Gambaran Gangguan Tidur Dan Hubungannya Terhadap Tinggi Badan Anak Usia 9-12 Tahun Di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

(1)

ANAK USIA 9-12 TAHUN:

PENELITIAN PENDAHULUAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Amelia Nurfajrina

NIM: 1112103000018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul

“Gambaran Gangguan Tidur Dan Hubungannya Terhadap Tinggi Badan Anak

Usia 9-12 Tahun Di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. DR. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter.

3. dr. Riva Auda, SpA, MKes dan dr. Erfira, SpM selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan penelitian ini.

4. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku penanggung jawab

riset mahasiswa PSPD 2012.

5. Kepala Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Drs. H. Yon Sugiono

yang telah mengizinkan kami untuk melakukan penelitian ini.

6. Kedua Orang tuaku tercinta, Drs. H. Aang Ch Machdaly dan Hj. Tini

Rustini yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, mendukung dalam suka dan duka, dan selalu mendoakan yang terbaik untuk putri-putrinya.

7. Kepada adik yang tercinta Safira Belarizkia yang telah banyak

mendukung, semangat dan do’anya, sehingga tugas ini dapat diselesaikan.

8. Kelompok riset Hilmiana Putri, Arif Syafa’at, dan Halimatussadiah yang selalu bekerja sama dalam suka maupun duka untuk menyelesaikan penelitian ini.


(6)

terselesaikan.

Saya sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata Wallahul Muwaffiq ila aqwamit thoriq


(7)

Dan Hubungannya Terhadap Tinggi Badan Anak Usia 9-12 Tahun: Penelitian pendahuluan.

Gangguan tidur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan. Saat tidur terjadi pelepasan hormon pertumbuhan sekitar 75%. Apabila terdapat gangguan tidur pada anak maka sintesis dan fungsi hormon pertumbuhan akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan salah satu penyebab pertumbuhan tinggi badan anak tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gangguan tidur dan hubungannya terhadap tinggi badan anak usia 9-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang yang menggunakan sampel sebanyak 50 anak yang bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah UIN Jakarta. Hasil penelitian didapatkan dari 50 anak, terdapat 22 anak yang mengalami gangguan tidur dan 28 anak tidak mengalami gangguan tidur. Anak yang memiliki gangguan tidur dengan memiliki gangguan tinggi badan sebanyak 1 orang, sedangkan anak yang memiliki gangguan tidur dengan tidak memiliki gangguan tinggi badan sebanyak 21 orang. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan antara gangguan tidur terhadap tinggi

badan anak usia 9-12 tahun. (p = 0,425)

Kata kunci : gangguan tidur, pertumbuhan, tinggi badan

ABSTRACT

Amelia Nurfajrina. Medical Student Program. Sleep Disorder Overview and Its Relation to the height of children aged 9-12 years old: Preliminary Study.

Sleep disorder is one of the factors that can affect the growth. During sleep the release of growth hormone is about 75%. The synthesis and function of growth hormone is reduced, while a sleep disorder happened. This can lead to one of the causes of the child's height growth is not optimal. This study aims to describe sleep disorders and their relation to height of children aged 9-12 years in Government Elementary School Development UIN Jakarta. This type of research used is descriptive analytic research with cross sectional approach which used a sample of 50 children attending Islamic Elementary School UIN Jakarta. The results of this research is obtained from 50 children, there were 22 children who experience sleep disturbances and 28 children did not experience sleep disturbances. One children have sleep disorder and impaired the height as much as one person, while children who have sleep disorders with the disorder do not have height as many as 21 people. This study showed no association between sleep

disturbances to the height of children aged 9-12 years. (p= 0.425)


(8)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesis ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1.Tujuan Umum ... 4

1.4.2.Tujuan Khusus ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tidur ... 6

2.1.1. Definisi Tidur ... 6

2.1.2. Fisiologi Tidur ... 6

2.1.3. Tahapan Tidur ... 7

2.1.3.1. Fase Non-REM ... 8

2.1.3.2. Fase REM ... 8

2.1.4. Fungsi Endokrin Selama Tidur ... 9

2.1.5. Kebutuhan Tidur ... 10

2.1.6. Kualitas Tidur ... 11

2.1.6.1. Definisi ... 11

2.1.6.2. Metode Pengukuran Kualitas Tidur ... 12


(9)

2.2. Pertumbuhan ... 16

2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ... 16

2.3. Pengaruh Tidur terhadap Tinggi Badan ... 19

2.4. Pengukuran Pertumbuhan ... 20

2.4.1. Pengukuran Antropometri ... 20

2.4.2. Kurva Pertumbuhan Anak ... 21

2.5. Kerangka Teori ... 22

2.6. Kerangka Konsep ... 23

2.7. Definisi Operasional ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1. Desain Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

3.3.1. Populasi Penelitian ... 28

3.3.2. Besar Sampel ... 28

3.3.3. Kriteria Sampel ... 30

3.3.3.1. Kriteria Inklusi ... 30

3.3.3.2. Kriteria Ekslusi ... 30

3.3.4. Cara Pengambilan Sampel Data ... 30

3.4.Instrumen Penelitian ... 32

3.5.Cara Kerja Penelitian ... 32

3.5.1. Anggaran Penelitian ... 32

3.5.2. Alur Penelitian ... 33

3.5.3. Etika Penelitian ... 33

3.6.Managemen Data ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.2. Krakterisitik Responden ... 35

4.3. Gambaran Gangguan Tidur ... 38


(10)

4.7. Keterbatasan Penelitian ... 44

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1. Simpulan ... 45

5.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(11)

Tabel 2.2. Definisi pada CDC BMI terhadap Umur ... 21

Tabel 3.1. Distribusi Sampel Penelitian ... 31

Tabel 3.2. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 32

Tabel 4.1. Karakteristik Responden ………..36

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur pada Responden ………..38

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Klasifikasi Gangguan Tidur Sesuai SDSC ………38

Tabel 4.4. Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Usia Siswa ………..39

Tabel 4.5. Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin ……….39

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Gangguan Tinggi Badan ……….40

Tabel 4.7. Gambaran Gangguan Tinggi Badan Berdasrakan Usia Siswa ……….40

Tabel 4.8. Gambaran Gangguan Tinggi Badan Berdasarkan Jenis Kelamin ……41

Tabel 4.9. Hubungan Antara Gangguan Tinggi Badan dengan Gangguan Tidur ………...41


(12)

REM : Rapid Eye Movement

NREM : Non-Rapid Eye Movement

EEG : Elektro Ensefalogram

SDSC : Sleep Disturbance Scale for Children

RAS : Reticular Activating System

BSR : Bulbar Synchronizing Region

EOG : Elektro Okulogram

EMG : Elektromiogram

GABA : ɣ-aminobutyric acid

ACTH : Adrenokortikotropik

PSG : Polisomnografi

ACG : Aktigrafi

ARAS : Ascending Reticular Activating System

GH : Growth Hormone

IGFs : Insulin-Like Growth Factor

IOTF : Internasional Obesity Task Force

CDC : Center for Disease Control and Prevention


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tidur diartikan sebagai periode istirahat untuk tubuh dan pikiran. Saat tidur berlangsung terjadi penangguhan sebagian atau seluruh kemauan dan kesadaran disertai dihentikannya sebagian fungsi-fungsi tubuh. Tidur

merupakan suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan terjaga.1,2

Seseorang akan mengalami perubahan siklus yang bergantian dari tidur

gelombang lambat ke tidur paradoksal atau rapid eye movement (REM).

Tidur gelombang lambat ditandai oleh gelombang-gelombang lambat di

elektro ensefalogram (EEG).2

Tidur berkualitas sangat penting dalam memaksimalkan pertumbuhan tinggi badan sebab hormon pertumbuhan akan bekerja optimal sewaktu tidur. Tidur yang sangat menunjang bagi pertumbuhan badan adalah tidur lelap selama kurang lebih 7-8 jam tanpa terputus-putus, tanpa perasaan gelisah dan tanpa mimpi. Anak-anak sangat membutuhkan tidur yang cukup dan berkualitas karena pertumbuhan yang optimal sangat bergantung pada tidur

yang cukup. Pelepasan GH (Growth hormone) pada saat tidur sebanyak 75%.

Tingginya kadar GH ini mempengaruhi kondisi fisik anak karena hormon ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan, serta mengatur

metabolisme tubuh anak.3

Masalah yang terjadi dalam tidur disebut dengan gangguan tidur. Gangguan tidur merupakan kumpulan gejala gangguan dalam bentuk kuantitas, kualitas, dan durasi waktu tidur seseorang. Sekitar 46% gangguan tidur pada anak sekolah dasar memiliki tipe gangguan memulai dan

mempertahankan tidur. Penelitian yang dilakukan oleh Haryono pada anak

usia 12-15 tahun di Jakarta Timur dengan menggunakan skala gangguan tidur

pada anak atau sleep disturbance scale for children (SDSC) mengungkapkan


(14)

Tingginya prevalensi gangguan tidur ini mempengaruhi pola tumbuh

kembang anak sekolah.4,5

Prevalensi gangguan tidur pada anak usia di bawah tiga tahun di Indonesia mencapai angka 44,2%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, prevalensi gangguan tidur pada anak usia di bawah tiga tahun sebesar 30% yang mengalami gangguan tidur yang berupa sering terbangun pada malam hari.6

Tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang centimeter (cm), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disimpulkan bahwa

pertumbuhan memiliki dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.7

Terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri atas faktor prenatal, yaitu gizi ibu pada waktu hamil, mekanisme kelahiran, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia embrio. Faktor postnatal antara lain adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, penyakit kronis, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, hormon,

pola tidur, trauma, sosioekonomi, iklim, dan aktivitas fisik.7

Pertumbuhan anak yang sehat adalah memiliki berat badan yang ideal dan tinggi badan yang ideal mengikuti umurnya. Anak berada dalam kelompok umur yang sama dapat ditemukan variasi dalam tinggi badan. Pertumbuhan tinggi badan yang optimal terjadi pada anak usia 6-8 tahun. Pada masa remaja terjadi perbedaan pertumbuhan tinggi badan antara perempuan dengan laki-laki. Perempuan akan lebih cepat tumbuh tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi gangguan pertumbuhan anak


(15)

memiliki angka yang cukup besar. Prevalensi anak dengan perawakan pendek mencapai angka 42%. Sedangkan pada anak usia di bawah lima tahun yang gagal tumbuh memiliki prevalensi 40%. Prevalensi nasional anak usia 6-14 tahun yang mengalami gangguan pertumbuhan adalah 13,3% pada laki-laki, sedangkan pada anak perempuan yang mengalami gangguan pertumbuhan adalah 10,9%. Retardasi pertumbuhan pada anak usia di bawah lima tahun yang merupakan masalah utama bagi negara-negara berkembang memiliki

prevalensi sebesar 50% . 6,7

Tingginya anak Indonesia yang mengalami gangguan pertumbuhan seperti tinggi badan pendek yang dinilai berdasarkan kurva CDC < persentil 5 dan banyaknya siswa yang mengalami gangguan tidur yang dinilai

menggunakan kuesioner sleep disturbance scale for children memungkinkan

kedua hal ini saling berkorelasi satu sama lain. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memberikan data mengenai gangguan tidur dan untuk memberikan data mengenai status pertumbuhan tinggi badan serta hubungannya antara gangguan tidur dengan tinggi badan anak pada usia 9-12 tahun di sekolah dasar.

1.2. Rumusan Masalah

Seberapa besar gangguan tidur yang dialami oleh anak usia 9-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta dan bagaimana hubungannya dengan pertumbuhan tinggi badan?

1.3. Hipotesis

Ada hubungan antara gangguan tidur dengan pertumbuhan tinggi badan pada anak usia 9-12 tahun yang bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.


(16)

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran secara analitik tingkat pertumbuhan tinggi badan pada anak usia 9-12 tahun yang memiliki gangguan tidur dan yang tidak memiliki gangguan tidur di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus

 Mengetahui persentase gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun di

Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.

 Mengetahui persentase tingkat pertumbuhan tinggi badan anak usia

9-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.

 Mengetahui persentase anak yang mengalami gangguan pertumbuhan

tinggi badan berdasarkan kelompok yang memiliki gangguan tidur dan tidak memiliki gangguan tidur.

 Mengetahui persentase anak yang mengalami gangguan tidur

berdasarkan kelompok/ kategori jenis kelamin.

 Mengetahui persentase anak yang mengalami gangguan tidur

berdasarkan kelompok/ kategori usia.

 Mengetahui persentase anak yang mengalami gangguan pertumbuhan

tinggi badan berdasarkan kelompok/ kategori jenis kelamin.

 Mengetahui persentase anak yang mengalami gangguan pertumbuhan


(17)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

 Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan peneliti

mengenai pengaruh gangguan tidur terhadap pertumbuhan tinggi badan anak.

 Memberikan informasi tambahan kepada tenaga kesehatan wilayah

setempat dan masyarakat pada umumnya tentang hubungan gangguan tidur dengan pertumbuhan tinggi badan anak usia 9-12 tahun di wilayah Ciputat Tangerang Selatan.

 Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti berikutnya.


(18)

2.1. Tidur

2.1.1. Definisi Tidur

Tidur didefenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar, seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya.Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga waktu individu digunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat

hendak melakukan aktivitas sehari-hari.8,9

2.1.2. Fisiologi Tidur

Selama satu periode 24 jam, manusia mempunyai waktu tidur normal selama 6-10 jam. Pola tidur manusia dipengaruhi oleh umur hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya gambaran yang khas pada kelompok umur, yaitu:10

 Bayi baru lahir, durasi tidur total dalam sehari 14-16 jam. Tidur fase

REM pada bayi merupakan fase yang sangat lama dari total tidur

dengan mengorbankan tahap non-rapid eye movement (NREM) stadium

tiga.11

 Tidur pada orang dewasa memiliki beberapa tahapan yaitu pada fase

NREM stadium satu dianggap sebagai transisi antara bangun dan tidur. Fase ini terjadi setelah jatuh tertidur dan selama periode singkat gairah dalam tidur dan biasanya terjadi 2-5% dari total waktu tidur. Fase NREM stadium dua terjadi selama periode tidur dan terjadi 45-55% dari


(19)

waktu tidur total. Fase NREM stadium 3 terjadi pada sepertiga pertama malam dan merupakan 5-15% dari total waktu tidur. REM merupakan 20-25% dari waktu tidur total dan terjadi pada 4-5 episode sepanjang

malam.11

 Tidur pada orang lanjut usia, terjadi pada fase NREM stadium dua akan

meningkat sedangkat fase NREM stadium tiga waktu tidur akan

berkurang.11

Aktivitas tidur dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu oleh

Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region

(BSR). RAS yang terletak dalam mesenfalon dan di bagian atas pons yang berfungsi untuk mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri dan sensori raba, serta menerima stimulus dari korteks serebri termasuk ransangan emosi dan proses berfikir. Pada keadaan sadar RAS akan melepaskan hormon katekolamin seperti norepinefrin, sedangkan pada keadaan tidur BSR yang memiliki sel khusus yang berada di pons dan batang otak akan mengeluarkan hormon

serotonin.11

2.1.3. Tahapan Tidur

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM.Tidur NREM merupakan sekitar 75 sampai 80 persen dari total waktu yang dihabiskan dalam tidur dan tidur REM merupakan sisa 20 sampai 25 persen. Panjang rata-rata siklus tidur NREM-REM pertama adalah 70 sampai 100 menit. Siklus kedua, dan kemudian, yang lebih tahan lama-sekitar 90 sampai 120 menit. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur di atas 10 tahun dan


(20)

2.1.3.1. Fase Non-REM

Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:10,12

1. Tidur stadium satu.

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini hanya berlangsung selama 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Pada fase ini terjadi kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri. Gambaran EEG biasanya terdiri

dari gelombang campuran alfa, betha, dan kadang gelombang theta (θ)

dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep

spindle dan kompleks K.10

2. Tidur stadium dua

Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG

terdiri dari gelombang delma simetris. Terlihat adanya gelombang sleep

spindle, gelombang vertex, dan komplek K.10

3. Tidur stadium tiga

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25-50% serta

tampak gelombang sleep spindle.10

4. Tidur stadium empat

Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG

didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep

spindle.10

Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM.

2.1.3.2. Fase REM

Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat

dan lebih panjang saat menjelang pagi atau bangun. Bila terjadi gangguan

tidur, periode REM akan muncul lebih awal, setelah kira-kira 30-40 menit. Orang itu akan mendapatkan tidur tahap 3 dan 4 lebih banyak. Selama tidur, tahapan tidur akan berpindah-pindah dari satu tahap ke


(21)

tahapan yang lain, tanpa harus mengikuti aturan yang biasanya terjadi. Jadi suatu malam, mungkin saja tidak ada tahap 3 atau 4. Tapi malam

lainnya seluruh tahapan tidur akan didapatkannya.10

Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah. Apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah, dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot yang menunjukkan relaksasi dalam

pada tonus otot.10

Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk ke periode awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan fase NREM (75%) .

2.1.4. Fungsi Endokrin Selama Tidur

Siklus tidur memiliki hubungan dengan hormon tubuh, seperti hormon pertumbuhan, prolaktin, dan kortisol. Hormon pertumbuhan disekresi pada awal periode tidur lelap, yaitu tahap 3 dan tahap 4. Hormon pertumbuhan

akan dihambat selama tidur REM dan berhubungan dengan mimpi. Sekresi

hormon kortikosteroid biasanya terjadi pada malam hari, dan dapat berubah sesuai dengan siklus tidur-bangun. Bila pola tidur berubah, sekresi kortisol pada awalnya seperti semula, tetapi secara bertahap melakukan penyesuaian

atau resinkronisasi dengan siklus yang baru.13

Sekresi hormon kortisol dan adrenokortikotropik (ACTH) mengikuti irama sirkadian dengan puncaknya adalah pada pagi hari yaitu 6-8 jam tidur sampai 1 jam setelah bangun dengan titik terendah pada malam hari.

