KAJIAN POTENSI WISATA KETEP PASS DALAM ANALISIS SPASIAL
commit to user
i
KAJIAN POTENSI WISATA KETEP PASS
DALAM ANALISIS SPASIAL
Skripsi
Oleh :
FARIS AMIRUDIN A NIM : K5403032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
ii
KAJIAN POTENSI WISATA KETEP PASS
DALAM ANALISIS SPASIAL
Oleh :
FARIS AMIRUDIN A NIM : K5403032
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(3)
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. M. Gamal Rindardjono, M.Si Dr. Sarwono, M.Pd
(4)
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Diterima untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 6 Desember 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si. ...
Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si. ...
Anggota I : Dr. Muh. Gamal Rindardjono, M.Si ...
Anggota II : Dr. Sarwono, M.Pd ...
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
(5)
commit to user
v
ABSTRAK
Faris Amirudin A. KAJIAN POTENSI WISATA KETEP PASS DALAM ANALISIS SPASIAL. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengetahui potensi wisata Ketep Pass, (2) mengetahui pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini adalah pengunjung, pengelola obyek wisata, masyarakat sekitar obyek wisata. Teknik sampling penelitian ini menggunakan sampel acak berstrata (stratified random sampling) untuk pengunjung dan masyarakat sekitar, sedangkan untuk pengelola obyek wisata menggunakan sampel purposif.. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis spasial untuk mengetahui letak koordinat fasilitas yang ada di Obyek Wisata Ketep Pass, analisis skoring untuk mengetahui potensi wisata Ketep Pass dan analisis SWOT untuk mengetahui pengembangan Obyek Wisata Ketep Pass. Hasil penelitian ini berupa Peta Fasilitas Obyek Wisata Ketep Pass.
Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) obyek wisata Ketep pass merupakan obyek wisata dengan potensi tinggi. (2) Pengembangan obyek wisata berdasarkan faktor penghambat terutama pada faktor daya tarik obyek wisata, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.
(6)
commit to user
vi
ABSTRACT
Faris Amirudin A, STUDY OF POTENTIAL FOR TOURISM IN THE ANALYSIS OF SPATIAL KETEP PASS. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Sebelas Maret University, July 2010.
The purpose of this study are: (1) To know the potential of tourism Ketep Pass, (2) knowing Ketep Pass development of tourism potential in terms of spatial. This this research used descriptive qualitative method. The population of this research were visitors, tourism managers, community attractions. Sampling technique using a quota sample of this research. Data collection technique used observation, interviews. Analysis of data used spatial analysis to determine the location coordinates of the existing facilities in Tourism Ketep Pass, descriptive analysis to know the potential and development of Tourism Ketep Pass. The results of this research is a Map Object Facility Tour Ketep Pass.
The conclusion of this research are: (1) Ketep pass attractions is a tourist attraction with high potential. (2) development of tourism based on the inhibiting factors, especially accessibility, facilities, accommodation by considering the balance of nature as a protected area.
(7)
commit to user
vii
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(Qs. Ar –Ra’ad: 11)
Sesungguhnya disetiap kesulitan terdapat kemudahan. (Qs. Al Insyiroh:6)
Jangan pernah ragu, hentakkan maju kakimu Jangan pernah ragu, lantangkan suara hatimu Pantang akan mundur, jangan pernah engkau bayangkan
Jangan pernah ragu untuk dapat selalu terdepan. (Mari Bangkit – Superglad)
(8)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Bapak dan Ibu tercinta
Adikku
Rekan-rekan Geografi Almamater
(9)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menurunkan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kemudahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Drs. Syaiful Bahri, M.Pd selaku Ketua Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
4. Bapak Dr. M. Gamal Rindardjono, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
5. Bapak Dr. Sarwono, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah memberikan petunjuk sehingga skripsi ini diselesaikan.
6. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin.
7. Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin.
8. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang yang telah memberikan data penelitian.
9. Kepala Badan Pengelola Obyek Wisata Ketep Pass yang telah memberikan data penelitian.
(10)
commit to user
x
10. Bapak, ibu, Pipit yang senantiasa memberikan doa dan semangat atas penyelesaian skripsi ini.
11. Chefa yang selalu memberikan doa, dorongan, semangat atas penyelesaian skripsi ini.
12. Tim survey Ketep Pass, Ali, Agus Fredi, Ruly, Donny, Chefa yang telah membantu dalam penelitian.
13. Teman-teman Kost Arjuna (Shodiq, Ali, Ganjar, Alex, Daryanto, Roni, Ridwan, Deni, Edi, Sigit, Sendi, Virman, Bayu, Qomar, Heri, Tohadi, Beni, Alm Budi) terima kasih atas persahabatannya.
14. Mbak Tanti, Sunarso, Mas Dani yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Sangat disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Surakarta, Desember 2010 Penulis
(11)
commit to user
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR PETA ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoritis...6
2. Manfaat Praktis...6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Potensi Obyek Wisata ... 7
2. Pengembangan Pariwisata... 9
3. Analisis Spasial ... 18
B. Penelitian yang Relevan ... 19
C. Kerangka Pemikiran ... 23
(12)
commit to user
xii
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
1. Tempat Penelitian...25
2. Waktu Penelitian...25
B. Bentuk dan Metode Penelitian ... 26
C. Sumber Data ... 26
1. Data Primer ... 26
2. Data Sekunder ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
1. Observasi ... 27
2. Wawancara ... 27
E. Populasi dan Sampel ... 27
F. Analisis Data ... 28
F. Prosedur Penelitian ... 33
1. Tahap Persiapan ... 33
2. Tahap Penyusuan Proposal Penelitian ... 33
3. Tahap Penyusunan Instrumen Penelitian ... 33
4. Tahap Pengumpulan Data ... 33
5. Tahap Analisis Data ... .33
6. Tahap Penulisan Laporan ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 35
1. Letak, Luas, dan Batas ... 35
2. Keadaan Iklim ... 37
3. Keadaan Penduduk ... 40
a. Jumlah, Persebaran, dan Kepadatan Penduduk ... 40
b. Komposisi Penduduk ... 41
1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 41
2) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 42
B. Hasil Penelitian ... 43
1. Penilaian Potensi Wisata Ketep Pass ... 43
(13)
commit to user
xiii
3. Distribusi Spasial Fasilitas di Obyek Wisata Ketep Pass ... 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Implikasi ... 61
C. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penelitian yang Relevan ... 22
2. Waktu Penelitian ... 25
3. Jenis Data Primer yang Digunakan dalam Penelitian ... 26
4. Jenis Data Sekunder yang Digunakan dalam Penelitian ... 27
5. Parameter Daya Tarik Obyek Wisata ... 29
6. Parameter Aksesibilitas ... 30
7. Parameter Fasilitas Dasar ... 31
8. Parameter Fasilitas Pendukung... 31
9. Luas Kecamatan Sawangan Tahun 2008 ... 35
10. Data Curah Hujan di Kecamatan Sawangan Periode 2000-2009. ... 37
11. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson ... 38
12. Distribusi Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sawangan ... 40
13. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ... 41
14. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 42
15. Penilaian Variabel Daya Tarik Wisata ... 43
16. Penilaian Variabel Aksesibilitas ... 44
17. Penilaian Variabel Fasilitas Dasar ... 44
18. Penilaian Variabel Fasilitas Pendukung ... 46
19. Pembagian Klas Potensi Obyek Wisata ... 47
20. Analisis SWOT ... 48
21. Letak Koordinat Parkir Motor ... 54
22. Letak Koordinat Parkir Mobil ... 55
23. Letak Koordinat Toilet ... 57
(15)
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran ... 24
2. Diagram Tipe Curah Hujan Daerah Penelitian Menurut Schmidth dan Fergusson ... 39
3. Gardu Pandang ... 51
4. Ketep Volcano Theatre ... 51
5. Ketep Volcano Center ... 52
6. Pelataran Panca Arga ... 52
7. Restoran Ketep Pass ... 53
8. Teropong ... 53
9. Mushola ... 53
10.Area Parkir Motor ... 54
11.Area Parkir Mobil ... 54
12.Pintu Masuk ... 56
13.Pos Keamanan ... 56
14.Pendopo ... 56
15.Tugu Peresmian ... 56
16.Toilet ... 57
(16)
commit to user
xvi
DAFTAR PETA
Halaman
1. Peta Administrasi Kecamatan Sawangan ... .36
2. Peta Jaringan Jalan ... 45
3. Peta Lokasi Penelitian ... 50
4. Peta Fasilitas Obyek Wisata Ketep Pass ... 58
(17)
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Letak Koordinat Warung makan. 2. Daftar Nama Responden.
3. Pedoman Wawancara dengan Pengunjung.
4. Pedoman Wawancara dengan Masyarakat Sekitar. 5. Pedoman Wawancara dengan Pengelola Obyek Wisata.
6. Jawaban Wawancara Kajian Potensi Wisata Ketep Pass dalam Analisis Spasial
(18)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan devisa negara dari sektor non migas, sektor pariwisata menduduki peranan penting serta mendapat perhatian khusus dalam penanganannya. Pariwisata sebagai salah satu komoditas non migas merupakan alternatif yang tepat mengingat sektor pariwisata mempunyai potensi yang terus berkembang dari tahun ke tahun serta melibatkan peran aktif masyarakat, swasta dan pemerintah. Hal ini sejalan dengan dengan peningkatan standar hidup bangsa Indonesia yang membawa dampak perubahan pada pola kehidupan, seiring dengan berkembangnya rekreasi menjadi salah satu kebutuhan hidup.
