walaupun orang tersebut dalam keadaan tidur. Tipe tidur NREM disebut sebagai tidur gelombang lambat “slow-wave sleep”. Tabel di bawah ini
akan membedakan antara tidur REM dan NREM.
15-17
Tabel 2.1. Perbedaan tidur REM dan NREM
Kriteria Non-rapid eye
movement NREM sleep
Rapid eye movement REM
sleep
Electroencephalography Selaras
Gelombang Theta atau gigi gergaji
Tidak selaras Electromiography
Menurun sedikit Menurun secara drastis
atau tidak ada tonus otot Electro-oculography
Gerakan mata lambat Gerakan mata cepat
Catatan: tabel telah diolah kembali Sumber: Samuele Cortese dkk, 2014
17
a. Fase NREM
Fase NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek, hal ini dikarenakan gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur pada
fase ini lebih pendek dari pada gelombang alfa dan beta pada orang sadar. Ketika fase NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh,
semua proses metabolisme termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot.
15-17
Fase NREM terbagi menjadi 4 tahap. Tahap I-II disebut tidur ringan light sleep sedangkan tahap III-IV disebut tidur dalam deep sleep atau
delta sleep.
15-17
1. Tahap 1 NREM
- Tahap dengan tingkat paling dangkal dari tidur
- Tahap berakhir dalam beberapa menit
- Terjadi pengurangan aktivitas fisologis, dimulai dengan penurunan
secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
- Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori, seperti
suara -
Seseorang ketika terbangun merasa seperti telah melamun 2.
Tahap 2 NREM -
Tahap yang merupakan periode tidur bersuara -
Terjadi kemajuan relaksasi -
Terbangun masih relatif mudah -
Tahap berakhir 10-20 menit -
Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban 3.
Tahap 3 NREM -
Tahap ini merupakan tahap awal dari tidur yang dalam -
Seseorang sudah sulit dibangunkan dan jarang bergerak -
Otot dalam keadaan relaksasi maksimal -
Tanda-tanda vital menurun namun tetap teratur -
Tahap ini berakhir 15-30 menit 4.
Tahap 4 NREM -
Tahap ini merupakan tahap tidur terdalam -
Sangat sulit untuk dibangunkan -
Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini
- Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan saat
terjaga -
Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi.
15-17
b. Fase REM
Fase tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit. Ketika fase REM tidur tidak senyenyak fase NREM
dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Otak cenderung lebih aktif dan metabolisme meningkat hingga 20 pada fase ini. Selain itu,
orang menjadi sulit dibangunkan, hal ini terjadi akibat ambang batas arousal dari stimulus sensori dan stimulus menuju formasio retikularis
ditingkatkan, tonus terdepresi, sekresi lambung meningkat dan frekuensi jantung serta pernapasan sering kali tidak teratur.
15-17
Karakteristik tidur fase REM: 1.
Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup, serta biasanya mimpi pada fase ini dapat diingat, karena pada fase REM terjadi konsolidasi
memori. Jika mimpi kurang hidup atau mimpi tidak dapat diingat mungkin terjadi pada tahap yang lain
2. Biasanya dimulai 90 menit setelah mulai tidur
3. Respon otonom dari pergerakan mata cepat, fluktuasi jantung dan
kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah 4.
Terjadi penurunan tonus otot skelet 5.
Peningatan sekresi asam lambung 6.
Sangat sulit dibangunkan 7.
Durasi tidur REM meningkat pada tiap siklus, rata-rata 20 menit.
15-17
2.1.2.5. Siklus Tidur-Bangun
Dalam satu kali periode tidur, seseorang akan melewati fase tidur NREM dan REM secara bergantian. Setiap siklus yang sempurna normalnya
berlangsung selama 1,5 jam dan biasanya terjadi 4-5 kali siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus dimulai dari fase NREM dan berlanjut ke fase REM.
Tahap NREM I-III berlangsung sekitar 30 menit dan dilanjutkan ke tahap IV sekitar 20 menit, lalu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit,
fase REM muncul setelahnya dan berlangsung selama 10 menit. Durasi tidur fase NREM tahap III dan IV dari satu siklus ke siklus selanjutnya terus
mengalami pengurangan, sedangkan tidur NREM fase II akan semakin bertambah.
18,19
Siklus tidur-bangun dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
Gambar 2.2. Siklus Tidur
Sumber: Kryger MH dkk, 2011
19
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur antara lain: penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup,
stress, emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi.
18,20,21
a. Penyakit
Seseorang yang sedang menderita suatu penyakit
menyebabkan timbulnya rasa nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Sehingga dibutuhkan waktu tidur
yang lebih banyak dari pada biasanya, serta siklus bangun-tidur ketika sakit juga akan mengalami gangguan.
18,20,21
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu juga dapat menghambat tidur seseorang. Dengan tidak adanya stimulus tertentu atau adanya
stimulus tertentu dapat menghambat upaya tidur. Contoh: suhu yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi
tidur seseorang. Namun dengan seiring berjalannya waktu
seseorang tersebut akan bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
18,20,21
c. Kelelahan
Kondisi lelah dapat mempengaruhi tidur seseorang. Semakin lelah seseorang maka semakin pendek pula siklus tidur
REM yang dilaluinya, dan setelah beristirahat yang cukup, siklus REM tersebut akan kembali seperti semula.
