BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat awam seringkali tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang berbagai jenis obat dan aturan penggunaannya, termasuk obat antibiotik,
sehingga banyak ditemui kesalahan penggunaan. Hal ini dapat didasari berbagai faktor, salah satunya adalah akibat semakin banyaknya nama dagang dari berbagai
jenis obat yang dapat diperoleh secara bebas. Dengan banyaknya jenis obat-obatan yang beredar di masyarakat maka hal ini menambah kebingungan masyarakat
dalam memilih atau cara penggunaannya Joyce, 2009. Antibiotik adalah zat kimiawi dihasilkan mikroorganisme yang
mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain Dorland, 2002. Parameter kebutuhan konsumsi antibiotik
bukanlah gejala klinis, melainkan proses infeksi kuman dalam tubuh pasien, karenanya antibiotik harus dikonsumsi secara tuntas sesuai durasi pemakaian yang
ditentukan meskipun gejala klinis telah hilang. Konsumsi antibiotik yang tidak tuntas dapat menyebabkan resistensi
kuman. Resistensi adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroorganisme oleh antibiotik Setiabudy dan Gan, 1995. Kebanyakan
masyarakat tidak mengetahui hal ini sehingga terkadang menghentikan konsumsi antibiotik saat gejala penyakit sudah hilang padahal belum sesuai durasi yang
dianjurkan, atau mengonsumsi antibiotik dengan tidak teratur dan terputus-putus. Di Indonesia, kesalahan penggunaan antibiotik didukung oleh banyaknya
penjualan obat antibiotik yang termasuk golongan obat keras secara bebas. Masyarakat masih dapat memperoleh obat keras secara bebas tanpa resep dokter
meskipun telah dilarang oleh undang-undang yang berlaku, yaitu Undang-undang Obat Keras St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949. Pada pasal 1 undang-undang
tersebut juga disebutkan yang dimaksud dengan obat keras adalah termasuk obat-
obatan yang mempunyai khasiat mendesinfeksikan tubuh manusia seperti antibiotik.
Di Indonesia telah dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan masyarakat untuk menggunakan antibiotik
secara bebas. Pada penelitian di Kota Medan mengenai hubungan karakteristik masyarakat dengan penggunaan antibiotik secara bebas, didapatkan bahwa tidak
ada hubungan antara karakteristik masyarakat yang diteliti jenis kelamin, pendidikan, dan penghasilan dengan penggunaan antibiotik yang diperoleh secara
bebas di kalangan masyarakat di Kota Medan Djuang, 2010. Penelitian di Mojokerto mengenai pengetahuan masyarakat tentang aturan minum antibiotik
yang benar menunjukkan bahwa berdasarkan pengetahuan tentang aturan minum antibiotik diperoleh data bahwa sebagian besar responden 59,2 mempunyai
pengetahuan cukup. Dari penelitian-penelitian tersebut terlihat tingkat pengetahuan masyarakat
tentang penggunaan antibiotik masih belum cukup memadai, hanya sekitar setengah dari masyarakat yang memiliki pengetahuan yang cukup. Hal ini
menjadi masalah yang menarik untuk diteliti, apakah tingkat pengetahuan yang rendah juga mendasari perilaku penggunaan antibiotik secara bebas, disamping
faktor-faktor lain seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status ekonomi.
1.2. Rumusan Masalah