Peran pariwisata dalam pembangunan nasional, disamping dari perolehan devisa juga sumbangan terhadap bidang-bidang strategis dalam pembangunan nasional, antara lain: menciptakan dan memperluas lapangan usaha, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa, mendorong peningkatan bidang pembangunan sektor lainnya, memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan rasa cinta tanah air, dan mendorong perkembangan daerah (Karyono. 1997: 89).
Sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional serta merupakan sektor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara. Seperti yang diungkapkan Spilane (1997: 57), beberapa alasan yang mendasari sektor pariwisata dijadikan sektor andalan dalam pembangunan nasional, antara lain:
1. makin berkurangnya minyak bumi sebagai penghasil devisa.
2. prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten.
(19)
commit to user
3. besarnya potensi yang dimiliki bagi perkembangan pariwisata di Indonesia Menurut Pendit (1965: 1) pariwisata bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan, keindahan alam, dan kepribadian Indonesia sekaligus membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka kesempatan wisatawan dalam negeri untuk mengenal tanah airnya sendiri. Sektor pariwisata berfungsi sebagai faktor penunjang utama dalam pembangunan ekonomi nasional antara lain:
1. Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung akan harus mengikuti perkembangan dunia kepariwisataan internasional yang demikian pesatnya terutama dalam menghadapi Mass Travel.
2. situasi dan kondisi kepariwisataan domestik yang menjadi tanggungjawab daerah, sehubungan dengan orientasi pemerintah pusat yang tertuju pada Tourism Internasional.
3. kedudukan sektor kepariwisataan di tingkat ketiga dalam klasifikasi pendapatan pemerintah, serta kemungkinan-kemungkinan situasi sektor keminyakan dan kekayaan Indonesia di masa yang akan datang.
4. potensi-potensi kepariwisataan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata internasional.
5. tersedianya bantuan dari negara luar untuk pengembangan kepariwisataan Indonesia yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Pentingnya sektor pariwisata dalam perekonomian Indonesia terlihat dari peranannya, sebagai salah satu sarana memperluas kesempatan kerja, kesempatan berusaha. Pengembangan dan pengelolaan yang baik dan terarah akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit bagi kesejahteraan, seperti yang dikemukakan Wahab dalam Pendit (1981: 29) bahwa:
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.
(20)
commit to user
Dalam pengembangan pariwisata telah dilaksanakan beberapa program pokok dalam pengembangan produk, seperti dikemukakan oleh Wiwoho B.dkk (1990: 19), bahwa :
pengembangan kepariwisataan mencakup peningkatan aksesibilitas ke dan di dalam wilayah Indonesia, peningkatan mutu dan pelayanan serta produk wisata, peningkatan daerah tujuan wisata dan pengembangan peristiwa wisata (calendar of event).
Hakekat pengembangan pariwisata adalah pengembangan terpadu yang melibatkan atau membutuhkan dukungan dari sektor atau bidang lainnya. pengembangan kepariwisataan harus tetap dijaga terpeliharanya kepribadian bangsa serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup. Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh, terpadu dengan melibatkan sektor lain yang terkait dalam satu keutuhan usaha kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan baik yang skala kecil, menengah maupun besar.
Pembangunan dan pengembangan pariwisata merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, oleh karena itu dalam proses pengembangan pariwisata baik tingkat perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, maupun pengawasan diperlukan kerjasama yang kuat antar lintas sektoral dan daerah. Pembangunan obyek wisata tersebut dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan pihak swasta maupun masyarakat sekitar, yang tidak hanya terbatas pada pengembangan obyek wisata yang sudah ada tetapi pengembangan juga akan mencari alternatif-alternatif baru misalnya tentang kesuburan dan keindahan alam Indonesia.
Policies for sustainable tourism require close coordination with other sectors including taxation, transportation, housing, social development, environmental conservation and protection and resource management. Because often policy is subjected to change during implementation these other sectors need to be aware of each other and communicate their needs and concerns in order to achieve progress in policy implementation (Younis, 1990).
( http://www.chios.aegean.gr/tourism/vol5iss1.htm )
Pariwisata sangat berpengaruh terhadap pengembangan wilayah, selain itu pengembangan periwisata akan berpengaruh pada perkembangan sektor-sektor lain seperti industri, kerajinan, transportasi, penginapan, dan restoran. Selain itu
(21)
commit to user
juga dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah. Jadi pengembangan pariwisata bertujuan untuk memperoleh nilai ekonomi yang positif, dimana pariwisata diharapkan dapat berfungsi sebagai katalisator dalam pembangunan ekonomi pada beberapa sektor.
Perencanaan dan penataan daerah obyek wisata atau daerah tujuan wisata akan memperoleh hasil yang optimal apabila setiap daerah memiliki analisa daerah operasi. Penilaian tingkat perkembangan pariwisata suatu daerah sangat penting guna menentukan prioritas dan strategi pengembangannya serta memproyeksikan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya untuk masa yang akan datang.
Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang sedang berkembang. Dalam rangka pengembangan kepariwisataan, Jawa Tengah dibagi menjadi 4 DTW dimana setiap DTW mempunyai daerah pengelolaan masing-masing. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Kawasan A (DTW Merapi-Merbabu)
Meliputi 16 Kabupaten dan Kota, yaitu: Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Salatiga.
2. Kawasan B (DTW Demak-Kudus-Jepara)
Meliputi 7 Kabupaten, yaitu: Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora.
3. Kawasan C (DTW Tegal)
Meliputi 7 Kabupaten dan Kota, yaitu: Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes.
(22)
commit to user
4. Kawasan D (DTW Cilacap-Banyumas)
Meliputi 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen. (Dinas Pariwisata Jawa Tengah dalam Setyowati 2005: 4)
Potensi obyek dan daya tarik wisata di Jawa Tengah terutama yang menjadi andalan dan unggulan secara umum telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan. DTW Jawa Tengah memiliki aset potensi wisata yang berfariasi dan berdaya dukung tinggi sehingga dapat dijadikan atraksi andalan. Meskipun demikian aset potensi tersebut belum semua didayagunakan dan dikembangkan secara maksimal.
Salah satu kawasan yang menjadi andalan wisata Jawa Tengah adalah kawasan wisata yang ada di Kabupaten Magelang. Dalam pembagian DTW Jawa Tengah. Kabupaten Magelang termasuk dalam kawasan A DTW (Merapi-Merbabu). Pada Bulan September 2003 Magelang dicanangkan sebagai jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB). Ini merupakan entry point bagi kunjungan wisatawan ke berbagai obyek dan daya tarik wisata (ODTW) di Kabupaten Magelang.
Salah satu obyek andalan Kabupaten Magelang obyek wisata Ketep Pass. Obyek wisata Ketep adalah kawasan wisata pegunungan yang terletak di puncak Bukit Ketep, berada pada ketinggian 1.200 mdpl (di atas permukaan laut) dengan luas area sekitar 8.000 m². Obyek wisata Ketep terletak di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kawasan wisata yang terletak pada jalur SSB (Solo-Selo-Borobudur) ini terkenal dengan pemandangan alam pegunungannya yang indah dan memiliki suhu udara yang sejuk. Sebelum dibangun menjadi kawasan wisata, Ketep sudah sering didatangi banyak pengunjung yang ingin menikmati keindahan panorama pegunungan.
Pembangunan kawasan wisata Ketep diprakarsai oleh Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, dan diresmikan oleh Presiden Megawati pada tanggal 17 Oktober 2002. Sejak diresmikan, kawasan wisata Ketep ditetapkan sebagai obyek wisata kegunungapian. Untuk mendukung citra tersebut, di Ketep telah dibangun
(23)
commit to user
berbagai fasilitas yang berhubungan dengan seluk-beluk kegunungapian, seperti Volcano Theatre dan Volcano Centre.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah potensi wisata Ketep Pass?
2. Bagaimanakah pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu sasaran yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini tujuan penelitiannya adalah:
1. Mengetahui potensi wisata Ketep Pass.
2. Mengetahui pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1. Menambah pengetahuan tentang pariwisata serta menambah sumbangan terhadap geografi pariwisata dalam usaha pengembangan pariwisata. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
berbasis kompetensi untuk matapelajaran Geografi tingkat SMA pada kompetensi dasar sebaran sumber daya alam di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
1. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Magelang mengenai kondisi kepariwisataan khususnya di Ketep Pass.
2. Memberikan masukan kepada pihak internal Ketep Pass mengenai potensi obyek wisata Ketep Pass.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kegiatan kepariwisataan khususnya di obyek wisata Ketep Pass.
(24)
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Potensi Obyek Wisata
Pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang ke daerah tujuan di luar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya, kegiatan yang telah dilakukannya dan fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Fandeli (1995: 47).
