Hasil Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

dan diuji di banyak negara termasuk Thailand. Etanol pencampuran dengan solar biasa untuk membentuk diesohol telah dikenal sebagai salah satu strategi untuk mengurangi penggunaan solar biasa. Namun, pengemulsi tersebut diperlukan untuk menghomogenkan campuran. Dalam penelitian ini, biodiesel menawarkan aplikasi alternatif sebagai emulsifier dan aditif dipakai untuk diesohol. Uji emulsifikasi dilakukan untuk memilih campuran yang tepat. Diagram tiga fasa dibangun untuk memverifikasi suatu komposisi yang tepat emulsi. Sifat fisik dan kimia dari campuran yang dipilih diperiksa untuk memenuhi persyaratan dari diesel konvensional. Hasil dari percobaan yang menjanjikan segra. Menunjukkan studi yang sedang berlangsung bahwa diesohol dihomogenkan oleh biodiesel dapat menjadi calon yang baik untuk mesin diesel. Rifaat 2009 melakukan penelitian mengenai korelasi antara sttruktur kima biodiesel dan sifat fisiknya. Penelitian melihat bahwa Biodiesel adalah Bahan bakar yang dapat diperbaharui serta biodegradable, ramah lingkungan, hemat energi, substitusi bahan bakar yang dapat memenuhi kebutuhan keamanan energi tanpa mengorbankan kinerja operasional mesin. Oleh karena itu memberikan solusi layak untuk krisis kembar deplesi bahan bakar fosil dan kerusakan lingkungan. Sifat-sifat dari berbagai ester lemak individu yang terdiri dari biodiesel menentukan sifat-sifat keseluruhan dari bahan bakar biodiesel. Pada gilirannya, sifat dari ester lemak ditentukan oleh berbagai fitur struktural dari asam lemak dan gugus alcohol yang terdiri dari ester lemak. Pemahaman yang lebih baik struktur-fisik hubungan properti dalam ester asam lemak ini penting ketika memilih minyak nabati yang akan memberikan kualitas biodiesel yang diinginkan. Dengan memiliki akurat pengetahuan tentang pengaruh struktur molekul pada sifat ditentukan, komposisi dari minyak dan alkohol yang digunakan keduanya dapat dipilih untuk memberikan kinerja yang optimal. Dalam makalah ini disorot hubungan antara struktur kimia dan sifat fisik ester minyak nabati ditinjau dan rekayasa profil asam lemak untuk mengoptimalkan karakteristik bahan bakar biodiesel. Campbell 2008 melakukan penelitian mengenai Biodiesel : Alga adalah salah atau bahan bakar nabati untuk bahan bakar cair. Dunia sedang menghadapi penurunan cadangan bahan bakar cair pada saat permintaan energi meledak. Sebagai dwindles pasokan dan meningkatnya biaya, negara-negara akan dipaksa untuk memanfaatkan sumber energi alternatif. Batubara, baik non-terbarukan dan merusak lingkungan, adalah kandidat jangka dekat yang paling mungkin untuk menggantikan minyak sebagai sumber energi primer. Dalam rangka untuk mencapai pasokan energi yang aman dan stabil yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungan, sumber energi terbarukan harus dieksplorasi dan teknologi yang menjanjikan harus dikembangkan. Biodiesel berasal dari biomassa ganggang hijau memiliki potensi untuk volume tinggi, biaya produksi yang efektif. Hal ini dapat karbon netral dan diproduksi secara intensif pada area yang relatif kecil lahan marginal. Kualitas produk bahan bakar minyak diesel sebanding dengan dan dapat digabungkan dengan perubahan minimal ke dalam infrastruktur bahan bakar yang ada. Teknik yang inovatif, termasuk penggunaan limbah industri dan domestik sebagai pupuk, dapat diterapkan untuk lebih meningkatkan produktivitas biodiesel. Sugiyono 2005 Dengan harga minyak mentah sebesar 40 USbarel, teknologi transportasi berbasis minyak solar dan bensin ternyata masih tetap lebih ekonomis dibanding dengan penggunaan biodiesel atau bioethanol. Biodiesel dan bioethanol dapat bersaing dengan Bahan Bakar Minyak pada harga minyak mentah di atas 55 USbarel. Namun demikian pada harga minyak mentah di atas 55 USbarel menyebabkan teknologi transportasi berbasis Bahan Bakar Gas juga menjadi pilihan yang optimal. Makalah ini membahas salah satu aspek pengembangan biofuel yang berkaitan dengan harga minyak mentah. Masih banyak aspek seperti: aspek lingkungan, aspek pencampuran biofuel dengan BBM, aspek teknologi pemrosesan, dan aspek sumber daya alam perlu menjadi pertimbangan dalam pengembangan. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut berbagai aspek tersebut dalam membuat strategi untuk pengembangan biodiesel dan bioethanol di masa datang. Szulczyk dan McCarl 2010 meneliti mengenai Penetrasi pasar biodiesel. Penelitian ini menguji secara rinci teknologi dan ekonomi dari mengganti biodiesel untuk solar 2. Usaha ini membahas tiga bidang. Pertama, manfaat biodiesel diperiksa, dan teknis masalah skala besar implementasi. Kedua, kemungkinan produksi biodiesel yang diperiksa untuk minyak kedelai, minyak jagung, lemak, dan kuning lemak, yang merupakan sumber terbesar bahan baku untuk Amerika Serikat. Memeriksa secara rinci kemungkinan produksi memungkinkan untuk mengidentifikasi tingkat perubahan teknologi, biaya produksi, produk sampingan, dan Gas Rumah Kaca GRK. Akhirnya, model fasomghg digunakan untuk memprediksi penetrasi pasar biodiesel, mengingat kemajuan teknologi, berbagai teknologi dan bahan baku, interaksi pasar, harga energi, dan setara dioksida harga karbon. Faosmghg memiliki hasil yang menarik. Pertama, harga solar berdampak ekspansif terhadap industri biodiesel. Semakin tinggi harga solar, biodiesel lebih dihasilkan. Namun, mengingat keadaan yang paling menguntungkan, penetrasi pasar biodiesel maksimum adalah 9 persen pada 2030 dengan harga diesel 4 per galon. Kedua, dua sumber dominan biodiesel dari jagung dan kedelai. Sumber-sumber seperti lemak dan minyak kuning lebih terbatas, karena mereka adalah produk sampingan lainnya industri. Ketiga, harga gas rumah kaca berdampak ekspansif pada harga biodiesel, karena biodiesel adalah gas umah kaca cukup efisien. Akhirnya, subsidi pemerintah Amerika Serikat pada biofuel berdampak ekspansif terhadap produksi biodiesel yang data meingkakan penetrasi pasar mnimal 3 persen. Stambul 2009 dalam tulisannya mengenai dilema Indonesia antara memilih krisis energi dan krisis pangan, dalam tulisannya menyatakan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 1 juta barel minyak per hari, sementara konsumsi mencapai 1.4 juta barel. Kekurangan 0.4 juta barel ditutup dengan impor. Cadangan minyak bumi diperkirakan 9 miliar barel, dengan konsumsi 1.4 juta barel per hari atau setahun 450 juta barel, maka cadangan tersebut akan habis dalam waktu 20 tahun. Kalau dilihat harga minyak fosil semakin tinggi, tahun 2003 harga minyak dunia US 25 per barel, dua tahun kemudian US 60 per barel. Pada tahun 2008 melonjak menjadi US 92 per barel bahkan sempat menembus angka US 150 per barel. Namun, memasuki tahun 2009 kembali turun ke angka US30 per barel, tapi kini harga naik lagi US54 per barel. Munculnya masalah di atas akan berdapak negatif terhadap petani yang mengalihkan lahan mereka dari tanaman pangan ke tanama biofuel dan lamat laun akan terjadi ancaman food security. Sehingga tulisan ini memberikan kesimpulan sangat diperlukan pegembangan biofuel dan biodiesel sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan dan perlu ada titik kompromi agar biofuel dan biodiesel tidak berdampak food insecurity, dengan menggunakan lahan kritis bukan lahan produktif yang digunakan untuk tanaman pangan. Arianto 