1957, pemerintah Republik Indonesia menasionalisasikan seluruh perkebunan milik asing dan selanjutnya menjadi perusahaan perkebunan milik negara. Perkebunan
kelapa sawit di Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalanannya juga mengalami pasang surut.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha
dengan produksi CPO Crude Palm Oil sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat.
Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan PIR-BUN. Fauzi, 2004.
2.2. Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit palm kernel oil dan bungkil inti kelapa sawit palm kernel
meal atau pellet. Minyak kelapa sawit mengandung beberapa asam lemak yaitu asam kaprilat,
asam kaporat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat dan asam linoleat. Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,
kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih boiling point, titik pelunakan slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan turbidity
point, titik asap, titik nyala dan titik api.
Universitas Sumatera Utara
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu :
kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan
kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dai 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas
serendah mungkin kurang lebih 2 persen atau kurang, bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning, harus berwarna pucat tidak berwarna hijau,
jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. Ketaren, 1986.
Berdasarkan tebal tipisnya tempurung cangkang dan kandungan minyak dalam buah kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe, yakni :
a. Tipe Dura : tempurung cangkang sangat tebal, kandungan minyak dalam
buah rendah. b. Tipe Pesifera
: tempurung sangat tipis bahkan hanya berbentuk bayangan cincin, hampir tidak bertempurung namun kandungan minyak
dalam buah tinggi. c. Tipe Tenera
: merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan Pesidera sebagai pohon bapak. Tenera bertempurung tipis
kandungan minyak tinggi. Risza,1994.
2.3. Penanganan Produk Kelapa Sawit