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan sosial maupun kebudayaan. Pada umumnya tujuan utama wisatawan untuk berpariwisata adalah mendapat kesenangan, namun wisatawan moderen akhir-akhir ini selama perjalanan berpariwisata ingin memperoleh beberapa manfaat. Ada 2 (dua) faktor penting yang menetukan kepergian untuk berwisata yaitu:
1) faktor pendorong
Faktor yang mendorong seseorang untuk berpariwisata adalah ingin terlepas (meskipun untuk sementara) dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas, dan kesibukan kota. 2) faktor penarik
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan wasata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek, tempat-tempat yang banyak diperbincangkan orang, serta sedang menjadi berita. Dorongan berkunjung ke tempat teman atau keluarga atau ingin menyaksikan kesenian serta pertandingan olahraga yang sedang berlangsung juga menjadi daya tarik di daerah tujuan wisata (Fandeli, 1995: 40).
(25)
commit to user
Wahab dalam Musanef (1996: 10) mengemukakan bahwa pariwisata terdiri dari 3 unsur yaitu:
1. manusia (man), adalah orang yang melakukan perjalanan wisata.
2. ruang (space), adalah daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.
3. waktu (time), adalah waktu yang digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.
Yoeti (1996: 172) mengemukakan bahwa: “obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa obyek wisata adalah potensi dari suatu daerah yang merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Dengan kata lain obyek wisata merupakan tempat yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan berpariwisata untuk mendapat kepuasan.
Suwantoro (1997: 18) menyebutkan bahwa obyek wisata itu antara lain: a. keindahan alam (obyek wisata alam)
Obyek wisata alam ini mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
b. ciptaan manusia (obyek wisata budaya)
Yang termasuk obyek wisata ini antara lain: candi, monument, art gallery dan lain-lain. Obyek wisata ini mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian dan nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa obyek wisata dikelompokkan menjadi 3 jenis (Sammeng, 2001: 31), antara lain:
1. obyek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung (berapi), flora-fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-lain. 2. obyek wisata budaya, misalnya: cagar budaya, bangunan bersejarah, musik
tradisional, peninggalan tradisional, festival budaya dan lain-lain.
3. obyek wisata buatan, misalnya: sarana dan prasarana olahraga, hiburan, taman rekreasi, taman nasional dan lain-lain.
(26)
commit to user
Menurut Damardjati (1995: 108), “potensi obyek wisata adalah segala hal dan keadaan baik yang nyata dan dapat diraba, maupun tidak teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlakukan atau menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa-jasa”.
Daerah atau tempat dapat menjadi obyek wisata bila mempunyai potensi yang dapat menarik pengunjung, baik potensi alam maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Sujali (1989: 11), mengungkapkan bahwa potensi obyek wisata terjadi karena proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun proses budidaya manusia. Potensi alam yang dimiliki obyek wisata merupakan kekuatan yang paling besar untuk menarik wisatawan, kemudian dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang ada pada obyek wisata tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa potensi wisata adalah kemampuan dari obyek wisata yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, potensi yang dapat dikembangkan dapat berupa daya tarik tertentu atau sesuatu yang menarik untuk dikunjungi.
Semua obyek wisata mempunyai keunggulan masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisinya. Keunggulan inilah yang menarik wisatawan mengunjungi obyek wisata yang ditawarkan.
Magelang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi wisata diantaranya wisata alam. Secara geografis Kabupaten Magelang memiliki potensi yang besar terutama kekayaan alamnya. Kawasan obyek wisata Ketep Pass merupakan salah satu kawasan wisata yang menjadi andalan bagi Kabupaten Magelang karena memiliki lingkungan alam yang menarik, khususnya dari aspek topografi, lahan, serta kawasan Merapi yang dapat dilihat jelas dari lokasi ini.
2. Pengembangan Pariwisata
Pada hakekatnya pengembangan adalah suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan suatu yang sudah ada. Musanef (1996: 1), pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang terencana untuk menarik
(27)
commit to user
wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan.
Musanef juga menyebutkan manfaat pengembangan pariwisata, antara lain : 1. memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja.
2. meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
3. mendorong pelestarian budaya, peninggalan sejarah serta lingkungan hidup.
Pengusahaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola obyek wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola obyek dan daya tarik wisata yang sudah ada.
Fandeli (1995:24) mengemukakan bahwa pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada:
1. memajukan tingkat kehidupan masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal.
2. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal.
3. Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berpotensi pada teknologi komparatif.
4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak dampak negatif seminimal mungkin.
Ada 4 aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata, yaitu :
1. Atraksi
Atraksi adalah sesuatu yang disajikan atau yang dapat kita lihat di obyek wisata baik yang alami maupun buatan. Atraksi merupakan daya tarik yang mampu menarik perhatian masayarakat untuk berkunjung ke suatu obyek wisata. Atraksi yang disajikan adalah atraksi wisata yang menarik dan dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung sehingga mereka akan tertarik untuk kembali ke obyek wisata.
(28)
commit to user
Atraksi wisata merupakan main tourism suprastucture atau sarana pokok kepariwisataan yaitu fasilitas yang sangat dibutuhkan dan dirasakan perlu sekali adanya bagi wisatawan selama perlawatan mereka di suatu daerah.(Damardjati, 2001:70).
Atraksi wisata sebagai wujud peristiwa, kejadian, baik terjadi secara periodik, maupun sekali saja, baik yang bersifat tradisional maupun yang telah dikembangkan dalam kehidupan modern, yang semuanya itu mempunyai daya tarik positif kepada para wisatawan untuk mengunjungi, menyaksikan, dan menikmati sehingga memberikan kepuasan maksimal bagi motif-motif wisatawan yang telah tergerak untuk mengunjunginya. (Damardjati, 2001:102).
2. Aksesibilitas
Berupa sarana-prasarana yang menyebabkan wisatawan dapat berkunjung di sebuah tujuan (obyek). Dalam konteks ini, sarana dan prasarana dibangun agar wisatawan dapat mencapai obyek dengan aman, nyaman dan layak. Dengan demikian aksesibilitas menyebabkan wisatawan mencapai obyek wisata dengan mudah, aman dan nyaman/layak.
3. Aktifitas
Aktifitas adalah sesuatu yang dilakukan oleh wisatawan maupun penduduk sekitar obyek. Aktifitas yang dilakukan wisatawan misalnya bersantai, menikmati pemandangan, dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang dilakukan penduduk misalnya menyediakan jasa penginapan, warung makan, jasa parkir, dan sebagainya.
4. Amenitas
Amenitas adalah fasilitas pendukung kelancaran kegiatan pariwisata yang memberikan rasa nyaman kepada wisatawan. Dapat juga diartikan sebagai sarana pelengkap untuk menunjang kepariwisataan atau supplementing tourism superstructure yaitu fasilitas-fasilitas wisata yang dapat melengkapi sarana-sarana pokok sehingga wisatawan akan merasa lebih betah dan kerasan untuk tinggal lebih lama di suatu daerah atau negara tujuan wisata. Misalnya lapangan golf, kolam renang, lapangan tenis, tempat perkemahan, dan sebagainya. (Damardjati, 2001:100).
(29)
commit to user
Menurut Departemen Kehutanan (1993), pengembangan wisata pada obyek wisata harus memperhatikan beberapa aspek. Aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan pada obyek wisata suatu daerah. Aspek tersebut adalah:
1. Daya tarik obyek wisata
Daya tarik merupakan modal pokok yang memungkinkan wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata. Daya tarik bisa berupa daya tarik alami dan daya tarik buatan (ciptaan manusia). Daya tarik alami meliputi keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. Daya tarik buatan terdiri dari candi, monumen, art gallery, seni budaya, taman rekreasi, dan lain-lain.
2. Potensi pasar
Potensi pasar mempunyai peranan penting karena berhasil tidaknya pemanfaatan suatu obyek sebagai obyek wisata tergantung tinggi rendahnya pasar.
3. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan daya jangkau menuju obyek wisata. Aksesibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan pariwisata. Dukungan aksesibilitas yang baik akan semakin menekan waktu tempuh wisatawan menuju obyek wisata yang ditunggu sehingga akan mempengaruhi minat wisatawan serta penilaian/persepsi wisatawan terhadap obyek wisata.
4. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan yang dimaksud meliputi sikap masyarakat terhadap wisatawan, tingkat kepadatan penduduk di sekitar obyek. Faktor ini sangat penting karena berkaitan dengan kenyamanan wisatawan dalam menikmati obyek wisata.
5. Kondisi iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap pengembangan obyek wisata alam karena iklim yang baik akan lebih banyak mengundang wisatawan.
(30)
commit to user
6. Tingkat sarana dan prasarana penunjang
Peranan sarana dan prasarana penunjang adalah untuk mendukung/menunjang kemudahan dan kenikmatan wisatawan. Tanpa adanya sarana dan prasarana penunjang wisatawan akan merasa sesuatu yang kurang. Sarana prasarana penunjang meliputi rumah makan, pusat perbelanjaan, telepon umum, toko souvenir dan sebagainya.
7. Hubungan dengan obyek wisata lain
Pengembangan suatu obyek disatu pihak perlu memperhatikan adanya obyek lain di lingkungannya yang mencerminkan paket wisata sehingga menujang kunjungan, tetapi di lain pihak mungkin merupakan saingan obyek yang sedang/akan dikembangkan.