Thyrotropin-stimulating hormone juga memiliki hubungan dengan irama sirkadian dengan puncaknya pada malam hari dan awal siklus tidur. Renin juga meningkat selama tidur tetapi akan menurun secara relatif selama tidur


(22)

REM. Jadi fluktuasi hormon selama tidur bergantung pada 3 faktor utama,

yaitu irama sirkadian, siklus bangun-tidur, dan tahapan tidur non

REM/REM.13

2.1.5. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur setiap manusia berbeda-beda tergantung dari tingkat perkembangan. Pada usia 0-2 bulan pada usia ini memiliki sifat tidur yaitu pola tidur yang tidak teratur hingga usia 6-8 minggu yang dipengaruhi oleh rasa lapar. Dengan periode tidur yang multipel pada siang dan malam hari. Tidurnya bersifat aktif seperti tersenyum, menghisap, atau pergerakan badan. Sifat tidur pada usia 2-12 bulan yaitu jumlah tidur bertambah di malam hari. Dengan pola tidur siang awalnya berjumlah 3-4 kali berubah menjadi 1-2 kali di akhir tahun pertama. Pada usia 1-3 tahun memiliki kebutuhan tidur siang antara 1,5-3,5 jam dengan sifat tidur yaitu tidur di pagi hari semakin berkurang pada usia sekitar 18 bulan. Pada usia ini perlu dilanjutkan rutinitas waktu tidur dan diperhatikan transisi dari tidur di

tempat tidur bayi ke tempat tidur biasa.14

Pada usia 3-6 tahun biasanya tidak ditemukan lagi tidur siang di akhir tahun kelima dan pada saat ini mungkin dapat timbul ketakutan tidur di malam hari. Pada usia 6-12 tahun pada usia ini sudah memasuki masa sekolah. Pada masa sekolah ini semakin meningkatnya kegiatan anak dapat mengakibatkan berkurangnya tidur. Pengaruh televisi, computer, dan keadaan medis dapat mengganggu tidur anak. Waspadai adanya masalah tidur yang persisten dan mengantuk di siang hari. Sedangkan masa remaja usia 12-18 tahun, memiliki aktivitas yang meningkat sehingga


(23)

Tabel 2.1 Kebutuhan tidur manusia

Usia Tingkat Perkembangan Kebutuhan Tidur

0 – 1 bulan Bayi baru lahir 14 – 18 jam/hari

1 bulan-18 bulan Masa Bayi 12 – 14 jam/hari

18 bulan-3 tahun Masa Anak 11 – 12 jam/hari

3 tahun-6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari

6 tahun-12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari

12 tahun-18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari

18 tahun-40 tahun Masa Dewasa 7 – 8 jam/hari

40 tahun-60 tahun Masa Muda Paruh Bayi 7 jam/hari

60 tahun ke atas Masa Dewasa Tua 6 jam/hari

Sumber: Hidayat AA. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika; 2006.

2.1.6. Kualitas tidur 2.1.6.1. Definisi

Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan berbagai domain antara lain, penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa laten tidur, disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur, kualitas tidur, dan penggunaan obat tidur. Jadi apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut terganggu maka akan

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur.16

Penilaian terhadap lamanya waktu tidur dimulai dari waktu tidur yang sebenarnya dialami seseorang pada malam hari. Gangguan tidur dinilai dengan cara apakah seseorang terbangun pada saat tidur di tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, bangun untuk pergi ke kamar mandi, kesulitan dalam bernafas, batuk atau mendengkur keras, merasa kedinginan maupun merasa kepanasan, mengalami mimpi buruk, merasa


(24)

Penilaian terhadap masa laten tidur dinilai dari berapa menit yang dihabiskan seseorang di tempat tidur sebelum akhirnya terjatuh tertidur dan apakah orang tersebut tidak dapat tidur selama 30 menit. Untuk selanjutnya penilaian terhadap disfungsi tidur pada siang hari dinilai dengan melihat seberapa sering timbul masalah yang mengganggu anak dalam keadaan terjaga sadar saat mengikuti pelajaran di sekolah, makan, dan beraktifitas sosial, serta dinilai juga seberapa banyak masalah yang membuat seseorang tidak antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya. Efisiensi tidur dinilai ketika seseorang biasanya memulai tidur pada malam hari dan ketika seseorang biasanya bangun di pagi hari, serta

dinilai juga ketika seseorang tertidur pulas di malam hari. Kualitas tidur

dinilai bagaimana seseorang menilai rata-rata kualitas tidurnya. Penilaian terhadap penggunaan kualitas tidur hanya ditujukan pada penilaian seberapa sering seseorang mengkonsumsi obat-obat untuk membantu tidur.16

2.1.6.2. Metode Pengukuran Kualitas Tidur

Ada beberapa metode untuk mengukur kualitas tidur. Yang pertama secara obyektif didapatkan dua metode, yaitu polisomnografi (PSG) dan aktigrafi (ACG). Pemeriksaan dengan metode PSG didasarkan pada rekaman EEG dan akan memberikan hasil pemeriksaan yang memberikan informasi lengkap tentang perubahan keadaan tidur-bangun. Maka dari itu PSG dianggap sebagai standar baku emas untuk penelitian tentang tidur, tetapi pada pemeriksaan PSG ini memiliki beberapa kekurangannya seperti peralatan tidak praktis, skoring PSG tergantung pada penilaian subyektif dari rekaman EEG, dan PSG pada umumnya dilakukan di laboratorium tidur, yang dapat mempengaruhi kualitas tidur.4

Pengukuran kualitas tidur dengan metode aktigrafi menggunakan informasi aktivitas motorik sehingga akan memberikan hasil perkiraan kualitas tidur. Dengan metode ini didasarkan pada pengetahuan bahwa keadaan tidur-bangun dapat diketahui dari variasi aktifitas motorik. Pemeriksaan aktigrafi ini menggunakan peralatan kecil yang diletakkan di tangan, yang kemudian akan merekam dan menyimpan data aktifitas


(25)

motorik. Pemeriksaan aktigrafi akan memberikan hasil yang baik bila dikombinasikan dengan data subyektif. Adapun kelemahan dari pemeriksaan ACG adalah kurang peka untuk mendeteksi keadaan terjaga, beberapa subyek dengan masalah sulit memulai tidur yang berbaring dengan tenang di tempat tidur dapat salah didata sebagai keadaan tidur. Kelemahan lainnya adalah gerakan malam hari dapat salah di interpretasi sebagai keadaan terjaga. Pemeriksaan ACG tidak diindikasikan untuk diagnosis pada setiap masalah tidur, karena pemeriksaan ACG hanya

dapat memberikan perkiraan kualitas tidur.4

Selain dengan menggunakan metode obyektif, untuk menilai kualitas tidur kita dapat menggunakan metode subyektif dengan menggunakan kuesioner atau interview. Banyak peneliti menggunakan dengan metode ini karena kuesioner mudah dibuat, dan dianalisis. Salah

satu kuesioner yang telah divalidasi dan dinilai realibitasnya adalah the

Children’s Sleep Disturbance scale (SDSC) yang telah dimodifikasi berupa terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. SDSC merupakan kuesioner untuk kategorisasi gangguan tidur dan perumusan indeks gangguan tidur berdasarkan perilaku tidur. Kuesioner SDSC dibuat untuk standarisasi penilaian terhadap gangguan tidur anak-anak dan remaja dengan menggunakan sistem skoring tidur, membuat basis data dari populasi besar untuk mendapatkan standar nilai normal, mendefinisikan tiap-tiap bagian yang dapat digunakan dalam mengidentifikasikan batasan spesifik gangguan tidur dan mengidentifikasikan anak-anak yang

mengalami gangguan tidur.4

Kuesioner SDSC digunakan karena prinsip analisis komponennya yang kuat, normalitas yang distandarisasi, dan usia yang dipakai sesuai dengan yang ditelti. Kuesioner SDSC terdiri dari 26 petanyaan, yang dinilai dalam 5 poin skala intensitas atau frekuensi. Dengan metode ini, kita meminta orang tua responden untuk mengisi kuesioner dengan mengingat pola tidur anak mereka pada waktu keadaan sehat selama enam bulan terakhir. Penilaian SDSC ini dilakukan dengan menggunakan angka mulai dari 1 sampai dengan 5. Angka 1 untuk tidak pernah, 2


(26)

untuk jarang (1 atau 2 kali per bulan atau kurang), 3 untuk kadang-kadang (1 atau 2 kali seminggu), 4 untuk sering (3 sampai 5 kali seminggu) dan 5 untuk selalu (setiap hari). Setelah itu nilai akan dijumlahkan dan didapatkan penilaian akan adanya gangguan tidur pada

anak.17

Sleep Disturbancess Scale for Children (SDSC) mengemukakan enam kategori gangguan tidur yaitu (1) gangguan pernapasan waktu tidur (mengorok sebanyak 24 kali saat tidur, apnea saat tidur, dan kesulitan bernapas); (2) gangguan memulai dan mempertahankan tidur (awitan mulai tidur yang lama, bangun malam hari, dan lain-lain); (3) gangguan kesadaran (berjalan saat tidur, mimpi buruk, dan teror tidur), (4)

gangguan transisi tidur-bangun (gerakan involunter saat tidur, restless

legs, gerakan menganggukkan kepala, bicara saat tidur); (5) gangguan

somnolen berlebihan (mengantuk saat pagi dan tengah hari, dan

lain-lain); dan (6) hiperhidrosis saat tidur (berkeringat saat tidur).4

2.1.7. Gangguan Tidur

Gangguan tidur bukan merupakan suatu penyakit melainkan gejala dari berbagai gangguan fisik, mental, dan spiritual. Gangguan tidur yang berlangsung lama akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologis seseorang, menurunkan daya tahan tubuh serta dapat menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, berkurangnya konsentrasi, kelelahan, dan pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan

diri sendiri atau orang lain.12

2.1.7.1. Etiologi Gangguan Tidur

Terjadinya perubahan pada pola tidur dikarenakan beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mengganggu waktu

tidur. Setiap faktor yang mengganggu ascending reticular activating

System (ARAS) dapat meningkatkan keadaan terjaga dan mengurangi kemungkinan untuk tertidur. Salah satu yang dapat mengganggu kualitas tidur pada anak adalah faktor lingkungan. Suara bising dan keadaan


