Pengaruh Pemberian Warfarin Selama 7 Hari Terhadap Status Warfarin Penderita Ulkus Kaki Diabetik

(1)

PENGARUH PEMBERIAN WARFARIN SELAMA 7 HARI TERHADAP STATUS HIPERKOAGULASI PENDERITA ULKUS KAKI DIABETIK

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RS H ADAM MALIK MEDAN

DESEMBER 2008 – JUNI 2009

TESIS

OLEH

NINA KARMILA

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H ADAM MALIK / RSUD DR PIRNGADI

MEDAN 2009


(2)

DIAJUKAN DAN DIPERTAHANKAN DI DEPAN

SIDANG LENGKAP DEWAN PENILAI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAN DITERIMA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENDAPATKAN

KEAHLIAN DALAM BIDANG PENYAKIT DALAM

Pembimbing Tesis

( Dr. Dairion Gatot, SpPD-KHOM ) ( Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD )

Disahkan oleh :

Ketua Departemen Ketua Program Studi PPDS Ilmu Penyakit Dalam Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU Fakultas Kedokteran USU


(3)

DEWAN PENILAI

1. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP ( K ) 2. Dr. Sri Maryuni Sutadi, SpPD-KGEH

3. Dr.Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH 4. Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH

5. Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD 6. Dr. Ermanta Ngirim Keliat, SpPD-KP


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul : PENGARUH PEMBERIAN WARFARIN TERHADAP STATUS HIPERKOAGULASI PADA PENDERITA ULKUS KAKI DIABETIK, yang merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dokter ahli dibidang Ilmu Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Dengan selesainya karya tulis ini, maka penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr Salli R Nasution, SpPD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kemudahan dan perhatian yang besar terhadap pendidikan penulis.

2. Dr Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH dan Dr Dharma Lindarto, SpPD-KEMD

sebagai ketua dan sekretaris program studi Ilmu Penyakit Dalam yang dengan sungguh-sungguh telah membantu dan membentuk penulis menjadi ahli penyakit dalam yang berilmu, handal dan berbudi luhur.

3. Prof. Dr. Lukman Hakim Zain SpPD, KGEH selaku ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam USU pada saat penulis diterima sebagai Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan dalam menyelesaikan pendidikan.

4. Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis SpPD KGH, selaku Ketua TKP PPDS yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis

5. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Dairion Gatot, SpPD KHOM selaku kepala


(5)

sebagai pembimbing tesis serta kepada Dr. Dharma Lindarto, SpPD KEMD sebagai pembimbing kedua tesis yang penulis rasakan benar-benar dengan tulus membantu penulis menyelesaikan penelitian dan karya tulis ini, hanya doa yang dapat penulis berikan kiranya berkat berlimpah dari Yang Maha Kuasa selalu beserta mereka dan keluarga.

6. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/RSUD Dr Pirngadi/ RSUP H. Adam Malik Medan : Prof Dr Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Prof Dr T Renardi Haroen SpPD-KKV, MPH, Prof Dr Bachtiar Fanani Lubis, SpPD-KHOM, Prof Dr Habibah Hanum, SpPD-KPsi, Prof Dr Sutomo Kasiman SpPD-KKV, Prof Dr Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAI-SpMK, Prof Dr Pengarapen Tarigan, SpPD-KGEH, Prof Dr OK Moehadsyah, SpPD-KR, Prof Dr Lukman Hakim Zain, KGEH, Prof Dr M Yusuf Nasution, KGH, Prof Dr Azmi S Kar, KHOM, Prof Dr Gontar A Siregar, SpPD-KGEH, Prof Dr Harris Hasan, SpPD-SpJP(K), Dr Rusli Pelly, SpPD-KP (alm), Dr Nur Aisyah SpPD-KEMD, Dr A Adin St Bagindo SpPD-KKV, Dr Lufti Latief, SpPD-KKV, Dr Syafii Piliang, SpPD-KEMD, Dr T Bachtiar Panjaitan, SpPD, Dr Abiran Nababan, SpPD-KGEH, Dr H OK Alfien Syukran SpPD-KEMD (alm), Dr Betthin Marpaung, SpPD-KGEH, Dr Sri M Sutadi SpPD-KGEH, Dr Mabel Sihombing, SpPD-KGEH, Dr Salli R Nasution SpPD-KGH, Dr Juwita Sembiring, SpPD-KGEH, Dr Alwinsyah Abidin, SpPD, Dr Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Dr Chairul Bahri, SpPD (alm), Dr Mardianto, SpPD ,Dr Umar Zein SpPD-KPTI-DTM&H-MHA, Dr Yosia Ginting, SpPD-KPTI, Dr Refli Hasan SpPD-SpJP (FIHA)(K), Dr EN Keliat SpPD-KP, Dr Blondina Marpaung SpPD-KR, Dr Leonardo Dairy, SpPD-KGEH yang merupakan guru-guru penulis yang telah banyak memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis selama mengikuti


(6)

7. Dr Armon Rahimi, SpPD KPTI, Dr Heriyanto Yoesoef SpPD (alm), Dr R Tunggul Ch Sukendar, SpPD-KGH (alm), Dr Daud Ginting SpPD, Dr Tambar Kembaren SpPD, Dr Saut Marpaung SpPD, Dr Zuhrial SpPD, Dr Dasril Efendi SpPD KGEH, Dr Ilhamd SpPD, Dr Calvin Damanik, SpPD, Dr Zainal Safri, SpPD SPJP, Dr Rahmat Isnanta, SpPD, Dr Santi Safril, SpPD, Dr Soegiarto Gani SpPD, Dr Franciscus Ginting, SpPD, Dr Savita Handayani, SpPD, Dr. Hariyani Adin, SpPD, Dr. Endang, SpPD, Dr. Deske Muhadi, SpPD, dan Dr. Syafrizal Nasution SpPD sebagai dokter kepala ruangan / senior yang telah sangat banyak membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

8. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan menerima saya, sehingga dapat mengikuti pendidikan keahlian ini.

9. Direktur RSUP H Adam Malik Medan, RSUD Dr Pirngadi Medan dan

Direktur RS Tembakau Deli Medan yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam menggunakan fasilitas dan sarana Rumah Sakit untuk menunjang pendidikan keahlian ini.

10.Direktur RSUD Kota Langsa yang telah memberikan kesempatan dan

bimbingan kepada saya selama ditugaskan sebagai Konsultan Penyakit Dalam di RSUD Kota Langsa dalam rangka pendidikan ini.

11.Kepada Drs Abdul Jalil Amri Arma, MKes yang telah memberikan bantuan yang tulus kepada penulis khususnya dalam metodologi penelitian ini.

12.Para sejawat PPDS-Interna, Paramedis dan seluruh karyawan/ti bagian Penyakit Dalam RSUD. Dr. Pirngadi dan RSUP. H. Adam Malik Medan : Lely Husna, Syariffruddin Abdullah, Yanti, Theresia, Fitri, Ita, Wanti, Sari, Tika dan Deni yang telah banyak membantu dan bekerjasama dengan baik


(7)

13.Para penderita rawat inap dan rawat jalan di SMF/Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUD. Dr. Pirngadi dan RSUP. H. Adam Malik Medan, karena tanpa mereka mustahil penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

14.Buat para senior yang sangat membantu penelitian ini Dr Suhartono, SpPD, Dr Imelda Rey, SpPD, Dr Faizal Drissa Hasibuan SPPD. Untuk Class Mate penulis, Dr.Suvianto, Dr. Libya, dan Dr. Henny Syahrini, Dr. Suherdi, Dr. Eric Halim Sumampow SpPD, Dr. Wahyu Diansyah, Dr Jenda Maulana, yang memberi bantuan, dukungan dan dorongan selama menjalani pendidikan sehingga terjalin rasa persaudaraan yang erat.

15.Kepada kedua orang tua saya Dr Alex M. Zulkarnain ( alm ) dan Dr. Sri Banoen ( almh ), yang sangat saya kasihi, dan hormati tiada kata-kata yang dapat mengungkapkan perasaan hati, rasa terima kasih atas segala pengajaran, pengasuhan, dan semua yang telah diberikan pengorbanan jasa-jasa yang tiada mungkin terucap dan terbalaskan.

16.Kepada ke tiga abang saya yang telah banyak membantu, memberi semangat dan dorongan selama pendidikan, terimakasihku yang tak terhingga untuk segalanya.

17.Kepada kedua mertua saya yang telah banyak membantu memberi dukungan moril dan materil, rasa terima kasihku yang setinggi-tingginya.

Khusus untuk suamiku tercinta Dr Abu Almauzun Parnaungan Matondang, terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan atas kesabaran, pengertian, keikhlasan, dukungan dan pengorbanan selama ini, yang memberikan kekuatan dan ketabahan kepada saya. Semoga dapat memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi kita. Dan untuk anak-anakku Ivan Hamonangan Matondang, Raja Fattah Nabil Matondang dan Fawwaz Muammar Matondang, selama ini


(8)

merupakan pendorong dan pembangkit semangat dalam hidup untuk mencapai cita-cita yang lebih baik lagi.

Sebenarnya masih banyak lagi kata ucapan terima kasih yang ingin penulis sampaikan buat berbagai pihak yang tidaklah mungkin disebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih yang setulusnya secara menyeluruh.

Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan dari Allah SWT . Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Oktober 2009 Penulis,


(9)

Abstrak

Pengaruh Pemberian Warfarin selama 7 Hari terhadap Status Hiperkoagulasi Penderita Ulkus Kaki Diabetik.

Nina Karmila, Dairion Gatot*, Dharma Lindarto**

*Divisi Hematologi-Onkologi Medik, **Divisi Endokrinologi Metabolik, Departemen Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran USU-RSUP H Adam Malik Medan

Latar belakang

Ulkus kaki dan komplikasinya merupakan penyebab penting mortalitas dan morbiditas penderita diabetes. Diabetes mellitus akan disertai dengan keadaan protrombotik yaitu perubahan-perubahan proses trombosis dan fibrinolisis.

Sampai saat ini penggunaan antikoagulan belum menjadi perhatian dalam penanganan ulkus kaki diabetik. Untuk itu kami ingin mengetahui efektifitas dari Warfarin dalam penanganan hiperkoagulasi pada ulkus kaki diabetik.

Tujuan

Untuk mengetahui adanya pemanjangan status koagulasi pada penderita ulkus kaki diabetik setelah pemberian warfarin dibandingkan dengan kontrol .

Metode

Dilakukan uji klinis dengan pemberian Warfarin 5 mg sehari selama 7 hari pada 16 subjek penderita ulkus kaki diabetik dengan status hiperkoagulasi dan dibandingkan parameter koagulasi ( rasio PT, INR, TT, aPTT, fibrinogen dan D dimer ) dengan 16 orang kontrol yang tidak mendapat Warfarin,

Hasil

Setelah 7 hari terapi didapatkan peningkatan rerata rasio INR ( p = 0,040 ) dan rerata rasio aPTT ( p = 0,016 ) pada subjek dibandingkan kontrol

Kesimpulan

Dijumpai pemanjangan status koagulasi yang signifikan setelah terapi warfarin 5 mg sehari selama 7 hari pada ulkus kaki diabetik dengan status hiperkoagulasi. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan jangka waktu lebih lama untuk menilai efek Warfarin sebagai trombolitik pada status hiperkoagulasi pada penderita ukus kaki diabetik


(10)

Abstract

The Effect of Warfarin Therapy for 7 Days on Hipercoagulation Status in Patients with Diabetic Foot Ulcer

Nina Karmila, Dairion Gatot*, Dharma Lindarto**

*Division of Hematology-Oncology,**Division of Endocrinology and Metabolic Internal Medicine Department

Medical Faculty of North Sumatera University - Adam Malik Hospital Medan

Background

Diabetic foot and its complication play roles in mortality and morbidity in diabetic patients. Thrombosis influence the impact in diabetic foot management. Diabetes will followed by prothrombotis state that change trhombolysis and fybrinolysis processes. One of therapy was by anticoagulant and anti platelet.

Anticoagulant still doesn’t have attention in diabetic foot ulcer management. anticoagulation and as antiplatelet. Therefore we wanted to investigate the efffectiveness of Warfarins in diabetic foot ulcer management.