8. Kemudahan air bersih
Adanya air bersih merupakan faktor yang perlu tersedia dalam pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan. Air tersebut tidak harus bersumber dari dalam lokasi, tetapi bisa didatangkan/dialirkan dari luar lokasi.
Pengembangan obyek dan daya tarik wisata harus dilakukan secara optimal, artinya harus dilakukan sesuai potensi yang sudah ada dan dimiliki obyek wisata tersebut. Perlu adanya perencanaan yang terpadu antara beberapa komponen yang berguna untuk menunjang keberhasilan pengembangan pariwisata. Ada 3 komponen penting yang harus dipersiapkan, antara lain :
1. tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati, atau adanya atraksi yang dapat dilihat.
2. tersedianya sarana transportasi dan perhubungan.
3. komponen penunjang yang berupa akomodasi dan sarana infrastruktur. (Sujali, 1989: 41).
Penentuan sistem pengelolaan untuk setiap jenis obyek dan daya tarik wisata dilakukan pendekatan dengan dasar pertimbangan :
a. pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata berdasarkan urutan prioritas yang dimiliki sehingga potensi obyek dan daya tarik wisata yang tinggi mempunyai prioritas untuk dikembangkan lebih lanjut.
(31)
commit to user
b. dalam aspek ekonomi, potensi obyek dan daya tarik wisata sebagai faktor penentu.
Penentuan sistem pengelolaan lebih dipengaruhi dan ditentukan oleh potensi dari obyek dan daya tarik wisata tersebut. Berdasarkan faktor tersebut dapat diklasifikasikan potensi obyek dan daya tarik wisata sebagai berikut :
a. Kelas A = kelas obyek yang memiliki potensi tinggi. b. Kelas B = kelas obyek yang memiliki potensi sedang. c. Kelas C = kelas obyek yang memiliki potensi cukup.
(Musanef, 1996: 184)
Untuk mengetahui potensi yang dapat dikembangkan perlu dilakukan penilaian dan pengkajian dengan menetapkan kriterianya. Kriteria penilaian berguna sebagai alat dalam menentukan dasar serta memudahkan dalam usaha menilai, merencanakan, membina dan mengembangkan obyek wisata.
Penilaian potensi obyek wisata Ketep Pass digunakan kriteria dan asumsi sebagai berikut :
a. Daya Tarik Obyek Wisata
Daya tarik obyek wisata merupakan modal utama dalam pengembangan obyek wisata. Untuk menilai variabel ini digunakan beberapa parameter seperti yang dijelaskan Sugiyanto (2004). Parameter itu antara lain :
1. Tingkat keunikan obyek dinilai dari kelangkaan obyek wisatanya, yaitu apakah obyek tersebut mudah ditemukan di daerah lain atau tidak. Nilai keunikan ini dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu tingkat lokal, regional, nasional dan internasional. Asumsinya semakin tinggi tingkat keunikan berarti semakin tinggi potensi untuk dikunjungi wisatawan.
2. Nilai obyek bermaksud mengidentifikasi nilai-nilai obyek yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Nilai obyek ini dibagi menjadi nilai rekreasi, nilai pengetahuan, nilai kepercayaan, dan nilai kebudayaan. Asumsinya semakin banyak nilai obyek pada obyek wisata semakin banyak potensi untuk dikunjungi wisatawan.
(32)
commit to user
3. Ketersediaan lahan untuk rekreasi (aktifitas bersantai, bermain, olah raga, hiking) menunjuk pada ketersediaan lahan untuk melakukan aktifitas rekreasi. Asumsinya semakin banyak lahan yang tersedia semakin banyak potensi untuk dikunjungi wisatawan.
4. Kondisi fisik obyek wisata dinilai dari ada tidaknya kerusakan yang dialami obyek tersebut. Hal ini berkaitan dengan pengelolaan obyek wisata. Kondisi ini dibagi menjadi tiga, yaitu obyek wisata mengalami kerusakan dominan, hanya sedikit kerusakan, dan tidak mengalami kerusakan. Asumsinya jika obyek wisata dalam kondisi baik dalam arti sudah ada pengelolaan terhadap obyek wisata sehingga tidak mengalami kerusakan maka semakin baik nilai kesannya dan semakin besar potensi untuk dikunjungi.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah kemudahan daya jangkau obyek wisata. Kemudahan pencapaian dan kualitas aksesibilitas merupakan salah satu faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Menurut Sugiyanto (2004), faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah sebagai berikut :
1. Jarak dari jalan raya
Jalan raya merupakan parameter keterjangkauan suatu tempat. Obyek wisata yang memiliki jarak lebih dekat dengan jalan raya menunjukkan obyek wisata tersebut lebih mudah dijangkau oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar daerah. Penilaian jarak dibagi tiga, yaitu: < 1km, 2-3 km, >4 km.
2. Kondisi jalan
Kondisi jalan (jalan tanah, berbatu, dan aspal) mendukung kelancaran perjalanan menuju obyek. Kualitas jalan dinilai dari jalan desa yang dilewati menuju obyek. Asumsinya kondisi jalan yang baik dalam arti aspal kondisi baik dan lebar akan dapat memperlancar perjalanan menuju obyek, sebaliknya jalan setapak menunjukkan kendala bagi alat transportasi menuju obyek.
(33)
commit to user
3. Kendaraan menuju obyek
Alat transportasi yang tersedia menuju obyek dijadikan instrumen untuk mengukur kemudahan wisatawan menuju setiap obyek. Ketersediaan transportasi umum menunjukkan kemudahan menuju obyek, sebaliknya ketidakadanya transportasi umum berarti lebih sulit menuju obyek.
Prideaux (2000) defined the transport system relevant to tourism "as the operation of, and interaction between, transport modes, ways and terminals that support tourists into and out of destinations and also the provision of transport services within the destination". A good and attractive transportation system rests to a large extent on quality and availability of transportation infrastructures. These can be seen as comprising of international / domestic air services and international/domestic airport, land transport systems and routes and water transport infrastructures as well. Transport plays a big part of the tourist equation. In fact the transport system is responsible for connecting tourism generating regions to tourism destination regions and providing transport within the tourism destination (to attraction, hotels, shopping etc). A destination should be easy to get to and easy to get around, particularly if the country is geographically dispersed.
Moreover, improved transport infrastructure, particularly for the case of road and land transport, lead to reduced price of transport. In fact road capacity improvements such as more lanes and higher speed, improved reliability or via higher quality road surfacing causing less strain on vehicles parts, improved access to new destinations and attractions, improved safety (more overtaking lanes, wider road shoulders and improved signage) results in fuel economy and reduced wear and tear and reduced transit time of traffic in general. So these hard transport infrastructure investments will impact the price and quality of tourism travel experiences. In turn these improvements to the price and quality of using hard transport infrastructure can influence the choice of destination and travel mode.
( http://www.chios.aegean.gr/tourism/vol1no1.pdf )
c. Amenitas
Fasilitas dasar
Fasilitas dasar merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan wisata karena fasilitas ini berfungsi untuk memenuhi
(34)
commit to user
kebutuhan dasar bagi setiap obyek wisata. Yang dimaksud fasilitas dasar antara lain : warung makan, MCK, dan akomodasi.
Akomodasi adalah semua jenis sarana yang menyediakan tempat penginapan bagi seseorang yang sedang dalam perjalanan, seperti hotel, motel, wisma, pondok wisma, villa, apartemen, perkemahan, kapal pesiar. (Sammeng 2005 : 28).
Unsur yang digunakan dalam menilai kriteria ini didasarkan pada jumlah fasilitas dasar yang berada di sekitar obyek wisata. Semakin banyak fasilitas dasar yang tersedia maka akan memberikan rasa aman karena tersedianya fasilitas dasar tersebut.
Fasilitas pendukung
Peran fasilitas pendukung adalah untuk menunjang kemudahan dan kenikmatan pengunjung. Yang termasuk fasilitas pendukung adalah : listrik, tempat ibadah, wartel, dan tempat parkir. Dengan adanya fasilitas yang lengkap akan memberikan kepuasan dan rasa aman bagi wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya selama berkunjung.
Usaha pengembangan obyek wisata
Analisis SWOT dalam skenario pengembangan pariwisata digunakan untuk mengetahui dan menginventarisasi faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strength)
Dengan mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah maka akan dapat dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang.
2. Kelemahan (Weaknesses)
Yaitu segala fator yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata. Pada umumnya kelemahan-kelemahan yang dapat diidentifikasi adalah kurangnya promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek wisata, dan lain-lain. Dalam hal ini kelemahan dapat dimanfaatkan untuk meraih peluang.
(35)
commit to user
3. Kesempatan (Oportunity)
Yaitu semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku, atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap dapat member peluang bagi kegiatan pariwisata.
4. Ancaman (Threats)
Dalam hal ini ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain sebagainya.
