dan sumber daya pendidikan di desa. Penguatan lebih menekankan aspek manajemen
program dan lembaga penyelenggara pendukung.
33
Tahap ketiga, yakni perencanaan program antara lain: melakukan
identifikasi kelompok sasaran dan potensi sumber daya sesuai dengan kebutuhan rencana program, penyiapan dan koordinasi antara lembaga
desa, lembaga penyelenggara pendidikan non formal, lembaga kemasyarakatan serta elemen masyarakat desa lain nya untuk menyusun
rencana kerja aksi.
Tahap keempat, yakni potensi dan sumber daya baik tenaga, kelompok sasaran, sarana dan keadaan lingkungan yang telah direncanakan akan
diorganisir untuk dimobilisasi sesuai kebutuhan perencanaan, dengan memusatkan perhatian pada aspek: 1 peran swadaya masyarakat,
pemerintah desa serta dinas atau instansi pemerintah terkait; 2 penyiapan dan pengadaan tenaga pendidik, pengelola, program dan fasilitator desa,
direkrut dari dalam maupun luar masyarakat desa; 3 pengadaan bahan dan alat kerja pendukung program pendidikan non formal.
Tahap kelima, yakni pelaksanaan program aksi pengelolaan pendidikan
non formal di desa berdasarkan hasil pendataan kelompok sasaran, tenaga personil yang ada, kebutuhan pembelajaran dan sarana pendukung lain.
Pelaksanaan ini berpatokan pada 10 komponen pendidikan: 1 peserta didik, 2 tenaga pendidik, 3 tenaga kependidikan, 4 kurikulum
pendidikan, 5 bahan belajar, 6 proses belajar mengajar, 7 piranti belajar, 8 pembelajaran, 9 dana belajar, dan 10 penilaian belajar.
Tahap keenam, yakni pemantauan dan pembinaan program pengelolaan
pendidikan non formal diselenggarakan melibatkan 3 komponen: 1
34
fasilitator desa, 2 pemerintah desa dan lembaga kemasyarakatan lain, dan 3 UPTD SKB dan penilik UPTD kecamatan.
Tahap ketujuh, yakni evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut lebih banyak
menekankan pada aspek input, proses dan output yang telah dihasilkan. Dengan pengelolaaan yang baik, maka hasil yang diharapkan sebagai
berikut: a. Banyak nya anak-anak muda berpotensi dan kreatif tinggal di desa
memberdayakan potensi desa. b. Sumber daya alam diolah menjadi karya-karya yang bernilai ekonomi dan ciri
khas produksi desa yang bernilai tinggi. c. Urbanisasi bisa ditekan sehingga permasalahan pengangguran diperkotaan
dapat tertangani. d. Mampu menciptakan lapangan kerja baru.
e. Pembangungan dipedesaan cepat terwujud karena dukungan tenaga produktif. f. Secara bertahap angka kemiskinan didesa berkurang secara signifikan.
2.3 Kecakapan Hidup
Menurut Jurnal Internasional Defining „Life Skills” may be defined as
“abilities for adaptive anda positive behavior, that enable individuals to deal effectively with the demands and challenges of everyday
life” WHO, 2007a, P.1. Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau
dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya Kamil, 2010: 129.