Objective

To assess the prolongation of hipercoagulation status in patients with diabetic foot ulcer after Warfarin treatment compared with control

Method

We conduct clinical trial on 16 subjects diabetic foot ulcer patients with hipercoagulation status and measured coagulation status parameter ( PT, INR, aPTT, TT, fibrinogen and D dimmer ) after oral Warfarin 5 mg a day for 7 days and compared with 16 controls.

Results

After 7 days therapy we had result prolongation of INR mean (p=0,040)and aPTT mean ( p = 0,016 ).

Conclusion

Oral Warfarin given for 7 days resulted prolongation of coagulation parameter. The further investigation with bigger samples and longer duration are needed to assses the effect of Warfarin.


(11)

D A F T A R I S I

Halaman

Kata pengantar ... i

Abstrak ... vi

Daftar isi ... viii

Daftar tabel dan gambar... xi

Daftar singkatan ... xii

BAB I : P E N D A H U L U A N ... 1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hemostasis ... 4

2.2. Patofisiologi Trombosis ... 8

2.3. Gangguan hemostasis pada Ulkus kaki diabetes ... 10

2.4. Peranan Warfarin ... 12

2.5. Pemeriksaan penyaring hemostasis ... 17

BAB III : PENELITIAN SENDIRI 3.1. Latar Belakang ... 19

3.2. Perumusan Masalah ... 21

3.3. Hipotesa ... 21

3.4. Tujuan Penelitian ... 21

3.5. Manfaat Penelitian ... 21

3.6. Kerangka Konsepsional ... 22

3.7. Bahan dan Cara 3.7.1. Desain Penelitian ... 22


(12)

3.7.2.1.DM tipe2 (Perkeni 2006) ... 22

3.7.2.2. Ulkus kaki diabetik ... 23

3.7.2.3. Kriteria ulkus kaki diabetik menurut Wagner ... 23

3.7.2.4. Pemeriksaan penyaring hemostasis ... 23

3.7.2.5. Hiperkoagulasi ... 23

3.7.3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.7.4. Populasi Terjangkau ... 25

3.7.5. Kriteria Inklusi ... 25

3.7.6. Kriteria Eksklusi ... 25

3.7.7. Populasi dan Sampel ... 25

3.7.8. Cara Penelitian ... 26

3.7.9. Analisa Data ... 27

3.7.10. Kerangka Operasional ... 28

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Hasil Penelitian ... 29

4.1.1. Karakteristik Subek Penelitian ... 29

4.1.2. Efek Terapi Warfarin selama 7 hari ... 31

4.1.3. Efek Samping ... 32

4.2 . Pembahasan ... 33

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. K e s i m p u l a n ... ... 37


(13)

BAB VI : DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN 1. Master Tabel ... ... 45

2. Lembaran Penjelasan Kepada Subjek... ... 47

3. Formulir Persetujuan Penjelasan ... 48

4. Form Data Peserta Penelitian ... 49

5. Persetujuan Komite Etik ... 50

6. Daftar Riwayat Hidup ... 52

DAFTAR TABEL Tabel 1. Karakteristik Dasar Subyek Penelitian...28

Tabel 2. Data status koagulasi kedua kelompok sebelum dan sesudah pemberian lumbrokinase selama 7 hari...29

Tabel 3. Data status koagulasi antara subjek dan kontrol setelah pemberian Warfarin ...30

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema sistem koagulasi dan fibrinolisis...14

Gambar 2. Mekanisme Kerja Warfarin pada sistem koagulasi dan fibrinolisis...15


(14)

DAFTAR SINGKATAN PAI-1 : Plasminogen Activator Inhibitor -1 KPTT : kaolin partial thromboplastin time PT : Prothrombine Time

INR : International Normalised Ratio ADP : Adenosine di phosphate ATP : Adenosine tri phosphate vWF : von Willebrand factor

HMWK : High Molecular Weight Kininogen PK : Pre kallikrein

PF.3 : Platelet Factor 3

t-PA : tissue plasminogen aktivator (t-PA), u-PA : urokinase plasminogen aktivator (u-PA) FDP : Fibrinogen Degradation Product

Sicam-1 : soluble Intercellular Adhesion Molecule TATcs : Thrombin Anti Thrombin complex ABI : Ankle Brachial Index

PAD : Peripheral Arterial Disease 5-HT : 5 hydroxy tryptamine

aPTT : activated Partial Thromboplastin Time TT : Thrombin Time


(15)

BAB I PENDAHULUAN

Dari berbagai penelitian epidemiologi, terbukti bahwa insidensi Diabetes mellitus ( DM ) meningkat secara menyeluruh di dunia. Penelitian di Indonesia, terutama di kota – kota besar di Indonesia juga menunjukkan kecenderungan yang sama.1 Menurut perkiraan WHO, Indonesia akan menempati peringkat kelima dunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.2

Sekitar 80 % kematian pada penderita DM disebabkan oleh trombosis. Dari jumlah ini, tiga perempatnya karena komplikasi kardiovaskular, berupa trombosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung, otak dan kaki yang bermanifestasi klinik sebagai infark miokard, stroke, ulkus dan gangren kaki diabetik. Komplikasi vaskular pada diabetes berhubungan dengan perubahan hemostasis, dimana terjadi keadaan status hiperkoagulasi pada diabetisi.3,4

Daerah yang sering mengalami trombosis pada penderita DM adalah pada pembuluh darah daerah ekstremitas bawah bagian distal. Terjadinya trombosis akan menganggu suplai darah ke daerah luka sehingga akan menghambat proses penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya gangren.5

Ulkus kaki, infeksi dan gangren adalah penyebab utama rawat inap penderita diabetes, sekitar 15-20% dari 16 juta penduduk Amerika Serikat.6 Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa 15% dari penderita diabetes akan mengalami penyakit kaki diabetes, dimana insiden pertahun ulkus kaki 2-3%, dan 46% dari 162.000 penderita diabetes yang dirawat inap di rumah sakit disebabkan oleh ulkus kaki diabetik. Ulkus kaki dan komplikasinya merupakan penyebab penting mortalitas dan morbiditas penderita diabetes, sehingga memberi dampak klinis dan ekonomi yang sangat besar.7


(16)

Salah satu upaya untuk mengurangi kecacatan dan kematian akibat ulkus kaki diabetik dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya trombosis pada pembuluh darah yang memberikan suplai darah ke daerah luka. Keadaan hiperkoagulasi sebagai faktor resiko yang mempermudah dan memperberat trombosis dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium terhadap beberapa parameter fungsi hemostasis.8 Dengan mengetahui adanya keadaan hiperkoagulasi maka dapat dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan terhadap kemungkinan terjadinya trombosis dengan pemberian antikoagulan dan anti agregasi trombosit.9

Pada saat ini upaya untuk mencegah terjadinya trombosis dalam pengelolaan ulkus kaki diabetik dilakukan dengan pemberian anti agregasi trombosit seperti Aspirin, Clopidogrel dan Cilostazol.10 Sampai saat ini strategi untuk menangani keadaan hiperkoagulasi sebagai faktor resiko terhadap kejadian trombosis masih belum mendapat perhatian dalam upaya pengelolaan ulkus kaki diabetik.

Antikoagulan adalah obat yang dipakai untuk mencegah terjadinya trombosis, yang kerjanya menghambat proses pembekuan darah. Yang termasuk antikoagulan adalah heparin dan antikoagulan oral yaitu warfarin. Mekanisme kerja antikoagulan oral adalah di jalur ekstrinsik pada kaskade koagulasi dengan menghambat sintesa faktor – faktor pembekuan yang dipengaruhi vitamin K yaitu protrombin, VII,IX dan X. 11,12

Pada penelitian – penelitian sebelumnya pemberian warfarin untuk profilaksis VTE ( Venous thromboembolism ) biasanya dimulai dengan pemberian heparin atau LMWH ( low molecular weight heparin ),11 sedang pemberian warfarin pada status hiperkoagulasi pada ulkus diabetik sampai saat ini sepengetahuan penulis belum ada. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pemberian warfarin pada kelompok ini.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hemostasis

Hemostasis adalah proses fisiologis dalam tubuh untuk menghentikan perdarahan pada lesi vaskular. Komponen - komponen yang berperan dalam proses hemostasis yaitu pembuluh darah, trombosit, faktor - faktor pembekuan darah, protein antikoagulasi dan enzim fibrinolisis. Perubahan dalam keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi pada sistem hemostasis akan menyebabkan kelainan berupa perdarahan atau trombosis.13

Peran sistem vaskuler dalam mencegah perdarahan meliputi proses kontraksi pembuluh darah ( vasokonstriksi ), aktivasi trombosit dan pembekuan darah. Sel endotel pembuluh darah yang utuh bersifat antikoagulan dengan menghasilkan inhibitor trombosit ( Nitrogen oksida, prostasiklin, ADP-ase), inhibitor bekuan darah/lisis (trombomodulin, heparan, tissue plasminogen activator, urokinase

plasminogen aktivator, inhibitor jalur faktor jaringan). Sel endotel ini dapat terluka

karena berbagai rangsangan seperti asidosis, hipoksia, endotoksin, oksidan, sitokin dan shear stress. Jika lapisan endotel rusak, maka jaringan ikat dibawah endotel seperti serat kolagen, serat elastin dan membrana basalis terbuka, sehingga di mulainya aktivasi trombosit ( adesi, agregrasi sehingga terjadi sumbat trombosit ). Endotel pembuluh darah yang tidak utuh akan bersifat prokoagulan dengan menyebabkan vasokonstriksi lokal, menghasilkan faktor koagulasi (tromboplastin, faktor von Willebrand, aktivator dan inhibitor protein C, inhibitor aktivator plasminogen tipe 1), serta mengaktifkan faktor XI dan XII. 14-16


(18)

Trombosit berperan penting dalam proses hemostasis yaitu pembentukan dan stabilisasi sumbat trombosit. Pembentukan sumbat trombosit melalui beberapa tahap reaksi yaitu aktivasi trombosit : adhesi trombosit pada daerah yang mengalami kerusakan, aggregasi trombosit dan reaksi degranulasi. Trombosit akan teraktivasi jika terpapar dengan berbagai protein prokoagulan yang dihasilkan oleh sel endotel yang rusak. Adhesi trombosit ialah suatu proses melekatnya trombosit pada permukaan asing, terutama serat kolagen. Adesi trombosit terutama tergantung pada protein plasma yang disebut faktor von Willebrand (vWF), yang menjembatani trombosit dengan jaringan subendotel. Aggregasi trombosit ialah proses melekatnya trombosit dengan trombosit lain, yang mula – mula dicetuskan oleh ADP yang dikeluarkan oleh trombosit yang melekat pada serat subendotel. Selama proses agregasi, trombosit berubah bentuk menjadi bulat disertai pembentukan pseudopodi, yang mengakibatkan granula trombosit akan terkumpul di tengah dan akhirnya trombosit akan melepaskan isi granul ( degranulasi ). Pada proses degranulasi, trombosit akan melepaskan berbagai senyawa yang terdapat dalam granul sitoplasma trombosit (serotonin, katekolamin, histamin, ADP, ATP, siklik AMP, ion kalsium dan kalium, faktor trombosit 3 dan 4, B-tromboglobulin, PDGF, plasminogen, fibrinogen, protein plasma, tromboksan A2). Senyawa-senyawa ini akan menstimulasi aktivasi dan aggregasi trombosit lebih lanjut hingga menghasilkan sumbat trombosit yang stabil, mengaktifkan membran fosfolipid dan memfasilitasi pembentukan komplek protein koagulasi yang terjadi secara berurutan.17

Teori yang banyak dianut untuk menerangkan proses pembekuan darah adalah teori cascade atau waterfall yang dikemukakan oleh Mac Farlane, Davie dan Ratnoff. Faktor pembekuan beredar dalam darah sebagai prekursor yang akan diubah menjadi enzim bila diaktifkan. Enzim ini akan mengubah prekursor selanjutnya untuk menjadi