3. Analisis Spasial
Ruang menurut Blaut dalam Wahyuni (2002: 6) dibedakan menjadi ruang absolut, ruang relatif dan ruang relasional. Ruang absolut atau Euclidian space adalah ruang yang merupakan wadah yang bersifat khas, fisik dan empiris yang ditentukan berdasarkan ukuran geometri, berdimensi 3 yaitu panjang, lebar dan tinggi. Ruang relatif adalah ruang berlangsungnya suatu relasi kegiatan yang terikat pada proses dan waktu. Pertanyaan utama dalam penelitian berkenaan dengan ruang relatif adalah : apa ? letaknya dimana ? Ruang relasional adalah ruang yang berisi dan mencerminkan dirinya sendiri yang berupa hubungan dengan obyek lain. Suatu proses kegitan selalu berhubungan dan terikat dengan lokasi. Ruang relasional selalu berkaitan dengan referensi organisasi, keruangan dan interaksi keruangan yang berkaitan dengan lokasi.
Menurut Bintarto (1992:74), pada hakekatnya analisa keruangan adalah analisa lokasi yang menitikberatkan pada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement).
Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting maupun seri sifat-sifat yang penting, dengan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua penyediaan
(36)
commit to user
ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan (Bintarto, 1982: 12).
Analisa keruangan dalam geografi bermanfaat dalam aplikasinya terhadap permasalahan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada unsur penting geografi yaitu :
1. Integration of Phenomena in Place (kesatuan keruangan)
Dalam hal ini dipelajari tentang unit keruangan, seperti region atau areas. Selain itu juga dianalisa keruangan seperti luas dan sifat wilayah, interaksi antar wilayah, fungsi ruang dan sebagainya.
2. Distribution or the Association of Element Over Space (pola keruangan) Dipelajari mengenai pola keruangan misalnya mendeteksi daerah surplus dan daerah minus air.
3. The Organization of Phenomena in Space (struktur keruangan wilayah).
B. Penelitian yang Relevan
Hasil Penelitian yang Relevan
1. Judul : Analisis Potensi Obyek Wisata di Kabupaten Boyolali Peneliti : Ira Dewi Setyowati (2005)
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui sebaran potensi obyek wisata di Kabupaten Boyolali, (2) mengetahui arah pengembangan obyek wisata yang paling optimal di Kabupaten Boyolali.
Peneliti menggunakan metode deskriptif, variabel yang digunakan dalam penilaian potensi yaitu daya tarik obyek, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.
Sumber datanya adalah pengamatan lapangan didukung sumber data sekunder seperti Dinas Pariwisata, BPS, Dinas Pertanian.
Hasil penelitiannya adalah obyek berpotensi tinggi adalah Umbul Pengging, Tlatar, dan Joglo Merapi. Arah pengembangan yang optimal yaitu menetapkan beberapa obyek sebagai magnet utama dan generator penggerak bagi obyek lainnya serta melakukan pengembangan berdasarkan faktor penghambatnya.
(37)
commit to user
2. Judul : Analisis Potensi Obyek Wisata Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara
Peneliti : Eka Nir Romadhoni (2008)
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menyajikan informasi distribusi spasial obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, (2) menyajikan informasi potensi obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, (3) mengetahui arah pengembangan obyek wisata yang paling optimal di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kalitatif. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, observasi dan wawancara. Variabel yang digunakan dalam penilaian potensi yaitu daya tarik obyek, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.
Hasil penelitian adalah: (1) distribusi spasial obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara tersebar di 5 desa, (2) potensi obyek wisata ada 4 obyek dengan potensi tinggi, 8 obyek wisata dengan potensi sedang, dan 3 obyek wisata dengan potensi rendah, (3) 5 prioritas pengembangan yaitu: prioritas 1 meliputi kelompok Candi Arjuna, Candi Gatot Kaca, Museum Purbakala, dan Kawah Sikidang. Prioritas 2 meliputi Candi Bima dan Candi Dwarawati. Prioritas 3 meliputi Telaga Balekambang. Pioritas 4 meliputi Telaga Merdada, Kawah Sileri, Sumur Jalatunda. Prioritas 5 meliputi Kawah Candradimuka, Pemandian Air Panas Bitingan, Curug Sirawe, Gua Jimat. 3. Judul : Studi Tentang Potensi Pariwisata dan Pengembangannya pada
Obyek Wisata Alam di Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang.
Peneliti : Siti Nur Khasanah (2007)
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui potensi obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan. (2) mengetahui faktor-faktor yang mendukung pengembangan pariwisata pada obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan.
(38)
commit to user
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara, observasi, angket, dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah: (1) obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan terbagi dalam kategori potensial (Wonolelo Rest Area, Air Terjun Kedung Kayang, Ketep Pass) dan kategori kuang potensial (Bumi Perkemahan Wonolelo). (2) faktor yang mendukung pengembangan pariwisata pada obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan adalah pemerintah, pengelola, dan penduduk.
(39)
No Peneliti Judul Penelitian Lokasi Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian 1 Ira Dewi Setyowati
(2005)
Analisis Potensi Obyek Wisata di Kabupaten Boyolali
Kabupaten Boyolali Mengetahui sebaran potensi obyek wisata di Kabupaten Boyolali Mengetahui arah pengembangan
obyek wisata yang paling optimal di Kabupaten Boyolali
Deskriptif Obyek berpotensi tinggi adalah Umbul Pengging, Tlatar, dan Joglo Merapi. Arah pengembangan yang optimal yaitu menetapkan beberapa obyek sebagai magnet utama dan generator penggerak bagi obyek lainnya serta melakukan pengembangan berdasarkan faktor penghambatnya
2 Eka Nir Romadhoni (2008)
Analisis Potensi Obyek Wisata Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara
Menyajikan informasi distribusi spasial obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara
Menyajikan informasi potensi obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Mengetahui arah pengembangan
obyek wisata yang paling optimal di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur
Kabupaten Banjarnegara
Deskriptif kualitatif
Distribusi spasial obyek wisata di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara tersebar di 5 desa, potensi obyek wisata ada 4 obyek dengan potensi tinggi, 8 obyek wisata dengan potensi sedang, dan 3 obyek wisata dengan potensi rendah, 5 prioritas pengembangan yaitu: prioritas 1 meliputi kelompok Candi Arjuna, Candi Gatot Kaca, Museum Purbakala, dan Kawah Sikidang. Prioritas 2 meliputi Candi Bima dan Candi Dwarawati. Prioritas 3 meliputi Telaga Balekambang. Pioritas 4 meliputi Telaga Merdada, Kawah Sileri, Sumur Jalatunda. Prioritas 5 meliputi Kawah Candradimuka, Pemandian Air Panas Bitingan, Curug Sirawe, Gua Jimat
3 Siti Nur Khasanah (2007)
Studi Tentang Potensi Pariwisata dan Pengembangannya pada Obyek Wisata Alam di
Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang
Kecamatan Sawangan,
Kabupaten Magelang
Mengetahui potensi obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan Mengetahui faktor-faktor yang
mendukung pengembangan pariwisata pada obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan
Deskriptif kualitatif
Obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan terbagi dalam kategori potensial (Wonolelo
Rest Area, Air Terjun Kedung Kayang, Ketep
Pass) dan kategori kuang potensial (Bumi Perkemahan Wonolelo). Faktor yang mendukung pengembangan pariwisata pada obyek wisata alam di Kecamatan Sawangan adalah pemerintah, pengelola, dan penduduk. 4 Faris Amirudin A
(2011)
Kajian Potensi Wisata Ketep Pass dalam Analisis Spasial
Ketep Pass, Kecamatan Sawangan,
Kabupaten Magelang
Mengetahui potensi wisata Ketep Pass.
Mengetahui pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial
(40)
commit to user
C. Kerangka Pemikiran
Sektor pariwisata di Indonesia mendapat peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional dan merupakan sektor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara.
Adanya pembangunan, penyediaan sarana dan prasarana, serta menambah fasilitas akan menambah wisatawan yang berkunjung ke suatu obyek wisata. Sehingga jumlah wisatawan akan meningkat dan menambah kegiatan perekonomian penduduk. Dengan meningkatnya perekonomian penduduk maka pendapatan penduduk dan daerah akan meningkat.
Untuk menumbuhkan industri pariwisata, geografi dapat memberikan usulan terutama dalam perencanaan pengembangan pariwisata melalui analisis keruangan atau spasial. Fasilitas obyek wisata Ketep Pass akan disajikan berdasarkan distribusi spasialnya (dalam bentuk peta).
Ketep Pass mempunyai potensi untuk dikembangkan , maka perlu dibuat klasifikasi untuk menentukan potensi yang dimiliki. Klasifikasi tersebut berdasarkan penilaian daya tarik obyek wisata, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.
(41)
commit to user
Untuk mengetahui alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat dalam kerangka pemikiran seperti pada gambar berikut :
Arah pengembangan pariwisata
Klasifikasi tingkat potensi Analisis potensi obyek wisata
1. daya tarik obyek wisata 2. aksesibilitas
3. fasilitas dasar 4. fasilitas pendukung
Obyek wisata Ketep Pass
Analisis spasial
(42)
commit to user
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Di dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di obyek wisata Ketep Pass di Kabupaten Magelang. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa obyek wisata Ketep Pass merupakan obyek wisata yang cukup menarik minat wisatawan, terutama dengan kondisi alamnya. Meskipun demikian potensi tersebut masih perlu dikembangkan secara maksimal.