(27)

rumah yang terlalu padat sehingga pada saat tidur merasakan hal yang tidak nyaman yang dapat mengganggu tidur. Selain faktor lingkungan, ada juga faktor lain yang dapat mengganggu tidur yaitu karena memiliki

penyakit kronis seperti asma, alergi, dan dermatitis atopi.18,19

Berbagai kebiasaan dan perilaku dapat juga dihubungkan dengan gangguan tidur seperti sering menonton televisi atau menonton di saat akan tidur. Pada anak-anak, interaksi sosial dan karakteristik tempramen individu memiliki peranan penting dalam kualitas tidur. Kualitas tidur

anak juga dipengaruhi oleh masalah interaksi anak dengan orangtua.18,19

2.1.7.2. Masalah Tidur dan Kesejahteraan Anak

Kualitas tidur berhubungan dengan kesejahteraan anak, karena ketika seorang anak memiliki gangguan tidur maka sering kali diikuti dengan berbagai penyakit somatik, psikiatrik, dan neurologis. Anak yang memiliki kualitas tidur yang buruk memiliki dampak negatif terhadap

mood dan perilaku. Gangguan tidur yang laten dapat bermanifestasi

sebagai gejala psikiatrik.20

A. Efek dari kurang tidur

Suatu penelitian eksperimental yang dilakukan pada tahun 1896 dengan menggunakan subyek penelitiannya tidak tertidur selama 90 jam, didapatkan hasil bahwa adanya penurunan ketajaman sensoris, penurunan reaksi, kecepatan motorik, dan memori. Kualitas tidur yang buruk akan mempengaruhi fungsi korteks serebral. Selain itu juga,

akan mempengaruhi mood, gangguan fungsi kognitif dan motorik

serta perubahan hormonal yang dipengaruhi oleh kurangnya waktu tidur.22

Ketika seseorang memiliki waktu tidur hanya 4 jam semalam selama 6 malam, akan tampak berubahan toleransi karbohidrat, peningkatan tonus simpatis, dan penurunan kadar tirotrofin, serta peningkatan sekresi kortisol. Dan kurangnya waktu tidur juga dapat


(28)

B. Penyakit somatik

Terdapat hubungan antara gangguan tidur pada anak dengan masalah medis, antara lain infeksi saluran nafas akut, hipoglikemi nokturnal, sindrom nyeri kronis, dan enuresis. Penyakit atopi seperti alergi susu sapi, dan dermatitis atopik juga memiliki hubungan dengan

gangguan tidur pada anak.22

C. Gangguan neuropsikiatri

Gangguan tidur berhubungan dengan penyakit neurologis seperti,

ADHD, autisme, sindrom Asperger, sindrom Tourette, epilepsi, dan

gangguan belajar/motorik. Pada penderita ADHD menunjukan pola

tidur yang tidak stabil bila dibandingkan dengan anak yang sehat.22

2.2. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik terutama tinggi (panjang) badan. Pertumbuhan yang optimal tergantung pada potensial biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan, dan perilaku. Ganguan pertumbuhan terjadi apabila ada faktor genetik dan atau faktor lingkungan yang tidak mampu mencukupi

kebutuhan dasar tumbuh anak.23,24

2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Terdapat dua faktor utama yang berperan penting terhadap pertumbuhan anak, yaitu:

1. Faktor genetik

Faktor genetik sangat berperan penting terhadap pertumbuhan. Faktor genetik ini dikaitkan dengan adanya kemiripan anak dengan orangtuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh, dan kecepatan


(29)

Faktor genetik akan mempengaruhi tinggi badan seseorang. Ketika seorang anak memiliki ibu, dan ayah yang berpostur tinggi biasanya anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang berpostur tinggi. Dan jika seorang anak memiliki ibu, dan ayah yang memiliki postur yang pendek maka anak tersebut akan tumbuh dengan postur yang pendek juga. Orang Afrika yang tidak mendapatkan gizi makan yang baik, namun mereka memiliki postur tubuh yang tinggi, hal ini dapat terjadi dikarenakan faktor genetik. Seseorang yang memiliki potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang

baik sehingga pertumbuhan akan optimal.25,26,27

Gangguan pertumbuhan di negara maju biasanya disebabkan karena faktor genetik. Di negara berkembang, gangguan pertumbuhan dapat disebabkan oleh faktor genetik, dan faktor lingkungan yang

kurang memadai untuk pertumbuhan anak yang optimal.26

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini yang menentukan tercapainya potensial bawaan. Lingkungan yang baik maka akan memperoleh potensi bawaan yang optimal, sedangkan jika faktor lingkungan yang buruk maka akan menghambat potensial bawaan. Yang termasuk dalam faktor lingkungan adalah:

1. Pola tidur

Tidur yang berkualitas sangat berperan penting terhadap pertumbuhan tinggi badan, karena ketika seseorang tidur maka hormon pertumbuhanakan bekerja. Seseorang yang memiliki tidur yang berkualitas, kerja hormon pertumbuhan akan optimal sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi badan. Tidur yang dapat menunjang terhadap pertumbuhan tinggi badan adalah

tidur yang lelap (deep sleep) selama 7-8 jam tanpa terputus-putus

dan tanpa perasaan gelisah.28

Higiene tidur (sleep hygiene) merupakan salah satu hal yang


(30)

sebagai perilaku sehari-hari yang berperan dalam membentuk kualitas tidur yang baik, durasi tidur yang cukup, dan konsentrasi penuh pada siang hari. Perilaku tersebut antara lain adalah menghindari tidur siang yang terlalu sore dan durasinya singkat, tidak lebih dari satu jam; menghindari alkohol, rokok, dan kafein sebelum tidur; menjalankan rutinitas sebelum tidur yang kondusif; menghindari aktivitas yang bersifat stimulasi baik secara fisiologis, kognitif, dan emosional; tidur sendiri; tidak menggunakan tempat tidur untuk aktivitas lain selain untuk tidur; tidur dalam lingkungan yang nyaman, tenang, dan bebas toksin; serta mempertahankan jadwal tidur yang stabil seperti bangun dan memulai tidur pada saat

yang sama setiap harinya.29

2. Hormon

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain, adalah:

a. Hormon Pertumbuhan/ Growth Hormone (GH)

Merupakan hormon utama yang mengatur terhadap pertumbuhan somatik. Hormon pertumbuhan ini yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi badan. Hormon

pertumbuhan mempunyai “circadian variation” aktivitasnya

akan meningkat pada waktu tidur di malam hari. Sekresi GH akan meningkat sekitar 75% pada saat tidur. GH ini tiga kali

lebih banyak dibandingkan ketika di terbangun.2,8

Tingginya kadar GH ini akan mempengaruhi kondisi fisik anak karena hormon ini mempunyai fungsi untuk merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan, serta mengatur metabolisme lemak. GH adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. GH akan beredar dalam aliran darah dengan konsentrasi 5-45 ng/ml. Tahapan terbesar dihasilkannya GH adalah saat tidur terutama pada periode tidur NREM atau


(31)

GH sangat berperan pada proses pertumbuhan anak. Fungsi

GH antara lain:2,8

1) Stimulasi pertumbuhan dan pembelahan sel di setiap bagian

tubuh

2) Stimulasi pembelahan sel pada tulang rawan

3) Meningkatkan proses mineralisasi tulang

4) Meningkatkan sintesis protein tubuh

5) Memicu insulin-like growth factor (IGFs) yang berfungsi

pada pertumbuhan dan perkembangan sel tubuh

Berdasarkan fungsi di atas, maka jika produksi GH tidak maksimal akan mempengaruhi pertumbuhan anak menjadi tidak optimal, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak anak

terganggu yang pada akhirnya akan mempengaruhi

perkembangan anak termasuk kemampuan berpikir atau kognitif

anak.2,8

b. Hormon Tiroid

Hormon ini memiliki fungsi sebagai metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Selain itu hormon tiroid juga berpengaruh terhadap maturasi tulang dan fungsi otak. Seseorang yang kekurangan hormon tiroid akan mengakibatkan retardasi fisik dan mental, jika berlangsung lama dapat menjadi

permanen.10

c. Insulin Like Growth Factors (IGFs)

Hormon ini yang memiliki fungsi sebagai mediator hormon

pertumbuhan yang berperan terhadap pertumbuhan.10

2.3.Pengaruh tidur terhadap tinggi badan

Kualitas dan kuantitas tidur pada anak akan berpengaruh terhadap tumbuh dan kembang secara optimal. Pada saat anak tidur berbagai fungsi organ tubuh meningkat seperti fungsi otak, metabolisme hormon, dan berbagai fungsi organ lainnya. Sekitar 75% hormon pertumbuhan


(32)

dikeluarkan pada saat tidur terutama pada fase NREM atau tidur dalam

sehingga akan berpengaruh terhadap tinggi badan anak.2,8

Jumlah hormon pertumbuhan yang diproduksi selama tidur berbeda-beda setiap 15 menit. Kadar hormon pertumbuhan akan semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya waktu tidur. Pada anak normal, sekresi hormon pertumbuhan mengalami puncaknya pada waktu 45-59,9 menit setelah tidur yaitu sekitar 70% dari total sekresi hormon tersebut dan mengalami penurunan level pada menit berikutnya. Michelle Lampl melakukan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa pertumbuhan bayi pada saat tidur meningkat rata-rata 43%. Pertumbuhan tidak hanya terjadi saat tidur saja, melainkan waktu tidur yang panjang juga akan meningkatkan

pertumbuhan.2,8

2.4.Pengukuran pertumbuhan 2.4.1.Pengukuran antropometri

Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa

tubuh yang bebas lemak. Pengukuran antropometri terdiri dari:24,30

1. Berat dan tinggi badan terhadap umur

Pengukuran antropometri sesuai dengan cara yang baku, dan dilakukan secara berkala. Untuk mengukur panjang bayi dilakukan pada

papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak di atas 2 tahun diukur

dengan stadiometer. Pengukuran tinggi badan pada anak usia 0-18 tahun

yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan menggunakan kurva CDC. Dan untuk menetapkan obesitas pada anak menggunakan dengan skor Z (atau standar deviasi) dengan mengurangi nilai berat badan yang dibagi dengan standar deviasi populasi referens. Skor Z =atau > +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai sebagai

indikator obesitas.24,30

2. Body mass index (BMI)

BMI digunakan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil (CDC tahun 2004). Suatu kurva persentil dari BMI atas dasar


(33)

referens populasi internasional yang dikembangkan oleh IOTF (International Obesity Task Force) pada tahun 1997 untuk mengatasi

keterbatasannya. Batas (cut off points) obesitas dalam kaitan persentil

adalah BMI 25 kg/m2 dan BMI 30 kg/m2 pada orang dewasa.25,31

Tabel 2.2. Definisi pada CDC BMI terhadap umur

Underweight BMI - for age < 5th percen tile

At risk of overweight BMI for - age 85th percentile

Overweight BMI - for age ≥ 95th percentile

Sumber: Lahti-Koski M, at al. Defining Childhood Obesity. In: Obesity in Childhood and Adolescence. Brussel 2004.