(19)

enzim. Jadi mula-mula faktor pembekuan darah bertindak sebagai substrat dan kemudian sebagai enzim. Proses pembekuan darah dimulai melalui dua jalur yaitu jalur intrinsik yang dicetuskan oleh adanya fase kontak dan pembentukan kompleks aktivator F.X. Kemudian jalur ini akan meliputi diaktifkannya F.XII, F.XI, F.IX, F.VIII, High Molecular Weight Kininogen (HMWK), Pre Kallikrein (PK), PF.3 dan ion kalsium. Jalur ekstrinsik terdiri dari reaksi tunggal yaitu dengan adanya ion kalsium, faktor kallikrein dan faktor tromboplastin jaringan oleh karena adanya pembuluh darah yang luka, maka faktor VII akan teraktifasi menjadi faktor VIIa. Kedua jalur ini kemudian akan bergabung menjadi jalur bersama, yaitu faktor VIIa ( jalur ekstrinsik ), faktor Ixa, PF3, ion Ca ( jalur intrinsik ) akan mengaktifkan faktor X menjadi Xa, serta melibatkan F.V, PF-3, protrombin dan fibrinogen. Rangkaian reaksi koagulasi ini akan membentuk trombin dan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang tidak larut. Fibrin sebagai hasil akhir dari proses pembekuan darah akan menstabilkan sumbatan trombosit.18,19

Perlu ada mekanisme kontrol untuk mencegah aktivasi dan pemakaian faktor pembekuan darah secara berlebihan yaitu melalui aliran darah, mekanisme pembersihan seluler dan inhibitor alamiah. Aliran darah yang stabil akan menghilangkan dan mengencerkan faktor pembekuan darah yang aktif dari tempat luka, sehingga faktor pembekuan darah yang aktif ini akan dibersihkan dari sirkulasi darah oleh hati. Plasma darah mengandung sejumlah protein yang dapat menghambat enzim proteolitik yang disebut sebagai inhibitor seperti antitrombin, alfa 2 makroglobulin, alfa 1 antitripsin, C1 esterase inhibitor, protein C, protein S. Inhibitor ini berfungsi untuk membatasi reaksi koagulasi agar tidak berlangsung secara berlebihan sehingga pembentukan fibrin hanya terbatas disekitar daerah yang mengalami luka. Antitrombin akan menghambat aktivitas trombin, F.XIIa, F.XIa,


(20)

F.Xa, F.IXa, F.VIIa, plasmin dan kalikrein. Protein C yang diaktifkan oleh trombin dengan kofaktor trombomodulin akan memecah F.Va dan F.VIIIa menjadi bentuk yang tidak aktif dengan adanya kofaktor protein S. Alfa 1 antitripsin akan berperan dalam menginaktifkan trombin, F.XIa, kalikrein dan HMWK. C1 inhibitor akan menghambat komponen pertama dari sistem komplemen, F.XIIa, F.XIa dan kalikrein.17,19

Fibrinolisis adalah proses penghancuran deposit fibrin, sehingga aliran darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolisis mulai bekerja sesaat setelah terbentuknya bekuan fibrin. Sistem fibrinolisis terdiri dari 3 komponen utama yaitu : plasinogen yang akan diaktifkan menjadi plasmin, aktifator plasminogen dan inhibitor plasmin. Deposisi fibrin akan merangsang aktivasi plasminogen menjadi plasmin oleh aktivator plasminogen seperti tissue plasminogen aktivator (t-PA), urokinase plasminogen

aktivator (u-PA), F.XIIa dan kallikrein. Plasmin yang terbentuk akan memecah

fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen degradation product (FDP). Dengan proses ini fibrin yang tidak diperlukan dilarutkan sehingga hambatan terhadap aliran darah dapat dicegah. Untuk menghindari terjadinya aktivitas fibrinolisis yang berlebihan, tubuh mempunyai mekanisme kontrol berupa inhibitor aktivator plasminogen (PAI-1) yang akan menginaktivasi t-PA maupun u-PA, dan alfa 2 antiplasmin yang akan menetralkan aktivitas plasmin yang masuk ke sirkulasi.14,19

2.2. Patofisiologi Trombosis

Trombosis adalah pembentukan suatu massa abnormal yang berasal dari komponen-komponen darah ( trombus ) dalam pembuluh darah dan ruang jantung. Berdasarkan teori triad of Virchow`s, terdapat 3 hal yang berperan dalam patofisiologi trombosis yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah, dan


(21)

perubahan daya beku darah. Trombosis terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan antara faktor resiko trombosis dan inhibitor trombosis14,20,21

Sel endotel pembuluh darah yang utuh yang bersifat nontrombogenik, sehingga mencegah trombosit menempel pada permukaannya. Sifat non trombogenik ini akan hilang bila endotel mengalami kerusakan/terkelupas karena berkurangnya produksi senyawa antitrombotik dan meningkatnya produksi senyawa protrombotik. Berbagai senyawa protrombotik yang dilepaskan ini akan mengaktifkan sistem pembekuan darah dan menyebabkan menurunnya aktifitas fibrinolisis sehingga meningkatkan kecenderungan untuk terjadi trombosis. Bila kerusakan endotel terjadi sekali dan dalam waktu singkat, maka lapisan endotel normal akan terbentuk kembali, proliferasi sel otot polos berkurang dan intima menjadi tipis kembali. Bila kerusakan endotel terjadi berulang-ulang dan berlangsung lama, maka proliferasi sel otot polos dan penumpukan jaringan ikat serta lipid berlangsung terus sehingga dinding arteri akan menebal dan terbentuk bercak aterosklerosis. Bila bercak aterosklerotik ini robek maka jaringan yang bersifat trombogenik akan terpapar dan terjadi pembentukan trombus.14,20

Aliran darah yang melambat bahkan stagnasi menyebabkan gangguan pembersih faktor koagulasi aktif, mencegah bercampurnya faktor koagulasi aktif dengan penghambatnya, mencegah faktor koagulasi aktif dilarutkan oleh darah yang tidak aktif. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya akumulasi faktor-faktor pembekuan yang aktif dan dapat merusak dinding pembuluh darah. Stagnasi aliran darah ini dapat diakibatkan oleh imobilisasi, obstruksi vena dan meningkatnya viskositas darah.20,22

. Menurut beberapa peneliti, darah penderita trombosis lebih cepat membeku dibandingkan orang normal dan pada penderita-penderita tersebut dijumpai


(22)

peningkatan kadar berbagai faktor pembekuan terutama fibrinogen, F.V, VII, VIII dan X. Menurut Schafer penyebab lain yang dapat menimbulkan kecenderungan trombosis yaitu defisiensi AT, defisiensi protein C, defisiensi protein S, disfibrinogenemia, defisiensi F.XII dan kelainan struktur plasminogen.20,22,23

2.3. Gangguan hemostasis pada Ulkus kaki diabetes

Gangguan pada sistem hemostatik dapat tejadi jauh sebelum DM terdiagnosis. Pada kondisi sindroma metabolik, gangguan sistem hemostatik sering kali sudah terjadi. Pasien DM sering disertai sindrom metabolik : hipertensi, dislipidemia, obesitas, disfungsi endotel dan faktor protrombotik yang semuanya akan memicu dan memperberat komplikasi kardiovaskuler.14

Dari penelitian – penelitian diketahui bahwa pada diabetisi terdapat keadaan status hiperkoagulasi yang disebabkan hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang mana keadaan – keadaan tersebut dapat mencetuskan terjadinya perubahan dalam faal hemostasis yaitu terjadi peningkatan aktifitas koagulasi dan penurunan aktifitas fibrinolisis.2,6,7

Hiperglikemia juga akan menyebabkan gangguan fungsi – fungsi trombosit, sehingga akan memperbesar kemungkinan terjadinya keadaan prokoagulasi.3

Perubahan faal hemostasis ( keadaan protrombotik ) yaitu disebabkan karena adanya resistensi insulin terutama yang terjadi pada pasien DM Tipe 2. Peningkatan fibrinogen serta aktivitas faktor VII, faktor VIII dan Plasminogen Activator Inhibitor (PAI) – 1 didalam plasma maupun didalam plak aterosklerotik akan menyebabkan penurunan urokinase, kadar tPA dan kadar PGI2 dan meningkatkan agregasi

trombosit.24-26 Terjadi juga peningkatan Tromboxan A4 dan B2 dan soluble Intercellular Adhesion Molecule (sICAM-1) dan kadar s-E-selectin.26,27 Penanda


(23)

aktivasi koagulasi, seperti trombin-anti trombin kompleks (TATcs), dijumpai meningkat penderita DM tipe 2.24,28

Peningkatan fibrinogen diduga karena meningkatnya aktivitas faktor VII yang berhubungan dengan terjadinya hiperlipidemi post prandial. Over ekspresi PAI-1 diduga terjadi akibat pengaruh langsung dari insulin dan proinsulin.28,29

Gangguan hemostasis ini akan mempermudah terjadinya aktivasi proses hemostasis dan menyebabkan respon koagulasi yang terjadi berlangsung secara berlebihan. Status hiperkoagulasi ini akan menyebabkan diabetisi cenderung untuk mengalami trombosis dibandingkan dengan non diabetisi.26,31,32 Suhartono di Medan melaporkan, pada 37 pasien ulkus kaki diabetik didapati keadaan hiperkoagulasi sebanyak 65% (24 orang). 33

Sekitar 80% penyebab kematian pada DM berhubungan dengan trombosis yang terjadi pada pembuluh darah jantung, otak dan kaki yang bermanifestasi klinik sebagai infark miokard, stroke, ulkus dan gangren kaki diabetik.3,4

Pembuluh darah pada daerah ekstremitas bawah bagian distal merupakan salah satu daerah yang sering mengalami trombosis pada diabetisi. Adanya trombosis akan menganggu pendistribusian darah ke daerah luka sehingga menghambat proses penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya gangren. Trombosis merupakan penyulit yang meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas dalam pengelolaan komplikasi ulkus kaki diabetik. Mardi dkk (2004) mendapatkan ulkus kaki diabetik sebanyak 28,4% dari penderita kaki diabetik yang menjalani perawatan di RSUD Koja Jakarta Utara dari tahun 1999 – 2004, dimana 72,1% diantaranya telah terjadi gangren.34 Sedangkan Tseng (2003) dalam survei yang dilakukan pada populasi kaki diabetes di Taiwan menemukan 26,9% ulkus kaki diabetik akhirnya berkembang menjadi gangren.35 Sekitar 50 - 70% amputasi pada ulkus kaki diabetik disebabkan


(24)

oleh adanya gangren. Sebanyak 11-41% akan meninggal dalam setahun setelah mengalami amputasi, 20–50% setelah 3 tahun pasca amputasi dan 39-68 % setelah 5 tahun pasca amputasi.8-10

Keadaan hiperkoagulasi pada diabetes berhubungan dengan peningkatan produksi faktor jaringan, suatu prokoagulan poten oleh sel endotel dan VSMS, serta peningkatan faktor koagulasi plasma seperti faktor VII. Hiperglikemi juga berhubungan dengan penurunan kadar antikoagulan endogen seperti antitrombin dan protein C, gangguan fungsi fibrinolitik, dan peningkatan produksi PAI-1.10,25

Kelainan tersebut terlihat pada peningkatan viskositas darah dan fibrinogen. Peningkatan viskositas darah dan fibrinogen berkorelasi dengan abnormalitas Ankle

Brachial Index(ABI) pada pasien dengan Peripheral Arterial Disease (PAD), dan

peningkatan fibrinogen dan produk degradasinya berhubungan dengan perkembangan dan komplikasi PAD.25

Aktivasi koagulasi pada ulkus kaki diabetik juga dapat terjadi oleh karena adanya invasi mikroba pada dinding pembuluh darah atau adanya edema jaringan di sekitar daerah luka.36 Infeksi berperan penting pada perkembangan gangren.37

