Diameter Telur Jumlah Larva

10

3.1.6 Sintasan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan bioflok tidak memberikan pengaruh terhadap sintasan atau tingkat kelangsungan hidup ikan nila P0,05 Lampiran 7 dengan rata-rata untuk masing-masing perlakuan adalah 99,17 untuk kontrol dan 97,50 untuk BFT. Gambar 6. Tingkat kelangsungan hidup induk ikan nila ikan nila Oreochromis sp. yang dipelihara pada sistem BFT dan kontrol selama 84 hari masa pemeliharaan

3.2 Pembahasan

Reproduksi merupakan suatu proses biologi mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkannya individu baru larva yang melibatkan kinerja dari beberapa jenis hormon Bernier et al. 2009. Kegiatan reproduksi terjadi sesudah ikan mencapai masa dewasa, dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin serta hormon- hormon yang dihasilkannya. Perkembangan gonad ikan nila dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hormon, makanan, dan faktor lingkungan. Stickney 1979 mengemukakan bahwa ikan nila pada kondisi budidaya lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan ikan nila yang hidup di perairan alami. Karena pada kondisi budidaya, pakan yang diberikan berdasarkan kebutuhan ikan tersebut. Menurut Lagler et al. 1977 ada dua faktor yang memengaruhi kematangan gonad yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam meliputi perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat fisiologi ikan itu sedangkan faktor luar adalah makanan, suhu, dan arus. Selama perkembangan gonad, sebagian besar hasil metabolisme ditujukan untuk perkembangan gonad. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan- perubahan dalam gonad. Pengetahuan tentang tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui waktu pemijahan, ukuran pertama kali matang 99,17 97,50 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 kontrol BFT SR Perlakuan a a 11 gonad, hubungannya dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang memengaruhinya Effendie 2002. Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama cara histologi dilakukan di laboratorium, yang kedua cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. Pada penelitian ini, pengamatan kematangan gonad dilakukan melalui pengamatan morfologi. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat seperti diameter telur Effendie 2002. Ukuran tingkat perkembangan ovarium dapat dinyatakan dalam satuan indeks dari persentase bobot gonad per bobot tubuh dan dinyatakan sebagai satuan IGS. Nilai IGS untuk masing-masing TKG menurut Azwar 1997 disajikan pada Tabel 3. Nilai IGS untuk masing-masing TKG menurut Azwar 1997 sebagai berikut: Tabel 3. Nilai IGS untuk masing-masing TKG Azwar 1997 TKG Nilai IGS Ciri-ciri I 0,20 ovarium berwarna putih, transparan, oosit dan oogonia hanya dapat terlihat dengan menggunakan mikroskop. Sel telur terdiri dari oosit stadum 1 oosit awal dengan inti besar di tengah. II 0,21-0,80 terbanyak pada kisaran 0,21-0,60 ovarium berwarna kuning terang, butiran oosit mulai terlihat dengan mata, secara mikroskopis terlihat adanya oosit stadium 2, namun oosit belum terisi kuning telur previtelogenesis, ovarium terdiri dari oosit stadium 1 dan 2, sebagian besar oosit masih stadium 1. III 0,61-2,20 Terbanyak pada kisaran 0,61-1,80 ovarium berwarna kuning tua, terdiri dari oosit stadium 1, 2, dan 3 oost vitelogenesis, oosit terbanyak masih pada fase previtelogenesis. Oosit mudah dipisahkan. IV 2,21-4,20 terbanyak pada kisaran 2,41-4,20 ovarium berwarna coklat gelap, butiran terlihat jelas dan mudah dipisahkan. Sebagian besar oosit pada stadium 3 dan 4 dapat mencapai 64,92. V 1,01-2,40 ovarium putih kekuningan, ukurannya berkurang menyerupai TKG I dan II. Ovarium terdiri dari oosit stadium 1, 2, dan hanya sedikit ditemui oosit stadium 3.