Tanaman Salak dan Pengembangannya

Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi, hutan produksi terbatas, dan area penggunaan lain Apl. Luas Wilayah hutan Tapanuli Selatan mencapai 451.225 ha dimana persentase terbesar luas hutan adalah areal penggunaan lain yaitu 32.17 persen dari keseluruhan luas hutan. Setelah areal penggunaan lain, persentase kedua adalah hutan lindung dengan 28.99 persen, hutan produksi 19.71 persen, hutan produksi terbatas 16.11 persen dan hutan konservasi sebesar 3.0 persen. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan angka agregat hasil Sensus Penduduk 2010 SP 2010 sebesar 264.10 jiwa yang terdiri dari 131.43 jiwa penduduk laki-laki dan 132.67 jiwa penduduk perempuan, sedangkan jumlah rumah tangganya sebanyak 60.79 rumah tangga. Berdasarkan lapangan usaha utama dapat dilihat bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian menempati urutan teratas yaitu 78.28 persen, kemudian sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel yaitu 8.76 persen dan sektor jasa kemasyarakatan yaitu 5.27 persen BPS Tapanuli Selatan, 2010. Areal produksi salak di Tapanuli Sealatan terdapat di Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Selatan dan Keecamatan Angkola Timur. Luas pertanaman salak 13.928 ha dengan produksi 236.793 tontahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15.000 ha. Demikian pula pertambahan luas tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan terus meningkat Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2011.

B. Tanaman Salak dan Pengembangannya

Tanaman Salak termasuk dalam suku Palmae araceae yang tumbuh berumpun. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup pelepah daun yang UNIVERSITAS SUMATRA UTARA tersusun rapat dan berduri. Pada tanaman yang sudah tua, batangnya akan melata atau menjulur kesamping dan dapat bertunas. Pada umumnya tunas ini dibiarkan hidup menjadi pokok baru Santosa et.al., 1996. Daun majemuk menyirip, helaian daunnya panjang, pelepah dan tangkainya berduri. Bentuk daun seperti pedang, pangkal daun menyempit, cembung, bersegmen banyak dan tidak sama. Panjang daun 4 – 7 m Tjahjadi, 1988 Kebanyakan berumah dua dioseus, karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul diketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan 50 – 100 cm panjangnya, terdiri atas 4-12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7-15 cm dengan banyak bunga kemerahan terletak diketiak sisik-sisik yang tersusun rapat. Tongkol bunga betina 20-30 cm, bertangkai panjang terdiri atas 1-3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm Purwantoro, 2005 Buah tipe buah batu berbentuk segitiga agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing dipangkalnya dan membulat diujungnya, panjangnya 2.5-10 cm terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning kecoklatan sampai coklat merah mengkilap yang tersusun seperti genting, dengan banyak duri kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik. Dinding buah tengah tebal berdaging, kuning krem sampai keputihan, berasa manis, masam atau sepat. Biji 1-3 butir, coklat sampai kehitaman, keras, 2-3 cm panjangnya Verheij dan Coronel, 1997. Tanaman salak sesuai bila ditanam didaerah berzona iklim Aa, bcd, Babc dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi 11-12 bulantahun. B 8-10 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA bulantahun dan C 5-7 bulantahun. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah, serta membutuhkan tingkat kebasahankelembaban tinggi. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh 100, tetapi cukup 50-70 karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh. Suhu yang paling baik antara 20-30 C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi tetapi tidak tahan terhadap genangan air BPP Iptek, 2010. Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab. Derajat keasaman tanah pH yang cocok untuk budidaya salak adalah 4.5-7.5. Kebun salak tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi. Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100 – 500 m dpl BPP Iptek, 2010. Buah salak dipanen pada saat umur buah mencapai 6 bulan sejak hari penyerbukan. Saat yang tepat untuk memanen adalah menjelang buah matang pohon, buah memiliki rasa enak dan aroma yang khas. Ciri-ciri visual buah salak yang layak dipanen pada stadium matang di pohon adalah warna kulit buah bersih dan mengkilat, bila dipegang atau dipijat terasa empuk dan dan kulitnya tidak kasar, serta beraroma khas, bahkan kadang- kadang kelihatan retak. Disamping itu, bila sudah dikupas warna bijinya coklat kehitam-hitaman, daging buahnya kenyal atau empuk dan duri-duri kecil buah sudah tumpul, sisik kulit luarnya sudah melebar, dan bila dipetik mudah terlepas dari tangkai buah Rahmat, 2003. Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam adalah 15 ton per hektar, sedang masa panennya terdapat empat musim : 1. Panen raya pada bulan November, Desember dan Januari 2 panen UNIVERSITAS SUMATRA UTARA sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli 3 panen kecil pada bulan Pebruari, Maret, dan April 4 masa kosongistirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober BPP Iptek, 2010. Sebagai tanaman asli Indonesia, salak mempunyai masa depan yang cerah untuk dikembangkan baik untuk memenuhi pasaran lokal ataupun pasar luar negeri. Di Indonesia produksi buah ini mengalami peningkatan yang tajam dari tahun 1983-1987. Bila ditahun 1983 produksinya hanya 52.014 ton dan menurun sedikit ditahun 1984 menjadi 46.456, maka pada tahun-tahun berikutnya produksi buah salak melonjak dengan pesat. Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari produksi tahun 1983. Akan tetapi, produksi pada tahun 1988 dan 1989 mengalami penurunan BPP Iptek, 2010. Areal produksi salak di Tapanuli Selatan terdapat di Kecamatan Angkola Barat, Kecamatan Angkola Selatan dan Kecamatan Angkola Timur. Luas pertanaman salak 13.928 Ha dengan produksi 236.793 tontahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15.000 ha. Demikian pula pertambahan luas tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan kecendrungan terus meningkat Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2011.

C. Kemiringan Lereng dan Produksi