2. Waktu Penelitian
Jangka waktu penelitian 16 bulan terhitung sejak proposal ini disusun pada Bulan Juli tahun 2009 sampai dengan selesainya penyusunan laporan penelitian pada Bulan November 2010. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut: Tabel 2. Waktu Penelitian
No Kegiatan
Tahun/Bulan
2009 2010
Jul Agust-Okt
Nov-Des
Jan-Mar
Apr-Jun
Jul-Nov 1 Tahap Persiapan
2 Penyusunan Proposal 3 Penyusunan Instrument
Penelitian
4 Pengumpulan Data 5 Analisis Data
6 Penyusunan Laporan Penelitian
(43)
commit to user
B. Bentuk dan Metode Penelitian
Nawawi (1983: 62) mengemukakan bahwa “Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.
Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian dengan survei untuk mendeskripsikan potensi obyek wisata Ketep Pass dalam analisis spasial.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Jenis Data Primer yang Digunakan dalam Penelitian No Jenis Data Primer Sumber Data
1 Variabel Daya Tarik Obyek
Tingkat keunikan
Nilai obyek
Ketersediaan lahan
Kondisi fisik obyek
Observasi Observasi Observasi Observasi 2 Variabel aksesibilitas
Jarak
Kondisi jalan
Kendaraan menuju obyek
Observasi dan wawancara Observasi dan wawancara Observasi dan wawancara 3 Variabel fasilitas dasar
Warung makan
MCK
Akomodasi
Observasi dan wawancara Observasi dan wawancara Observasi
4 Variabel fasilitas pendukung
Listrik
Tempat ibadah
Wartel
Tempat Parkir
Observasi
Observasi dan wawancara Observasi
(44)
commit to user
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli.
Tabel 4. Jenis Data Sekunder yang Digunakan dalam Penelitian
No Jenis Data Sekunder Sumber Data
1 Peta RBI skala 1 : 25.000 Bakosurtanal
3 Jumlah Penduduk BPS Kabupaten Magelang
4 Data Curah Hujan Dinas Pertanian Kabupaten Magelang 5 Jumlah pengunjung obyek wisata Ketep Pass Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian.
Sasaran observasi lapangan pada penelitian ini adalah lokasi obyek wisata Ketep Pass. Data diperoleh dengan cara melakukan pencatatan dan pengamatan dengan menggunakan GPS yang mengacu pada fenomena yang diteliti. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang ada dilapangan berupa letak obyek wisata, fasilitas, dan aksesibilitas menuju obyek.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara berstruktur. Informan yang bertindak sebagai responden terdiri dari mereka yang terpilih karena mereka mengetahui kondisi obyek wisata baik fisik maupun sosial. Wawancara dilakukan terhadap pengelola obyek wisata, penduduk sekitar obyek wisata, dan pengunjung obyek wisata. Data yang diperoleh dari wawancara adalah peran serta penduduk dan pengelola terhadap pengembangan obyek wisata, pengaruh obyek wisata terhadap kehidupan masyarakat sekitar, kekurangan fasilitas obyek wisata, dan upaya pengembangan yang akan dilakukan.
(45)
commit to user
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Pada penelitian ini yang dimaksud populasi adalah pengunjung, pengelola, dan masyarakat sekitar Obyek Wisata Ketep Pass.
Mardailis (2002: 55) berpendapat bahwa “Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitain”. Tujuan penentuan sampel untuk mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam menentukan sampel hendaknya dipenuhi syarat-syarat utama dalam menentukannya didalam penelitian, artinya bahwa sampel yang digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah dikemukakan.
Pengambilan sampel untuk pengunjung dan masyarakat sekitar menggunakan sampel acak berstrata ( stratified random sampling ), sedangkan untuk pengelola obyek wisata menggunakan sampel purposif.
F. Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk mengetahuin potensi obyek wisata Ketep Pass digunakan teknik analisis skoring dan klasifikasi, untuk mengetahui usaha pengembangan obyek wisata Ketep pass digunakan teknik analisis SWOT.
Analisis data tersebut dimulai dengan tahapan sebagai berikut: 1. Pemilihan indikator penelitian
Pemilihan indikator ini diperoleh dari penelitian sejenis kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi kepariwisataan obyek wisata Ketep pass.
2. Analisis skoring
Analisis skoring menggunakan 4 variabel yaitu daya tarik obyek wisata, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.Nilai skor ditentukan untuk membedakan pengaruh antara beberapa kriteria penilaian dari satu variabel penelitian yang digunakan, sedangkan bobot yang diberikan untuk membedakan besar pengaruh antar variabel.
(46)
commit to user
Nilai masing-masing krieria tinggal memilih salah satu angka yang terdapat di dalam tabel yang sudah ada sesuai dengan potensi dan kondisi lokasi. Nilai tertinggi menunjukkan bahwa kriteria tersebut merupakan faktor pendukung yang potensial untuk dikembangkan di lokasi itu. Sedangkan nilai terendah merupakan kriteria yang menjadi faktor penghambat.
Selanjutnya parameter dan skor yang digunakan dalam variabel tersebut dibuat dan disesuaikan dengan obyek wisata Ketep pass sehingga parameter yang digunakan bersifat lokasional, artinya parameter dan skor ini hanya valid digunakan untuk obyek wisata Ketep Pass.
Penilaian potensi obyek wisata digunakan kriteria dan asumsi sebagai berikut:
d. Daya Tarik Obyek Wisata
Daya tarik obyek wisata merupakan modal utama dalam pengembangan obyek wisata. Untuk menilai variabel ini digunakan beberapa parameter seperti yang dijelaskan Sugiyanto (2004).
Variabel daya tarik diberi bobot angka tertinggi yaitu 4 karena daya tarik memberikan pengaruh yang besar terhadap kunjungan wisatawan. Masing-masing parameter diberi skor berbeda sesuai fungsinya dalam menarik wisatawan.
Tabel 5. Parameter Daya Tarik Obyek Wisata
Variabel Faktor Kriteria Skor Bobot
Daya tarik obyek wisata
Tingkat
keunikan/kelangkaan
Tingkat lokal 10 4 Tingkat regional 15 4 Tingkat nasional-internasional 20 4 Nilai obyek wisata
(rekreasi, pengetahuan,
kepercayaan/religius, kebudayaan)
Hanya ada 1 obyek 3 4 Ada 2 nilai obyek 6 4 Ada > 3 nilai obyek 9 4
Ketersediaan lahan untuk rekreasi (bersantai, bermain, berolah raga, hiking)
Tidak tersedia 1 4 Hanya ada 1 lahan untuk bersantai 3 4 Tersedia > 2 lahan untuk bersantai 6 4
Kondisi fisik obyek wisata secara umum
Obyek wisata mengalami kerusakan dominan 1 4 Obyek wisata mengalami sedikit kerusakan 3 4
(47)
commit to user
Obyek wisata tidak mengalami kerusakan dominan
6 4 Sumber : Sugiyanto (2004) dengan modifikasi
e. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah kemudahan daya jangkau obyek wisata. Kemudahan pencapaian dan kualitas aksesibilitas merupakan salah satu faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Menurut Sugiyanto (2004), faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah jarak, kondisi jalan, dan kendaraan menuju obyek. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 5.
Variabel aksesibilitas diberi bobot 3 karena aksesibilitas merupakan hal penting dalam pertimbangan wisatawan untuk berkunjung.
Tabel 6. Parameter Aksesibilitas
Variabel Faktor Kriteria Skor Bobot
Aksesibilitas
Jarak
Jarak dari ibukota kabupaten menuju obyek > 15 km
3 3
Jarak dari ibukota menuju obyek 5-15 km
6 3
Jarak dari ibukota kabupaten menuju obyek < 5 km
9 3
Kondisi jalan
Jalan tanah/setapak 3 3
Jalan berbatu 6 3
Jalan aspal 9 3
Kendaraan menuju obyek
Jalan kaki 3 3
Roda 2 - roda 4 pribadi 6 3
Umum roda 4 9 3
Sumber : Sugiyanto (2004) dengan modifikasi f. Amenitas
Fasilitas dasar
Fasilitas dasar merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan wisata karena fasilitas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
(48)
commit to user
dasar bagi setiap obyek wisata. Yang dimaksud fasilitas dasar antara lain : warung makan, MCK, dan akomodasi.
Unsur yang digunakan dalam menilai kriteria ini didasarkan pada jumlah fasilitas dasar yang berada di sekitar obyek wisata.
Penilaian kriteria fasilitas dasar diberi bobot 2 karena pengaruh fasilitas dasar terhadap kedatangan pengunjung lebih kecil dibanding faktor daya tarik dan aksesibilitas.
Tabel 7. Parameter Fasilitas Dasar
Varibel Parameter Kriteria Skor Bobot
Faslitas Dasar
Warung makan
Tidak ada sama sekali 1 2 Jika hanya ada 1-3 unit 3 2 Jika tersedia > 4 unit 6 2
MCK
Tidak ada sama sekali 1 2 Jika hanya ada 1-3 unit 3 2 Jika tersedia > 4 unit 6 2
Akomodasi
Belum ada sama sekali 1 2 Jika hanya ada 1-3 unit 3 2 Jika tersedia > 4 unit 6 2 Sumber : Sugiyanto (2004) dengan modifikasi
Fasilitas pendukung
Peran fasilitas pendukung adalah untuk menunjang kemudahan dan kenikmatan pengunjung. Yang termasuk fasilitas pendukung adalah : listrik, tempat ibadah, wartel, dan tempat parkir.