2007 melakukan penelitian mengenai korelasi harga minyak sawit dan harga minyak bumi serta kelayakan konversi palm-biodisel, dalam penelitian dihasilkan pengujian secara statisik korelasi harga minyak sawit pada priode 1999 sampai 2007 menunjukan bahwa minyak sawit dan minyak bumi memang berkorelasi positif sebesar 0.68. Berdasarkan pengujian korelasi dan regresi harga minyak sawit dan harga minyak bumi pada bebagai tahun terdapat hasil nilai korelasi pada priode 1999-2007, 199-2005, 2006-2007 dan 2007 terdapat korelasi sebesar 0.68, 0.14, 0.73 dan 0.97. Terlihat pada hasil korelasi pengujian tahun 2007 yang mempunyai nilai korelasi tertinggi. Dalam penelitian tersebut juga disinggung faktor-fakotr yang mempengaruhi permintaan biodisesel antara lain Kyoto protocol yang mengatur emisi karbon, Regulasi pemerintah kewajiban menggunakan energi hijau, dan pengurangan pajak bagi pengguna energi hijau, Proteksi pemerintah berupa dukungan untuk petani dan perkebunan, meningkatnya kebutuhan energi dunia seperti di China dan India. Goldemberg 2008 penelitian tentang “Pendekatan multifeedstock adalah penting untuk produksi biofuel berkelanjutan di Afrika Selatan ”. Berkaitan dengan produksi etanol, biofuel produsen harus diperbolehkan untuk mengakomodasi berbagai tumbuhan sebagai bahan baku biofuel termasuk tanaman jagung. Sebuah multifeedstock pendekatan akan memungkinkan produsen untuk memilih tanaman cocok dengan agroklimat dari daerah ditempat mereka berada dan digunakan suatu cara untuk meminimalkan biaya logistik dan produksi yang mendekati pasar. Beberapa waktu terakhir, rencana untuk menggunakan jagung untuk memproduksi etanol telah menaikkan kekhawatiran bahwa hal ini dapat merusak ketahanan pangan di Afrika Selatan. Penelitian ini berkonsentrasi pada dampak pada ketahanan pangan adalah ketika jagung digunakan untuk memproduksi etanol. Dikatakan bahwa peningkatan permintaan lokal untuk jagung akan memastikan Afrika Selatan penuh potensi produksi jagung dapat digunakan. Hal ini akan memberikan kontribusi untuk ketahanan pangan dengan membantu kemudahan harga menaik, dan menjamin pasokan yang lebih besar dari jagung. selain itu, terdapat yang penting dalam pembangunan pedesaan dan logistik akan mendapat keuntungan untuk menggunakan jagung untuk memproduksi etanol. Selain itu di Afrika Selatan, tidak seperti ini kasusnya di Amerika Serikat dan Uni Eropa, di mana produksi biofuel yang terutama didorong oleh keamanan energi dan lingkungan, motivasi utama untuk produksi biofuel adalah untuk menciptakan peluang mendapatkan penghasilan berkelanjutan pendapatan marginal daerah. Perluasan budidaya jagung untuk produksi etanol memiliki potensi penting dalam hal ini. Hernas 2009 menulis mengenai “Pangan dan Bioenergi Saling Mendukung ” mengatakan bahwa Bioenergi, alias energi berbasis bahan hayati, mencakup 2 kategori energi komersial. Yang pertama dan lebih utama adalah Bahan Bakar Nabati BBN atau biofuels, yang kedua adalah listrik berbasis biomassa biomass-based electricity. Pengembangan industri BBN dewasa ini menjadi arus utama mainstream dinamika sektor energi di seluruh dunia. Ini bisa dimaklumi mengingat, ditengah bergeloranya kehendak untuk mengurangi ketergantungan pada Bahan Bakar Minyak BBM yang mengakibatkan pemanasan global, BBN merupakan bahan bakar yang paling mudah dibuat dari aneka sumber energi terbarukan yang ada biomassa, panas bumi, tenaga air, tenaga angin, sinar surya, dsb.. Karena Bahan Bakar Minyak berperan sangat kritikal dalam sektor transportasi, maka produksi dan pemanfaatan 2 Bahan Bakar Nabati yang sesuai untuk penggunaan dalam transportasi darat, yaitu bioetanol