2.4.2.Kurva pertumbuhan anak

Kurva pertumbuhan (growth chart) atau tabel NCHS sebagai standar

baku untuk menilai status gizi pada pertumbuhan anak. Dalam pemantauan pertumbuhan anak pada plot berat atau tinggi badan anak pada kurva NCHS (National Center for Health Statistics) perlu diikuti secara berkala untuk melihat alur pertumbuhannya meyimpang atau tidak. Terdapat 4 variasi kurva pertumbuhan tinggi badan terhadap umur yang harus diklasifikasikan dalam menentukan pertumbuhan anak yang pendek yaitu konstitusional, familial, atau


(34)

2.5.Kerangka Teori

Faktor periode prakonsepsi:

-Genetika/kromosom

Faktor periode setelah persalinan (postnatal):

- Gizi

- Perawatan kesehatan - Imunitas

- Penyakit kronis - Penyakit metabolik

Pertumbuhan pada anak usia 9-12 tahun

Faktor periode kehamilan

(prenatal):

-Nutrisi

- Penyakit metabolik/hormonal

- Bahan kimia, fisika, radiasi

- Infeksi, gangguan imunits

- Stress

- Anoksia embrio

Faktor periode persalinan

(natal):

- Umur kehamilan

- Berat lahir

- Asfiksia, hiperbilirubinemia,

- Hormon

Sekresi GH akan meningkat sekitar 75%

pada saat tidur

circadian variation

Growth Hormon


(35)

2.6.Kerangka Konsep

Bagan 2.1. Kerangka Teori

Keterangan :

Penelitian ini bersifat analitik yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus kejadian gangguan pertumbuhan tinggi badan pada usia 9-12 tahun baik yang memiliki pola tidur yang baik maupun pola tidur yang tidak baik. Untuk itu diperlukan variabel pembanding yaitu antara pola tidur

Anak usia 9-12 tahun

Pola tidur baik Pola tidur tidak

baik

Pertumbuhan tinggi badan

Tidak normal Normal

: variabel bebas (independent)

: hubungan yang diteliti : variabel terikat (dependent)


(36)

yang baik dan pola tidur yang tidak baik, dan pertumbuhan tinggi badan yang dikategorikan dalam kelompok normal dan tinggi badan pendek atau tidak normal.

Faktor lain yang bisa mempengaruhi tinggi badan pendek yaitu faktor genetik, lingkungan prenatal dan postnatal, dan sebagainya, tidak dilakukan oleh peneliti.

2.7.Definisi Operasional

Tabel 2.3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Usia Anak Anak yang berusia

9-12 tahun dibagi dalam 4 kategori usia, yaitu: usia 9 tahun, 10 tahun, 11 tahun dan 12 tahun

Kuesioner Wawancara Skala

2 Jenis

Kelamin

Jenis kelamin

responden dalam

penelitian ini yang dikelompokkan menjadi:

 Laki-laki

 Perempuan

Kuesioner Wawancara Kategorik

3 Gangguan

Pola Tidur

Kumpulan gejala

yang diketahui

dengan adanya

gangguan dalam

bentuk kuantitas,

kualitas dan durasi waktu tidur pada seseorang. Kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) 1. Mengalami

gangguan pola tidur jika skor

nilai >

persentil 50

2. Tidak

mengalami gangguan pola tidur jika skor

nilai ≤

persentil 50


(37)

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

4 Gangguan

memulai & memperta hankan tidur Gangguan pada saat memulai dan mempertahankan posisi untuk tidur.

Kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) 1. Mengalami

gangguan jika

skor nilai

instrumen pertanyaan no 1,2,3,4,5,10,11 > persentil 60

2. Tidak

Mengalami gangguan jika

skor nilai

instrumen pertanyaan no 1,2,3,4,5,10,11

≤ persentil 60

Ordinal

5 Gangguan

pernafasan saat tidur Gangguan pernafasan saat tidur sedang berlangsung Kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) 1. Mengalami

gangguan jika

skor nilai

instrumen pertanyaan no

13,14,15 >

persentil 60

2. Tidak

Mengalami gangguan jika

skor nilai

instrumen pertanyaan no

13,14, 15 ≤

persentil 60

Ordinal

6 Gangguan

kesadaran

Gangguan

kesadaran saat tidur sedang berlangsung Kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) 1. Mengalami gangguan jika skor nilai instrumen pertanyaan no 17, 20, 21 > persentil 60

2. Tidak Mengalami gangguan, skor nilai instrumen pertanyaan no

17, 20, 21 ≤

persentil 60


(38)

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

7 Gangguan

transisi tidur-bangun

Gangguan pada

proses perpindahan posisi dari tertidur

menuju bangun

/sadar Kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) 1. Mengalami

gangguan jika

skor nilai

instrumen pertanyaan no 6,7,8,12,18,19 > persentil 60

2. Tidak

Mengalami gangguan jika

skor nilai

instrumen pertanyaan no 6,7,8,12,18,19

≤ persentil 60

Ordinal

8 Gangguan

somnolen berlebih

Keadaan mengantuk

abnormal yang

sering pada pagi dan tengah hari

Kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) 1. Mengalami

gangguan jika

skor nilai

instrumen pertanyaan no 22,23,24,25,26 > persentil 60

2. Tidak

Mengalami gangguan jika

skor nilai

instrumen pertanyaan no 22,23,24,25,26

≤ persentil 60

Ordinal

9

Hiper-hidrosis saat tidur

Keluarnya keringat dalam jumlah lebih banyak saat tidur

Kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) 1. Mengalami gangguan jika skor nilai instrumen pertanyaan no 9,16 > persentil 60

2. Tidak Mengalami gangguan, skor nilai instrumen pertanyaan no

9,16 ≤ persentil

60


(39)

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

10 Tinggi Badan

Ukuran tubuh

manusia dari

rambut sampai ke kaki

Mikrotoise Dalam satuan cm Rasio

11 Berat Badan

Ukuran berat tubuh manusia


(40)

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional (potong

lintang) yang bersifat analitik.33 Hal ini dikarenakan mengukur gangguan

tidur dan gangguan pertumbuhan tinggi badan dilakukan dalam satu waktu. Kemudian dilakukan uji bivariat dan dilakukan analisis terhadap dua variabel.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer (kuesioner) yang diambil di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari sampai April 2015.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi target penelitian adalah anak berusia 9-12 tahun yang bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Populasi terjangkau adalah anak berusia 9-12 tahun di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sampel penelitian adalah responden yang berada di kelas 4, 5, dan 6 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.


(41)

3.3.2. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan

cara proportional stratified sampling yaitu kelompok siswa kelas 4,5

dan 6 dibagi berdasarkan jumlah kelompok terbanyak. Kemudian

setelah dilakukan proportional stratified sampling, pemilihan sampel

berdasarkan sampling frame yang dipilih secara simple random

sampling. Penentuan perhitungan besar sampel menggunakan rumus:

n = jumlah sampel yang dibutuhkan

Z = nilai baku distribusi normal pada α atau β tertentu

α = nilai uji kekuatan 95%

Zα = 1,96

β = derajat kepercayaan 80%

Zβ = 1,282

P1 = 0,453

Q1 = 0,547

P2 = 0,151

Q2 = 0,849

P = 0,302 Q = 0,689

Berdasarkan perhitungan besar sampel di atas, didapatkan jumlah

sampe sebesar 46 orang. Untuk menghindari terjadinya droup out atau

missing dari responden maka perlu ditambahkan 10% dari besar sampel yang di dapat:


(42)

n’ = 46 x 10% = 4,6

n total = 46 + 4,6 = 50,6 ~ 50 orang

Maka besar sampel minimal yang didapatkan adalah 50 orang.

3.3.3. Kriteria Sampel

3.3.3.1. Kriteria Inklusi

 Anak yang berusia 9-12 tahun yang bersekolah di Madrasah

Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.

 Bersedia menjadi responden dengan persetujuan orangtua.

3.3.3.2. Kriteria Ekslusi

 Anak yang memiliki kelainan bentuk tubuh, seperti

skoliosis, dan lordosis.

 Responden yang mengisi kuisioner dengan tidak lengkap.

3.3.4. Cara Pengambilan Sampel Data

Tekhnik pengambilan sampel menggunakan sistem random

sampling. Siswa dipilih berdasarkan proporsional sampling yaitu banyaknya sampel yang diambil pada tiap kelas berdasarkan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Perhitungan banyaknya sampel di dalam 1 kelas dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

Jumlah siswa di kelas X Jumlah sampel Jumlah siswa kelas 4,5,6


(43)

Tabel 3.1.

