Skema pengambilan keputusan pengelompokan pabrik gula dapat di lihat pada Gambar 42.
Proses pemurnian dan Kapasitas Giling
setiap pabrik gula Proses Pemurnian :
Karbonatasi ?
Kapasitas giling 3000
?
Kapasitas giling 3000 sampai dengan 6000
? Kapasitas giling
3000 ?
Kapasitas giling 3000 sampai dengan 6000
? Kelompok pabrik
gula dengan proses pemurnian
karbonatasi, skala pabrik menengah
Kelompok pabrik gula dengan proses
pemurnian karbonatasi, skala
pabrik kecil Kelompok pabrik
gula dengan proses pemurnian sulfitasi,
skala pabrik kecil Kelompok pabrik
gula dengan proses pemurnian sulfitasi,
skala pabrik menengah
Kelompok pabrik gula dengan proses
pemurnian sulfitasi, skala pabrik besar
Kelompok pabrik gula dengan proses
pemurnian karbonatasi, skala
pabrik besar Ya
Ya
Ya Ya
Ya Tidak
Tidak
Tidak Tidak
Tidak MULAI
SELESAI
Gambar 42 Skema Pengambilan Keputusan Pengelompokan Pabrik Gula
5.3.2 Model Pengukuran Kinerja
Model pengukuran kinerja bertujuan untuk menentukan nilai kinerja setiap pabrik gula. Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah untuk kinerja input,
kinerja proses, dan kinerja output yang direpresentasikan sebagai kinerja strategis, kinerja operasional, dan kinerja taktis. Pengukuran kinerja dilakukan
terhadap seluruh pabrik gula. Oleh karena itu, alternatif keputusan pada model pengukuran kinerja pabrik gula adalah seluruh pabrik gula yang menjadi objek
kajian. Input model berupa basis data yang diperlukan untuk pengukuran kinerja
PG. Output dari model pengukuran kinerja PG berupa nilai kinerja untuk setiap jenis kinerja seluruh PG. Pendekatan yang digunakan dalam proses pengukuran
kinerja pada model pengukuran kinerja PG adalah Fuzzy Expert System FES. Adapun model konseptual pengukuran kinerja dapat dilihat pada Gambar 43.
Gambar 43 Model Konseptual Pengukuran Kinerja untuk Setiap Jenis Kinerja Kriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja yaitu ukuran-ukuran
kinerja. Identifikasi ukuran-ukuran kinerja dilakukan melalui studi dokumentasi dilanjutkan dengan konfirmasi pakar Lampiran 6. Ukuran-ukuran kinerja yang
direkomendasikan pakar sebagai kriteria pengukuran kinerja dieavaluasi keterkaitannya. Evaluasi dilakukan berdasarkan studi dokementasi dan konfirmasi
pakar Lampiran 7. Ukuran-ukuran kinerja yang akan digunakan pada proses selanjutnya adalah ukuran-ukuran kinerja yang memiliki keterkaitan dengan visi
dan misi yang dicanangkan pemerintah dan keterkaitan antar ukuran-ukuran kinerja input-proses-output.
Nilai kinerja untuk setiap jenis kinerja kinerja strategis, kinerja operasional, dan kinerja taktis dikategorikan menjadi tiga yaitu kinerja tinggi,
kinerja sedang, dan kinerja rendah. Kualifikasi skala penilaian untuk menentukan setiap kategori pada setiap jenis kinerja ditentukan berdasarkan
pertimbangan pakar Lampiran 8. Nilai kinerja untuk setiap jenis kinerja diperoleh dari aggregasi nilai ukuran kinerja yang menjadi kriteria dalam
Mesin Inferensi
Parameter If-then rules
Ukuran kinerja strategis Nilai kinerja strategis
Mesin Inferensi
Parameter If-then rules
Ukuran kinerja operasional
iabel :
Nilai kinerja operasional
Mesin Inferensi
Parameter If-then rules
Ukuran kinerja taktis Nilai kinerja
taktis
pengukuran kinerja. Nilai setiap ukuran kinerja untuk setiap jenis kinerja dikategorikan menjadi tiga yaitu kinerja tinggi, kinerja sedang, dan kinerja
rendah. Kualifikasi skala penilaian untuk menentukan setiap kategori pada setiap ukuran kinerja ditentukan berdasarkan studi dokumentasi dan konfirmasi pakar
Lampiran 9. Secara sederhana, agregasi nilai kinerja ditunjukkan pada Gambar 44.