dan biodiesel masing-masing untuk pencampurpengganti bensin dan solar menjadi fokus perhatian berbagai negara. Fakta dewasa ini bahwa keduanya dibuat dari bahan pangan, yaitu bioetanol dibuat dari bahan bergulaberpati sedang biodiesel dibuat dari minyak nabati, menimbulkan kekuatiran bahwa penyediaan BBN akan bersaing dengan dan mengancam ketersediaan pangan. Secara umum sebenarnya tak perlu mengkuatirkan terjadinya persaingan “pangan versus bahan bakar” tersebut, karena para periset dan pengembang teknologi Bahan Bakar Nabati sebenarnya telah sejak lama menyadari marabahaya itu dan kini sedang melakukan bahkan hampir menuntaskan pengembangan teknologi Bahan Bakar Nabati generasi kedua. Ini adalah teknologi pembuatan BBN dari bahan-bahan yang secara ilmiah dikenal dengan nama bahan lignoselulosa dan mencakup antara lain bagas tebu, jerami dan sekam padi, batang dan tongkol jagung, tandan kosong sawit, dan kayu perhatikan bahwa contoh-contoh yang disebut ini sebagian besar adalah sisa panen produk pangan. Pabrik biodiesel generasi kedua yang pertama disebut pabrik biodiesel BTL atau Biomass-To-Liquids telah mulai beroperasi tanggal 18 April 2008 di Freiberg, Jerman, memproduksi 18 juta litertahun biodiesel BTL dari bahan mentah limbah kayu dahan, ranting, dan sisa pemotongan. Pabrik-pabrik demonstrasi bioetanol generasi kedua kini sedang dibangun di Amerika Serikat dan Kanada berlainan dengan di Eropa, bagian terbesar kendaraan transportasi di Amerika Utara berbahan bakar bensin. Presiden A.S., G.W. Bush, rasa-rasanya tak mungkin mendeklarasikan program “20 in 10” substitusi 20 BBM oleh BBN pada 2017 alias 10 tahun sejak tahun pendeklarasian yaitu 2007, tanpa jaminan bahwa teknologi bioetanol generasi kedua sudah komersial sebelum tahun 2015. Berkembangnya teknologi Bahn Bakar Nabati generasi kedua tersebut di atas hendaknya menenteramkan hati kita semua bahwa Bahan Baar Nabati tak akan bersaing dan bahkan saling mendukung meningkatkan nilai tambah dengan pangan. Sekarang ini, kita bangsa Indonesia sebaiknya mengantispasi dengan baik era BBN dunia dengan mengembangkan tumbuh-tumbuhan penghasil bahan pangan yang a menghasilkan biomassa sisa panen besar padi, sawit, kelapa, jagung, tebu, sorgum, jalihanjeli, dll. atau b tumbuh cepat sehingga bisa dirotasi tebang-tanam dalam jangka 3 – 8 tahun contoh : kacang hirisgude, sukun, kelor, dll.. Goldemberg 2008 melakukan penelitian mengenai “The Bazilian biofuels industry ” menyatakan Etahanol adalah suatu hasil dari biofuel yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti sebesar 3persen dari bahan baku fossil. Pada umumnya biofuel diperoduksi dari sugarcane di Brazil dan Jagung di Amerika Serikat. Dampak lain yang bisa diambil adalah kontribusi ethanol yang dapat mengurangi emisi rumah kaca. Di Brazil 325 plants yang meghasilkan 425 tons sugarcane per tahun, dimana 50persen digunakan untuk produksi gula dan 50persen untuk bioethanol. Zheng 2008 melakukan penelitian mengenai ”Penyediaan bahan baku biofuel di Washington mengalami ketidakpastian harga ” mengatakan bahwa Biofuels, sebagai alternatif bahan bakar untuk transportasi, kini digunakan secara global. Merupakan keuntungan bagi negara pemasok adalah mencari cara yang efisien untuk merangsang biofuel di negara industri dan ekonomi lokal. Karya ini menggunakan mean-variance model dalam memaksimumkan utilitas dalam memperkirakan keseimbangan penggunaan penyediaan tanaman baku biofuel di Washington. Antara lain mempertimbangkan risiko harga, memeriksa hasil statika komparatif model, dan juga digunakan untuk pengambilan keputusan penting sebagai implikasi bagi petani bahan baku biofuel