teridentifikasi pada saat melakukan tinjauan pustaka, yaitu pendekatan  klasifikasi untuk  model  pengelompokan,  fuzzy  expert  system  untuk  model  pengukuran
kinerja,  PROMETHEE  dan  sorting  untuk  model  pemilihan  kinerja  terbaik,  root cause  analysis  untuk  model  analisis  praktek  terbaik,  dan  diagnostik  untuk
penentuan  prioritas  perbaikan.  Adapun  framework  dari  model  perbaikan  kinerja PG yang dirancangbangun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 38.
Gambar 38  Framework Model Analisis Perbaikan Kinerja Pabrik Gula
5.3 Rancangbangun Model
Rancangbangun  model  bertujuan  untuk  menghasilkan  model  analisis perbaikan  kinerja.  Rancangbangun  model  dilakukan  dengan  mempertimbangkan
hasil tinjauan pustaka dan analisis sistem, studi dokumentasi serta hasil konsultasi dan konfirmasi dengan pakar. Model terdiri dari lima sub model yang terintegrasi.
Integrasi  antar  sub  model  dilakukan  dengan  menggunakan  output  sub  model sebagai input sub model berikutnya.
5.3.1 Model Pengelompokan
Model  pengelompokan  bertujuan  untuk  mengelompokkan  pabrik  gula PG  yang  memiliki  karakteristik  yang  serupa.  Pengelompokan  pabrik  gula
diperlukan untuk
menyetarakan pabrik
gula sehingga
layak untuk
Kondisi Riil Pengolahan Gula Ukuran
Kinerja Karakteristik
Pembeda Kinerja
Terbaik Praktek
Terbaik Prioritas
Perbaikan Pengukuran
Kinerja Pengelompokan
Pemilihan Kinerja
Terbaik Analisis
Praktek Terbaik
Penentuan Prioritas
Perbaikan Fuzzy Expert
System Klasifikasi
Promethee Sorting
Root Cause Analysis
Diagnostik
Analisis Perbaikan Kinerja
diperbandingkan. Untuk mengelompokkan PG yang memiliki karakteristik serupa dapat dilakukan dengan mengelompokkan PG berdasarkan karakteristik pembeda
pabrik  gula.    Karakteristik  pembeda  pabrik  gula  diidentifikasi  melalui  studi dokumentasi dan konfirmasi pakar.
Input  model  berupa    basis  data  yang  diperlukan  untuk  pengelompokan pabrik  gula.  Metode  yang  digunakan  untuk  pengambilan  keputusan
pengelompokan  pabrik  gula  yaitu  pendekatan  klasifikasi.  Output  dari  model pengelompokkan  PG  berupa  alternatif  kelompok  PG  sesuai  dengan  karakteristik
pembeda  pabrik  gula  beserta  anggota  kelompoknya.    Model  konseptual pengelompokan pabrik gula dapat digambarkan sebagai berikut :
Karakteristik Pembeda
Kelompok PG dan anggotanya
Klasifikasi Jumlah Kelompok
Kesamaan Ukuran
Gambar 39  Model Konseptual Pengelompokan Pabrik Gula
Pengelompokan  dilakukan  untuk  seluruh pabrik  gula  yang  menjadi  objek
kajian.  Kriteria  keputusan  yang  digunakan  untuk  mengelompokan  pabrik  gula berupa  karakteristik  pembeda  pabrik  gula.  Karakteristik  pembeda  pabrik  gula
ditetapkan berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan konfirmasi pakar Lampiran 5. Adapun karakteristik pembeda pabrik gula yaitu : 1 metode yang digunakan pada
proses pemurnian, dan 2 skala pabrik gula.
Metode pada Proses Pemurnian Secara  garis  besar,  untuk  menghasilkan  gula  kristal  putih  yang  sesuai
dengan spesifikasi, bahan baku tebu diproses melalui lima unit Moerdokusumo, 1993  yaitu  :  1  unit  operasi  gilingan,  2  unit  operasi  pemurnian,  3  unit  operasi
penguapan, 4 unit operasi kristalisasi, dan 5 unit operasi sentrifuse. Kualitas gula yang dihasilkan tergantung pada : 1 kualitas nira mentah, 2 metode pemurnian,
dan  3  cara  menerapkan  skema  masakan  dalam  proses  kristalisasi.  Kualitas  gula
yang sesuai spesifikasi diperoleh dari pemurnian nira  serta susunan bahan bukan
gula  dalam  larutan.  Proses  pemurnian  berfungsi  untuk  mengurangi  atau
menghilangkan zat bukan gula dari nira mentah seoptimal mungkin. Selanjutnya, Moerdokusumo 1993 menegaskan bahwa pada dasarnya unit operasi pemurnian
merupakan  faktor  yang  membedakan    pabrik  gula  mengingat  unit  operasi  yang
lain relatif sama di setiap pabrik gula.
Proses  pemurnian  dapat  dilakukan  secara  fisis  penyaringan  maupun kimiawi  pemanasan.  Secara  teoritis,  metode  Moerdokusumo  1993;  Efendi
2009 yang dapat digunakan pada proses pemurnian adalah : 1 Karbonatasi, yaitu proses  pemurnian  dengan  menambahkan  susu  kapur  CaO  berlebihan  dan
dinetralkan  menggunakan  CO
2
,  2  Sulfitasi,  yaitu    proses  pemurnian    dengan menambahkan  susu  kapur  CaO  berlebihan  dan  dinetralkan  menggunakan  SO
2
, 3  Defekasi,  yaitu    proses  pemurnian    dengan  menambahkan  susu  kapur  CaO
berlebihan  dan  dinetralkan  menggunakan  Phospat,  dan  4  kombinasi  dari  tiga metode tersebut. Kriteria yang digunakan untuk memilih metode yang digunakan
pada proses pemurnian adalah : 1 intensitas, 2 efisiensi, dan 3 efektivitas. Menurut  Effendi  2009  proses  pemurnian  yang  menggunakan  metode
defekasi  akan  menghasilkan  gula  yang  kurang  baik  karena  efek  pemurniannya rendah.  Sedangkan  metode  karbonatasi  memiliki  efek  pemurnian  yang  tinggi
sehingga  dapat  menghasilkan  gula  yang  baik  tetapi  biaya  bahan  pembantu  dan biaya  tenaga  kerja  sangat  mahal.  Metode  sulfitasi  dengan  efek  pemurnian  yang
cukup  akan  menghasilkan  gula  konsumsi  yang  cukup  baik  dengan  biaya  bahan pembantu  dan  biaya  tenaga  kerja  yang  lebih  rendah  dibandingkan  bila
menggunakan metode karbonatasi. Berdasarkan  data  P3GI  2001  dalam  Efendi  2009  dari  70  pabrik  gula
mayoritas  62  pabrik  gula  menggunakan  metode  Sulfitasi,  tujuh  pabrik  gula menggunakan  metode  Karbonatasi,  dan  satu  pabrik  gula  menggunakan  metode
Defekasi.  Berdasarkan  data  sekretariat  Dewan  Gula  Indonesia  2006  jumlah pabrik  gula  yang  beroperasi  hanya  58.  Dari  58  pabrik  gula  tersebut  hanya  tiga
pabrik  gula  yang  menggunakan  metode  Karbonatasi  sedangkan  yang  lainnya menggunakan  metode  Sulfitasi.  Oleh  karena  itu,    berdasarkan  proses  pemurnian
yang digunakan, pabrik gula dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok.
Skala  Pabrik Gula
Pabrik  gula  di  Indonesia  diklasifikasikan  menjadi  tiga  berdasarkan  skala kapasitas  giling  terpasang  pabrik  gula  yaitu  :    yaitu  1  pabrik  gula  berskala
kecil,  2  pabrik  gula  berskala menengah
,
dan  3  pabrik  gula  berskala besar.
Adapun  ketentuannya      adalah  sebagai  berikut  :  1  pabrik  gula  berskala  kecil terdiri dari pabrik gula yang mempunyai  kapasitas giling  3000 TCD, 2 pabrik
gula berskala menengah terdiri dari pabrik gula yang mempunyai kapasitas giling
3000 sampai dengan 6000
,
dan 3 pabrik gula berskala besar terdiri dari pabrik
gula yang mempunyai kapasitas giling  6000 TCD menjadi anggota kelompok Sawit  et  al  2004;  Efendi  2009.  Berdasarkan  skala  pabrik  gula  maka  pabrik
gula dapat dikelompokan menjadi tiga. Kapasitas  giling  merupakan  salah  satu  faktor  yang  berpengaruh  terhadap
kinerja  efisiensi pabrik gula Moerdokusumo 1993; Prihandana 2005; Khudori 2005;  Efendi  2009.  Kapasitas  giling  berpengaruh  terhadap  kinerja  pabrik  gula
mengingat  besarnya  biaya  giling  yang  dibutuhkan,  kapasitas  yang  rendah  akan menyebabkan kinerja pabrik gula rendah Prihandana 2005. Biaya produksi gula
per  unit  pada  pabrik  gula  berskala  kecil  jauh  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan pabrik gula berskala besar atau bermesin relatif baru Sawit et al 2004.
Berdasarkan  ke  dua  karakteristik  pembeda  pabrik  gula  maka  pabrik gula  dapat  dikelompokan  menjadi  6  kelompok  yaitu  :  1  pabrik  gula  dengan
proses  pemurnian  sulfitasi  yang  berskala  besar,  2  pabrik  gula  dengan  proses pemurnian  sulfitasi  yang  berskala  menengah  3  pabrik  gula  dengan  proses
pemurnian  sulfitasi  yang  berskala  kecil,  4  pabrik  gula  dengan  proses pemurnian  karbonatasi  yang  berskala  besar,  5  pabrik  gula  dengan  proses
pemurnian  karbonatasi  yang  berskala  menengah,  dan  6  pabrik  gula  dengan proses pemurnian karbonatasi yang berskala kecil.
Selanjutnya  ditentukan  konsep  kesamaan  interobject  similarity  yaitu ukuran  untuk  kesesuaian  atau  kemiripan  diantara  pabrik  gula  yang  akan  dipilah
menjadi  enam  kelompok.  Terdapat  dua  konsep  kesamaan  yaitu  1  association measures  untuk  pengelompokkan  berdasarkan  metode  proses  pemurnian,  dan  2
correlational measures untuk pengelompokkan berdasarkan skala pabrik gula.
Skala  penilaian  untuk  mengelompokan  pabrik  gula  menggunakan  skala nominal  berupa  label  1  dan  0.  Skala  tersebut  digunakan  karena  pengelompokan
dengan metode klasifikasi pada dasarnya akan membagi kelompok sesuai dengan jumlah kelompok yang telah ditentukan sebelumnya, dan memisahkan kelompok
berdasarkan anggota atau bukan anggota. Label 1 menunjukkan anggota dan label 0 menunjukkan bukan anggota.
Matriks  keputusan  pada  Tabel  7    di  bawah  ini  merupakan  matriks  yang digunakan untuk melakukan pengelompokan di antara beberapa alternatif pabrik
gula  yang  memenuhi  label  1  atau  tidak  memenuhi    label  0  kriteria  sebagai anggota kelompok.
Tabel 7  Matriks Keputusan Pengelompokan
Alternatif Kriteria
Pabrik Proses
Pemurnian Skala
Pabrik
PG 1 1 atau 0
1 atau 0 PG 2
1 atau 0 1 atau 0
PG 3 1 atau 0
1 atau 0 PG ...
1 atau 0 1 atau 0
PG n 1 atau 0
1 atau 0 Berdasarkan hal tersebut di atas, model pengelompokan pabrik gula dapat
digambarkan sebagai berikut :
Jumlah kelompok = 6
Kesamaan ukuran = association  correlational
Karbonatasi Sulfitasi
Proses Pemurnian Besar
Menengah Kecil
Skala Pabrik Gula Klasifikasi
Karakteristik Pembeda Karbonatasi, Kecil
Karbonatasi, Menengah Karbonatasi, Besar
Sulfitasi, Kecil Sulfitasi, Menengah
Sulfitasi, Besar Kelompok Pabrik gula
dan anggotanya
Gambar 40  Model Pengelompokan Pabrik Gula
Metode  klasifikasi  yang  digunakan  adalah  Decision  Tree,  melalui  Decision  Tree dapat  ditentukan  aturan  yang  dapat  digunakan    dalam  skema  pengambilan
keputusan. Decision Tree yang terbentuk adalah sebagai berikut :
KK KM
KB SM
SK SB
Ka rbo
na tas
i Sul
fitas i
30 00
TCD 3000
TC D
600 0 T
CD 6000
TC D
3000 – 6000
3000 – 6000
Gambar 41 Decision Tree Pengelompokan Pabrik Gula
Keterangan : KK
= PG dengan proses pemurnian karbonatasi yang berskala kecil KM
= PG dengan proses pemurnian karbonatasi yang berskala menengah KB
= PG dengan proses pemurnian karbonatasi yang berskala besar SK
= PG dengan proses pemurnian sulfitasi yang berskala kecil SM
= PG dengan proses pemurnian sulfitasi yang berskala menengah SB
= PG dengan proses pemurnian sulfitasi yang berskala besar Berdasarkan Decision Tree tersebut di atas maka aturan yang terbentuk adalah
sebagai berikut : Jika proses pemurniannya karbonatasi dan skala pabik  3000
maka KK Jika proses pemurniannya karbonatasi dan skala pabik 3000
– 6000 maka KM Jika proses pemurniannya karbonatasi dan skala pabik  6000
maka KB Jika proses pemurniannya sulfitasi dan skala pabik  3000
maka SK Jika proses pemurniannya sulfitasi dan skala pabik 3000
– 6000   maka SM Jika proses pemurniannya sulfitasi dan skala pabik  6000
maka SB
Skema  pengambilan  keputusan  pengelompokan  pabrik  gula  dapat  di  lihat  pada Gambar 42.
Proses pemurnian dan Kapasitas Giling
setiap pabrik gula Proses Pemurnian :
Karbonatasi ?
Kapasitas giling 3000
?
Kapasitas giling 3000  sampai dengan 6000
? Kapasitas giling
3000 ?
Kapasitas giling 3000  sampai dengan 6000
? Kelompok pabrik
gula dengan proses pemurnian
karbonatasi, skala pabrik menengah
Kelompok pabrik gula dengan proses
pemurnian karbonatasi, skala
pabrik kecil Kelompok pabrik
gula dengan proses pemurnian sulfitasi,
skala pabrik kecil Kelompok pabrik
gula dengan proses pemurnian sulfitasi,
skala pabrik menengah
Kelompok pabrik gula dengan proses
pemurnian sulfitasi, skala pabrik besar
Kelompok pabrik gula dengan proses
pemurnian karbonatasi, skala
pabrik besar Ya
Ya
Ya Ya
Ya Tidak
Tidak
Tidak Tidak
Tidak MULAI
SELESAI
Gambar 42  Skema Pengambilan Keputusan Pengelompokan Pabrik Gula
5.3.2 Model Pengukuran Kinerja