Distribusi Sampel Penelitian

Kelas Jumlah siswa di kelas Sampel dalam 1 kelas

4A 30 30/646 x 50 = 3

4B 30 30/646 x 50 = 2

4C 28 28/646 x 50 = 2

4D 29 29/646 x 50 = 2

4E 30 30/646 x 50 = 3

4F 28 28/646 x 50 = 2

4G 28 28/646 x 50 = 2

4H 28 28/646 x 50 = 2

5A 28 28/646 x 50 = 2

5B 27 27/646 x 50 = 2

5C 29 29/646 x 50 = 2

5D 28 28/646 x 50 = 2

5E 28 28/646 x 50 = 2

5F 28 28/646 x 50 = 2

5G 29 29/646 x 50 = 2

5H 27 27/646 x 50 = 2

6A 28 28/646 x 50 = 2

6B 27 27/646 x 50 = 2

6C 27 27/646 x 50 = 2

6D 28 28/646 x 50 = 2

6E 28 28/646 x 50 = 2

6F 28 28/646 x 50 = 2

6G 26 26/646 x 50 = 2

6H 27 27/646 x 50 = 2

Setelah banyaknya jumlah sampel yang didapat dikelas, maka tahap selanjutnya adalah pemilihan sampel di dalam kelas berdasarkan no urut absen siswa. Pemilihan sampel selanjutnya dilakukan dengan melakukan undian sampel sebanyak jumlah sampel yang dibutuhkan di dalam kelas.


(44)

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner sleep disturbance

scale for children (SDSC). Kuesioner ini telah dilakukan uji validasi dan reabilitas ulang untuk mengukur gangguan tidur pada siswa SD di daerah Tangerang Selatan. Berikut hasil uji validitas dan reabilitas instrumen penelitian ini.

Tabel 3.2.

Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Variabel Item Pertanyaan R Tabel Alpha Cronbach

Pola gangguan tidur 26 Pertanyaan 0,391 0,776

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa seluruh pertanyaan tentang pola gangguan tidur adalah valid yang artinya adalah instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengukur gangguan pola tidur pada siswa sekolah dasar di subjek penelitian dan instrumen penelitian ini dapat digunakan berulang kali pada subjek penelitian yang berbeda.

3.5. Cara Kerja Penelitian

Pengumpulan data primer berdasarkan kuesioner SDSC yang sudah di validasi sebelumnya. Sampling dilakukan dengan mengambil data kuesioner yang disebarkan ke kelas 4, 5, dan 6 Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2014/2015 sesuai dengan jumlah sampel yang telah ditentukan. Pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dilakukan.

3.5.1. Anggaran Penelitian

No. Keterangan Total Biaya (Rp)

1. Biaya ATK 500.000

2. Biaya pengambilan data kuesioner 300.000 3. Biaya tak terduga 500.000


(45)

3.5.2. Alur Penelitian

3.5.3. Etika Penelitian

Mengajukan usulan penelitian kepada komisi etik dengan kelengkapan berkas yang terdiri dari:

 Surat usulan dari institusi

 Protokol penelitian

Informed consent

Observasi/survei

Distribusi dan wawancara Kuesioner

Pengumpulan data/ informasi awal

Pembuatan Proposal

Laporan hasil penelitian Pengolahan dan

analisis data Pengukuran Antropometri


(46)

 Kuesioner

 Memberikan informed consent kepada subjek penelitian dan

institusi terkait

3.6. Managemen Data

Data yang digunakan adalah data primer yang didapat langsung melalui penyebaran kuisioner dari sampel yang memenuhi kriteria inklusi anak yang bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.

Pengolahan data penelitian ini menggunakan software statistic, yaitu semua

data yang terkumpul dicatat dan dilakukan editing dan coding untuk

kemudian dimasukan ke dalam program Statistical Package for Social

Sciences (SPSS) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Cleaning

Data “dibersihkan” terlebih dahulu dengan cara meneliti data

yang ada supaya tidak terdapat data yang tidak perlu. 2. Editing

Pada tahapan ini, dilakukan pemeriksaan kelengkapan data.

3. Coding

Data yang telah terkumpul diberi kode-kode untuk memudahkan pemasukan data.

4. Entry

Data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam komputer untuk kemudian dilakukan analisis data. Kemudian data diolah lebih

lanjut dan dilakukan analitik data uji chi square dan kemudian data


(47)

(48)

(49)

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap anak-anak di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta berdiri pada tahun 1974. Pada tahun ajaran 2014/2015 siswa dan siswi yang belajar di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta berjumlah sebanyak 1342 yang terdiri dari murid laki-laki berjumlah 683 dan murid perempuan berjumlah 659. Secara Demografi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta terletak di Jl. Ibnu Taimia IV Komples UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat Tangerang Selatan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun dan hubungannya dengan tinggi badan anak melalui kuesioner. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik diri responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan karakteristik orang tua. Berikut gambaran karakteristik responden Siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.


(50)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden

Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Usia

9 tahun 11 22

10 tahun 15 30

11 tahun 17 34

12 tahun 7 17

2. Jenis Kelamin

Laki-Laki 28 56

Perempuan 22 44

3. Berat Badan Mean Standar Deviasi

Usia 9 tahun 33,00 6,612

Usia 10 tahun 34,85 8,988

Usia 11 tahun 43,43 10,799

Usia 12 tahun 43,35 11,816

4. Tinggi Badan

Usia 9 tahun 137,31 4,978

Usia 10 tahun 148,71 5,282

Usia 11 tahun 137,67 4,655

Usia 12 tahun 146,47 7,151

5. Karakteristik Orang Tua Ibu:

Berat Badan 58,58 6,704

Tinggi Badan 157,64 4,985

Bapak:

Berat Badan 71,94 9,573


(51)

Berdasarkan tabel 4.1 di halaman 36, diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah 11 tahun. Usia responden yang paling tinggi adalah 12 tahun dan yang paling rendah 9 tahun. Responden penelitian yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 56% dan perempuan sebesar 44% sehingga responden penelitian ini tidak didominasi oleh salah satu kelompok jenis kelamin karena persentase kedua kelompok jenis kelamin laki-laki dan perempuan masih mendekati 50%.

Pada tabel 4.1 di halaman 36, diketahui bahwa berat badan responden memiliki rata-rata sebesar 38,94 kg dengan standar deviasi sebesar 10,937 kg. Berat badan paling tinggi adalah 66 kg dan paling rendah adalah 25 kg. Selanjutnya tinggi badan responden memiliki rata-rata sebesar 142,02 cm dengan standar deviasi sebesar 7,604 cm. Tinggi badan responden paling tinggi sebesar 164 cm dan paling rendah 126 cm.

Karakteristik orang tua responden yang terdiri dari ibu dan bapak responden dalam penelitian ini adalah tinggi badan dan berat badan. Pada tabel 4.1 diketahui bahwa berat badan ibu responden memiliki rata-rata sebesar 58,58 kg dengan standar deviasi sebesar 6,704 kg. Berat badan paling tinggi adalah 70 kg dan paling rendah adalah 45 kg. Selanjutnya tinggi badan ibu responden memiliki rata-rata sebesar 157,64 cm dengan standar deviasi sebesar 4,985 cm dan tinggi badan bapak responden yang paling tinggi sebesar 168 cm dan paling rendah 140 cm. Berat badan bapak memiliki rata-rata sebesar 71,94 kg dengan standar deviasi sebesar 9,573 kg Berat badan paling tinggi adalah 95 kg dan paling rendah adalah 50 kg. Tinggi badan bapak responden memiliki rata-rata sebesar 168,14 cm, dengan standar deviasi sebesar 5,039 cm dan tinggi badan bapak responden paling tinggi sebesar 180 cm dan paling rendah 158 cm.


(52)

4.3. Gambaran Gangguan Tidur

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur pada Responden

Gangguan Tidur N Persentase

Ada Gangguan Tidur 22 44

Tidak Ada Gangguan Tidur 28 56

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 22 responden (44%) memiliki gangguan tidur. Berdasarkan 22 responden yang mengalami gangguan tidur, dapat diklasifikasikan jenis gangguan tidur berdasarkan kuesioner SDSC yang dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Klasifikasi Gangguan Tidur Sesuai SDSC

Jenis Gangguan Tidur N Persentase

Gangguan memulai dan mempertahankan tidur

2 9,1

Gangguan pernapasan saat tidur 1 4,54

Gangguan kesadaran saat tidur 8 36,4

Gangguan transisi tidur-bangun 3 13,64

Gangguan somnolen berlebihan saat tidur 3 13,64

Gangguan hiperhidrolisis saat tidur 5 22,7

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden yang mengalami gangguan tidur sebanyak 22 orang dengan gangguan kesadaran saat tidur yang paling banyak ditemukan sebanyak 8 responden (36,4%). Gangguan tidur yang paling sedikit ditemukan adalah gangguan pernapasan saat tidur sebanyak 1 responden (4,54%).


(53)

Tabel 4.4. Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Usia Siswa

Umur

Gangguan Pola Tidur

Ada Tidak Ada

N % N %

9 Tahun 4 8 7 14

10 Tahun 7 14 8 16

11 Tahun 6 12 11 22

12 Tahun 5 10 2 4

Berdasarkan tabel di atas, kelompok usia 12 tahun adalah kelompok yang paling besar persentasenya antara yang memiliki gangguan tidur dibandingkan dengan yang tidak memiliki gangguan tidur.

Tabel 4.5. Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Gangguan Pola Tidur

Ada Tidak Ada

N % N %

Laki-Laki 13 26 15 30

Perempuan 9 18 13 26

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa siswa yang memiliki gangguan tidur terbanyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki (26%) dibanding kelompok perempuan yang memiliki gangguan pola tidur (18%).