Gambar 44 Agregasi Nilai Kinerja
Fungsi keanggotaan ditetapkan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi semesta pembicaraan, nama himpunan fuzzy, domain, jenis kurva
untuk merepresentasikan himpunan fuzzy, dan parameter untuk setiap jenis kinerja. If
– then – rules merupakan kaidah-kaidah yang menjelaskan relasi logika antara nilai-nilai parameter yang digunakan dan diidentifikasi berdasarkan
seluruh kemungkinan kombinasi kategori nilai ukuran-ukuran kinerja untuk setiap jenis kinerja dan masukan pakar untuk kesimpulan kategori nilai kinerja. Adapun
bentuk umum dari if – then – rules yang digunakan dengan ukuran kinerja 1
sampai dengan n dan jenis kinerja X adalah sebagai berikut : If ukuran kinerja 1 is RendahSedangTinggi and ukuran kinerja n is
RendahSedangTinggi Then Kinerja X is RendahSedangTinggi
Kinerja Op erasional Ukuran-ukuran
kinerja op erasional
Rendah
Sedang Tinggi
Rendah
Tinggi Sedang
Kinerja Strategis Ukuran-ukuran
kinerja strategis
Rendah Sedang
Tinggi Rendah
Tinggi Sedang
Kinerja Taktis Ukuran-ukuran
kinerja taktis
Rendah Sedang
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Identifikasi awal ukuran-ukuran kinerja yang akan digunakan disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan yaitu melakukan identifikasi terhadap ukuran-
ukuran kinerja input, proses dan output. Ukuran-ukuran kinerja input terkait dengan kemampuan sumberdaya. Ukuran-ukuran kinerja proses terkait dengan
tugas-tugas manufaktur. Ukuran-ukuran kinerja output terkait dengan prioritas kompetisi.
Pemilihan faktor-faktor yang akan digunakan untuk mengidentifikasi lebih lanjut ukuran-ukuran kinerja yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan
yang dihadapi dan hasil identifikasi kebutuhan untuk rancangbangun model analisis perbaikan kinerja. Berdasarkan kondisi riil pabrik gula pada umumnya,
dan hasil tinjauan pustaka dilakukan identifikasi awal ukuran variabel kinerja untuk setiap jenis kinerja. Identifikasi awal menghasilkan 13 ukuran kinerja untuk
seluruh jenis kinerja yaitu : 1 kualifikasi tenaga kerja, 2 tingkat turn over tenaga kerja, 3 banyaknya jumlah pelatihan yang diikuti tenaga kerja, 4 umur mesin, 5
kapasitas giling, 6 jumlah tebu, 7 kualitas tebu, 8 hilang dalam proses, 9 jam henti giling, 10 overall recovery, 11 efisiensi ketel, 12 hablur gula, dan 13
rendemen. Selanjutnya, berdasarkan diskusi dan konfirmasi pakar yang terdiri dari
praktisi pabrik gula dan peneliti dari P3GI, ukuran kinerja yang akan digunakan hanya berjumlah 10 ukuran kinerja dengan perincian empat ukuran kinerja untuk
kinerja strategis, empat ukuran kinerja untuk kinerja operasional, dan dua ukuran kinerja untuk kinerja taktis. Tiga ukuran kinerja yang terkait dengan sumber daya
insani tidak digunakan dengan pertimbangan 1 di setiap PG sudah memiliki SOP untuk proses pengolahan, dan 2 rendahnya ketersediaan data untuk proses
validasi. Hasil identifikasi keterkaitan ukuran kinerja ditunjukkan pada Gambar 45.
Keterkaitan ukuran kinerja dengan misi dan visi memastikan bahwa visi 2025 dapat tercapai dengan melakukan perbaikan. Selain itu, keterkaitan antar
ukuran kinerja akan memudahkan proses perbaikan yang harus dilakukan terhadap ukuran kinerja yang tidak mencapai standar yang dipesyaratkan atau
bernilai lebih kecil dari pembanding.
