Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

commit to user 6 berbagai fasilitas yang berhubungan dengan seluk-beluk kegunungapian, seperti Volcano Theatre dan Volcano Centre.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah potensi wisata Ketep Pass? 2. Bagaimanakah pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu sasaran yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini tujuan penelitiannya adalah: 1. Mengetahui potensi wisata Ketep Pass. 2. Mengetahui pengembangan potensi wisata Ketep Pass ditinjau dari sudut spasial.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis 1. Menambah pengetahuan tentang pariwisata serta menambah sumbangan terhadap geografi pariwisata dalam usaha pengembangan pariwisata. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran berbasis kompetensi untuk matapelajaran Geografi tingkat SMA pada kompetensi dasar sebaran sumber daya alam di Indonesia. 2. Manfaat Praktis 1. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Magelang mengenai kondisi kepariwisataan khususnya di Ketep Pass. 2. Memberikan masukan kepada pihak internal Ketep Pass mengenai potensi obyek wisata Ketep Pass. 3. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kegiatan kepariwisataan khususnya di obyek wisata Ketep Pass. commit to user 7 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Potensi Obyek Wisata Pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang ke daerah tujuan di luar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya, kegiatan yang telah dilakukannya dan fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Fandeli 1995: 47. Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan sosial maupun kebudayaan. Pada umumnya tujuan utama wisatawan untuk berpariwisata adalah mendapat kesenangan, namun wisatawan moderen akhir-akhir ini selama perjalanan berpariwisata ingin memperoleh beberapa manfaat. Ada 2 dua faktor penting yang menetukan kepergian untuk berwisata yaitu: 1 faktor pendorong Faktor yang mendorong seseorang untuk berpariwisata adalah ingin terlepas meskipun untuk sementara dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas, dan kesibukan kota. 2 faktor penarik Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan wasata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek, tempat- tempat yang banyak diperbincangkan orang, serta sedang menjadi berita. Dorongan berkunjung ke tempat teman atau keluarga atau ingin menyaksikan kesenian serta pertandingan olahraga yang sedang berlangsung juga menjadi daya tarik di daerah tujuan wisata Fandeli, 1995: 40. commit to user 8 Wahab dalam Musanef 1996: 10 mengemukakan bahwa pariwisata terdiri dari 3 unsur yaitu: 1. manusia man, adalah orang yang melakukan perjalanan wisata. 2. ruang space, adalah daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan. 3. waktu time, adalah waktu yang digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata. Yoeti 1996: 172 mengemukakan bahwa: “obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa obyek wisata adalah potensi dari suatu daerah yang merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Dengan kata lain obyek wisata merupakan tempat yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan berpariwisata untuk mendapat kepuasan. Suwantoro 1997: 18 menyebutkan bahwa obyek wisata itu antara lain: a. keindahan alam obyek wisata alam Obyek wisata alam ini mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya. b. ciptaan manusia obyek wisata budaya Yang termasuk obyek wisata ini antara lain: candi, monument, art gallery dan lain-lain. Obyek wisata ini mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian dan nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa obyek wisata dikelompokkan menjadi 3 jenis Sammeng, 2001: 31, antara lain: 1. obyek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung berapi, flora-fauna langka, kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-lain. 2. obyek wisata budaya, misalnya: cagar budaya, bangunan bersejarah, musik tradisional, peninggalan tradisional, festival budaya dan lain-lain. 3. obyek wisata buatan, misalnya: sarana dan prasarana olahraga, hiburan, taman rekreasi, taman nasional dan lain-lain. commit to user 9 Menurut Damardjati 1995: 108, “potensi obyek wisata adalah segala hal dan keadaan baik yang nyata dan dapat diraba, maupun tidak teraba, yang digarap, diatur, dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlakukan atau menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa- jasa”. Daerah atau tempat dapat menjadi obyek wisata bila mempunyai potensi yang dapat menarik pengunjung, baik potensi alam maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Sujali 1989: 11, mengungkapkan bahwa potensi obyek wisata terjadi karena proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun proses budidaya manusia. Potensi alam yang dimiliki obyek wisata merupakan kekuatan yang paling besar untuk menarik wisatawan, kemudian dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang ada pada obyek wisata tersebut. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa potensi wisata adalah kemampuan dari obyek wisata yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, potensi yang dapat dikembangkan dapat berupa daya tarik tertentu atau sesuatu yang menarik untuk dikunjungi. Semua obyek wisata mempunyai keunggulan masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisinya. Keunggulan inilah yang menarik wisatawan mengunjungi obyek wisata yang ditawarkan. Magelang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki potensi wisata diantaranya wisata alam. Secara geografis Kabupaten Magelang memiliki potensi yang besar terutama kekayaan alamnya. Kawasan obyek wisata Ketep Pass merupakan salah satu kawasan wisata yang menjadi andalan bagi Kabupaten Magelang karena memiliki lingkungan alam yang menarik, khususnya dari aspek topografi, lahan, serta kawasan Merapi yang dapat dilihat jelas dari lokasi ini. 2. Pengembangan Pariwisata Pada hakekatnya pengembangan adalah suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan suatu yang sudah ada. Musanef 1996: 1, pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang terencana untuk menarik commit to user 10 wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan. Musanef juga menyebutkan manfaat pengembangan pariwisata, antara lain : 1. memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. 2. meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. 3. mendorong pelestarian budaya, peninggalan sejarah serta lingkungan hidup. Pengusahaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola obyek wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola obyek dan daya tarik wisata yang sudah ada. Fandeli 1995:24 mengemukakan bahwa pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada: 1. memajukan tingkat kehidupan masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal. 2. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal. 3. Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berpotensi pada teknologi komparatif. 4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak dampak negatif seminimal mungkin. Ada 4 aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata, yaitu : 1. Atraksi Atraksi adalah sesuatu yang disajikan atau yang dapat kita lihat di obyek wisata baik yang alami maupun buatan. Atraksi merupakan daya tarik yang mampu menarik perhatian masayarakat untuk berkunjung ke suatu obyek wisata. Atraksi yang disajikan adalah atraksi wisata yang menarik dan dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung sehingga mereka akan tertarik untuk kembali ke obyek wisata. commit to user 11 Atraksi wisata merupakan main tourism suprastucture atau sarana pokok kepariwisataan yaitu fasilitas yang sangat dibutuhkan dan dirasakan perlu sekali adanya bagi wisatawan selama perlawatan mereka di suatu daerah.Damardjati, 2001:70. Atraksi wisata sebagai wujud peristiwa, kejadian, baik terjadi secara periodik, maupun sekali saja, baik yang bersifat tradisional maupun yang telah dikembangkan dalam kehidupan modern, yang semuanya itu mempunyai daya tarik positif kepada para wisatawan untuk mengunjungi, menyaksikan, dan menikmati sehingga memberikan kepuasan maksimal bagi motif-motif wisatawan yang telah tergerak untuk mengunjunginya. Damardjati, 2001:102. 2. Aksesibilitas Berupa sarana-prasarana yang menyebabkan wisatawan dapat berkunjung di sebuah tujuan obyek. Dalam konteks ini, sarana dan prasarana dibangun agar wisatawan dapat mencapai obyek dengan aman, nyaman dan layak. Dengan demikian aksesibilitas menyebabkan wisatawan mencapai obyek wisata dengan mudah, aman dan nyamanlayak. 3. Aktifitas Aktifitas adalah sesuatu yang dilakukan oleh wisatawan maupun penduduk sekitar obyek. Aktifitas yang dilakukan wisatawan misalnya bersantai, menikmati pemandangan, dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang dilakukan penduduk misalnya menyediakan jasa penginapan, warung makan, jasa parkir, dan sebagainya. 