sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa hutan rakyat adalah hutan hak yang berada pada tanah yang
dibebani hak milik. Pengertian ini mencakup semua hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik petani perseorangan maupun bersama-sama atau badan
hukum.
2.3.2 Ciri Hutan Rakyat
Menurut Wijayanto 2007; Sayuti 2012,
pada umumnya hutan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain :
1 Tidak merupakan suatu kawasan yang kompleks, akan tetapi terpencar-pencar di tanah pedesaan lainnya.
2 Bentuk usahanya tidak selalu murni berupa usaha bercocok tanam pohon- pohonan, ada kalanya perkebunan, peternakan dan lain-lain.
3 Kelangsungan hutan rakyat sangat tergantung oleh kebutuhan lahan untuk kepentingan pemukiman usaha tani di luar kehutanan dan kesinambungan
pengolahan serta penanaman.
2.3.3 Peranan Hutan Rakyat
Djajapertjunda 2003 menyatakan bahwa hutan rakyat adalah sama halnya sepeti hutan-hutan lainnya yang tanamannya terdiri atas pohon-pohon sebagai jenis
utamanya, maka peranannya pun tidak banyak berbeda, yaitu: a. Ekonomi:
untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan jaringan ekonomi rakyat. b. Sosial: guna membuka
lapangan kerja. c. Ekologi: sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk
memelihara kualitas lingkungan hidup penyerap CO2 dan produsen O2. d. Estetika: memberikan keindahan alam. e. Sumber: merupakan sumberdaya alam
untuk ilmu pengetahuan, antara lain ilmu biologi, ilmu lingkungan dan lain-lain.
2.4 Keanekaragaman Jenis Burung
Pada tingkat yang paling sederhana, keanekaragaman didefinisikan sebagai jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas Primack, Indrawan, dan
Kramadibrata 2007. Pengukuran terhadap keanekaragaman merupakan dugaan atas jenis-jenis penting pada suatu komunitas berdasarkan jumlah, biomassa,
cover, dan produktivitas. Keanekaragaman lebih besar jika kelimpahan populasi satu sama lain merata Desmukh, 1992.
Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkat yaitu keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman komunitas.
Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati tersebut diperlukan untuk kelanjutan kelangsungan hidup di bumi dan penting bagi manusia. Kekayaan jenis burung di
suatu tempat tidak tersebar merata tetapi tinggi di beberapa habitat tertentu dan rendah di habitat lainnya Sujatnika, Joseph, dan Nurwatha, 1995.
Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap habitat, tergantung kondisi lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya. Syafrudin 2011 menyebutkan