Kapasitas Giling
Umur Mesin
Jumlah Tebu
Kualitas Tebu
INPUT STRATEGIS
Overall Recovery
Efisiensi Ketel
Kehilangan dalam Proses
Jam Henti Giling
PROSES OPERASIONAL
Hablur Gula
Rendemen
OUTPUT PRODUKTIVITAS
EFISIENSI MISI ke-2 Industri Gula Nasional
2025 Visi Industri Gula Nasional 2025
TAKTIS STRATEGI
Gambar 45 Keterkaitan Ukuran Kinerja
Berdasarkan hasil identifikasi dan konfirmasi pakar maka kriteria keputusan yang digunakan untuk menentukan nilai kinerja adalah sepuluh ukuran
kinerja. Untuk nilai kinerja strategis digunakan ukuran kinerja berdasarkan ukuran umur mesin, kapasitas giling, jumlah tebu, dan kualitas tebu. Untuk nilai kinerja
operasional digunakan ukuran kinerja berdasarkan ukuran hilang dalam proses, jam henti giling, overall recovery, dan efisiensi ketel. Adapun untuk nilai kinerja
taktis digunakan ukuran kinerja berdasarkan ukuran jumlah hablur gula, dan rendemen. Bobot kriteria untuk pengukuran kinerja pabrik gula ditetapkan
berdasarkan pertimbangan pakar yaitu sama penting untuk seluruh kriteria yang digunakan atau sama penting untuk seluruh ukuran kinerja yang digunakan.
Adapun jenis kinerja, ukuran kinerja dan satuan secara lengkap seperti yang terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis Kinerja, Ukuran Kinerja, dan Satuan
Kinerja Ukuran Kinerja
Satuan Strategis
Umur Mesin UM Tahun
Kapasitas Giling KG Ton Tebu Hari
Operasional Taktis
Jumlah Tebu JT Kualitas Tebu KT
Hilang dalam Proses HP Jam Henti Giling JHG
Overall Recovery OR Efisiensi Ketel EK
Hablur Gula HG Rendemen R
Pol tebu pol hilang
Ton Ha kristal tebu
Uraian singkat mengenai setiap ukuran kinerja adalah sebagai berikut :
Umur Mesin UM
Umur mesin merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan rerata umur mesin yang dimiliki pabrik gula dan dinyatakan dalam tahun. Umur mesin
berpengaruh terhadap kinerja pabrik gula, semakin kecil rerata umur mesin yang dimiliki akan menyebabkan pabrik gula lebih efisien.
Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan 1 tingkat keberhasilan mesin baru yang melakukan pemerahan nira mencapai 94 sedangkan mesin lama tua
maksimal hanya mencapai 91, 2 di lihat dari penggunaan uap untuk menggerakkan turbin untuk mengolah 1 kuintal tebu mesin baru hanya
membutuhkan 0,4 kilogram uap sedangkan mesin lama membutuhkan 0,7 kilogram Prihandana 2005, 3 ketel boiler pada mesin baru efisiensinya
mencapai ≥ 78 dengan produksi uap per kilogram ampas ≥ 2,1 kg sedangkan mesin lama efisiensinya ≥ 68 dengan produksi uap per kilogram ampas ≥ 1,95
kg disbunjatim 2008, dan 4 biaya produksi gula per unit pada pabrik gula berskala kecil jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan pabrik gula berskala besar atau bermesin relatif baru Sawit et al 2004.
Kapasitas Giling KG
Kapasitas giling merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan kapasitas terpasang giling yang dimiliki pabrik gula dan dinyatakan dalam Ton Cane Day
TCD. Kapasitas giling merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja efisiensi pabrik gula Moerdokusumo 1993; Prihandana 2005; Khudori
2005; Efendi 2009. Kapasitas giling berpengaruh terhadap kinerja pabrik gula mengingat besarnya biaya giling yang dibutuhkan, kapasitas yang rendah akan
menyebabkan kinerja pabrik gula rendah Prihandana 2005. Biaya produksi gula per unit pada pabrik gula berskala kecil jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pabrik gula berskala kapasitas besar atau bermesin relatif baru Sawit et al 2004.
Jumlah Tebu JT
Jumlah tebu merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan banyaknya tebu yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan jumlah tebu sesuai dengan
kapasitas terpasang giling yang dimiliki pabrik gula dan dinyatakan dalam persen . Kinerja pabrik gula sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas
bahan baku LPPM IPB 2002. Kekurangan jumlah tebu dapat menyebabkan kapasitas giling tidak dipakai secara maksimal dan akan meningkatkan jam henti
giling, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja pabrik gula Moerdokusumo 1993.