4. Amenitas Amenitas adalah fasilitas pendukung kelancaran kegiatan pariwisata yang memberikan rasa nyaman kepada wisatawan. Dapat juga diartikan sebagai sarana pelengkap untuk menunjang kepariwisataan atau supplementing tourism superstructure yaitu fasilitas-fasilitas wisata yang dapat melengkapi sarana-sarana pokok sehingga wisatawan akan merasa lebih betah dan kerasan untuk tinggal lebih lama di suatu daerah atau negara tujuan wisata. Misalnya lapangan golf, kolam renang, lapangan tenis, tempat perkemahan, dan sebagainya. Damardjati, 2001:100. commit to user 12 Menurut Departemen Kehutanan 1993, pengembangan wisata pada obyek wisata harus memperhatikan beberapa aspek. Aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan pada obyek wisata suatu daerah. Aspek tersebut adalah: 1. Daya tarik obyek wisata Daya tarik merupakan modal pokok yang memungkinkan wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata. Daya tarik bisa berupa daya tarik alami dan daya tarik buatan ciptaan manusia. Daya tarik alami meliputi keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. Daya tarik buatan terdiri dari candi, monumen, art gallery, seni budaya, taman rekreasi, dan lain-lain. 2. Potensi pasar Potensi pasar mempunyai peranan penting karena berhasil tidaknya pemanfaatan suatu obyek sebagai obyek wisata tergantung tinggi rendahnya pasar. 3. Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan daya jangkau menuju obyek wisata. Aksesibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan pariwisata. Dukungan aksesibilitas yang baik akan semakin menekan waktu tempuh wisatawan menuju obyek wisata yang ditunggu sehingga akan mempengaruhi minat wisatawan serta penilaianpersepsi wisatawan terhadap obyek wisata. 4. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang dimaksud meliputi sikap masyarakat terhadap wisatawan, tingkat kepadatan penduduk di sekitar obyek. Faktor ini sangat penting karena berkaitan dengan kenyamanan wisatawan dalam menikmati obyek wisata. 5. Kondisi iklim Iklim sangat berpengaruh terhadap pengembangan obyek wisata alam karena iklim yang baik akan lebih banyak mengundang wisatawan. commit to user 13 6. Tingkat sarana dan prasarana penunjang Peranan sarana dan prasarana penunjang adalah untuk mendukungmenunjang kemudahan dan kenikmatan wisatawan. Tanpa adanya sarana dan prasarana penunjang wisatawan akan merasa sesuatu yang kurang. Sarana prasarana penunjang meliputi rumah makan, pusat perbelanjaan, telepon umum, toko souvenir dan sebagainya. 7. Hubungan dengan obyek wisata lain Pengembangan suatu obyek disatu pihak perlu memperhatikan adanya obyek lain di lingkungannya yang mencerminkan paket wisata sehingga menujang kunjungan, tetapi di lain pihak mungkin merupakan saingan obyek yang sedangakan dikembangkan. 8. Kemudahan air bersih Adanya air bersih merupakan faktor yang perlu tersedia dalam pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan. Air tersebut tidak harus bersumber dari dalam lokasi, tetapi bisa didatangkandialirkan dari luar lokasi. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata harus dilakukan secara optimal, artinya harus dilakukan sesuai potensi yang sudah ada dan dimiliki obyek wisata tersebut. Perlu adanya perencanaan yang terpadu antara beberapa komponen yang berguna untuk menunjang keberhasilan pengembangan pariwisata. Ada 3 komponen penting yang harus dipersiapkan, antara lain : 1. tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati, atau adanya atraksi yang dapat dilihat. 2. tersedianya sarana transportasi dan perhubungan. 3. komponen penunjang yang berupa akomodasi dan sarana infrastruktur. Sujali, 1989: 41. Penentuan sistem pengelolaan untuk setiap jenis obyek dan daya tarik wisata dilakukan pendekatan dengan dasar pertimbangan : a. pengembangan suatu obyek dan daya tarik wisata berdasarkan urutan prioritas yang dimiliki sehingga potensi obyek dan daya tarik wisata yang tinggi mempunyai prioritas untuk dikembangkan lebih lanjut. commit to user 14 b. dalam aspek ekonomi, potensi obyek dan daya tarik wisata sebagai faktor penentu. Penentuan sistem pengelolaan lebih dipengaruhi dan ditentukan oleh potensi dari obyek dan daya tarik wisata tersebut. Berdasarkan faktor tersebut dapat diklasifikasikan potensi obyek dan daya tarik wisata sebagai berikut : a. Kelas A = kelas obyek yang memiliki potensi tinggi. b. Kelas B = kelas obyek yang memiliki potensi sedang. c. Kelas C = kelas obyek yang memiliki potensi cukup. Musanef, 1996: 184 Untuk mengetahui potensi yang dapat dikembangkan perlu dilakukan penilaian dan pengkajian dengan menetapkan kriterianya. Kriteria penilaian berguna sebagai alat dalam menentukan dasar serta memudahkan