di Washington. Dari tiga potensi tanaman bahan baku biofuel , hanya satu yang dapat diimplikasikan di Washington. Hochman and Steven 2008 melakukan penelitian tentang “The economiccs of Biofuel Policy and Biotechnology “ menggunakan sebagian keseimbangan perdagangan untuk menunjukkan bahwa kerangka kebijakan biofuel dapat pengganti kebijakan pertanian tradisional yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan tani. Ia juga menunjukkan bagaimana makanan volatility pasar dapat menimbulkan puncak di industri etanol, sehingga dari episode kebangkrutan dan pengurangan modal investasi. Karya ini lebih lanjut model efek dari dua spesifik inovasi teknologi-cellulosic ethanol pertanian dan bioteknologi-makanan dan bahan bakar pasar dan teknologi menunjukkan bahwa etanol dapat menurunkan volatility pasar. J parameterized model digunakan untuk menggolongkan dampak biofuels makanan dan pasar bahan bakar. David dan Jean 2006 mealukan penelitian mengenai ”Dampak produksi biofuel produksi pada pekerjaan dan pendapatan petani suatu kasus di Perancis ” bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana kosekuensi kesejahteraan petani perencanaan produksi massal biofuel yang akan diatur di Perancis. Yang mana akan mempunyai konsekuensi dua kali lipat. Di satu sisi, akan diusahakan untuk mengukur kelebihan produksi tanaman bahan baku energi, dan juga akan dinilai bagaimana kelebihan tanaman baru ini dapat membantu mempertahankan beberapa usaha pertanian seperti pendapatan tambahan. Pertanyaan-pertanyaan ini diperlukan untuk membangun model kesimbangan OSCAR. Kesimpulan artikel dikatakan bahwa dampak pembangunan biofuel secara besar-besaran pada pendapatan dan pekerjaan petani akan tetap cukup sederhana. Yang benar-benar merupakan kepentingan petani yang nyata diperoleh dari biofuels terutama terletak di kapasitas yang merangsang kekurangan pasokan sepanjang tanaman pangan bersangkutan, maka yang mengarah terhadap harga umum. Ia juga harus dicatat bahwa penelitian dibatasi hanya dalam satu- satunya sektor pertanian. Tentu saja, beberapa pekerjaan yang akan diciptakan dalam transformasi tanaman biofuel. Sesuatu yang tidak bisa disangkal adalah suatu tema yang menarik mengenai impor dari biofuels, yang dapat mengubah efek harga positif Johnston 2006 melakukan penelitian mengenai perbandingan secara global potensi produksi biodiesel nasional, secara umum studi yang menyajikan konsistensi, tingkat nasional evaluasi potensi volume dan harga biodiesel, direplikasi di 226 negara, dan wilayah protectorates. Memanfaatkan semua komersial diekspor lipid feedstocks yang ada lahan pertanian, kami membandingkan atas batas untuk memperluas potensi biodiesel produksi dalam hal mutlak biodiesel volume, potensi keuntungan dari biodiesel ekspor, dan potensi dari produksi minyak nabati diperluas melalui meningkatkan hasil pertanian. Temuan-temuan ini dibandingkan negara di berbagai ekonomi, energi, dan lingkungan metrik. Kami menunjukkan hasil-batas atas volume di seluruh dunia potensi dari 51 milyar liter dari 119 negara; 47 miliar yang dapat menghasilkan laba pada hari ini harga impor. Juga signifikan memperoleh produksi yang dimungkinkan melalui peningkatan hasil pertanian - 12 kali lipat lebih meningkatkan potensi yang ada, terutama pada hinging lebih baik dari manajemen oilseed varietals tropis. Wirawan 2006 dalam tulisannya berjudul ”The Current and Prospects of Biodiesel Develpment in Indoensia : A Review ” memberikan kesimpulan bahwa upaya pemerintah untuk mengembangkan biodiesel di Indonesia sebenarnya telah dilakukan beberapa tahun lalu. Berkurangnya sumber daya energi fosil, peningkatan konsumsi