(54)

4.4. Gambaran Pertumbuhan Tinggi Badan

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Gangguan Tinggi Badan

Gangguan Tinggi Badan N Persentase

Ada Gangguan 4 8

Tidak Ada Gangguan 46 92

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 4 responden (8%) yang memiliki gangguan pada tinggi badan.

Tabel 4.7. Gambaran Gangguan Tinggi Badan Berdasarkan Usia Siswa

Usia

Gangguan Tinggi Badan

Ada Tidak Ada

N % N %

9 Tahun 3 6 8 16

10 Tahun 0 0 15 30

11 Tahun 1 2 16 32

12 Tahun 0 0 7 14

Berdasarkan tabel di atas, kelompok usia 9 tahun adalah kelompok yang paling besar persentasenya antara yang memiliki gangguan tinggi badan dibandingkan dengan yang tidak memiliki gangguan tinggi badan.


(55)

Tabel 4.8. Gambaran Gangguan Tinggi Badan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Gangguan Tinggi Badan

Ada Tidak Ada

N % N %

Laki-Laki 3 6 25 50

Perempuan 1 2 21 42

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa siswa yang memiliki gangguan tinggi badan terbanyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki (6%) dibanding kelompok perempuan yang memiliki gangguan pola tidur (2%).

4.5. Hubungan Antara Gangguan Tinggi Badan dengan Gangguan Tidur Tabel 4.9. Hubungan Antara Gangguan Tinggi Badan dengan

Gangguan Tidur Gangguan

Tidur

Gangguan Tinggi Badan

P Value

Ada Tidak Ada

N % N %

Ada 1 2 21 42

0,425

Tidak Ada 3 6 25 50

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa responden yang memiliki gangguan tidur dengan memiliki gangguan tinggi badan sebesar 2%, sedangkan responden yang memiliki gangguan tidur dengan tidak memiliki gangguan tinggi badan sebesar 42%.


(56)

Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa P value sebesar 0,425 yang berarti bahwa pada signifikansi 5% disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara gangguan tidur dengan gangguan tinggi badan pada responden siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015.

4.6. Pembahasan

Hasil penelitian gangguan tidur diidentifikasi menggunakan Sleep

Disturbances Scale for Children (SDSC) yang terdiri dari 26 pertanyaan dan dikategorikan menjadi dua berdasarkan jumlah skor yang didapat, yaitu disebut gangguan tidur apabila skor > 39 dan tidak gangguan tidur apabila

skor ≤ 39. Dari total sampel 50 anak pada penelitian ini, didapatkan 22 anak

(44%) mengalami gangguan tidur dan 28 anak (56%) tidak mengalami gangguan tidur. Prevalensi ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Haryono A, dkk (62,9%) dan penelitian Bruni dkk (73,4%) yang juga menggunakan metode SDSC, namun terdapat perbedaan rentang usia subjek dan populasi yang digunakan. Jenis gangguan tidur terbanyak (36,4%) yang ditemukan adalah gangguan kesadaran saat tidur, hal ini berbeda dengan penelitian oleh Haryono A, dkk yang menyatakan bahwa jenis gangguan tidur terbanyak adalah (63,6%) yang ditemukan adalah gangguan transisi

tidur-bangun, namun populasi penelitian yang berbeda.5

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa anak dengan gangguan tidur terbanyak pada kelompok usia 12 tahun, gangguan tidur cenderung meningkat semakin bertambahnya usia. Hal ini sesuai dengan penelitian Rini yang menyatakan bahwa pola tidur berhubungan dengan usia. Semakin bertambah usia maka semakin banyak faktor yang dapat mempengaruhi pola

tidur sehingga semakin besar kemungkinan terjadinya gangguan tidur.6

Berdasarkan skor CDC, tinggi badan pada anak dapat diklasifikasikan

menjadi pendek (< persentil 5), dan normal atau tinggi (persentil 5 –

persentil 95). Sehingga berdasarkan data yang sudah diketahui, interpresi tinggi badan terdiri atas 4 anak (8%) merupakan pendek, dan 46 anak (92%) normal. Berdasarkan hasil analisis didapatkan anak yang mengalami


(57)

gangguan tidur dengan memiliki gangguan tinggi badan terdiri atas 1 anak (2%), sedangkan anak yang memiliki gangguan tidur dengan tidak memiliki gangguan tinggi badan terdiri dari 21 anak (42%). Dari hasil analisis

statistik diketahui bahwa p value sebesar 0,425. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara gangguan tidur dengan gangguan tinggi badan pada responden siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015.

Hasil penelitian ini tidak bisa membuktikan dasar teori yang menyatakan bahwa gangguan tidur dapat menyebabkan terjadinya perubahan hormonal pada tubuh, salah satunya adalah hormon pertumbuhan

atau growth hormone (GH). Penelitian ini berbeda dengan penelitian Dini

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gangguan tidur dengan pertumbuhan tinggi badan anak. Sebuah teori menyatakan bahwa GH disekresikan pada awal periode tidur lelap, tahap 3 dan 4 dan dihambat selama tidur REM, yang berhubungan dengan mimpi. GH disekresikan 75% pada saat anak tidur, GH ini tiga kali lebih banyak disekresikan dibandingkan saat terbangun. GH sangat berperan pada proses pertumbuhan anak, yakni sebagai stimulator pertumbuhan dan pembelahan sel di setiap bagian tubuh dan tulang rawan, meningkatkan proses mineralisasi tulang,

meningkatkan sintesis protein tubuh, serta memacu insulin like growth

factor yang berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan sel tubuh. Berdasarkan fungsi di atas, maka jika produksi GH tidak maksimal akan

mempengaruhi pertumbuhan anak menjadi tidak optimal .2,6,8,34,

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada anak terutama besar asupan nutrisi yang merupakan faktor yang berperan pada proses pertumbuhan namun tidak diteliti dalam


(58)

4.7. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak yang meliputi faktor periode prakonsepsi, faktor prenatal, faktor natal, dan faktor postnatal. Serta faktor asupan nutrisi juga merupakan faktor yang berperan pada proses pertumbuhan yang biasanya diukur dengan


(1)

57

26. Anak tiba-tiba jatuh

tertidur pada situasi

yang tidak seharusnya

(misalnya ketika

makan, berada dalam

toilet, dll)

1

2

3

4

5

27.

Apakah anak anda memiliki penyakit? ( lingkari salah satu )

1. Ya

2. Tidak ( lanjut ke no 28 )

Jika Ya, apa penyakit yang diderita anak Anda? ………..

28.

Apakah anak Bapak/Ibu memiliki kebiasaan berolahraga?(lingkari salah satu)

1. Ya

2. Tidak (lanjut ke no 29)

Jika Ya : Berapa kali dalam seminggu? ………

Berapa jam tiap kali berolahraga? ……….

Aktivitas olahraga apa yang dilakukan? ……….

29.

Siapakah yang mengasuh anak Bapak/Ibu setiap harinya?

1.

Orang tua

2.

Pengasuh

3.

Mandiri (tidak dengan siapa-siapa)

4.

Lainnya, sebutkan ………...

30.

Apakah anak Bapak/Ibu suka tidur siang? ( lingkari salah satu )

1. Ya

2.Tidak (lanjut ke no 31)

Jika Ya, berapa jam?

1.

Kurang dari 1 jam

2.

1

2 jam


(2)

58

3.

2

3 jam

4.

Lebih dari 3 jam

31.

Berapa lama waktu bermain (termasuk menonton tv, bermain gadget,

bermain dengan teman sebaya) anak Bapak/Ibu tiap kali bermain?

1.

Kurang dari 1 jam

2.

1 - 2 jam

3.

2 - 3 jam

4.

Lebih dari 3 jam

32.

Dengan siapa anak Bapak/Ibu tidur?

1.

Seorang diri

2.

Orang tua

3.

Kakak atau adik kandung

4.

Lainnya, sebutkan ………..

33.

Apakah anak Bapak/Ibu sarapan di pagi hari?

1.

Tidak pernah, jika 0 kali dalam seminggu

2.

Jarang, jika 1

2 kali dalam seminggu

3.

Sering, jika 3

4 kali dalam seminggu

4.

Selalu, jika setiap hari

34.

Jika Bapak/Ibu nilai, bagaimanakah kualitas tidur anak Bapak/Ibu?

1.

Sangat baik

2.

Baik

3.

Buruk

4.

Sangat buruk


(3)

59

LAMPIRAN 3

Perihal : Permohonan Izin Peminjaman Alat

Ciputat, 11 Februari 2015

Yth. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Syarif Hidayatullah

Di Jakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat Nya kepada kita. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW.

Saya Amelia Nurfajrina mahasiswi program studi pendidikan dokter.

Dengan ini saya mengajukan permohonan peminjaman sarana pembelajaran di

skills lab, yang akan digunakan untuk kegiatan sebagai berikut:

Nama kegiatan : Penelitian

Tujuan

: Untuk pengukuran berat badan dan tinggi badan

Lokasi

: Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

Waktu

: Hari ……… ,tanggal ………..

Durasi

: Jam …. s/d jam

Nama alat yang dipinjam

:

1.

Antropometer, 1 buah

Besar harapan saya agar permohonan ini dikabulkan. Atas perhatiannya, saya

mengucapkan terimakasih.