dalam usaha menilai, merencanakan, membina dan mengembangkan obyek wisata. Penilaian potensi obyek wisata Ketep Pass digunakan kriteria dan asumsi sebagai berikut : a. Daya Tarik Obyek Wisata Daya tarik obyek wisata merupakan modal utama dalam pengembangan obyek wisata. Untuk menilai variabel ini digunakan beberapa parameter seperti yang dijelaskan Sugiyanto 2004. Parameter itu antara lain : 1. Tingkat keunikan obyek dinilai dari kelangkaan obyek wisatanya, yaitu apakah obyek tersebut mudah ditemukan di daerah lain atau tidak. Nilai keunikan ini dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu tingkat lokal, regional, nasional dan internasional. Asumsinya semakin tinggi tingkat keunikan berarti semakin tinggi potensi untuk dikunjungi wisatawan. 2. Nilai obyek bermaksud mengidentifikasi nilai-nilai obyek yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Nilai obyek ini dibagi menjadi nilai rekreasi, nilai pengetahuan, nilai kepercayaan, dan nilai kebudayaan. Asumsinya semakin banyak nilai obyek pada obyek wisata semakin banyak potensi untuk dikunjungi wisatawan. commit to user 15 3. Ketersediaan lahan untuk rekreasi aktifitas bersantai, bermain, olah raga, hiking menunjuk pada ketersediaan lahan untuk melakukan aktifitas rekreasi. Asumsinya semakin banyak lahan yang tersedia semakin banyak potensi untuk dikunjungi wisatawan. 4. Kondisi fisik obyek wisata dinilai dari ada tidaknya kerusakan yang dialami obyek tersebut. Hal ini berkaitan dengan pengelolaan obyek wisata. Kondisi ini dibagi menjadi tiga, yaitu obyek wisata mengalami kerusakan dominan, hanya sedikit kerusakan, dan tidak mengalami kerusakan. Asumsinya jika obyek wisata dalam kondisi baik dalam arti sudah ada pengelolaan terhadap obyek wisata sehingga tidak mengalami kerusakan maka semakin baik nilai kesannya dan semakin besar potensi untuk dikunjungi. b. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah kemudahan daya jangkau obyek wisata. Kemudahan pencapaian dan kualitas aksesibilitas merupakan salah satu faktor utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Menurut Sugiyanto 2004, faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah sebagai berikut : 1. Jarak dari jalan raya Jalan raya merupakan parameter keterjangkauan suatu tempat. Obyek wisata yang memiliki jarak lebih dekat dengan jalan raya menunjukkan obyek wisata tersebut lebih mudah dijangkau oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar daerah. Penilaian jarak dibagi tiga, yaitu: 1km, 2- 3 km, 4 km. 2. Kondisi jalan Kondisi jalan jalan tanah, berbatu, dan aspal mendukung kelancaran perjalanan menuju obyek. Kualitas jalan dinilai dari jalan desa yang dilewati menuju obyek. Asumsinya kondisi jalan yang baik dalam arti aspal kondisi baik dan lebar akan dapat memperlancar perjalanan menuju obyek, sebaliknya jalan setapak menunjukkan kendala bagi alat transportasi menuju obyek. commit to user 16 3. Kendaraan menuju obyek Alat transportasi yang tersedia menuju obyek dijadikan instrumen untuk mengukur kemudahan wisatawan menuju setiap obyek. Ketersediaan transportasi umum menunjukkan kemudahan menuju obyek, sebaliknya ketidakadanya transportasi umum berarti lebih sulit menuju obyek. Prideaux 2000 defined the transport system relevant to tourism as the operation of, and interaction between, transport modes, ways and terminals that support tourists into and out of destinations and also the provision of transport services within the destination. A good and attractive transportation system rests to a large extent on quality and availability of transportation infrastructures. These can be seen as comprising of international domestic air services and internationaldomestic airport, land transport systems and routes and water transport infrastructures as well. Transport plays a big part of the tourist equation. In fact the transport system is responsible for connecting tourism generating regions to tourism destination regions and providing transport within the tourism destination to attraction, hotels, shopping etc. A destination should be easy to get to and easy to get around, particularly if the country is geographically dispersed. Moreover, improved transport infrastructure, particularly for the case of road and land transport, lead to reduced price of transport. In fact road capacity improvements such as more lanes and higher speed, improved reliability or via higher quality road surfacing causing less strain on vehicles parts, improved access to new destinations and attractions, improved safety more overtaking