Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Perubahan Durasi Tidur Saat Liburan
Ada Perubahan Pola Tidur N
Persentase Ada
65 72,2
Tidak Ada 25
27,8
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 72.2 responden memiliki adanya perubahan durasi tidur pada saat liburan. Perubahan durasi tidur
tersebut dapat dilihat lama jam tidur responden pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Perubahan Durasi Tidur Lebih Lama Saat Liburan
Durasi Tidur N
Persentase ≥ 11 jam
6 9,2
9-11 jam 26
40,0 8-9 jam
26 40,0
7-8 jam 6
9,2 5-7 jam
1 1,5
4.3. Pembahasan
Tabel 4.3. menggambarkan karakteristik orang tua responden, yang terdiri dari pendidikan terakhir dan pekerjaan orang tua. Dari tabel tersebut didapatkan
bahwa 52,2 ayah responden memiliki pendidikan terakhir SMA, 14,4 sekolah tinggi dan hanya 11,1 yang pendidikan terakhirnya SD. 43,3 ibu responden
memiliki pendidikan terakhir SMA, 14,4 sekolah tinggi dan sebesar 17,8 SD. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua responden memiliki tingkat
pendidikan yang cukup baik. Sebagian besar ayah responden bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebesar 48,9 sedangkan 83,3 pekerjaan ibu adalah
sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa 42,2 responden mengalami
gangguan tidur, sedangkan 57,8 responden lainnya tidak mengalami gangguan tidur. Jumlah responden yang mengalami gangguan tidur pada penelitin ini lebih
sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami gangguan tidur. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Adelina dkk 2009 yang melakukan
penelitian gangguan tidur pada remaja SMP usia 12-15 tahun dengan menggunakan kuesioner SDSC, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
62,9 dari total sampel yang diteliti mengalami gangguan tidur. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Dini S 2013 pada anak usia 3-6 tahun dengan
menggunakan kuesioner SDSC. Hasil yang didapatkan adalah 79,8 sampel mengalami gangguan tidur.
5,6
Perbedaan hasil pada penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan karakteristik sampel yang diteliti. Namun, angka tersebut juga menunjukkan
bahwa insidens gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun cukup tinggi. Grafik 4.1. menunjukkan bahwa jenis gangguan tidur terbanyak pada
penelitian ini adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur sebesar 55,0. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini S 2013
bahwa 58,2 dari total responden yang mengalami gangguan tidur adalah berupa gangguan memulai dan mempertahankan tidur.
5
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Leoline.F dkk 2007 juga mendapatkan hasil bahwa jenis
gangguan tidur terbanyak adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur.
36
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adelina dkk 2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gangguan tidur
terbanyak adalah gangguan transisi bangun tidur yaitu sebesar 63,6.
6
Gangguan memulai dan mempertahankan tidur adalah salah satu gangguan tidur tipe insomnia. Biasanya insomnia ini terjadi pada individu dewasa atau
seseorang yang sedang mengalami kecemasan atau stress emosional dan bisa juga disebabkan oleh gangguan medis yang menyebabkan perasaan nyeri. Menurut
Owens dan Mindell 2011 bahwa prevalensi gangguan insomnia pada anak anak sebesar 1-6 dari total seluruh populasi anak. Anak yang mengalami gangguan
insomnia berhubungan dengan kebiasaan menonton televisi pada malam hari atau terbangun dari tidur karena ingin tidur bersama orang tuanya bagi anak yang tidur
terpisah dari orang tua.
15,17
Gambaran gangguan tidur berdasarkan karakteristik responden yaitu kelas, usia dan jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5.
yang menunjukkan hasil bahwa gangguan tidur paling banyak terjadi pada siswa kelas 6 SD. Hal ini mungkin berhubungan dengan stress psikologi, karena waktu
pengambilan data penelitian berdekatan dengan waktu ulangan sekolah dan UN SD. Berdasarkan karateristik usia, siswa yang berusia 9 tahun lebih banyak
mengalami gangguan tidur dibandingkan siswa lainnya. Tetapi jika dilihat berdasarkan kelas, maka kelas yang paling banyak mengalami gangguan tidur
adalah kelas 6, sehingga jika dilihat persentasi gangguan tidur berdasarkan usia dan kelas terjadi ketidakseimbangan. Hal ini terjadi karena siswa yang mengalami
gangguan tidur yang berusia 9 tahun jauh lebih besar dibandingkan dengan usia siswa lainnya, dan terdapat siswa yang bukan berada di kelas 3 tetapi masih
berusia 9 tahun seperti persentase siswa yang berusia 9 tahun yang berada di kelas 4 adalah 25,8 dari total siswa yang berusia 9 tahun sehingga jika perbandingan
siswa yang mengalami gangguan tidur berdasarkan kelas dapat mempengaruhi besar persentase gangguan tidur. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Dini S 2013 didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian gangguan tidur pada anak p=0,012. Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Rini S 2006 yang mengatakan bahwa pertambahan usia pada anak menyebabkan semakin banyak pula faktor yang mempengaruhi pola
tidur, sehingga semakin besar pula kemungkinan anak mengalami gangguan tidur.
4.5
Gangguan tidur berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa responden perempuan lebih banyak yang mengalami ganguan tidur dari pada laki-laki, yaitu
sebesar 26,7. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adelina dkk 2009 bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan tidur.
Hal serupa juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dini S 2013 bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
kejadian gangguan tidur pada anak p=0,603.
5,6
Tabel 4.6. menggambarkan durasi tidur normal dan tidak normal pada responden. Durasi tidur normal anak usia 9-12 tahun adalah 9-11 jam. Dari 90
responden didapatkan hanya 21 responden yang memiliki durasi tidur normal, sedangakan 69 responden lainnya memiliki durasi tidur yang tidak normal.
17
Selanjutnya perubahan durasi tidur pada kondisi tertentu seperti saat ujian dan liburan digambarkan dalam tabel 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, dan 4.11. Didapatkan 31
responden memiliki perubahan durasi tidur menjadi lebih singkat ketika ujian dan 65 responden memiliki perubahan durasi tidur menjadi lebih lama ketika liburan.
4.4. Keterbatasan Penelitian