2.4. Peranan warfarin

Warfarin (anti koagulan oral) diperkenalkan pertama kali pada tahun 1948. Obat ini bekerja dengan mempengaruhi sintesis faktor pembekuan darah tergantung dari vitamin K seperti faktor pembekuan II, VII, IX dan X dan pembekuan protein

induced by vitamin K absent or antagonist (PIVKA).11,12,38,39

Warfarin diabsorbsi diusus halus dan memasuki sirkulasi darah, dimetabolisme di mikrosom sel hati, dan akan menghambat kerja vitamin K. Penghambatan kerja vitamin K meyebabkan penurunan sintesis faktor pembekuan II, VII, IX dan X serta pembentukan PIVKA. 11,12,39


(25)

Warfarin termasuk ke dalam golongan obat antikoagulan yang dipakai untuk mencegah terjadinya trombosis.39,40

Pemberian antikoagulan oral (warfarin) akan mempengaruhi kerja vitamin K pada sintesa faktor pembekuam II, VII, IX dan X di dalam sel hati. Menurut Deykin dan Verstraete, kerja utama dari obat antikoagulan oral adalah menghambat kerja enzim epoksid reduktase, sehingga perubahan vitamin K epoksid menjadi vitamin K terganggu, akibatnya terjadi penumpukan prekursor faktor-faktor tergantung vitamin K. Menurut Deykin, antikoagulan oral juga dapat menghambat vitamin K menjadi vitamin K 1 hidrokuinon. Penghambatan kerja vitamin K menyebabkan terjadinya penurunan sintesis faktor II, VII, IX dan X.11,40

Penurunan aktivitas faktor VII terjadi dalam 2 hari setelah pemberian antikoagulan oral dengan dosis yang besar. Diikuti penurunan faktor IX, X dab II secara berturut-turut. Setelah pemakaian selama 7 hari aktivitas ke 4 pembekuan tersebut akan sangat rendah di dalam darah.11

Warfarin mempunyai rentang dosis terapi yang sempit. Dimana dosis inadekuat menyebabkan efikasi menurun, dan dosis yang berlebihan akan menyebabkan perdarahan.41,42 Crowther dkk membandingkan dosis inisial antara 5 mg (32 subjek) dan 10 mg warfarin (21 subjek) untuk mencapai target INR 2,0-3,0 setelah 5 hari perlakuan. Didapati 24 % grup 10 mg dan 7 % grup 5 mg mempunyai nilai INR > 3,0 pada hari ke 4 perlakuan, yang memperbesar resiko perdarahan.43

Raskob G dkk, membandingkan efek terapi warfarin dosis rendah (3 mg) dengan aspirin 80 mg terhadap faktor VII yang teraktifasi pada 33 pasien penyakit jantung koroner stabil. Didapati peningkatan mean INR dan penurunan faktor VII setelah 1 minggu perlakuan dengan p < 0,05.44.


(26)

Hull dkk melaporkan bahwa terapi warfarin dengan intensitas moderat ( dengan hasil INR 2,0 – 3,0 ) adalah regimen yang sama efektif dibanding terapi warfarin dengan intensitas tinggi ( INR 3,0 – 4,5 ) untuk mencegah tromboemboli vena rekuren. Terapi dengan intensitas moderat juga berhubungan dengan resiko perdarahan yang lebih rendah.45

Levine dkk, melaporkan bahwa menjaga rasio INR berkisar 1,3 – 1,9 menurunkan resiko untuk terjadinya tromboemboli vena sebanyak 85 %, tanpa meningkatkan resiko perdarahan.46 Ridker dkk melaporkan profilaksis warfarin dengan target INR 1,5 – 2,0, lebih superior dibanding plasebo untuk mencegah tromboemboli rekuren pada pasien yang telah mendapat terapi warfarin selama 3 bulan dengan intensitas konvensional ( target INR 2,0 – 3,0 ), dimana tidak didapatkan peningkatan signifikan untuk komplikasi perdarahan mayor.47

Studi studi di AS dan Kanada menilai resiko dan keuntungan pemakaian warfarin dan dan aspirin untuk pencegahan stroke emboli pada pasien dengan fibrilasi atrial tanpa kelainan valvular, seperti : SPAF ( The Stroke Prevention in Atrial Fibrillation ) study, BAATAF ( The Boston Area Anticoagulation Trial in Atrial Fibrillation ) study, SPINAF ( The Stroke Prevention in Nonrheumatic Atrial Fibrillation ) study dan AFASAK ( The Atrial Fibrillation, Aspirin, and Anticoagulation ) study di Copenhagen. Studi – studi tersebut menyimpulkan bahwa terapi warfarin dengan target terapeutik INR 2,0 – 3,0 , mengurangi resiko stroke sebanyak 79 %, tanpa meningkatkan resiko perdarahan.48,49


(27)

(28)

Gambar 2. Mekanisme kerja warfarin pada sistem koagulasi dan (dalam lingkaran merah)


(29)

2.5. Pemeriksaan penyaring hemostasis

Adanya gangguan hemostasis dapat diketahui dengan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat mengevaluasi aktivitas koagulasi dan aktivitas fibrinolisis. Pemeriksaan yang secara rutin dapat dilakukan antara lain : plasma prothrombin time, INR , activated partial thromboplastin time, thrombine time dan kadar D-Dimer.8,50

Masa prothrombin plasma (PT) digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yang melibatkan faktor pembekuan VII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37o ditambahkan reagan tromboplastin jaringan dan kalsium. Nilai normal dari pemeriksaan ini berkisar antara 10-14 detik .8,50

Masa thromboplastin parsial teraktivasi (apTT) digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur intrinsik dan jalur bersama yang melibatkan faktor XII, prekalikrein, kininogen, faktor XI, IX, VIII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lama terbentuknya bekuan bila kedalam plasma ditambahkan reagen tromboplastin parsial dan aktivator serta ion kalsium pada suhu 37oC. Reagen tromboplastin parsial adalah fosfolipid sebagai pengganti PF-3. Nilai normal dari pemeriksaan in berkisar antara 30 – 40 detik.8,50

Masa trombin digunakan untuk menguji perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lama terbentuk nya bekuan pada suhu 37oC bila ke dalam plasma ditambahkan reagen trombin. Nilai normal dari pemeriksaan ini berkisar antara 14 – 16 detik.8,50

D-Dimer merupakan suatu protein yang dilepaskan kedalam sirkulasi selama proses penghancuran bekuan fibrin. D-Dimer digunakan untuk mendeteksi cross


(30)

linked fibrin dari fragmen protein yang dihasilkan oleh aktivitas proteolitik plasmin terhadap fibrin atau fibrinogen. Kadar D-dimer normal < 500 ng/dl.8 Meningkatnya kadar D-dimer berhubungan dengan meningkatnya aktivitas sistem koagulasi.8,50

Sebelum terapi antikoagulan oral diberikan maka harus diperiksa jumlah trombosit, serta data awal tes hemostasis antara lain seperti PT, INR, aPTT, Trombin Time, Fibrinogen plasma, FDP/D dimer dll.8,11


(31)

BAB III

PENELITIAN SENDIRI 3.1. Latar Belakang

Hiperglikemia dan resistensi insulin pada penderita diabetes melalui berbagai mekanisme akan menyebabkan peningkatan aktivitas koagulasi dan penurunan aktivitas fibrinolisis, sehingga penderita diabetes mengalami keadaan hiperkoagulasi dimana darah lebih mudah untuk membeku atau mengalami trombosis dibandingkan dengan keadaan fisiologi normal.23,24,29

Trombosis menjadi salah satu penyulit yang meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas dalam pengelolaan komplikasi ulkus kaki diabetik. Terjadinya trombosis akan mengganggu suplai darah ke daerah luka sehingga akan menghambat proses penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya gangren. Salah satu upaya untuk mengurangi kecacatan dan kematian akibat ulkus kaki diabetik dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya trombosis pada pembuluh darah yang memberikan suplai darah ke daerah luka melalui pemberian antikoagulan dan anti aggregasi trombosit.8

Upaya untuk mencegah terjadinya trombosis dalam pengelolaan ulkus kaki diabetik pada saat ini dilakukan dengan pemberian anti agregasi trombosit seperti aspirin, clopidogrel dan cilostazol.10,54,55 Pemberian antikoagulan belum menjadi perhatian. Tatalaksana ini menunjukkan bahwa keadaan hiperkoagulasi sebagai faktor risiko terhadap kejadian trombosis masih belum mendapat perhatian dalam upaya pengelolaan ulkus kaki diabetik.

Kalani dkk dalam penelitiannya pada penderita ulkus kaki diabetika kronik di Swedia, mendapatkan adanya hubungan antara kepadatan struktur gel fibrin yang terbentuk dengan fungsi hemostasis. Pada kelompok penderita yang mendapat dalteparin dan aspirin dijumpai perbaikan fungsi mikrosirkulasi kulit dan angka


(32)

amputasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang memperoleh aspirin dan plasebo.56,57

Beberapa literatur menyebutkan bahwa warfarin bekerja dengan memperlihatkan efek antikoagulan dan efek anti trombosis. Wessler dan Gitel melaporkan efek antitrombosis dapat dilihat setelah 6 hari terapi, sedangkan efek antikoagulan dapat diamati setelah 2 hari terapi warfarin. Hal ini diduga karena pada fase induksi terapi warfarin penurunan dari faktor faktor pembekuan berakibat pada pemanjangan rasio PT pada 2 hari pertama, sedang efek antitrombosis didapatkan setelah hari ke 4 atau ke 5.43

Data mengenai pemberian warfarin pada penderita ulkus kaki diabetik dengan status hiperkoagulasi sampai saat ini sepengetahuan penulis belum ada di Indonesia, khususnya di Medan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.


(33)

3.2. Perumusan Masalah

Apakah terdapat pemanjangan status koagulasi pada penderita ulkus kaki diabetik setelah diberikan warfarin dibanding kontrol.

3.3. Hipotesa

Terdapat pemanjangan status koagulasi pada penderita ulkus kaki diabetik setelah pemberian warfarin dibanding kontrol.

3,4. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui adanya pemanjangan status koagulasi pada penderita ulkus kaki diabetik setelah pemberian warfarin dibandingkan dengan kontrol .

3.5. Manfaat penelitian

- Untuk mengetahui manfaat pemberian warfarin terhadap status hiperkoagulasi pada penderita ulkus kaki diabetik sehingga dapat menambah modalitas dalam pengelolaan ulkus kaki diabetik.

- Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas gangren kaki diabetik


(34)

3.6. Kerangka Konsepsional

3.7. BAHAN DAN CARA 3.7.1. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan secara uji klinis dengan perlakuan ulang (pre dan post

test design).

3.7.2. Definisi Operasional

3.7.2.1. DM tipe 2 (Perkeni 2006) :

• Keluhan klasik diabetes + KGD sewaktu ≥ 200 mg/dl atau KGD puasa

≥ 126 mg/dl.

• Dalam 2 masa pemeriksaan : KGD sewaktu ≥ 200 mg/dl atau KGD puasa ≥ 126 mg/dl.

3.7.2.2. Ulkus kaki diabetik :

Adanya manifestasi ulkus pada kaki penderita DM berdasarkan kriteria Wagner.

D M + ulkus kaki diabetik Status Hiper koagulasi Anti agregasi + Warfarin Selama 7 hari

Status Koagulasi Akhir Random sampling sederhana Status Koagulasi Akhir Dibanding kan Anti agregasi Tanpa Warfarin


(35)

3.7.2.3. Kriteria ulkus kaki diabetik menurut Wagner :

Grade 1 : ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit Grade 2 : ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses. Grade 3 : ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis Grade 4 : gangren lokal

Grade 5 : gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki

3.7.2.4. Pemeriksaan penyaring hemostasis :

Pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari hitung trombosit, aPTT, INR, PT, TT, kadar fibrinogen dan D-dimer.

PT : Pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37o ditambahkan reagan tromboplastin jaringan dan kalsium.

Nilai normal berkisar antara 10-14 detik

INR : Di dapat dari rasio PT plasma yang di pangkatkan dengan ISI ( International Sensitivity Index ) dari reagen tromboplastin yang dipakai.

aPTT : Pemeriksaan ini adalah mengukur lama terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagen tromboplastin parsial dan aktivator serta ion kalsium pada suhu 37oC. Reagen tromboplastin parsial adalah fosfolipid sebagai pengganti PF-3.