lanes, wider road shoulders and improved signage results in fuel economy and reduced wear and tear and reduced transit time of traffic in general. So these hard transport infrastructure investments will impact the price and quality of tourism travel experiences. In turn these improvements to the price and quality of using hard transport infrastructure can influence the choice of destination and travel mode. http:www.chios.aegean.grtourismvol1no1.pdf c. Amenitas  Fasilitas dasar Fasilitas dasar merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan wisata karena fasilitas ini berfungsi untuk memenuhi commit to user 17 kebutuhan dasar bagi setiap obyek wisata. Yang dimaksud fasilitas dasar antara lain : warung makan, MCK, dan akomodasi. Akomodasi adalah semua jenis sarana yang menyediakan tempat penginapan bagi seseorang yang sedang dalam perjalanan, seperti hotel, motel, wisma, pondok wisma, villa, apartemen, perkemahan, kapal pesiar. Sammeng 2005 : 28. Unsur yang digunakan dalam menilai kriteria ini didasarkan pada jumlah fasilitas dasar yang berada di sekitar obyek wisata. Semakin banyak fasilitas dasar yang tersedia maka akan memberikan rasa aman karena tersedianya fasilitas dasar tersebut.  Fasilitas pendukung Peran fasilitas pendukung adalah untuk menunjang kemudahan dan kenikmatan pengunjung. Yang termasuk fasilitas pendukung adalah : listrik, tempat ibadah, wartel, dan tempat parkir. Dengan adanya fasilitas yang lengkap akan memberikan kepuasan dan rasa aman bagi wisatawan dalam memenuhi kebutuhannya selama berkunjung. Usaha pengembangan obyek wisata Analisis SWOT dalam skenario pengembangan pariwisata digunakan untuk mengetahui dan menginventarisasi faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kekuatan Strength Dengan mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah maka akan dapat dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang. 2. Kelemahan Weaknesses Yaitu segala fator yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata. Pada umumnya kelemahan-kelemahan yang dapat diidentifikasi adalah kurangnya promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek wisata, dan lain-lain. Dalam hal ini kelemahan dapat dimanfaatkan untuk meraih peluang. commit to user 18 3. Kesempatan Oportunity Yaitu semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku, atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap dapat member peluang bagi kegiatan pariwisata. 4. Ancaman Threats Dalam hal ini ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain sebagainya. 3. Analisis Spasial Ruang menurut Blaut dalam Wahyuni 2002: 6 dibedakan menjadi ruang absolut, ruang relatif dan ruang relasional. Ruang absolut atau Euclidian space adalah ruang yang merupakan wadah yang bersifat khas, fisik dan empiris yang ditentukan berdasarkan ukuran geometri, berdimensi 3 yaitu panjang, lebar dan tinggi. Ruang relatif adalah ruang berlangsungnya suatu relasi kegiatan yang terikat pada proses dan waktu. Pertanyaan utama dalam penelitian berkenaan dengan ruang relatif adalah : apa ? letaknya dimana ? Ruang relasional adalah ruang yang berisi dan mencerminkan dirinya sendiri yang berupa hubungan dengan obyek lain. Suatu proses kegitan selalu berhubungan dan terikat dengan lokasi. Ruang relasional selalu berkaitan dengan referensi organisasi, keruangan dan interaksi keruangan yang berkaitan dengan lokasi. Menurut Bintarto 1992:74, pada hakekatnya analisa keruangan adalah analisa lokasi yang menitikberatkan pada tiga unsur geografi yaitu jarak distance, kaitan interaction dan gerakan movement. Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting maupun seri sifat-sifat yang penting, dengan pertanyaan mengenai faktor- faktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua penyediaan commit to user 19 ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan Bintarto, 1982: 12. Analisa keruangan dalam geografi bermanfaat dalam aplikasinya terhadap permasalahan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada unsur penting geografi yaitu : 1. Integration of Phenomena in Place kesatuan keruangan Dalam hal ini dipelajari tentang unit keruangan, seperti region atau areas. Selain itu juga dianalisa keruangan seperti luas dan sifat wilayah, interaksi antar wilayah, fungsi ruang dan sebagainya. 2. Distribution or the Association of Element Over Space pola keruangan Dipelajari mengenai pola keruangan misalnya mendeteksi daerah surplus dan daerah minus air. 3. The Organization of Phenomena in Space struktur keruangan wilayah.

B. Penelitian yang Relevan