5.1.1 Panel sel surya
Panel  sel  surya  merupakan  modul  yang  terdiri  beberapa  sel  surya  yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang
diperlukan. Sel surya yang digunakan pada penelitian ini berbahan pollycristalline
C-Si, rata-rata efisiensinya 11,5 – 14  dan mempunyai daya sebesar 30 Wp.
Maksud 30 Wp disini  yaitu jika sel surya diletakkan ditempat yang terkena sinar matahari secara langsung selama 12 jam dari jam enam pagi hingga enam sore,
maka dapat menyediakan daya sebesar 360 W. Gambar 14 merupakan panel surya yang digunakan pada saat penelitian.
Sumber : Dokumentasi
Gambar 14 Panel surya yang digunakan Spesifikasi lengkap sel surya yang digunakan pada penelitian, yaitu :
1
Daya Maksimal : 30Wp 2
Tegangan Maksimal : 17,0V
3
Arus Maksimal : 1,77A
4
Lintasan Tegangan Terbuka : 21,60V
5
Lintasan Arus Pendek : 1,88A 6
Voltage : 12 V 7
Dimensi ukuran Modul : 47 cm X 59 cm
1 Hasil pengukuran intensitas cahaya matahari dan tegangan pada panel sel surya
Setelah  melakukan  pengukuran  selama  penelitian,  maka  dapat  diperoleh
data  hasil  pengukuran  intensitas  cahaya  matahari  dan  tegangan  pada  panel  sel
surya.  Pengukuran  dimulai  pada  hari  selasa,  27  September  2011    pukul  09.00 –
17.00 WIB dengan menggunakan interval 30 menit. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil pengukuran tegangan yang dihasilkan berdasarkan intensitas cahaya matahari.
Waktu Pengukuran
Intensitas Cahaya Matahari Wm2
Tegangan Baterai  V
9:00 61,054
9:30 57,687
0,2 10:00
158,13 0,6
10:30 158,42
0,6 11:00
105,39 0,4
11:30 105,39
0,5 12:00
158,42 0,5
12:30 158,13
0,6 13:00
158,42 0,4
13:30 158,86
0,4 14:00
150,37 0,4
14:30 147,88
0,4 15:00
139,09 0,2
15:30 124,45
0,3 16:00
100 0,3
16:30 66,325
0,2
Sumber : Pengolahan data
Berdasarkan  nilai  tabel  di  atas  maka  dapat  dibuat  kurva  hubungan  antara waktu  pengukuran  dengan  intensitas  cahaya  dan  tegangan.  Bentuk  kurva  seperti
ditunjukkan pada Gambar 15 dan 16.
Gambar 15 Kurva intensitas cahaya yang terukur
15 30
45 60
75 90
105 120
135 150
In te
n si
tas C
ah aya
M atah
ar i
Waktu Pengukuran
Intensitas Cahaya
Matahari wm2
Berdasarkan  gambar  di  atas  dapat  dilihat  intensitas  cahaya  matahari mengalami  peningkatan  yang  tinggi  pada  pukul  10:00  WIB  sebesar    100,443
Wm
2
,    namun  pada  pukul  11:00  WIB  intensitas  cahaya  matahari  mengalami penurunan  sebesar  53,03  Wm
2
.  Nilai  rata-rata  nilai  intensitas  cahaya  matahari yang  didapatkan  pada  saat  penelitian  sebesar  125,501  Wm
2
.  Intensitas  cahaya matahari  terbesar  didapat  pada  pukul  13:30  WIB  dengan  nilai  sebesar  158,86
Wm
2
. Adapun nilai intensitas cahaya matahari terendah didapat pada pukul  9:30 WIB sebesar 57, 687 Wm
2
.
Gambar 16 Kurva hubungan intensitas cahaya matahari dengan tegangan baterai Berdasarkan  gambar  di  atas  tegangan  terbesar  terjadi  pada  pukul  10:00,
10:30, dan 12:30 WIB sebesar 0, 6 V dengan rata-rata intensitas cahaya matahari yang diterima 158,26 Wm
2
. Adapun tegangan terendah didapat pada pukul  9:30, 15:00, dan 16:30 WIB sebesar 0,2 V dengan rata-rata intensitas cahaya  matahari
yang diterima sebesar 87,7 Wm
2
. Intensitas  sinar  matahari  sangat  menentukan  kinerja  sel  surya,  bila  sinar
matahari  kurang  terang  maka  sinar  yang  diserap  oleh  sel  surya  juga  kurang sehingga  output  energi  yang  dihasilkan  juga  kecil.  Karena  itu,  pemakaian  sel
surya untuk memperoleh tegangan dan daya listrik besar sebaiknya memilih lokasi yang  memiliki  intensitas  sinar  matahari  cukup  besar,  seperti  Indonesia  yang
mempunyai  rata-rata  nilai  intensitas  cahaya  mataharinya  sekitar  0,6-0,7  kWm² Manan, 2009.
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7
20 40
60 80
100 120
140 160
180
9: 00
9: 30
10: 00
10: 30
11: 00
11: 30
12: 00
12: 30
13: 00
13: 30
14: 00
14: 30
15: 00
15: 30
16: 00
16: 30
Te gan
gan B
ate r
ai v
o lt
In te
n si
tas C
ah aya
M atah
ar i
w m
2
Waktu Pengukuran
Intensitas Cahaya
Matahari wm2
Tegangan volt
Dari bentuk kurva yang didapat, maka dapat dilihat bahwa nilai intensitas cahaya  matahari  berpengaruh  terhadap  arus  dan  tegangan  yang  dihasilkan.