Penilaian kriteria fasilitas pendukung diberi bobot 1 karena fasilitas pendukung merupakan hal yang menjadi pendukung saja dalam menarik wisatawan untuk berkunjung.
Tabel 8. Parameter Fasilitas Pendukung
Variabel Parameter Kriteria Skor Bobot Listrik Belum terjangkau sama sekali 1 1
(49)
commit to user Fasilitas
pendukung
Terjangkau dengan baik 6 1
Tempat ibadah
Belum tersedia sama sekali 1 1 Tersedia namun kurang terawatt 3 1 Tersedia dengan kondisi baik 6 1 Wartel
Belum tersedia sama sekali 1 1 Terdapat 1-2 unit 3 1 Tersedia > 3 unit 6 1 Tempat parker
Belum tersedia sama sekali 1 1 Tersedia dengan area yang sempit 3 1 Tersedia cukup luas 6 1 Sumber : Departemen Kehutanan dengan modifikasi.
Besarnya nilai masing-masing variabel merupakan jumlah skor dari masing-masing kriteria setelah dikalikan bobotnya. Untuk menentukan klasifikasi potensi obyek wisata, keempat variabel tersebut dijumlah skornya. Total skor dari seluruh variabel yang telah diukur kemudian diklasifikasikan.pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk mengetahui obyek wisata termasuk kategori potensial tinggi, sedang atau rendah dengan menggunakan metode klas interval sebagai berikut: I =a−b
n
Keterangan: I = interval klas
a = nilai skor tertinggi = ( X1 x 4 ) + ( X2 x 3 ) + ( X3 x 2 ) + ( X4 x 1 ) b = nilai skor terendah = ( Y1 x 4 ) + ( Y2 x 3 ) + ( Y3 x 2 ) + ( Y4 x 1 ) n = jumlah klas
X1, X2 = skor tertinggi pada variabel 1, skor tertinggi pada variabel 2, dst. Y1, Y2 = skor terendah pada variabel 1, skor terendah pada variabel 2, dst.
3. Analisis SWOT dan arah pengembangan
Analisis SWOT ( Strength, weakness, opportunities, threats ) merupakan analisis yang cukup baik, efektif dan efisien serta sebagai alat yang cepat dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan pengembangan awal program-program inovasi baru dalam kepariwisataan.
(50)
commit to user
Kebijakan yang dapat mempengaruhi kerja pariwisata dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kebijakan eksternal dan internal. Kondisi kebijakan eksternal menyangkut kendala yang berasal dari luar lingkungan pariwisata yang potensial dapat menghambat kerja kebijakan pariwisata. Sedangkan kondisi kebijakan internal menyangkut aspek kepariwisataan yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kepariwisataan.
Makna analisis SWOT adalah apapun cara dan tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus mengandung dan mempunyai prinsip-prinsip mengembangkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, menangkap kesempatan, dan menghilangkan ancaman.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi :
a. menentukan lokasi dan waktu penelitian
b. mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan c. survei ketersediaan data
d. studi pustaka
2. Tahap Penyusunan Proposal
Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi penelitian. Peneliti menyusun kerangka penelitian secara garis besar, yang ditulis hanya bagian-bagian penting saja dari penelitian.
(51)
commit to user
Kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan sarana yang digunakan untuk mengumpulkan data.
4. Tahap Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah dengan wawancara dan observasi dan analisis dokumen.
5. Tahap Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis bersama dengan hasil wawancara dari informan. Analisis dimulai dengan memahami seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara, observasi dan analisis dokumen. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis skoring untuk menentukan potensi wisata Ketep Pass dan analisis SWOT untuk mengetahui arah pengembangan obyek wisata Ketep Pass.
6. Tahap Penulisan Laporan
Langkah terakhir dari penelitian ini adalah penyusunan laporan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk buku berupa skripsi. Laporan ditulis berdasarkan dengan kaidah yang telah ditetapkan.
(52)
commit to user
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
1. Letak, Luas, dan Batas
Kecamatan Sawangan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Magelang. Secara astronomis Kecamatan Sawangan terletak antara 1100 15’ 15” BT – 1100 28’ 39” BT dan 70 30’ 39” LS – 7030’ 45” LS. Kecamatan Sawangan dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Kecamatan Pakis
Sebelah Timur : Kecamatan Selo (Kabupaten Boyolali)
Sebelah Selatan : Kecamatan Dukun
Sebelah Barat : Kecamatan Mungkid
Secara administrasi Kecamatan Sawangan terdiri dari 15 Desa. Desa terluas adalah Desa Wonolelo dengan luas 12,35 Km2, desa tersempit adalah Desa Mangunsari dengan luas 2,67 Km2. Luas masing-masing desa di Kecamatan Sawangan adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Luas Kecamatan Sawangan Tahun 2008
No Desa Luas
Km2 %
1 Gondangwangi 3,97 5,48
2 Sawangan 3,57 4,93
3 Mangunsari 2,67 3,68
4 Tirtosari 2,95 4,08
5 Podosoko 5,7 7,88
6 Butuh 6,15 8,50
7 Krogowanan 3,02 4,17
8 Kapuhan 4,32 5,97
9 Gantang 4,42 6,11
10 Jati 5,17 7,14
11 Soronalan 3,96 5,47
12 Wulunggunung 3,32 4,59
13 Ketep 4,18 5,78
14 Wonolelo 12,35 17,06
15 Banyuroto 6,62 9,15
Jumlah 72,37 100
(53)
(54)
commit to user
2. Keadaan Iklim
Curah hujan berpengaruh dalam penentuan tipe iklim suatu daerah. Besar kecilnya hujan diketahui melalui pengukuran dari stasiun pengukuran curah hujan di Kecamatan Sawangan dalam waktu sepuluh tahun terakhir (2000-2009).
Tabel 10. Data Curah Hujan di Kecamatan Sawangan Periode 2000-2009.
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Magelang dan Hasil Perhitungan
Schmidt dan Fegusson menentukan tipe curah hujan berdasarkan nilan Q dan menggolongkan tiga tipe bulan, yaitu:
1) Bulan basah, yaitu bulan yang curah hujannya lebih besar 100 mm perbulan.
Bulan lembab, yaitu bulan yang curah hujannya antara 60-100 mm perbulan.
Bulan Curah Hujan (mm)
Rata-rata (mm) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 352 303 254 572 306 337 247 81 274 736 346,2 Februari 347 327 182 469 289 448 446 421 284 553 376,6 Maret 446 405 305 546 268 864 221 463 650 218 438,6 April 146 159 118 115 147 231 289 540 277 1446 346,8 Mei 77 173 138 74 210 0 322 66 29 267 135,6 Juni 52 29 33 70 16 94 17 70 158 88 62,7 Juli 40 12 0 0 75 312 17 0 0 0 45,6 Agustus 25 0 0 0 3 0 0 4 0 0 3,2 September 24 8 0 0 22 196 0 0 0 0 25 Oktober 329 31 0 82 61 206 0 60 298 72 113,9 November 243 158 468 549 189 223 425 609 678 492 403,4 Desember 270 408 751 402 117 816 232 996 407 304 470,3 Bulan kering 4 5 5 3 3 2 5 3 4 3 3,7 Bulan lembab 1 0 0 3 2 1 0 4 0 2 1,3 Bulan basah 7 7 7 6 7 9 7 5 8 7 7,0
(55)
commit to user
1) Bulan kering, yaitu bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm perbulan.
Q =
Rata−rata bulan keringRata−rata bulan basah 100%
Dari rumus tersebut maka dapat dihitung nilai Q untuk daerah Kecamatan Sawangan. Berdasarkan data curah hujan pada tabel 8 diketahui rata-rata bulan kering 3,7 dan rata-rata bulan basah 7,0 sehingga nilai Q adalah:
Q = 3,7
7,0 100%
= 52%
Berdasarkan nilai Q tersebut maka Kecamatan Sawangan termasuk dalam zona agak basah (fairly wet).
Tabel 11. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson
Zona Nilai Q Kondisi Iklim
A 0% ≤ Q < 14,3% Sangat basah (very wet)
B 14,3% ≤ Q < 33,3% Basah (wet)
C 33,3% ≤ Q < 60,0% Agak basah (fairly wet) D 60,0% ≤ Q < 100,0% Sedang (fair) E 100,0% ≤ Q < 167,0% Agak kering (fairly dry) F 167,0% ≤ Q < 300,0% Kering (dry) G 300,0% ≤ Q < 700% Sangat kering (very dry) H 700,0% Q ≥ Luar biasa kering (extremely dry)
(56)
commit to user
Gambar 2. Diagram Tipe Curah Hujan Daerah Penelitian Menurut Schmidth dan Fergusson
Jumlah rata-rata bulan basah
Juml ah ra ta -r ata bula n k ering 12 11 10 9 8 7 6 4 3 2 1
0 7,0
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Nilai Q ( % ) 700 % 300% 157 % 100 % 60 % 33,3 % 14,3 % (3,7 ; 7,0)
7.0) 3,7 H G D B A E C 5
(1)
commit to user
60 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Obyek Wisata Ketep Pass dapat disimpulkan bahwa Obyek Wisata Ketep Pass masuk dalam kategori potensi tinggi.