domestik diesel minyak, kenaikan harga minyak mentah, masalah lingkungan dan kelimpahan bahan mentah material menjadi latar belakang utama pengembangan biodiesel Kesempatan untuk pasar biodiesel telah banyak dibuka sebagai pemerintahan sekarang sepenuhnya mendukung pengembangan biofuel. Dukungan ini diwujudkan dalam beberapa pemerintah peraturan yang mencakup Kebijakan Energi Nasional Peraturan Presiden No 5 2006 dan Instruksi Presiden No.12006, SNI 04-7182-2006 Standar Biodiesel dan Keputusan Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal No 3675K2DJM2006 tentang pencampuran regulasi. Peraturan ini telah membuat jalan bagi Pertamina untuk peluncuran biosolar Biodiesel B5 di seluruh Outlet Bahan Bakar Pertamina di Jakarta dan kemudian akan di seluruh Indonesia. Sebagai perusahaan yang memasok 99persen bahan bakar domestik, Pertamina harus jaminan untuk menjadi pengambil dari produser biodiesel domestik. Tahapan pengembangan biodiesel dari penelitian untuk siap dikomersialisasikan memiliki telah dilakukan dan beberapa tonggak penting telah dicapai tetapi lebih masih harus dilakukan. Ini termasuk cara untuk mempercepat pembangunan pabrik biodiesel baru, perkebunan sebagai pendorong utama dalam kontinuitas bahan baku yang didukung oleh pemerintah berkomitmen kebijakan dan peraturan. Ini berarti seluruh stakeholder biodiesel harus bekerja lebih keras untuk keberhasilan program biodiesel di Indonesia. Aqba 2010 melakukan penelitian mengenai Pengembangan Industri Biodiesel untuk Transportasi Secara Efektif di Pedesaan makalah ini mengkaji dampak industri pada transformasi pedesaan di Nigeria. Dimana tempat industri biofuel sebagai instrumen keunggulan yang efektif dalam pembangunan pedesaan. Potensi daerah pedesaan yang mendukung pengembangan biofuel industri di Nigeria serta tantangan untuk perkembangannya sama-sama dibahas. Sejalan dengan tantangan dan menempatkan kertas ini ke tempat pengembangan biofuel industri sebagai alat penting untuk transformasi pedesaan di Nigeria, menyusul rekomendasi antara lain dibuat bahwa penggunaan lahan di Nigeria tindakan harus diubah dengan tujuan untuk membuat lahan yang tersedia untuk pertanian skala besar pinjaman jangka panjang dan insentif pertanian harus diberikan kepada petani terutama di daerah pedesaan untuk menumbuhkan tanaman yang mendukung produksi biofuel. Wijaksana dan Kusuma 2007 melakukan penelitian mengenai sebuah Studi Eksperimental pada tentang mesin diesel yang menggunakan minyak Biodiesel kelapa sawit. Karena harga minyak diesel terus berubah dan cadangan terus menurun, penggunaan minyak diesel untuk transportasi dan atau industri harus diminimalkan dan diganti sebanyak mungkin oleh alternatif biofuel. Salah satu alternatif biofuel adalah minyak sawit mentah biodiesel, yang diproduksi oleh pencampuran minyak kelapa sawit dengan metanol dan hydrxide kalium dalam konsentrasi tertentu, sehingga akan memiliki karakteristik fisik yang erat sebagai minyak diesel. Sesuai untuk menguji untuk penggunaan biodiesel ini pada mesin diesel, dapat dilihat sangat jelas bahwa pada kecepatan 2050 rpm atas pada diesel mesin, rata-rata, penggunaan biodiesel ini memiliki konsumsi bahan bakar lebih rendah dibandingkan dengan minyak diesel, sedangkan bio-diesel memiliki konsumsi bahan bakar lebih tinggi spesifik daripada bio-diesel. Sebaliknya, penggunaan biodiesel ini belum diberi meningkatkan torsi, daya yang efektif, dan efisiensi termal sebagai minyak diesel. Dewi dan Fatimah 2009 melakukan penelitian mengenai dampak permintaan biodiesel dari kelapa sawit pasar Malaysia dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, dengan latar belakang