untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan jaringan ekonomi rakyat. b. Sosial: guna membuka
lapangan kerja. c. Ekologi: sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk
memelihara kualitas lingkungan hidup penyerap CO2 dan produsen O2. d. Estetika: memberikan keindahan alam. e. Sumber: merupakan sumberdaya alam
untuk ilmu pengetahuan, antara lain ilmu biologi, ilmu lingkungan dan lain-lain.
2.4 Keanekaragaman Jenis Burung
Pada tingkat yang paling sederhana, keanekaragaman didefinisikan sebagai jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas Primack, Indrawan, dan
Kramadibrata 2007. Pengukuran terhadap keanekaragaman merupakan dugaan atas jenis-jenis penting pada suatu komunitas berdasarkan jumlah, biomassa,
cover, dan produktivitas. Keanekaragaman lebih besar jika kelimpahan populasi satu sama lain merata Desmukh, 1992.
Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkat yaitu keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman komunitas.
Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati tersebut diperlukan untuk kelanjutan kelangsungan hidup di bumi dan penting bagi manusia. Kekayaan jenis burung di
suatu tempat tidak tersebar merata tetapi tinggi di beberapa habitat tertentu dan rendah di habitat lainnya Sujatnika, Joseph, dan Nurwatha, 1995.
Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap habitat, tergantung kondisi lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya. Syafrudin 2011 menyebutkan
bahwa ada enam faktor yang saling berkaitan dan menentukan naik turunnya keanekaragaman jenis suatu komunitas yaitu: waktu, heterogenitas, ruang,
persaingan pemangsaan, kestabilan lingkungan dan produktifitas.
setiap jenis hayati memiliki fungsi dalam melestarikan ekosistem yang ditempatinya, maka
sudah seharusnya
setiap jenis hayati harus tetap
dipertahankan keberadaan dan fungsinya. Namun demikian, di antara sedemikian banyak jenis hayati yang terdapat di bumi ini, beberapa kelompok di antaranya
jika ada perubahan lingkungan pendukungnya akan menjadi rawan punah. Kelompok hayati rawan punah tersebut antara lain yang bersifat endemik, migran,
pemangsa puncak, megaherbivora dan berbiak dalam kelompok. Oleh karena itu jenis hayati yang termasuk dalam kelompok rawan punah perlu tetap memiliki
habitat dengan luasan yang cukup dalam bentuk kawasan konservasi.
2.5 Konservasi Burung
Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, konservasi sumber daya alam hayati adalah
pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Upaya konservasi satwa liar meliputi dua hal penting yang harus mendapat perhatian yaitu pemanfaatan yang hati-hati dan pemanfataan yang harmonis.
Pemanfaatan yang hati-hati berarti mencegah terjadinya penurunan produktivitas, bahkan menghindarkan sama sekali terjadinya kepunahan spesies. Pemanfaatan