Nilai normal antara 30 – 40 detik

TT : Pemeriksaan ini adalah mengukur lama terbentuknya bekuan pada suhu 37oC bila ke dalam plasma ditambahkan reagen trombin. Nilai normal berkisar antara 14 – 16 detik


(36)

D-Dimer digunakan untuk mendeteksi cross linked fibrin dari fragmen protein yang dihasilkan oleh aktivitas proteolitik plasmin terhadap fibrin atau fibrinogen. Kadar D-dimer normal < 500 ng/dl

Fibrinogen : Pemeriksaan lama terbentuknya bekuan fibrin dari fibrinogen secara enzimatik bila di dalam plasma di tambahkan reagen trombin.

3.7.2.5. Hiperkoagulasi :

Bila satu atau lebih dari hasil pemeriksaan hemostasis dengan nilai : aPTT < 0,8 x nilai kontrol

PT < 0,8 x nilai kontrol INR < 0,9

Kadar D-dimer > 500 ng/l Kadar fibrinogen > 400 mg/dl.

3.7.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian antara bulan Desember 2008 – Juli 2009 RSUP H Adam Malik Medan, RSU Dr.Pirngadi Kota Medan dan beberapa rumah sakit lain.

3.7.4. Populasi Terjangkau

Semua penderita DM tipe 2 dengan ulkus pada kaki berdasarkan kriteria Wagner grade 1-5 yang menjalani perawatan di RSU Dr.Pirngadi Kota Medan, RSUP H.Adam Malik dan beberapa rumah sakit lain.

3.7.5. Kriteria Inklusi

- Penderita DM tipe 2 dengan ulkus di kaki menurut kriteria Wagner grade 1-5 dengan status hiperkoagulasi.


(37)

3.7.6. Kriteria Eksklusi

- Menggunakan antikoagulan - Penderita hemofilia

- Penderita sirosis hati - Kreatinin serum > 2 mg/dl - Riwayat amputasi kaki - Kehamilan

- Sedang menderita penyakit keganasan, stroke dan miokard infark.

3.7.7. Populasi dan Sampel

Perkiraan besar sampel :

Rumus yang digunakan

2 2 1 x S ) Z Z (           − + = x

zα = nilai baku normal berdasarkan α = 0,05  Zα = 1,96 zβ = nilai baku normal berdasarkan β = 0,05  Zβ = 1,64 S = simpangan baku kedua perkiraan perbedaan = 0,18 x1x2 = selisih rerata minimal yang dianggap bermakna = 0,26 2 26 , 0 ) 293 , 0 )( 282 , 1 96 , 1 (       + = n

η = 14,4 ≈ 15

Jadi besar sampel dan kontrol masing masing minimal 15 orang

3.7.8 . Cara Penelitian

- Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan secara tertulis tentang kesediaan mengikuti penelitian (informed consent).


(38)

- Dilakukan pengambilan data subjek penelitian meliputi : umur, jenis kelamin, lamanya menderita diabetes dan ulkus di kaki, pengobatan yang diperoleh.

- Dilakukan pengambilan darah vena sebanyak 5 ml untuk pemeriksaan penyaring hemostasis meliputi hitung trombosit, PT, aPTT, INR, TT, kadar fibrinogen dan D-dimer pada subyek dan kontrol

- Dilakukan pengambilan sampel dengan cara random sampling sederhana, dimana sampel dengan hasil pemeriksaan penyaring hemostasis yang termasuk dalam kriteria status hiperkoagulasi akan dibagi menjadi 2 grup. Sampel dengan nomor urut ganjil masuk ke dalam grup kontrol dan sampel dengan nomor urut genap masuk ke dalam grup subjek.

- Pada grup subjek diberikan kapsul yang berisi warfarin 5 mg, dan pada grup kontrol diberikan kapsul plasebo yang berisi saccharum lactis . Ke 2 grup mendapatkan terapi standar lain untuk ulkus kaki diabetik, seperti pemberian antibiotik, obat anti diabetik oral / insulin, antiagregasi trombosit, dan perawatan ulkus.

- Setelah 7 hari perlakuan, diambil darah vena sebanyak 5 ml untuk pemeriksaan penyaring hemostasis kembali pada subjek dan kontrol


(39)

3.7.9. Analisa Data

Data kuantitatif ditampilkan dalam bentuk mean ± SD. Data kategorikal ditampilkan dalam bentuk jumlah dan persentase. Untuk membandingkan perbaikan status hiperkoagulasi sebelum dan sesudah 7 hari antara subjek dan kontrol dengan menggunakan uji t berpasangan. Hasil analisa statistik memiliki kemaknaan jika nilai p < 0,05. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS.


(40)

3.7.10. Kerangka Operasional

SUBJEK PENELITIAN : Anti agregasi + Warfarin PEMERIKSAAN HEMOSTASIS

aPTT,INR, PT,TT,

Kadar fibrinogen, Kadar D-dimer

- ANAMNESA

- PEMERIKSAAN FISIK

KONTROL : Anti agregasi Tanpa Warfarin

DM tipe 2 + Ulkus kaki Diabetik

hiperkoagulasi

normokoagulasi hipokoagulasi

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

randomisasi

Status koagulasi

Analisa Data

Selama 7 hari


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Karakteristik Subyek Penelitian

Seluruh peserta yang ikut menyelesaikan penelitian berjumlah 16 orang subjek dan 16 orang kontrol. Seluruh pasien baik subjek maupun kontrol mendapat anti agregasi yaitu Asam Asetil Salisilat 1x 80 mg sebagai tatalaksana standar ulkus kaki diabetik.

Pada Tabel 1 diperlihatkan data dasar seluruh penderita ulkus kaki diabetes baik subjek maupun kontrol. Umur rerata grup subjek 50,1 ± 5,7 tahun , tidak berbeda bermakna dengan rerata umur grup kontrol (53,75 ± 7,6, p=0,134) . grup Subjek terdiri dari 9 orang laki – laki dan 7 orang perempuan., tidak berbeda bermakna dengan kontrol yaitu 4 orang laki – laki dan 12 orang perempuan (p=0,072). Rerata lama menderita DM subjek 6,5 ± 4,6 tahun , tidak berbeda bermakna dengan kontrol (8,5 ± 6,7 tahun , p=0,319). Pada grup subjek dengan ulkus kaki grade 3 berjumlah 4 orang, grade 4 berjumlah 8 orang, dan grade 5 berjumlah 4. Pada grup kontrol dengan ulkus kaki grade 3 berjumlah 6 orang, grade 5 berjumlah 4 orang, dan grade 5 berjumlah 5 orang. Tidak dijumpai perbedaan bermakna untuk parameter IMT, KGD ad random dan parameter koagulasi seperti ratio PT, INR. aPTT,TT dan D dimer antara subjek dan kontrol sebelum pemberian terapi

Dijumpai perbedaan bermakna antara kedua grup untuk parameter jumlah trombosit, lamanya ulkus dan fibrinogen.


(42)

Tabel 1. Karakteristik Dasar Subyek Penelitian

Parameter Subjek (n=16) Kontrol (n=16) P

Rerata Rerata

Umur (tahun) 50,1 ± 5,7 53,75 ± 7,6 0,134 Jenis kelamin P:L 9 : 7 12:4 0,072 IMT (kg/m2) 22,7 ± 2,9 22,9 ± 3,2 0,851 KGD Adr (mg/dl) 239 ± 85 277 ± 85 0,217 Lama DM (tahun) 6,5 ± 4,6 8,5 ± 6,7 0,319 Lama ulkus (bulan) 6,2 ± 4,2 2,9 ± 3,7 0,029* Hb (gr/dl) 11,4 ± 2,3 10,2 ± 1,2 0,071 Leukosit (103/mm3) 13,3 ± 4,9 10,75 ± 4,6 0,144 Trombosit (103/mm3) 393,9 ± 116,6 296,5 ± 101,1 0,017* Rasio PT 1,05 ± 0,12 1,05 ± 0,1 0,826 INR 1,03 ± 0,18 1,06 ± 0,09 0,513 Rasio aPTT 0,99 ± 0,10 0,96±0,18 0,576 Rasio TT 1,06 ± 0,12 0,99 ± 0,28 0,416 Fibrinogen (mg/dl) 323 ± 112 417 ± 93 0,016* D dimer (ng/ml) 1420 ± 836 1218 ± 815 0,502

Ulkus Grade 3 4 6

Ulkus Grade 4 8 5

Ulkus Grade 5 4 5

Asam asetil salisilat 80 mg 16 16


(43)

4.1.2. Efek Pemberian Warfarin selama 7 hari

Perubahan parameter status koagulasi kelompok subjek dan kontrol antara hari ke-0 dan hari ke-8 ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data status koagulasi kedua kelompok sebelum dan sesudah pemberian warfarin selama 7 hari

Parameter Subjek Kontrol

Ho H8 P H0 H8 P

SD

x± x±SD x±SD x±SD

Rasio PT 1,05 ± 0.,12 1,24 ± 0,28 0,010* 1,05 ± 0,1 1,08±0,14 0,354

INR 1,03 ±0,18 1,34 ± 0,39 0,001* 1,06 ± 0,09 1,11±0,12 0,236

RasioaPTT 0,99 ± 0,10 1,12 ± 0,12 0,0001* 0,96±0,18 0,985±0,17 0,523

Rasio TT 1,06 ±0,12 1,12 ± 0,96 0,57 0,99 ± 0,28 1,08±0,24 0,295

Fibrinogen 323 ±112 341 ± 99 0,383 417 ± 93 487 ± 187 0,100

D Dimer 1420 ±836 1463 ±990 0,740 1218 ± 815 1190 ± 823 0,804

Keterangan : * bermakna secara statistik p < 0,05 Pada kelompok kontrol yang tidak mendapat warfarin, tidak satupun dijumpai

perbedaan yang signifikan antara hari 0 dan hari kedelapan baik pada rasio PT, INR, rasio aPTT, rasio TT, Fibrinogen maupun D dimer .

Pada kelompok subjek yang mendapat warfarin, perbedaan yang signifikan antara hari 0 dan hari kedelapan dijumpai pada rasio PT (1,05 ± 0,12 vs 1,24±0,28, p=0,010), INR (1,03 ± 0,18 vs 1,34±0,39, p=0,001), ratio aPTT (0,99±0,10 vs 1,12±0,12, p=0,0001). Sementara pada rasio TT, Fibrinogen dan D Dimer tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara hari 0 dan hari kedelapan.

Pada tabel 3 terlihat perbandingan data status koagulasi pada hari kedelapan antara kelompok subjek dan kelompok kontrol. Perbedaan yang signifikan antara kelompok subjek dan kelompok kontrol dijumpai pada ratio INR (1,34±0,39 vs


(44)

1,11±0,12, p=0,040) dan ratio aPTT (1,12±0,12 vs 0,985 ± 0,17 p=0,016) dan fibrinogen ( 314±99 vs 487±187, p=0,010).

Sementara rasio PT, INR, rasio aPTT, dan rasio TT pada hari kedelapan antara kelompok subjek dan kelompok kontrol tidak dijumpai perbedaan yang signifikan.

Tabel 3. Data status koagulasi antara subjek dan kontrol setelah pemberian warfarin

Parameter Subjek (H8) Kontrol (H8) p

SD

x± x±SD

Rasio PT 1,24 ± 0,28 1,08 ± 0,14 0,064

Rasio INR 1,34 ± 0,39 1,11 ± 0,12 0.040*

Rasio aPTT 1,12 ± 0,12 0,985 ± 0,17 0.016*

Rasio TT 1,12 ± 0,06 1,08 ± 0,24 0,609

Fibrinogen (mg/dl) 314 ± 99 487 ± 187 0,010*

D dimer (ng/ml) 1463 ± 990 1190 ± 823 0,403

Keterangan : * bermakna secara statistik p < 0,05

4.1.3. Efek Samping

Efek samping pemberian warfarin, seperti perdarahan dan nekrosis kulit tidak dijumpai.