kekhawatiran mengenai peningkatan keamanan pasokan energi serta kepedulian lingkungan telah meningkatkan minat untuk sumber energi terbarukan. Hal ini telah mengakibatkan beberapa negara untuk mencari berbasis bio energi alternatif yang mengarah pada peningkatan permintaan untuk bio berbasis bahan baku seperti kelapa dan minyak rapeseed untuk biodiesel dan gula tebu dan jagung untuk etanol. Karena pentingnya peningkatan biodiesel di Malaysia dan di tempat lain, dampak dari permintaan baru telah menambahkan dimensi baru dalam lemak dan pasar minyak khususnya kelapa sawit. Makalah ini berusaha untuk menguji dampak dari permintaan biodiesel minyak sawit Malaysia industri. Studi ini mencoba untuk mengintegrasikan dinamika ekonometrik dan sistem pendekatan dalam pemodelan minyak sawit pasar di Malaysia. Salah satu masalah dengan pemodelan ekonometrik adalah ketidakmampuannya untuk berurusan dengan hubungan timbal balik dari skenario dunia nyata jika tidak ada data. Dinamika sistem pada sisi lain memberikan alternatif platform untuk menangani sistem umpan balik multi-loop dan nonlinier yang ada di pasar yang kompleks seperti kelapa minyak. Ini menganalisis perilaku dari sistem komoditas dengan mengidentifikasi hubungan sebab dan akibat dan umpan balik kontrol yang menciptakan dinamika dalam sistem. Elemen sistem yang dimasukkan dalam model ini adalah, pasokan, domestik permintaan, permintaan ekspor, harga harga dunia, domestik dan saham. Model secara umum mampu menangkap kompleks ketergantungan yang ada dalam sistem dan dapat digunakan untuk mempelajari efek perubahan dalam satu atau lebih dikontrol peubah pada kinerja sistem. Sulistyanto 2011 melakukan peneliian dengan judul Faktr-faktor yang mempengaruhi Kinerja Ekspor Minyak Mentah di Indonesia. Kelapa sawit telah memainkan peran penting dalm pereknomian. Sejak tahun 2007, Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit mentah utama di dunia dengan total produksi 16.8 juta ton. Penenlitian ini bertujuan untuk menganalisis yang mempengaruhi kinerja ekspor minyak sawit mentah. Alat analisis utama adalah regresi berganda dengan data 38 tahun. Ditemukan bahwa kebijakan pemerintah tidak optimal dalam mendukung ekspor minyak sawit mentah, sementara pembiayaan ekspor merupakan factor yang penting dimana factor lain adalah harga minyak sawit di pasar dunia. Sementara itu harga minyak dunia memiliki signifkan negatif. Harga minyak bunga matahari dan kedelai memiliki positif dan sigifikan berdampak pada ekspor minyak sawit mentah Peubah yang tidak memilik dampak adalah harga minyak mentah dalam negri, konsumsi, volume produksi minyak mentah, nilai tukar, PDB per kapita, kebijakan pemerintah. Meskipun terkena dampak krisis global ekspor Indonesia mash memilki prospek yang baik yang sangat ceraj di masa mendatang. Zen 2006 melakukan penelitian mengenai Kelapa Sawit di Indonesia memperbaiki Sosial Ekonomi. Pemerintah Indonesia telah menggunakan kelapa sawit sebagai alat utama perbaikan sosial-ekonomi pedesaan . Pemerintah melakukan hal ini melalui kebun inti yang dioperasikan oleh perusahaan real dan melalui membantu individu petani kecil. Inisiatif telah bersama-sama meningkatkan pendapatan lebih dari 500.000 petani, dan dapat dinilai intervensi pasar yang berhasil yang jauh lebih unggul laissez faire. Tapi meskipun kinerja ekonomi dan sosial rata-rata kedua inisiatif memiliki sudah wajar, hasil mereka sangat bervariasi. Lahan inti kadang-kadang menderita dari manajemen yang salah, hubungan masyarakat yang buruk, konversi lahan sulit, dan kesalahan instansi pemerintah dan koperasi pemukim. Mereka juga dihentikan pada 2001, karena langka keuangan. Bantuan kepada petani kecil secara individu selalu memiliki dana pendek, membatasi ruang lingkup. Kedua inisiatif yang dimulai pada masa Orde Baru, dan menghadapi tantangan baru dalam era demokrasi dan otonomi Daerah. Hasil analisis pada makalah ini tetap menunjukkan bahwa intervensi bahasa Indonesia harus dilanjutkan, meskipun dengan lebih banyak modal yang diberikan dan kekurangan mereka sedang diperbaiki. Ini menunjukkan bahwa intervensi sebanding dengan resmi upaya di negara-ngara lain untuk memeperkuat aksi dalam membantu desa katagori miskin. Susila dan Munadi 2008 meakukan penelitian mengenai dampak pengembangan biodiesel bebasis crude palm oil terhadap kemiskinan di Indonesia menggunakan model ekonometrika dan model simulasi memanfaatkan hasil-hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan biodiesel bebasis crude palm oil berengaruh positif terhadap industry crude palm oil namun terhadap industry minyak goreng domestic dan secara umum dapat mengurangi penduduk iskin walaupun relative kecil. Hsieh 2008 menerangkan hasil penelitiannya tentang dampak harga minyak terhadap kondisi makro ekonomi pada output yang fluktuasi di Korea bahwa dengan menerapkan model persamaan simultan, studi ini menemukan bahwa elastisitas output terhadap harga minyak riil diperkirakan -0,042, menunjukkan bahwa jika harga minyak riil naik 10 persen, GDP riil akan turun sebesar 0.42 persen Selain itu, output riil di Korea secara berhubungan positif dengan jumlah uang beredar, pengeluaran sedangkan harga saham berpengaruh negatif nyata depresiasi nilai uang won.

III. KERANGKA TEORITIS 3.1.

Teori Harga Harga komoditi merupakan titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Penawaran dan permintaan merupakan kekuatan pasar, apabila dalam proses produksi terjadi peningkatan, maka bisa menyebabkan terjadinya pergeseran kurva penawaran dan menyebabkan terjadinya penurunan harga. Begitu juga apabila terjadi peningkatan permintaan, maka akan menyebabkan kenaikan harga. Sumber : Pindyck, 1991 Gambar 3. Pengaruh Jumlah Pemintaan dan Penawaran Terhadap Harga dan Kuantitas Barang Dari Gambar di atas terlihat bahwa apabila terjadi kenaikan penawaran dari s1 ke s2 dengan permintaan tetap d1, maka harga akan turun dari p1 ke p2 dan kuantitas meningkat dari q1 ke q2. Apabila terjadi kenaikan konsumsi yang jauh lebih besar misalnya dari d1 ke d2 maka terlihat kuantitas meningkat dari q1 ke q2 dan harga naik dari p1 ke p3. Besarnya perubahan harga atau kuantitas tergantung besarnya kemiringan atau slope dari kurva penawaran dan permintaan, slope kemiringan terkenal dengan nilai elastisitas.

3.2. Fungsi Produksi Minyak Kelapa Sawit

Pindyck 1999 menyatakan produksi adalah suatu proses untuk mengubah suatu input menjadi output sehingga terjadi pertambahan nilai input atas komoditas tersebut. Yang dimaksud dengan input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi, sedangkan output adalah barang atau jasa yang dihasilkannya. Hubungan input dan output dapat digambarkan dalam hubungan fungsional melalui fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi input dengan hasil produksinya. Fungsi produksi juga mencerminkan tingkat teknologi yang digunakan, baik oleh perusahaan, Industri atau perekonomian. Hubungan input output tersebut digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: Y = FX1,X2,X3,…….. ,Xn ..................................................................1 dimana: Y = Produksi sebagai peubah dependent, dan Xi = Faktor produksi sebagai peubah independent. Dengan demikian maka pada tingkat teknologi tertentu, fungsi produksi minyak sawit dapat dinyatakan dalam formula,