(4)

NAMA ANAK BB ANAK UMUR ANAKKELAS JKANAK ganggu_TB SKOR_TIDUR_TOTKAT_GANGGU_TIDSKOR_MULAIKAT_MULAI SKOR_NAFASKAT_NAFAS SKOR_SADARKAT_SADARSKOR_TRANSIKAT_TRANSISISKOR_SOMNOKAT_SOMNOLSKOR_HIPERKAT_HIPER AI 47 9 1 2 Ada Ganggua 45.00 tidak ada gangguan 10.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 15.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan MN 58 9 1 1 Ada Ganggua 41.00 tidak ada gangguan 10.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 9.00 tidak ada gang 7.00 tidak ada gangguan MA 45 9 1 1 Ada Ganggua 33.00 tidak ada gangguan 12.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 6.00 tidak ada gang 7.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan AD 53 11 3 1 Ada Ganggua 52.00 Ada Gangguan 13.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 15.00 Ada Gangguan 10.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan ND 35 9 1 2 tidak ada gan 48.00 Ada Gangguan 16.00 Ada Ganggua 9.00 Ada Ganggua 3.00 tidak ada gan 11.00 tidak ada gang 7.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan NR 30 9 1 2 tidak ada gan 50.00 Ada Gangguan 12.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 16.00 Ada Gangguan 8.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan AR 25 9 1 2 tidak ada gan 57.00 Ada Gangguan 14.00 tidak ada gan 9.00 Ada Ganggua 9.00 Ada Ganggua 10.00 tidak ada gang 11.00 Ada Gangguan 4.00 tidak ada gangguan MA 25 9 1 1 tidak ada gan 40.00 tidak ada gangguan 11.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 8.00 tidak ada gang 6.00 tidak ada gangguan YN 25 9 1 2 tidak ada gan 35.00 tidak ada gangguan 11.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 6.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan AR 39 9 1 2 tidak ada gan 44.00 tidak ada gangguan 13.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 12.00 tidak ada gang 7.00 tidak ada gang 3.00 tidak ada gangguan FA 50 9 1 1 tidak ada gan 55.00 Ada Gangguan 12.00 tidak ada gan 10.00 Ada Ganggua 6.00 Ada Ganggua 13.00 Ada Gangguan 10.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan RA 32 9 1 2 tidak ada gan 44.00 tidak ada gangguan 12.00 tidak ada gan 6.00 Ada Ganggua 3.00 tidak ada gan 10.00 tidak ada gang 9.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan IZ 25 10 1 2 tidak ada gan 52.00 Ada Gangguan 13.00 tidak ada gan 6.00 Ada Ganggua 7.00 Ada Ganggua 12.00 tidak ada gang 10.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan DR 34 10 1 1 tidak ada gan 45.00 tidak ada gangguan 13.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 7.00 tidak ada gang 10.00 tidak ada gang 5.00 tidak ada gangguan LA 30 10 1 2 tidak ada gan 38.00 tidak ada gangguan 14.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 11.00 tidak ada gang 5.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan MM 35 10 1 1 tidak ada gan 53.00 Ada Gangguan 17.00 Ada Ganggua 3.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 15.00 tidak ada gang 5.00 Ada Gangguan MA 26 10 1 1 tidak ada gan 48.00 Ada Gangguan 9.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 8.00 Ada Ganggua 14.00 Ada Gangguan 10.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan KY 29 10 1 2 tidak ada gan 46.00 tidak ada gangguan 11.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 7.00 Ada Ganggua 13.00 Ada Gangguan 8.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan NN 38 10 1 2 tidak ada gan 48.00 Ada Gangguan 16.00 Ada Ganggua 3.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 8.00 tidak ada gang 10.00 tidak ada gang 6.00 Ada Gangguan SN 28 10 2 2 tidak ada gan 42.00 tidak ada gangguan 13.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 8.00 Ada Ganggua 9.00 tidak ada gang 7.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan FI 32 10 2 2 tidak ada gan 53.00 Ada Gangguan 15.00 tidak ada gan 6.00 Ada Ganggua 5.00 tidak ada gan 11.00 tidak ada gang 13.00 tidak ada gang 3.00 tidak ada gangguan YN 33 10 2 1 tidak ada gan 38.00 tidak ada gangguan 13.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 7.00 tidak ada gang 10.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan MH 41 10 2 1 tidak ada gan 41.00 tidak ada gangguan 8.00 tidak ada gan 6.00 Ada Ganggua 3.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 7.00 tidak ada gang 8.00 Ada Gangguan HA 34 10 2 2 tidak ada gan 51.00 Ada Gangguan 22.00 Ada Ganggua 3.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 11.00 tidak ada gang 8.00 tidak ada gang 3.00 tidak ada gangguan SS 31 10 2 2 tidak ada gan 38.00 tidak ada gangguan 10.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 10.00 tidak ada gang 8.00 tidak ada gang 3.00 tidak ada gangguan QQ 28 10 2 2 tidak ada gan 35.00 tidak ada gangguan 9.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 7.00 tidak ada gang 8.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan GH 51 10 2 1 tidak ada gan 58.00 Ada Gangguan 16.00 Ada Ganggua 5.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 17.00 Ada Gangguan 11.00 Ada Gangguan 4.00 tidak ada gangguan DA 26 11 2 1 tidak ada gan 46.00 tidak ada gangguan 12.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 12.00 tidak ada gang 9.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan RN 66 11 2 1 tidak ada gan 53.00 Ada Gangguan 11.00 tidak ada gan 11.00 Ada Ganggua 5.00 tidak ada gan 11.00 tidak ada gang 10.00 tidak ada gang 5.00 Ada Gangguan SN 45 11 2 2 tidak ada gan 56.00 Ada Gangguan 16.00 Ada Ganggua 5.00 tidak ada gan 8.00 Ada Ganggua 10.00 tidak ada gang 13.00 Ada Gangguan 4.00 tidak ada gangguan MR 35 11 2 1 tidak ada gan 49.00 Ada Gangguan 18.00 Ada Ganggua 5.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 9.00 tidak ada gang 3.00 tidak ada gangguan AA 49 11 2 1 tidak ada gan 44.00 tidak ada gangguan 11.00 tidak ada gan 6.00 Ada Ganggua 6.00 Ada Ganggua 11.00 tidak ada gang 8.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan FA 42 11 2 1 tidak ada gan 46.00 tidak ada gangguan 11.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 12.00 tidak ada gang 7.00 tidak ada gang 8.00 tidak ada gangguan TR 29 11 2 2 tidak ada gan 50.00 Ada Gangguan 13.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 14.00 Ada Gangguan 13.00 Ada Gangguan 2.00 tidak ada gangguan OR 45 11 2 1 tidak ada gan 34.00 tidak ada gangguan 9.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 6.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan VA 66 11 2 1 tidak ada gan 38.00 tidak ada gangguan 12.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 8.00 tidak ada gang 7.00 tidak ada gang 3.00 tidak ada gangguan BA 34 11 3 1 tidak ada gan 35.00 tidak ada gangguan 9.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 8.00 tidak ada gang 9.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan TM 45 11 3 1 tidak ada gan 39.00 tidak ada gangguan 11.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 11.00 tidak ada gang 8.00 tidak ada gang 3.00 tidak ada gangguan MM 27 11 3 1 tidak ada gan 46.00 tidak ada gangguan 14.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 11.00 tidak ada gang 11.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan SP 40 11 3 2 tidak ada gan 38.00 tidak ada gangguan 12.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 10.00 tidak ada gang 6.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan EA 50 11 3 1 tidak ada gan 48.00 Ada Gangguan 12.00 tidak ada gan 6.00 Ada Ganggua 6.00 Ada Ganggua 12.00 tidak ada gang 10.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan NZ 36 11 3 2 tidak ada gan 43.00 tidak ada gangguan 14.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 11.00 tidak ada gang 10.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan SZ 49 11 3 2 tidak ada gan 39.00 tidak ada gangguan 10.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 9.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan AP 50 12 3 1 tidak ada gan 47.00 Ada Gangguan 13.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 10.00 tidak ada gang 12.00 Ada Gangguan 5.00 Ada Gangguan MR 42 12 3 1 tidak ada gan 65.00 Ada Gangguan 16.00 Ada Ganggua 5.00 tidak ada gan 8.00 Ada Ganggua 21.00 Ada Gangguan 11.00 Ada Gangguan 4.00 tidak ada gangguan RN 61 12 3 1 tidak ada gan 56.00 Ada Gangguan 12.00 tidak ada gan 6.00 Ada Ganggua 6.00 Ada Ganggua 17.00 Ada Gangguan 10.00 tidak ada gang 5.00 Ada Gangguan DI 32 12 3 1 tidak ada gan 40.00 tidak ada gangguan 10.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 12.00 tidak ada gang 6.00 tidak ada gang 4.00 tidak ada gangguan IF 32 12 3 1 tidak ada gan 55.00 Ada Gangguan 19.00 Ada Ganggua 3.00 tidak ada gan 8.00 Ada Ganggua 11.00 tidak ada gang 12.00 Ada Gangguan 2.00 tidak ada gangguan NK 50 12 3 2 tidak ada gan 37.00 tidak ada gangguan 10.00 tidak ada gan 3.00 tidak ada gan 4.00 tidak ada gan 9.00 tidak ada gang 9.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan MZ 37 12 3 1 tidak ada gan 49.00 Ada Gangguan 14.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 5.00 tidak ada gan 13.00 Ada Gangguan 10.00 tidak ada gang 2.00 tidak ada gangguan


(5)

(6)

61

LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PERSONAL

Nama

: Amelia Nurfajrina

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 17 April 1994

Status

: Belum Menikah

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Satari No.05 Rt.01/Rw.09, Kelurahan Majalengka

Kulon, Kecamatan Majalengka, Majalengka.

No. Telepon/HP

: 081299077022

Email

: amelianurfajrina@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1999 - 2001

: Taman Kanak-Kanak Fitriyah

2001

2007

: Sekolah Dasar Negeri 2 Majalengka

2007

2010

: Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Majalengka

2010

2012

: Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Majalengka

2012

Sekarang

: Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta