Fungsi Produksi Minyak Kelapa Sawit
                                                                                M   = HL,
K, T,
U ..................................................................................2
dimana: M    = Jumlah produksi minyak kelapa sawit ton
L   = Luas areal produktif hektar K   = Jumlah Modal Ribu Rupiah
T   = Tenaga kerja  orang U    = Jumah tanda buah segarton
Selanjutnya  bila  kita  ingin  memaksimumkan  produksi  minyak  sawit dengan biaya tertentu, maka kita harus merumuskan fungsi biaya total. Perumusan
fungsi biaya total menurut Yogiyanto 1992, adalah sebagai berikut Bt
= Bo+P
1
L+P
k
K+P
t
T+P
u
U ......................................................................3
dimana: Bt   = Biaya Total Rupiahhektar
Bo   = Biaya Tetap Total Rupiahhektar P1   = Harga Lahan Rupiahhektar
Pk   = Harga Kapital Rupiahhektar Pt   = Harga Tenaga Kerja RupiahHok
Pu   = Harga Tandan Buah Segar Rupiahton Dengan  demikian  fungsi  keuntungan  produksi  minyak  sawit  dirumuskan
sebagai  fungsi  dari  harga  minyak  sawit  kali  jumlah  produksi  minyak  sawit dikurang biaya total, yaitu :
Π =
P
m
M -B
T
atau .....................................................................................4
. Π
=  P
m
h  L,  K,T,  U  -  B +  L  +  PkK+  P
t
T  +  P
u
U .................................5
Sehingga: π
= P
m
h L, K,T, U- Bo - P
L
L - P
k
K- P
t
T - P
U
U dimana:
π = Keuntungan Rupiah
Pm    = Harga minyak sawit rupiahton M     = Jumlah produksi minyak sawit ton
Bt     = Biaya RupiahHa Dari fungsi keuntungan yang disajikan  maka keuntungan maksimum akan
diperoleh jika turunan pertama keuntungan tersebut sama dengan nol dan turunan kedua  lebih  kecil  nol  nilai  Hessian  Determinant  lebih  besar  dari  nol.  Turunan
pertama dari fungsi keuntungan tersebut adalah: π
L = P
m
L – P
l
= 0 atau PmL  = P
l
π K = PmK – P
K
= 0 atau PmK  = P
K
π T = PmF – P
T
= 0 atau PmT  = P
T
π U = PmT – P
U
= 0 atau PmU = P
U
Dari  persamaan  di  atas  diketahui  dengan  bahwa  P
m
,  P
l
,  P
k
,P
t
,  P
u
merupakan  perubah  eksogen  sedangkan  M,  L,  K,T,  U  adalah  perubah  endogen. Oleh  karena  itu  fungsi  penawaran  minyak  sawit  dan  permintaan  faktor-faktor
produksi dirumuskan sebagai berikut: M  =  m P
m
, P
l
, P
k
,P
t
, P
u
L   =  l P
m
, P
l
, P
k
,P
t
, P
u
K  =  k P
m
, P
l
, P
k
,P
t
, P
u
T   =  t P
m
, P
l
, P
k
,P
t
, P
u
U  =  u P
m
, P
l
, P
k
,P
t
, P
u
Dari persamaan di atas terlihat bahwa perubahan harga minyak sawit Pm berhubungan  secara  positif  dengan  perubahan  permintaan  faktor-faktor  produksi
komoditi minyak sawit. Dengan demikian jika terjadi peningkatan harga minyak sawit akan menyebabkan bertambahnya permintaan terhadap faktor produksinya.
Disisi  lain  peningkatan  harga  faktor  produksi  akan  menurunkan  jumlah
penawaran  minyak  sawit,  sebab  turunan  pertama  dari  total  biaya    merupakan “Fungsi  Penawaran”.    Jika  produktvitas  minyak  sawit  per  hektar  lahan  dihitung
dengan membagi total produksi minyak sawit M dengan luas ML. Dan jika ML digantikan  dengan  Y  maka  fungsi  produktivitas  minyak  sawit  tersebut  dapat
dirumuskan sebagai berikut: Y   =  Y  P
m
,P
l
,P
k
,P
t
,P
u
…..…………………………………………...6 3.3.
Permintaan Faktor Produksi dan Penawaran Minyak Sawit
Berdasarkan  jangka  waktu  produksi  planning  horizon,  faktor  produksi dapat dibedakan atas faktor produksi tetap dan faktor produksi peubah. Pada Pasar
Persaingan  Sempurna,  seorang  produsen  mencapai  kondisi  keseimbangan penggunaan  suatu  input  apabila  nilai  produk  marginal  dalam  satuan  uang  atau
value  of  marginal  product  dari  input  sama  dengan  harga  per  unit  input  tersebut. Kurva  permintaan  produsen  akan  input  dinamakan  kurva  value  of  marginal
product  input  yang  bersangkutan  yang  diturunkan  dari  kurva  produk  marginal marginal  product.  Dengan  demikian  permintaan  akan  suatu  faktor  produksi
tergantung  pada  teknologi,  harga  faktor  produksi  dan  produktivitas  faktor produksi tersebut Boediono, 1990.
Pada  posisi  jangka  pendek  kita  dapat  membedakan  secara  jelas  faktor produksi  tetap  dan  faktor  produksi  peubah  tetapi  untuk  jangka  panjang  atau
jangka  sangat  panjang  maka  seluruh  faktor  produksi  cenderung  bersifat  peubah. Hal  ini  terjadi  karena  dalam  jangka  panjang  kemajuan  teknologi  produksi  akan
rnenyebabkan  perubahan  atau  perkembangan  produksi  yang  mengakibatkan produsen harus selalu menyesuaikan faktor produksi tetapnya dengan kebutuhan.
Untuk  membedakan  posisi  jangka  panjang  dan  jangka  sangat  panjang  kita  dapat
mengetahui  ada  tidaknya  perubahan  teknologi,  pada  umumnya  jangka  sangat panjang diindikasikan dengan adanya perubahan teknologi.
Jika dalam setiap proses produksi kita asumsikan bahwa produsen akan bertindak rasional  yaitu  dengan  memaksimumkan  keuntungan  pada  tingkat  biaya  tertentu
sesuai dengan harga pasar yang berlaku maka fungsi produksi dengan keuntungan maksimum dirumuskan secara matematis sebagai fungsi permintaan akan faktor-
faktor  produksi  yang  sekaligus  menjelaskan  fungsi  penawaran  produk  bagi industri yang bersangkutan Koutsoyiannis, 1977.
Untuk  mencapai  keadaan  fungsi  yang  optimal,  ada  syarat  yang  harus dipenuhi yaitu First Order Condition FOC dan Second Order condition SOC.
Pada  FOC  dinyatakan  bahwa  suatu  fungsi  akan  mencapai  keadaan  maksimum atau  minimum  jika  turunan  pertama  TP  tersebut  sama  dengan  nol  TP=0,  ini
berarti FOC merupakan syarat keharusan. Sedangkan SOC menunjuk pada salah satu  keadaan  saja  maksimum  atau  minimum,  dengan  memperhatikan  turunan
kedua TK dari fungsi yang dianalisis, jika TK 0  maka fungsi dalam keadaan maksimum  sebaliknya  apabila  TK    0  maka  fungsi  dalam  keadaan  minimum.
Dalam hal ini Henderson and Quandt, 1980 dan Koutsoyiannis, 1975 menyatakan bahwa  fungsi  akan  berada  dalam  keadaan  maksimum  jika  Hessian  Determinan-
nya lebih besar dari nol.