Semakin  besar  nilai  intensitas  cahaya  matahari  maka  semakin  besar  juga  nilai tegangan dan arus yang dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abdullah
1998  vide  Laksanawati  2006  bahwa  pengaruh  intensitas  cahaya  matahari terhadap  arus  yang  dihasilkan  lebih  besar  dibandingkan  dengan  tegangan
terminalnya. Selain  itu  berdasarkan kurva  karakteristik arus dan tegangan  modul sel  surya  pada  variasi  tingkat  intensitas  cahaya  matahari  yang  dihasilkan  oleh
Rosenblum  1991  dan  diacu  oleh  Laksanawati  2006  telah  memperlihatkan bahwa  adanya  hubungan  nilai  intensitas  cahaya  matahari  terhadap  arus  dan
tegangan yang dihasilkan oleh panel surya. Tegangan terbesar terjadi pada pukul 10:00,  10:30,  dan  12:30  WIB  sebesar  0,  6  V  dengan  rata-rata  intensitas  cahaya
matahari yang diterima 158,26 Wm
2
, hal ini terjadi karena panel surya diletakkan menghadap ke arah  sinar  matahari, sehingga  luas panel surya  yang terkena sinar
matahari  juga  semakin  besar,  sehingga  sinar  yang  masuk  semakin  banyak  dan sinar  yang  terkonduksi  juga  semakin  besar,  dan  berarti  elektron  yang  lepas  juga
semakin  banyak,  yang  akhirnya  menghasilkan  arus  yang  semakin  banyak,  dan tegangan juga semakin besar Sufiyandi, 2007.
2 Hasil pengukuran suhu  dan tegangan pada panel sel surya
Setelah  melakukan  pengukuran  selama  penelitian,  maka  dapat  diperoleh
data  hasil  pengukuran  suhu  dan  tegangan  pada  panel  sel  surya.  Pengukuran
dimulai pada pukul 09.00 – 17.00 WIB dengan menggunakan interval 30 menit.
Data selengkapnya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil pengukuran tegangan yang dihasilkan berdasarkan suhu
Waktu Pengukuran
Suhu
o
C Tegangan
Baterai  V 9:00
28 9:30
28 0,2
10:00 30
0,6 10:30
31,5 0,6
11:00 32
0,4 11:30
31,5 0,5
12:00 30,5
0,5 12:30
31 0,6
Tabel 7 lanjutan Waktu
Pengukuran Suhu
o
C Tegangan
Baterai  V 13:00
32 0,4
13:30 32
0,4 14:00
32 0,4
14:30 33
0,4 15:00
32 0,2
15:30 31,5
0,3 16:00
32 0,3
16:30 31,5
0,2
Sumber : Pengolahan data
Berdasarkan  nilai tabel  di atas  maka dapat dibuat grafik  hubungan antara waktu  pengukuran  dengan  intensitas  cahaya  dan  tegangan.  Bentuk  grafik  seperti
ditunjukkan pada Gambar 17 dan 18.
Gambar 17 Kurva suhu yang terukur Gambar di  atas  menunjukkan perubahan suhu terbesar terjadi pada pukul
10:30 WIB sebesar 1,5
o
C. Untuk rata-rata suhu yang terukur pada saat penelitian adalah  sebesar  31,156
o
C.  Suhu  tertinggi  terukur pada  pukul  14:30  WIB  sebesar 33
o
C.  Adapun  suhu  terendah  terukur  pada  pukul  09:00  dan  09:30  WIB  dengan rata-rata sebesar 28
o
C.
25 26
27 28
29 30
31 32
33 34
S u
h u
o C
Waktu Pengukuran
Suhu
Gambar 18 Kurva hubungan suhu dengan tegangan baterai Berdasarkan  gambar  di  atas  tegangan  yang  terukur  tinggi  terjadi  pada
pukul 10:00 , 10:30, dan 12:30 WIB sebesar 0, 6 V, dengan suhu rata-rata sebesar 30,5
o
C.  Adapun  tegangan  yang  terkurur  rendah  didapat  pada  pukul  ke  9:30, 15:00, dan 16:30 WIB sebesar 0,2 V, dengan suhu rata-rata sebesar 30,5
o
C. Dari grafik  di  atas dapat dilihat  jika semakin tinggi suhu,  maka tegangan
yang  dihasilkan  semakin  rendah.  Hasil  ini  sesuai  dengan  pernyataan  Rosenblum 1991  yang  diacu  oleh  Laksnawi  2006,  bahwa  I
sc
akan  mengalami  perubahan dengan  meningkatnya  suhu,  kenaikan  kurang  lebih  0,04
o
C.  Sedangkan  V
oc
akan  mengalami  perubahan  yang  besar,  pengurangan  tegangan  kurang  lebih  0,3
o
C.  Menurunnya  tegangan  bisa  terjadi  dikarenakan  heat  sink  yang  terpasang pada  regulator  tidak  cukup  bagus  untuk  untuk  menyerap  panas  dari  komponen
elektronik biasanya IC atau Transistor daya.
5.1.2 Battery control unit