(45)

4.2. P E M B A H A S A N

Pada saat ini upaya untuk mencegah terjadinya trombosis dalam pengelolaan ulkus kaki diabetik dilakukan dengan pemberian anti agregasi trombosit seperti aspirin, clopidogrel dan cilostazol.10,48,49 Pemberian antikoagulan belum menjadi perhatian. Strategi ini menunjukkan bahwa keadaan hiperkoagulasi sebagai faktor risiko terhadap kejadian trombosis masih belum mendapat perhatian dalam upaya pengelolaan ulkus kaki diabetik.

Pada penelitian ini dilakukan penilaian resiko trombosis dengan pengukuran PT, INR, aPTT, TT, Fibrinogen dan D-Dimer yang merupakan parameter koagulasi. Pada kelompok subjek didapatkan pemanjangan PT, INR dan aPTT yang bermakna setelah pemberian warfarin selama 7 hari. Pada kelompok kontrol seluruh parameter tersebut tidak mengalami perubahan signifikan. Bila dibandingkan antara kedua kelompok didapatkan perbedaan bermakna setelah 7 hari pada nilai fibrinogen ( 314 ± 99 vs 487 ± 187;p= 0,010 ), rasio INR (1,34 ± 0,39 vs 1,11 ± 0,12 ;p= 0,040), dan rasio aPTT ( 1,12 ± 0,12 vs 0,985 ± 0,17, p=0,016 )

Kearon dkk, melaporkan aPTT yang memanjang karena terjadi inhibisi faktor II, IX dan X, dan warfarin bekerja dengan menghambat sintesis faktor II,VII, IX dan X. Setiap peningkatan INR 1,0 akan meningkatkan nilai aPTT sebanyak 16 detik ( CI 95 % ) pada 24 pasien VTE yang diterapi dengan heparin IV dan warfarin.51

Uji PT adalah metode yang paling sering dipakai untuk pemantauan terapi antikoagulan oral. PT bereaksi terhadap pengurangan 3 dari 4 faktor pembekuan bergantung vitamin K yaitu faktor II, VII dan X. Selama beberapa hari pertama terapi warfarin pemanjangan PT terutama mencerminkan penurunan faktor VII.11,12


(46)

Pada penelitian ini, didapatkan pemanjangan nilai PT pada grup subjek setelah terapi warfarin selama 7 hari, tetapi pemanjangan ini tidak bermakna secara statistik jika dibandingkan antara grup subjek dan grup kontrol pada H8.

Untuk memantau efek antikoagulan oral dengan hasil laboratorium yang berbeda-beda dipakai ratio INR. Sehingga perbandingan pemeriksaan PT yang dilaporkan dalam INR dapat dibandingkan antara satu laboratorium dengan laboratorium lain. INR juga digunakan untuk menetapkan dosis obat antikoagulan dengan memakai target rentang terapi.11,12,40

Nilai fibrinogen berbeda bermakna pada ke 2 kelompok setelah 7 hari perlakuan mungkin disebabkan pada H0, perbedaan yang bermakna juga sudah terjadi pada ke 2 kelompok, dimana pada kelompok kontrol didapatkan nilai fibrinogen yang lebih tinggi. Tetapi jika diperbandingkan dalam kelompok, tidak ada perbedaan bermakna antara H0 dan H8.

Pada uji klinis efektivitas anti agregasi trombosit masih diperdebatkan tetapi obat tersebut tidak dapat dipakai untuk mencegah trombosis secara umum pada semua pasien yang mengalami hiperkoagulasi. Salah satu alasan adalah karena respon pasien terhadap dosis standar obat anti agregasi bersifat heterogen.52

Penelitian The US Physicians Health Study (1989) melaporkan pengurangan resiko gangguan kardiovaskular sebesar 44% pada penderita diabetes yang mendapat 325 mg aspirin setiap harinya. Demikian juga yang dilaporkan penelitian The Hypertensive Optimal treatmet (HOT) tahun 1992, pemberian 75 mg aspirin setiap hari dapat mengurangi resiko kardiovaskular sebesar 15% dan infark miokard sebesar 36%.53

The Antiplatelet Trialists Collaboration meninjau 145 penelitian yang


(47)

aspirin) untuk menilai efikasi penggunaannya pada penderita diabetes. Dari lebih 100.000 pasien didapat penurunan resiko gangguan kardiovaskular (Infark Miokard, stroke, kematian vaskular) sebesar 27% pada kelompok yang mendapat terapi dibanding kelompok kontrol. Namun pada penderita yang mengalami klaudikasio, efek terapi anti aggregasi trombosit tidak bermakna.55 Pada penelitian The

Clopidogrel Versus Aspirin in Patients At risk of Ischemic Events (CAPRIE) didapat

efek pemberian 75 mg clopidogrel dapat menurunkan resiko stroke, infark miokard (MI) dan penyakit arteri perifer (PAD) sebesar 8,7% dibanding pemberian 325 mg aspirin. Pada kasus PAD clopidogrel dapat mengurangi resiko sebesar 24% dibanding aspirin. Dan American Diabetes Association menganjurkan pemberian anti aggregasi trombosit sebagai pencegahan terhadap gangguan kardiovaskuler pada penderita diabetes.54 Penelitian Primary Prevention Project (2003) menemukan pemberian aspirin tidak bermanfaat dalam pencegahan primer kejadian kardiovaskular pada diabetes.57

Diabetes menimbulkan keadaan hiperkoagulasi yang meningkatkan produksi faktor-faktor di jaringan seperti peningkatan faktor VII. Hiperglikemia juga menyebabkan penurunan antitrombin dan protein C, gangguan fibrinolisis dan produksi PAI-1 berlebihan. Dijumpai juga peningkatan fibrinogen yang berhubungan dengan timbulnya PAD.54 Reiber (2000) melaporkan target penurunan amputasi sebesar 40% tidak tercapai selama lebih kurang 10 tahun sebelumnya. Terdapat 300.000 kasus selulitis, ulkus dan infeksi pada kaki penderita diabetes setiap tahunnya di Amerika Serikat dengan amputasi sebanyak 92.000 kasus dan 20% penderitanya akan meninggal dunia dalam 6 bulan.54-56 Dilaporkan oleh Brem (2007) sebanyak lebih kurang 100.000 amputasi tungkai bawah pada penderita diabetes dilakukan setiap tahunnya di Amerika Serikat, dengan ulkus kaki terjadi pada 4-10% penderita


(48)

diabetes. Dilaporkan juga separuh dari kasus amputasi diakibatkan iskemik pada tungkai.56

Resiko aterosklerosis semakin meningkat pada penderita diabetes, seperti dilaporkan penelitian Verona Diabetes Study (2000) sebesar 44% mortalitas pada diabetes disebabkan kardiovaskular. Penelitian Framingham mendapat resiko klaudikasio intermitten 3,5 kali pada pria dan 8,6 kali pada wanita penderita diabetes dibanding bukan diabetes. Faglia dkk (1998) melaporkan korelasi positif keparahan PAD dengan kekerapan amputasi pada penderita diabetes sebesar 15 kali cenderung mengalami amputasi dibanding bukan penderita diabetes. Untuk klaudikasio intermitten telah dianjurkan pemberian cilostazol sebagai terapi dimana didapatkan perbaikan jarak tempuh berjalan sebesar 40-50% dibanding plasebo.58

Pada penelitian ini tidak ditemukan perdarahan pada pemberian warfarin 5 mg oral selama 7 hari. Dari literatur, dikatakan bahwa pemakaian warfarin dengan aspirin akan meningkatkan resiko perdarahan.11,12,40


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. K E S I M P U L A N

5.1.1. Pada penelitian ini didapati pemanjangan status koagulasi yang signifikan setelah pemberian Warfarin 5 mg / hari selama 7 hari .

5.1.2. Pada 16 orang subjek tidak ditemukan efek samping selama pemberian warfarin 7 hari.

5.2. S A R A N

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan jangka waktu yang lebih lama untuk mendapatkan efikasi sebenarnya dari warfarin sebagai antitrombosis dan antikoagulan.


(50)

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

1. Waspadji S. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Dalam : Aru W Sudoyo, dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke empat. Jakarta: BP FKUI; 2006. hal.1906-10

2. Suyono S. Diabetes Mellitus di Indonesia. Dalam : Aru W Sudoyo, dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta: BP FKUI; 2006. hal. 1874-8

3. Carr ME. Diabetes Mellitus A hypercoagulable State. Journal of Diabetes and Its Complications 2001 ; 15: 44-54

4. Onbasi K, Efe B. Diabetes Mellitus and The Natural Anticoagulant. Turkish Journal of Endocrinology and Metabolism 1999; 2:53-63.

5. Shahab A. Komplikasi kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Dalam : Aru W Sudoyo, dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta: BP FKUI; 2006. hal.1916-9.

6. Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcers: Pathogenesis and Management. American Family Physician 2002; 66:1655-62.

7. Knox RC, Dutch W, Blume P, Sumpio BE. Diabetic Foot Disease. International Journal of Angiology 2000; 9:1-6.

8. Aulia D. Pemeriksaan penyaring pada kelainan hemostasis. Dalam : Rahayu D Setiabudy, (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal.23-33.

9. Jackson MR, Clagett GP. Antithrombotic Therapy in Peripheral Arterial Occlusive Disease. Chest 2001;119:283S-299S


(51)

10.Beckmen JA, Cieager MA, Libby P. Diabetes and Atherosclerosis. JAMA 2002 ; 287 : 2570 – 80.

11.Wirawan R. Pemeriksaan laboratorium untuk pemantauan antikoagulan oral. Dalam : Rahayu D Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. 91-107

12.Wirawan R. Monitoring Penggunaan Antikoagulan Oral. Dalam: Suryaatmadja M, editor. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta: Penerbit FK UI; 2004. hal.97-107

13.Benyamin AF, Gustaviani R. Gangguan Hemostasis pada Diabetes Mellitus. Dalam: Aru W Sudoyo, dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke empat. Jakarta: BP FKUI; 2006. hal.778.

14.Tambunan KL. Patogenesis Trombosis. Dalam : Aru W Sundaru dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke empat. Jakarta: BP FKUI; 2006. hal.765-8

15.Viles-Gonzalez JF, Fuster V, Badimon JJ. Atherothrombosis: A Widespread Disease with Unpredictable and life-threatening Consequences. European Heart Journal 2004; 25:1197-1207

16.Furie BC. Mechanism of Thrombus Formation. NEJM 2008; 359: 938-49

17.Oesman F, Setiabudy RD. Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis. Dalam : Rahajuningsih D Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal.1-15

18.Riddle JP, Aouizerat BE, Miaskowski CM, Lillicrap DP. Theories of Blood Coagulation. Journal of Pediatric Oncology Nursing 2007; 24:123-31

19.Roberts HR, Monroe DM, Hoffman M. Molecular Biology and Biochemistry of The Coagulation Factors and Pathway of Hemostasis. In Lichtman MA, Kipps TJ,


(52)

Kaushansky K, et al. ( editors ). Williams Hematology. Seventh edition. New York : McGraw Hill; 2006. p.1655-93.

20.Setiabudy RD. Patofisiologi Trombosis. Dalam : Rahajuningsih D Setiabudy (editor). Hemostasis dan Trombosis. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal.245-52.

21.Makin A, Silverman SH. Peripheral Vascular Disease and Virchow’s Triad for Thrombogenesis. Q J Med 2002 ; 95: 199-210.

22.Goodnight SHG, Hathway WE. Disorders of Hemostasis and Thrombosis. New York. McGraw Hill. 2001.

23.Grant PJ. Is hypercoagulability an issue in arterial thrombosis? Yes. Journal of Thrombosis and Haemostasis 2004 ; 2: 690-1.

24.Stegenga ME. Hypergycemia Stimulates Coagulation, Whereas Hyperinsulinemia Impairs Fibrinolysis in Healthy Humans. Diabetes 2006; 55: 1807-12

25.American Diabetes Association. Peripheral Arterial Disease in People with Diabetes. Diabetes Care 2003; 26:3333-41.