Kualitas Tebu KT
Kualitas tebu merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan potensi sukrosa dalam tebu dan dinyatakan dalam pol tebu.
Kinerja pabrik gula sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas bahan baku LPPM IPB 2002. Menggiling tebu yang berkualitas rendah akan memberatkan
instalasi pabrik gula dan merupakan cara yang boros dan tidak ekonomis Moerdokusumo 1993.
Hilang dalam Proses HP
Hilang dalam proses merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan banyaknya potensi gula yang hilang selama proses produksi dan dinyatakan dalam
persen pol hilang. Kehilangan gula selama proses di pabrik gula terjadi pada proses pasca panen dekomposisi, stasiun gilingan ikut ampas dan inversi
dan proses pabrikasi yang terdiri dari empat jenis yaitu : 1 gula hilang akibat ikut blotong, 2 gula hilang akibat ikut tetes, 3 gula hilang akibat kerusakan
kimiawi, 4 gula hilang akibat bocoran-bocoran. Adapun kehilangan yang terjadi ditunjukkan pada Gambar 46.
Gambar 46 Diagram Kehilangan Gula selama Proses di Pabrik Gula
Jam Henti Giling JHG
Jam Henti Giling merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan lamanya waktu berhenti giling dibandingkan dengan waktu giling yang seharusnya dan
dinyatakan dalam persen .
Overall Recovery OR
Overall Recovery merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan efisiensi pabrik gula secara keseluruhan dan dinyatakan dalam persen . Lembaga
Penelitian IPB 2002 menyatakan bahwa Overall Recovery merupakan ukuran efisiensi teknis pabrik gula.
Proses produksi gula dinilai berdasarkan efisiensi dan utilitas proses produksi. Terkait dengan efisiensi, terdapat dua unit operasi yang harus
diperhatikan disbunjatim 2008 yaitu stasiun gilingan dan stasiun pengolahan. Indikator kinerja gilingan dinyatakan ME Mill Extraction = kemampuan gilingan
Kebun Tebu
Gilingan
Nira Mentah Proses Pabrikasi
Gula Proses p asca p anen
Kehilangan gula dekomposisi
Kehilangan gula ikut amp as dan inverse
Gula Kehilangan gula
ikut blotong, ikut tetes dan inverse
Amp as Inverse
Blotong Tetes
Inverse
dalam mengekstrak sukrosa daribatang tebu dengan nilai standar 95, sedangkan indikator kinerja pengolahan dinyatakan dengan BHR Boilling House
Recovery = menunjukkan seberapa banyak sukrosa dalam nira dapat dikristalkan dengan nilai standar 85.
Apabila nilai ME di bawah standar menunjukkan bahwa proses pemerahan nira berlangsung kurang optimal, sedangkan jika nilai BHR di bawah standar
menunjukkan bahwa telah terjadi kehilangan gula dinyatakan dalam pol hilang tebu. Kinerja stasiun gilingan dan stasiun pengolahan ini juga menunjukkan
efisiensi pabrik gula secara keseluruhan yang dinyatakan sebagai OR Overall Recovery dengan nilai standar 87. Hubungan antara kinerja stasiun gilingan,
stasiun pengolahan, dan efisiensi pabrik gula secara keseluruhan adalah sebagai berikut : OR = ME x BHR.
Efisiensi Ketel EK
Efisiensi ketel merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan perbandingan persentase antara panas yang dipindahkan ke dalam uap dan panas yang tersedia
dalam bahan bakar dan dinyatakan dalam persen . Proses produksi gula dinilai berdasarkan efisiensi dan utilitas proses produksi. Pada utilitas proses perlu
diperhatikan efisiensi ketel uap. Hal tersebut juga diperkuat dengan penyataan dari Lembaga Penelitian IPB 2002 bahwa efisiensi ketel merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh pada kinerja pengolahan.
Hablur Gula HG
Hablur gula merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan banyaknya gula yang dihasilkan dibandingkan dengan luas areal tebu yang dihasilkan pabrik gula
dan dinyatakan dalam ton per hektar tonha. Hablur gula menunjukkan ukuran produktivitas pabrik gula.