2. Pengembangan obyek wisata berdasarkan faktor penghambat terutama pada faktor daya tarik obyek wisata, aksesibilitas, fasilitas dasar, fasilitas pendukung.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diambil implikasi sebagai berikut:
1. Ketep Pass merupakan daerah yang sangat cocok untuk pengembangan obyek wisata alam karena lokasinya strategis. Dengan kondisi yang seperti itu, dilakukan usaha-usaha untuk pengembangannya yang melibatkan komponen-komponen yang ada, yaitu pemerintah, pengelola dan penduduk. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran Geografi di sekolah tingkat SMA pada kompetensi dasar persebaran lokasi sumber daya alam di Indonesia.
C. Saran
1. Sebagian besar kendala atau faktor penghambat obyek wisata adalah masalah aksesibilitas dan kurangnya fasilitas umum yang disediakan. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk melakukan pembangunan sarana akomodasi yang memadai dan pembangunan fasilitas umum untuk meningkatkan kualitas obyek wisata yang nantinya berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan.
(2)
commit to user
2. Dalam pembangunan obyek wisata Ketep Pass perlu memperhatikan kondisi alam di sekitar agar tidak merusak kondisi alam dan menurunkan potensi alam di daerah tersebut.
Suplemen / Saran dari Ketua Panitia Ujian :
Di kawasan obyek wisata Ketep Pass, tata guna lahan adalah peraturan dan arahan penggunaan lahan yang pada dasarnya mengatur fungsi apa saja yang boleh dan tidak boleh berada di kawasan tersebut.
Konsep utama pengembangan kawasan Ketep Pass: 1. Keterpaduan fisik
Kawasan Ketep Pass merupakan kawasan dengan karakter alam pegunungan yang berpotensi agraris. Sebagai lahan hijau berstatus kawasan konservasi alam yang dilindungi dan berfungsi sebagai kawasan lindung yang telah berkembang serta menjadi kawasan berpotensi tumbuh cepat. Penetapan fungsi kawasan wisata memunculkan peluang bagi sebuah lingkungan binaan yang selanjutnya dapat memunculkan sebuah perbedaan dengan karakter konservasi alam itu sendiri. Dengan demikian perlu adanya sebuah keterpaduan antara karakter alam pegunungan sebagai kawasan lindung dengan karakter fisik buatan sebagai lingkungan binaan.
Ketep Pass sebagai tempat tertinggi di Bukit Ketep difungsikan sebagai fasilitas umum publik. Peruntukan lahan di sekitar obyek wisata Ketep Pass ditetapkan sebagai daerah hijau (bukan daerah terbangun), dengan maksud agar Ketep Pass menjadi satu-satunya fasilitas umum publik yang diijinkan.
(3)
commit to user Tabel Penataan Kawasan Alam yang Dilindungi
No Peruntukan Lahan Pemanfaatan Lahan Aplikasi Konsep
1 Kawasan alam yang dilindungi
Kawasan sumber air
Kawasan konservasi
Kawasan studi ilmiah
Kawasan wisata hutan
Dengan dikembangkannya
wisata vulkanologi
(pengembangan lahan
budidaya di tengah
pemanfaatan lahan kawasan
lindung) tetap
mengutamakan syarat-syarat
kawasan alam yang
dilindungi. Pembangunan
fisik yang ada di luar persyaratan yang diijinkan
dikembalikan agar
memenuhi syarat menjadi kawasan lindung.
Pengembangan kawasan
Ketep Pass. Masing-masing
segmen diperhitungkan
terhadap pemenuhan syarat-syarat Kepemendagri Nomor 59 Tahun 1988 tentang unit lingkungan mencakup KDB, KLB, tinggi bangunan, dan penetapan fungsi lahan.
2 Pinggiran Kawasan Lindung
Kawasan wisata air
Kawasan wisata hutan
Kawasan konservasi
Kawasan studi ilmiah
Kebun rakyat
Hutan rakyat
3 Kawasan pertanian
Pertanian
Irigasi
Permukiman
2. Keterpaduan visual
Sebagai kawasan yang sedang tumbuh, kawasan Ketep Pass diprediksikan akan tumbuh bangunan-bangunan penunjang aktifitas pariwisata. Ketep Pass sebagai kawasan budidaya di wilayah konservasi alam seharusnya diterjemahkan ke dalam menjadi sebuah kosep penataan fisik. Bangunan-bangunan yang direncanakan harus memiliki keterpaduan dengan alam.
(4)
commit to user
No Aspek Aplikasi Konsep
1 Tata guna lahan Potensi alam, keunikan khas, pertanian, hutan, sumber
air bersih yang ada harus dikuatkan tampilannya.
Tempat-tempat dengan pemandangan baik adalah
tempat terbuka publik
Perlu menggali upaya-upaya pengaturan tata guna
lahan agar konsistensi kuantitas dan kualitas alam ruang hijau tetap terjaga.
2 Bentuk dan massa
bangunan
Bentuk bangunan menonjolkan bangunan
geospace-vulkanologi sebagai ciri khas kawasan
Penataan massa bangunan menempatkan alam sebagai
obyek utama.
3 Sirkulasi dan parkir Sirkulasi dan parkir ditata agar wisatawan dapat
menikmati obyek wisata alam dengan nyaman.
4 Sarana dan prasarana Ketersediaan listrik, air bersih, drainase, tempat sampah,
serta fasilitas lain disesuaikan dengan arahan fungsi, visual, dan fisik yang terpadu.
Ada peredaan dalam menilai antara obyek wisata buatan dan obyek wisata buatan, terutama dalam penilaian fasilitas yang ada. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak kondisi alamnya. Semakin banyak fasilitas yang tersedia di obyek wisata alam, maka akan merusak kondisi alamnya, dan akan menurunkan potensi alamnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel Perbedaan Penilaian Parameter Daya Tarik Obyek Wisata
No Parameter Penilaian SWOT untuk
obyek wisata buatan
Penilaian untuk obyek wisata alam
1 Tingkat keunikam/kelangkaan Penilaian tertinggi adalah
tingkat nasional-internasional.
Penilaian tertinggi adalah tingkat
nasional-internasional.
2 Nilai obyek wisata (rekreasi,
pengetahuan,
kepercayaan/religius, kebudayaan)
Semakin banyak nilai obyek wisata, nilainya semakin tinggi.
Semakin sedikit nilai obyek wisata, yaitu hanya wisata alam, nilainya semakin tinggi.
3 Ketersediaan lahan intuk
rekreasi (bersantai, bermain,
Semakin banyak lahan untuk rekreasi, semakin
Semakin sedikit lahan untuk rekreasi, semakin
(5)
commit to user
berolahraga, hiking) tinggi nilainya. tinggi nilainya karena
tidak akan merusak kondisi alam.
4 Kondisi fisik obyek wisata
secara umum
Nilai tertinggi jika obyek wisata tidak mengalami kerusakan dominan.
Nilai tertinggi jika obyek wisata tidak mengalami kerusakan dominan.
Tabel Perbedaan Penilaian Parameter Aksesibilitas
No Parameter Penilaian SWOT untuk
obyek wisata buatan
Penilaian untuk obyek wisata alam
1 Jarak Nilai tertinggi jika jarak
dengan ibukota kabupaten dekat.
Nilai tertinggi jika jarak dengan ibukota
kabupaten dekat.
2 Kondisi jalan Nilai tertinggi jika
kondisi jalan sudah beraspal
Nilai tertinggi jika
kondisi jalan belum beraspal, masih alami.
3 Kendaraan menuju obyek Nilai tertinggi jika sudah
bisa dilalui kendaraan roda 4
Nilai tertinggi jika belum banyak dilalui
kendaraan.
Tabel Perbedaan Penilaian Parameter Fasilitas Dasar No Parameter Penilaian SWOT untuk
obyek wisata buatan
Penilaian untuk obyek wisata alam
1 Warung makan Nilai tertinggi jika banyak tersedia warung makan.
Semakin sedikit warung makan yang tersedia, maka nilainya semakin tinggi
2 MCK Nilai tertinggi jika banyak tersedia MCK
Semakin sedikit MCK yang tersedia, maka nilainya semakin tinggi 3 Akomodasi Nilai tertinggi jika banyak
tersedia akomodasi
Semakin sedikit
akomodasi yang tersedia, maka nilainya semakin tinggi
(6)
commit to user
Tabel Perbedaan Penilaian Parameter Fasilitas Pendukung
No Parameter Penilaian SWOT untuk
obyek wisata buatan
Penilaian untuk obyek wisata alam
1 Listrik Nilai tertinggi jika
sudah terjangkau dengan baik.
Nilai tertinggi jika sudah terjangkau dengan baik.
2 Tempat ibadah Nilai tertinggi jika
kondisinya baik.
Nilai tertinggi jika kondisinya baik
3 Wartel Nilai tertinggi jika
tersedia > 3 unit
Nilai tertinggi jika belum ada wartel
4 Tempat parkir Nilai tertinggi jika
tersedia cukup luas
Nilai tertinggi jika tersedia cukup luas