26.Duncan BB, Schmidt MI, Offenbacher S, Wu KK, Savage PJ, Heiss G. Factor VIII and other Hemostasis Variables are Related to Incident Diabetes in Adult, The Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) Study. Diabetes Care 1999; 22:767-73.

27.Kluft C, Jespersen J. Diabetes as a Procoagulant Condition. The British Journal of Diabetes and Vascular Disease 2002 ; 2 (5): 358 – 62.

28.Piemontino U, Ceriello A, Di Minno G,. Hemostatic and Metabolic Abnormalities in Diabetes Mellitus. Haematologica 1994 ; 79 : 387 – 92.

29.Meigs JB. Hyperinsulinemia , Hyperglicemia and Impaired Hemostasis. JAMA 2000 ; 283 (2):221-8.


(53)

30.Vinik AL. Platelet Dysfunction in Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2001 ; 24 (8): 1476 – 85.

31.Kessler L, Wiesel ML, Attali P, Mossard JM, Cazenave JP, Pinget M. von Willebrand Factor in Diabetic Angiopathy. Diabetes and Metabolism 1998; 24: 327-36.

32.Grant PJ. Diabetes Mellitus as A Prothrombotic Condition. Journal of Internal Medicine 2007; 262:157-72.

33.Suhartono. Gangguan Hemostasis pada Penderita Ulkus Kaki Diabetik (tesis). Medan: USU; 2009.

34.Santoso M, Yuliana M, Mujono W, Kusdiantomo. Pattern of Diabetic Foot at Koja Regional General Hospital, Jakarta From 1999 – 2004. Acta Medica Indonesiana 2005; 37 (4) :187 – 9.

35.Tseng CH. Prevalence and Risk Factors of Diabetic Foot Problems in Taiwan. Diabetes Care 2003 ; 26 (12) : 3351.

36.Rauwerda JA. Acute Problem of the Diabetic Foot. Acta Chir Belg 2004; 104:140-47.

37.Anandi C. Bacteriology of Diabetic Foot Lesions. Indian Journal of Medical Microbiology 2004 ; 22 (3):175-8.

38.Garipidou V. Oral anticoagulantion – Past, Present and Future. Haema 2005 ; 8 ( suppl. 1 ): S62 – S67.

39.Rosmiati H, Gan VHS. Antikoagulan, Antitrombosit, Trombolitik, dan Hemolitik. Dalam: Ganiswara SG, editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: BP FKUI; 2005. hal.747-61.


(54)

40.Hirsh J, Dalen J, Poller L et al. Oral anticoagulants : Mechanism of Action, Clinical Effectiveness, and Optimal Therapeutic Range. Chest 2001 ; 119 ( suppl.1 ): S8-S21.

41.Scully M. Warfarin Therapy – Rat Poison and The Prevention of Thrombosis. The Biochemist Journal. 2002; 4:15-17.

42.Nilsson G, Bjorholt I, Johnsson H. Anticoagulant Treatment in Primary Health Care in Sweden – Prevalence, Incidence and Treatment Diagnosis : A Retrospective Study on Electronic Patient Records in A Registered Population. BMC 2003; 4: 306-12.

43.Crowther M. A Randomised Trial Comparing 5 mg and 10 mg Warfarin Loading Dose. Arch Intern Med 1999; 159: 46-8.

44.Raskob G. Et all. Effect of Treatment with Low dose Warfarin Aspirin on Activated Factor VII. Blood Journal 1995; 85: 3034-9.

45.Hull R, Hirsh J, Jay R, Gent M, et al. Different Intensities of Oral Anticoagulant Therapy in The Treatment of Proximal – vein thrombosis. N Engl J Med 1982 ; 307: 1676-81.

46.Levine M, Hirsh J, Gent M, et al. Double Blind Randomized Trial of Very Low Dose Warfarin for Prevention of Thromboembolism in Stage IV breast cancer. 47.Ridker PM, Goldhaber SZ, Danielson E, et al. Long Term, Low Intensity Warfarin

Therapy for The Prevention of Recurrent Venous Thromboembolism. N Engl J Med. 2003; 348: 435-9.

48.King AB, Lemaire GJ. Managing Anticoagulation in Patients with Atrial Fibrillation. The Nurse Practitioner Journal 2002; 27: 17-25.

49.Ezekowitz, Levine JA. Preventing Stroke in Patients with Atrial Fibrillation. JAMA 1999 ; 281 ( 19 ): 1830-5.


(55)

50.Suharti C. Dasar-Dasar Hemostasis. Dalam : Aru W Sundaru dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke empat. Jakarta: BP FKUI; 2006. hal.759-64 51.Kearon C., Johnston J., Moffat K., et al. Effect of Warfarin on Activated Partial

Thromboplastin Time in Patients Receiving Heparin. Arch Intern Med 1998; 158: 1140-3.

52.Timan IS. Pemeriksaan Laboratorium pada Terapi Trombolitik. Dalam:

Suryaatmadja M, editor. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta: Penerbit FK UI; 2004. hal.134-45.

53.Acang N. Dalam : Aru W Sundaru dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke empat. Jakarta: BP FKUI; 2006. hal.2006. 805-7

54.Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam : Aru W Sundaru dkk, (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke empat. Jakarta: BP FKUI; 2006. hal.1933-6.

55.Marso SP, Hiatt WR. Peripheral Arterial Disease in patients with Diabetes. Journal of the American College of Cardiology 2006;47:921-9.

56.Kalani M, et al. Effect of Dalteparin on Healing of Chronic Foot Ulcers in Diabetic Patients With Peripheral Arterial Occlusive Disease. Diabetes Care 2003; 26: 2575-80.

57.Kalani M, et al. Beneficial Effects of Dalteparin on Haemostatic Function and Local Tissue Oxygenation in Patients with Diabetes, Severe Vascular Disease and foot Ulcers. Thrombosis Research 2007; 120: 653-61.

58.Setiabudy RD. Pemantauan Obat Anti Trombosit. Dalam: Suryaatmadja M, editor. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta: Penerbit FK UI; 2004. hal.121-33.


(56)

LAMPIRAN 1 MASTER TABEL

SUBJEK

rPT INR raPTT rTT Fg D

Dimer

rPT INR raPTT rTT Fg D

Dimer

Grade Ulkus

KGD LAMA

DM ULKUS LAMA

IMT Hb

0.891 0.86 1.111 0.828 220 1300 1.584 1.78 1.289 0.98 225 1380 3 195 3 2.00 25.91 14.9

0.895 0.96 0.908 1.126 275 1700 1.037 1.04 0.996 1.076 280 3200 4 235 6 4.00 24.66 10.8

1.286 1.54 0.873 0.992 390 1000 1.694 2.02 1.237 1.074 320 1300 3 317 6 2.00 20.40 7.9

1.114 1.26 0.815 1.050 209 1700 1.972 2.37 1.006 0.975 380 510 5 375 4 3.00 20.61 11.0

1.198 1.01 1.009 1.120 275 1700 1.130 1.08 1.070 1.068 375 1800 5 186 6 5.00 17.72 6.7

1.035 1.20 1.157 1.148 460 510 1.048 1.29 1.251 1.310 365 580 5 117 2 6.00 22.49 10,5

1.121 1.04 1.063 1.080 410 780 1.033 1.03 1.393 1.200 411 680 4 285 3 9.00 20.28 15.2

1.098 0.87 1.131 1.124 176 620 1.331 1.37 1.241 1.252 186 740 5 295 7 14.00 28.40 11.9

0.992 1.01 1.041 0.967 285 740 1.106 1.26 1.067 1.041 262 790 3 279 8 4.00 25.92 10.6

0.978 0.90 0.970 1.129 263 670 1.068 1.06 1.019 1.127 276 540 3 325 4 4.00 21.67 13.1

0.955 0.88 0.942 1.047 272 1300 1.053 1.03 1.075 1.029 268 1360 4 176 6 3.00 22.45 14.5

0.917 0.90 1.006 0.885 248 2200 1.030 1.21 1.162 1.198 450 2300 4 217 5 3.00 19.37 11.1

1.185 1.01 1.033 1.094 428 2100 1.258 1.20 1.020 1.087 389 1800 4 325 16 12.00 22.04 11.2

0.966 0.90 0.842 0.904 610 4000 1.226 1.20 1.046 1.075 590 4000 4 79 5 12.00 20.20 11.2

1.039 1.08 0.991 1.242 368 1300 1.102 1.12 1.013 1.185 385 1300 4 135 19 12.00 25.88 11.8


(57)

KONTROL

rPT INR raPTT rTT Fg D Dimer

rPT INR raPTT rTT Fg D

Dimer

Grade Ulkus

KG D

LAMA

DM ULKUS LAMA

IMT Hb

1.119 1.14 0.607 1.031 329 500 1.126 1.13 0.664 0.936 450 490 4 231 1 0.5 21.60 9.5

1.055 1.07 0.731 1.034 430 400 1.057 1.18 0.701 1.429 416 480 4 398 15 0.5 16.40 10.4

1.023 1.04 1.118 0.983 444 1600 1.043 1.16 1.086 0.787 425 370 3 208 10 2.0 20.80 8.9

1.285 1.10 0.827 1.025 391 510 1.396 1.20 0.812 0.712 385 900 5 378 7 0.5 23.80 11.2

1.079 1.10 1.010 0.858 320 1800 1.103 1.10 1.011 0.887 350 1500 5 395 2 0.25 20.80 8.8

0.916 0.90 1.000 0.885 247 2200 1.198 1.21 1.161 0.881 450 2100 3 174 7 1 18.00 7.9

1.060 0.90 0.800 0.084 552 2400 1.105 1.10 0.973 1.104 428 2200 5 344 2 12 22.50 12.3

1.200 0.90 0.917 0.962 573 550 0.992 0.90 0.966 1.104 952 350 3 276 7 0.5 26.60 10.0

1.065 1.14 1.017 1.227 267 2400 1.057 1.18 1.010 1.250 320 2500 3 300 19 12 25.80 10.2

1.142 1.10 0.789 0.839 420 1200 1.105 1.00 0.960 0.939 384 2200 4 350 2 5 24.90 11.2

1.015 1.00 1.229 1.176 509 380 1.360 1.30 1.169 0.806 850 700 4 370 3 3 29.10 11.3

0.930 1.12 1.179 1.112 400 2600 0.950 1.27 0.800 1.120 410 2500 3 191 5 3 21.80 9.1

1.034 1.20 1.167 1.147 500 600 1.047 1.09 1.120 1.310 365 580 5 160 25 0.75 22.40 10.3

0.936 1.10 0.930 1.340 420 650 0.869 0.90 1.040 1.412 731 600 5 239 10 3 24.90 11.3

1.040 1.04 1.120 1.130 450 800 1.047 1.09 1.259 1.310 365 670 3 180 12 0.75 22.40 10.3


(58)

LAMPIRAN 2

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Assalamualaikum ww, salam sejahtera.

Saya Dr. Nina Karmila, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter spesialis Penyakit Dalam di Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada hari ini saya ingin menjelaskan kepada bapak/ibu tentang penelitian yang akan saya lakukan. Adapun judul penelitian saya adalah: “PENGARUH PEMBERIAN WARFARIN TERHADAP STATUS HIPERKOAGULASI PADA PENDERITA ULKUS KAKI DIABETIK.”

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh pemberian obat yang bernama Warfarn pada kekentalan darah yang berlebihan yang terjadi pada penderita sakit gula yang mengalami luka atau borok di kaki.

Tujuan penelitian ini dilakukan agar dapat dilakukan upaya penanganan lebih lanjut terhadap kekentalan darah yang berlebihan tersebut sehingga tidak terjadi penyumbatan pembuluh darah yang dapat memperburuk luka atau borok di kaki.

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan darah vena (di lengan) sebelum dan sesudah pemberian obat tersebut. Pemberian obat selama 7 hari (1 kapsul perhari yang berisi 5 mg warfarin). Efek samping pemberian obat berupa perdarahan yang akan normal kembali bila pemberian obat dihentikan. Biaya pemeriksaan dan obat ditanggung oleh peneliti.