18,20,21
d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
18,20,21
e. Stress Emosional
Seseorang yang sedang dalam keadaan ansietas atau depresi sering kali mengalami gangguan tidur. Kondisi ansietas
meningkatkan kadar noreponefrin darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur
NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya menjadi terbangun ketika sedang tidur.
18,20,21
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP dan menyebabkan gangguan tidur. Konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menggaggu aktivitas siklus REM. Apabila seseorang yang mengkonsumsi alkohol, dan pengaruh
alkohol telah hilang sering kali menyebabkan individu tersebut mengalami mimpi buruk.
18,20,21
g. Diet
Penurunan berat badan memiliki kaitan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya berjaga di malam hari, sedangkan
penambahan berat badan juga memiliki kaitan dengan peningkatan waktu tidur dan sedikitnya waktu terjaga di malam hari.
18,20,21
h. Merokok
Salah satu kandungan yang terdapat di dalam rokok adalah nikotin. Nikotin terbukti memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Sehingga seorang perokok sering kali mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari dan mudah terbangun dari tidur ketika sedang
tidur.
18,20,21
i. Medikasi
Beberapa obat-obatan diketahui dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang, seperti obat-obatan hipnotik dapat
mengganggu tidur tahap III-IV NREM, golongan beta bloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, dan golongan narkotik
seperti meperidin hidroklorida dan morfin dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya seseorang terjaga pada malam
hari.
18,20,21
j. Motivasi
Terkadang seseorang memiliki keinginan untuk tetap terjaga pada malam hari, keinginan ini dapat menutupi rasa lelah
orang tersebut. Perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga pada malam hari seringnya dapat mendatangkan perasaan
ngantuk.
18,20,21
2.1.4. Pola Tidur dan Durasi Tidur Normal Pada Anak
Kebutuhan tidur setiap individu tentu saja berbeda. Hal utama yang menjadi pembeda adalah usia, karena dengan peningkatan usia seseorang,
maka kebutuhan tidur akan berkurang. Seorang individu mengalami proses yang bertahap untuk bisa mendapatkan ritme diurnal 24 jam. Ritme
sirkadian akan terbentuk sempurna ketika usia anak mencapai 4 bulan.
9
Seiring dengan pertambahan usia, anak akan lebih jarang tidur siang, sehingga terjadi penurunan waktu tidur total. Perubahan waktu tidur
ini terjadi secara signifikan selama anak pada masa kanak-kanak usia 5- 10 tahun dan akan terus berlanjut hingga memasuki masa remaja dan
dewasa. Perubahan pola tidur anak sejak bayi hingga menginjak usia dewasa akan digambarkan pada gambar berikut ini.
22
Gambar 2.3. Persentasi fase REM dan NREM dari total waktu tidur berdasarkan kelompok usia
Sumber: Okawa M, 2000
22
Kebutuhan total tidur setiap golongan usia berbeda. Semakin dewasa durasi tidur akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan kesibukan yang dimiliki
individu tersebut untuk bersekolah atau bekerja pada siang hari. Berikut ini adalah kebutuhan tidur yang normal untuk masing-masing golongan usia.
9,22
Tabel 2.2. Kebutuhan Tidur Normal Berdasarkan Usia
3
USIA DURASI YANG
DIREKOMENDASIKAN MASIH
DIPERBOLEHKAN TIDAK
DIREKOMENDASIKAN 0-3 bulan
14 - 17 jam 11 - 13 jam, atau
18 – 19 jam
Kurang dari 11 jam Lebih dari 19 jam
4-11 bulan 12 - 15 jam
10 - 11 jam, atau 16 - 18 jam
Kurang dari 10 jam Lebih dari 18 jam
1-2 tahun 11 - 14 jam
9 - 10 jam, atau 15 - 16 jam
Kurang dari 9 jam Lebih dari 16 jam
3-5 tahun 10 - 13 jam
8 - 9 jam, atau 14 atau
Kurang dari 8 jam Lebih dari 14 jam
6-13 tahun 9 - 11 jam
7 - 8 jam, atau 12 jam
Kurang dari 7 jam Lebih dari 12 jam
14-17 tahun
8 - 10 jam 7 jam, atau
11 jam Kurang dari 7 jam
Lebih dari 11 jam 18-25
tahun 7 - 9 jam
6 jam, atau 10 - 11 jam
Kurang dari 6 jam Lebih dari 11 jam
26-64 tahun
7 - 9 jam 6 jam, atau
10 jam Kurang dari 6 jam
Lebih dari 10 jam ≥65 tahun
7 – 8 jam
5 - 6 jam, atau 9 jam
Kurang dari 5 jam Lebih dari 9 jam
Catatan: tabel telah diolah kembali Sumber: National Sleep Foundation, 2015
2.1. Gangguan Tidur 2.2.1. Definisi