Tata Ruang TINJAUAN PUSTAKA 2.1

5. Perkantoran dan jasa 6. Terminal 7. Wisata dan taman rekreasi 8. Pertanian dan perkebunan 9. Tempat pemakaman umum 10. Tempat pembuangan sampah Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkoaan yang tidak diikuti adalah kesemrawutan kawasan mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh yang berdampak kepada gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang berimplifikasi kepada kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran. Pasal 19 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030 menyebutkan bahwa: 1 Rencana sistem pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 1 meliputi: a. pusat pelayanan kota PPK; b. subpusat Pelayanan kota SPPK; dan c. pusat lingkungan PL. 2 Pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi: a. PPK Tanjung Karang dengan wilayah pelayanan seluruh kota yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa, kesehatan, simpul transportasi darat; dan b. PPK Teluk Betung dengan wilayah pelayanan seluruh kota yang berfungsi sebagai pelabuhan utama, transportasi ekspor impor, pergudangan, perdagangan dan jasa, distribusi kolektor barang dan jasa, industri menengah dan kawasan pesisir; 3 Subpusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi: a. SPPK Kedaton dengan wilayah pelayanan Kecamatan Kedaton dan Rajabasa yang berfungsi sebagai Pusat Pendidikan Tinggi dan Budaya, Simpul Utama Transportasi Darat, perdagangan dan jasa, dan Permukiman Perkotaan; b. SPPK Kemiling dengan wilayah pelayanan Kecamatan Kemiling dan Tanjung Karang Barat yang berfungsi sebagai kawasan pendidikan khusus Kepolisian atau Sekolah Polisi Negara, agrowisata dan ekowisata, perdagangan dan jasa, kawasan lindung dan konservasi, permukiman perumahan terbatas, pendidikan tinggi dan pusat olah raga; c. SPPK Sukarame dengan wilayah pelayanan Kecamatan Sukarame dan Tanjung Senang yang berfungsi sebagai pendukung Pusat Pemerintahan Provinsi, pendidikan tinggi, Perdagangan dan Jasa, Permukiman Perumahan, Industri Rumah Tangga, dan KonservasiHutan Kota; d. SPPK Sukabumi dengan wilayah pelayanan Kecamat Sukabumi dan Tanjung Karang Timur yang berfungsi sebagai kawasan industri menengah dan pergudangan, perdaganganjasa, permukimanperumahan, pendidikan tinggi; dan e. SPPK Teluk Betung Utara dengan wilayah pelayanan Kecamatan Teluk Betung Utara dan Teluk Betung Barat yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kota, wisata alam dan bahari, pendidikan tinggi, industri pengolahan hasil perikanan laut dan minapolitan, perdagangan dan jasa, pusat pengolahan akhir sampah terpadu, resapan air dan pelabuhan perikanan; 4 PL sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c meliputi: a. PL Rajabasa, Tanjung Senang, Tanjung Karang Barat, Teluk Betung Barat,dan Tanjung Karang Timur; dan b. PL sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf a memiliki fungsi pelayanan tersier maupun pusat pelayanan lingkungan dan akan diatur lebih lanjut berdasarkan RDTR Kota. 5 Sistem pusat pelayanan didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang disesuaikan dengan masing-masing hirarki pelayanan. Biaya Satuan Pendidikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 adalah: Pasal 3 1 Biaya pendidikan meliputi: a. biaya satuan pendidikan; b. biaya penyelenggaraan danatau pengelolaan pendidikan; dan c. biaya pribadi peserta didik. 2 Biaya satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri atas: a. biaya investasi, yang terdiri atas: 1. biaya investasi lahan pendidikan; dan 2. biaya investasi selain lahan pendidikan. b. biaya operasi, yang terdiri atas: 1. biaya personalia; dan 2. biaya nonpersonalia. c. bantuan biaya pendidikan; dan d. beasiswa. 3 Biaya penyelenggaraan danatau pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi: a. biaya investasi, yang terdiri atas: 1. biaya investasi lahan pendidikan; dan 2. biaya investasi selain lahan pendidikan. b. biaya operasi, yang terdiri atas: 1. biaya personalia; dan 2. biaya nonpersonalia. 4 Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b angka 1 dan ayat 3 huruf b angka 1 meliputi: a. biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas: 1. gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan; 2. tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan pendidikan; 3. tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan; 4. tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen; 5. tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan dosen; 6. tunjangan profesi bagi guru dan dosen; 7. tunjangan khusus bagi guru dan dosen; 8. maslahat tambahan bagi guru dan dosen; dan 9. tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor atau guru besar. b. biaya personalia penyelenggaraan danatau pengelolaan pendidikan, yang terdiri atas: 1. gaji pokok; 2. tunjangan yang melekat pada gaji;

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Yuridis Empiris. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, yuridis empiris artinya adalah mengidentifikasikan dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang mempola. 15 J. Supranto mengatakan bahwa penelitian yuridis empiris adalah penelitian yang condong bersifat kuantitatif, berdasarkan data primer. 16 Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objeknya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, selain mendasarkan pada penelitian lapangan, penulis juga melakukan penelaahan secara mendalam terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian izin mendirikan sekolah swasta di Kota Bandar Lampung.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber pada data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu hasil wawancara dengan responden, yang terdiri dari 15 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm 17 16 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Pradnya Paramitha,. Jakarta, 2004, hlm. 79 27 1. Bahan hukum primer, merupakan bahan yang bersifat mengikat berupa peraturan perundang-undangan, dalam penelitian ini terdiri dari 1 Undang-Undang Dasar UUD 1945 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2005 tentang Sistem Penddikan Nasional 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan hidup 5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, 6 Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Kewarganegaraan 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 8 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030 2. Bahan hukum sekunder bahan hukum yang tidak mempunyai kekuatan, dan hanya berfungsi sebagai penjelas dari bahan hokum primer, yang terdiri dari: 1 Buku 2 Literatur 3 Hasil penelitian karya ilmiah sarjana 3. Bahan hukum tersier Merupakan bahan hukum yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misal bibliografi.