Keikut - sertaan bapak/ibu adalah suka rela. Bila sewaktu -waktu ibu/bapak sebagai pihak yang diteliti merasa dirugikan oleh pihak peneliti maka ibu/bapak berhak membatalkan persetujuan ini tanpa menuntut ganti kerugian Bila keterangan yang saya berikan masih belum jelas atau ada hal - hal yang belum jelas, bapak/ibu dapat langsung bertanya kepada saya ke no : 061-77500657

Wassalam


(59)

LAMPIRAN 3

SURAT PERSETUJUAN BERSEDIA IKUT PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

No telp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan keburukan prosedur penelitian ini, menyatakan bersedia

Bila sewaktu -waktu saya sebagai pihak yang diteliti merasa dirugikan oleh pihak peneliti maka saya berhak membatalkan persetujuan ini tanpa menuntut ganti kerugian.

untuk ikut dalalm penelitian tentang : ”PENGARUH PEMBERIAN WARFARIN TERHADAP STATUS HIPERKOAGULASI PADA PENDERITA ULKUS KAKI DIABETIK”

Demikian surat pernyataan bersedia ikut dalam penelitian ini saya perbuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Medan, ...2009..


(60)

LAMPIRAN 5

Data Peserta Penelitian No:

I. Anamnese Pribadi

Nama : ………

Tanggal lahir/tempat : ………...

Jenis Kelamin : ………

Tanggal berobat : ... No. Rekam medis : ...

Alamat : ………

No telp/hp : ………...

- Lama menderita DM:... bulan / tahun

- Lama mendapat luka di kaki :... minggu/ bulan/ tahun - Tinggi Badan : cm

- Berat Badan : kg

- ulkus kaki diabetik menurut Wagner grade: 1 / 2 / 3 / 4 / 5 II. Pemeriksaan

Status koagulasi (H.0): (tanggal...)

H.0 (Tgl...) H.8 (Tgl...)

- PT kontrol : - PT kontrol :

- INR - INR

- aPTT kontrol: - aPTT kontrol:

- TT kontrol: - TT kontrol:

- D dimer: N; - D dimer: N;

- Fibrinogen N: - Fibrinogen N:

Kesan : hipokoagulasi / normokoagulasi / hiperkoagulasi

Kesan : hipokoagulasi / normokoagulasi /


(61)

Hb :...g/dl Leukosit : ...103/mm3 Trombosit:... 103/mm3 KGD Adr:...mg/dl ureum:...mg/dl creatinin:...mg/dl asam urat:...mg/dl SGOT: ...U/l SGPT:...U/l Alkaline p:...U/l Bil.direk:...mg/dl Bil.total:...mg/dl

III. Efek samping Warfarin :


(62)

LAMPIRAN 5


(63)

LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Dr Nina Karmila

Tempat / tanggal lahir : Medan, 1 Januari 1971 Alamat kantor : Fakultas Kedokteran USU

Jln Dr Mansur no 5, Medan

Departemen Penyakit Dalam

RSUP H Adam Malik

Jln Bunga Lau no 17, Medan

Alamat : Jln Panci no 10 A

Medan

No Telp : 081260666639

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Harapan II Medan, Ijazah 1982 2. SMP Harapan II Medan Ijazah 1985 3. SMA Negeri 1 Medan Ijazah 1988 4. Fakultas Kedokteran UISU Medan Ijazah 1997

5. PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK USU Juli 2004 - sekarang

KEANGGOTAAN PROFESI

1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).

KARYA ILMIAH DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

1. Nina Karmila, Ilhamd, Mardianto, Dharma Lindarto, Chairul Bahri, OK Alfien Syukran. Pengaruh Merokok Terhadap Kadar Gula Darah Diabetes. Temu Ilmiah Perkeni. Batu Malang, Juli 2006

2. Nina Karmila, R. Tunggul C. Sukendar, Abdurrahim Lubis. Edema Intraktabel pada Sindroma Nefrotik. KOPAPDI, Juli 2006


(64)

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH

1. Peserta Gastroentero – hepatologi Update II 2004. medan, 17 – 18 September 2004.

2. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan VI Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU. Medan, 3 – 5 Maret 2005.

3. Peserta Simposium The 3rd New Trend Cardiovascular Management. Medan, 6 Juni 2005.

4. peserta Safari Nasional Peralmuni II 2005. Medan.30 Juli 2005

5. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update III 2005. Medan. 6 – 7 Agustus 2005.

6. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU. Medan, 3 – 5 Maret 2006.

7. Peserta The 11th National Congress of Indonesian Heart Association (NCIHA). Medan, 19 – 20 April 2006.

8. Peserta workshop Management of Chronic Hepatitis C in Daily Pratice. Medan 10 Juni 2006

9. Peserta symposium Neuroprotectant Revisited. Medan 5 Agustus 2006 10. Peserta symposium Thyroid Update. Medan 26 Agustus 2006

11. Peserta Workshop USG .Medan 7 Septeber 2007

12. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update IV 2006. Medan. 8-9 September 2006.

13. peserta symposium The Scientific Evidence to Date: Reduction of Events in Cardiovascular Disease. Medan 9 Desember 2006

14. Peserta DHF Course II. Medan 24 Februari 2007.

15. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, Medan, 8 – 10 Maret 2007.

16. Peserta workshop shock dan DVT. Medan 7 maret 2007

17. Peserta simposium Trombosis-Hemostasis Regional Pertama. Medan 1-2 Mei 2007

18. Peserta simposium New Paradigma in maintenance Fluid Therapy. Medan 17 November 2007


(65)

19. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update IV. Medan, 8 - 9 September 2006.

20. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan IX. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK – USU. Medan, 17 – 19 April 2008.

21. Peserta Diabetes Management Training for Internist. Medan 7-9 Agustus 2008.

22. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update VI. Medan 17 - 18 Oktober 2008.


(1)

Nina Karmila : Pengaruh Pemberian Warfarin Selama 7 Hari Terhadap Status Hiperkoagulasi Penderita Ulkus Kaki Diabetik, 2010.

LAMPIRAN 5

Data Peserta Penelitian No:

I. Anamnese Pribadi

Nama : ………

Tanggal lahir/tempat : ………...

Jenis Kelamin : ………

Tanggal berobat : ... No. Rekam medis : ...

Alamat : ………

No telp/hp : ………...

- Lama menderita DM:... bulan / tahun

- Lama mendapat luka di kaki :... minggu/ bulan/ tahun - Tinggi Badan : cm

- Berat Badan : kg

- ulkus kaki diabetik menurut Wagner grade: 1 / 2 / 3 / 4 / 5

II. Pemeriksaan

Status koagulasi (H.0): (tanggal...)

H.0 (Tgl...) H.8 (Tgl...)

- PT kontrol : - PT kontrol :

- INR - INR

- aPTT kontrol: - aPTT kontrol: - TT kontrol: - TT kontrol:

- D dimer: N; - D dimer: N;

- Fibrinogen N: - Fibrinogen N:

Kesan : hipokoagulasi / normokoagulasi / hiperkoagulasi

Kesan : hipokoagulasi / normokoagulasi /


(2)

Hb :...g/dl Leukosit : ...103/mm3 Trombosit:... 103/mm3 KGD Adr:...mg/dl ureum:...mg/dl creatinin:...mg/dl asam urat:...mg/dl SGOT: ...U/l SGPT:...U/l Alkaline p:...U/l Bil.direk:...mg/dl Bil.total:...mg/dl

III. Efek samping Warfarin : - Perdarahan


(3)

Nina Karmila : Pengaruh Pemberian Warfarin Selama 7 Hari Terhadap Status Hiperkoagulasi Penderita Ulkus Kaki Diabetik, 2010.

LAMPIRAN 5


(4)

LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Dr Nina Karmila

Tempat / tanggal lahir : Medan, 1 Januari 1971

Alamat kantor : Fakultas Kedokteran USU

Jln Dr Mansur no 5, Medan

Departemen Penyakit Dalam

RSUP H Adam Malik

Jln Bunga Lau no 17, Medan

Alamat : Jln Panci no 10 A

Medan

No Telp : 081260666639

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Harapan II Medan, Ijazah 1982

2. SMP Harapan II Medan Ijazah 1985 3. SMA Negeri 1 Medan Ijazah 1988 4. Fakultas Kedokteran UISU Medan Ijazah 1997

5. PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK USU Juli 2004 - sekarang

KEANGGOTAAN PROFESI

1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).

KARYA ILMIAH DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

1. Nina Karmila, Ilhamd, Mardianto, Dharma Lindarto, Chairul Bahri, OK Alfien Syukran. Pengaruh Merokok Terhadap Kadar Gula Darah Diabetes. Temu Ilmiah Perkeni. Batu Malang, Juli 2006

2. Nina Karmila, R. Tunggul C. Sukendar, Abdurrahim Lubis. Edema Intraktabel pada Sindroma Nefrotik. KOPAPDI, Juli 2006


(5)

Nina Karmila : Pengaruh Pemberian Warfarin Selama 7 Hari Terhadap Status Hiperkoagulasi Penderita Ulkus Kaki Diabetik, 2010.

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH

1. Peserta Gastroentero – hepatologi Update II 2004. medan, 17 – 18 September 2004.

2. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan VI Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU. Medan, 3 – 5 Maret 2005.

3. Peserta Simposium The 3rd New Trend Cardiovascular Management.

Medan, 6 Juni 2005.

4. peserta Safari Nasional Peralmuni II 2005. Medan.30 Juli 2005

5. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update III 2005. Medan. 6 – 7 Agustus 2005.

6. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU. Medan, 3 – 5 Maret 2006.

7. Peserta The 11th National Congress of Indonesian Heart Association (NCIHA). Medan, 19 – 20 April 2006.

8. Peserta workshop Management of Chronic Hepatitis C in Daily Pratice. Medan 10 Juni 2006

9. Peserta symposium Neuroprotectant Revisited. Medan 5 Agustus 2006 10. Peserta symposium Thyroid Update. Medan 26 Agustus 2006

11. Peserta Workshop USG .Medan 7 Septeber 2007

12. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update IV 2006. Medan. 8-9 September 2006.

13. peserta symposium The Scientific Evidence to Date: Reduction of Events in Cardiovascular Disease. Medan 9 Desember 2006

14. Peserta DHF Course II. Medan 24 Februari 2007.

15. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, Medan, 8 – 10 Maret 2007.

16. Peserta workshop shock dan DVT. Medan 7 maret 2007

17. Peserta simposium Trombosis-Hemostasis Regional Pertama. Medan 1-2 Mei 2007

18. Peserta simposium New Paradigma in maintenance Fluid Therapy. Medan 17 November 2007


(6)

19. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update IV. Medan, 8 - 9 September 2006.

20. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan IX. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK – USU. Medan, 17 – 19 April 2008.

21. Peserta Diabetes Management Training for Internist. Medan 7-9 Agustus 2008.

22. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update VI. Medan 17 - 18 Oktober 2008.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Lumbrokinase Selama 7 Hari Terhadap Status Hiperkoagulasi Penderita Ulkus Kaki Diabetik

2 46 66

Pengaruh Pemberian Heparin Selama 7 Hari Terhadap Status Hiperkoagulasi Penderita Ulkus Kaki Diabetik

4 51 64

Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat Tahun 2013

1 20 74

Profil Pasien Ulkus Diabetik di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Periode 2013 - 2014

2 29 93

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Kaki Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter So

0 2 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Kaki Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter So

1 10 13

PERBEDAAN KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN ANTARA PENDERITA ULKUS DIABETIK DAN TANPA ULKUS DIABETIK Perbedaan Kadar Low Density Lipoprotein Antara Penderita Ulkus Diabetik Dan Tanpa Ulkus Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD DR. MOEWARDI.

0 4 15

PERBEDAAN KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN ANTARA PENDERITA ULKUS DIABETIK DAN TANPA ULKUS DIABETIK Perbedaan Kadar Low Density Lipoprotein Antara Penderita Ulkus Diabetik Dan Tanpa Ulkus Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD DR. MOEWARDI.

0 1 16

Efektifitas Antibiotik pada Pasien Ulkus Kaki Diabetik

0 1 6

TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KAKI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN ULKUS KAKI DIABETIK DI PUSKESMAS JATILAWANG

0 0 15