Rendemen R
Rendemen menunjukkan ukuran efisiensi pabrik gula. Rendemen merupakan ukuran kinerja yang menunjukkan jumlah sukrosa dalam tebu yang
dapat dikristalkan menjadi gula dan dinyatakan dalam persen . Nilai rendemen tergantung pada kualitas bahan baku dan efisiensi pabrik.
Adapun model pengukuran kinerja untuk setiap jenis kinerja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 47.
Gambar 47 Model Pengukuran Kinerja
Berdasarkan hasil diskusi dan konfirmasi pakar ditetapkan kualifikasi skala penilaian untuk menentukan kategori nilai kinerja pabrik gula pada
masing-masing jenis kinerja. Terdapat tiga kategori nilai kinerja yaitu kinerja rendah, kinerja sedang, dan kinerja tinggi. Skala penilaian berupa skala rasio
dengan pertimbangan bahwa nilai kinerja untuk setiap jenis kinerja merupakan ukuran yang sebenarnya, memiliki titik nol, dan antara kinerja pabrik gula yang
satu dengan yang lain memiliki unsur jarak yang disebut dengan selisih nilai kinerja. Adapun kualifikasi kinerja untuk setiap jenis kinerja ditunjukkan pada
Tabel 9. Berdasarkan hasil diskusi dan konfirmasi pakar ditetapkan kualifikasi
skala penilaian untuk menentukan kategori pada masing-masing ukuran kinerja. Terdapat tiga kategori nilai untuk setiap ukuran kinerja yaitu rendah, sedang, dan
tinggi. Skala penilaian berupa skala rasio dengan pertimbangan bahwa nilai
Mesin Inferensi
Parameter If-then rules
Nilai Variabel :
Umur mesin, kapasitas giling, jumlah tebu,
kualitas tebu Nilai kinerja strategis
Mesin Inferensi
Parameter If-then rules
Nilai Variabel :
Hilang dalam proses, Jam henti giling, Overall
Recovery, Efisiensi ketel Nilai kinerja operasional
Mesin Inferensi
Parameter If-then rules
hablur gula, rendemen
Nilai kinerja taktis
ukuran kinerja untuk setiap jenis ukuran kinerja merupakan ukuran yang sebenarnya, memiliki titik nol, dan antara ukuran kinerja pabrik gula yang satu
dengan yang lain memiliki unsur jarak yang disebut dengan selisih nilai ukuran kinerja. Adapun kualifikasi ukuran kinerja pada setiap jenis kinerja ditunjukkan
pada Tabel 10. Tabel 9 Kualifikasi Kinerja Pabrik Gula
Kinerja Rendah
Sedang Tinggi
Strategis KS KS ≤ 55
55 KS 75 KS ≥ 75
Operasional KO KO ≤ 55
55 KO 75 KO ≥ 75
Taktis KT KT ≤ 55
55 KT 75 KT ≥ 75
Tabel 10 Kualifikasi Ukuran Kinerja
Ukuran Kinerja Rendah
Sedang Tinggi
Umur Mesin UM UM ≥ 7
5 UM 7 UM ≤ 5
Kapasitas Giling KG KG ≤ 3000
3000 KG 6000 KG ≥ 6000
Jumlah Tebu JT Kualitas Tebu KT
Hilang dalam Proses HP Jam Henti Giling JHG
Overall Recovery OR Efisiensi Ketel EK
Hablur Gula HG Rendemen R
JT ≤ 83 KT ≤ 9
HP ≥ 7 JHG ≥ 5
OR ≤ 75 EK ≤ 70
HG ≤ 6 R ≤ 6
83 JT 96 9 KT 11
5 HP 7 2,5 JHG 5
75 OR 85 70 EK 80
6 HG 8 6 R 10
JT ≥ 96 KT ≥ 11
HP ≤ 5 JHG ≤ 2,5
OR ≥ 85 EK ≥ 80
HG ≥ 8 R ≥ 10
Hirarki keputusan pengukuran kinerja dapat di lihat pada Gambar 47 di bawah ini :
Gambar 48 Hirarki Keputusan Pengukuran Kinerja
Pengukuran Kinerja Pabrik Gula
Kinerja Strategis
Kinerja Operasional
Goal
Kriteria
Alternatif PG
..... PG
3 PG
2 PG
1 PG
n Kinerja
Taktis UM
KG JT
KT HP
JHG OR
EK HG
R
Matriks keputusan pengukuran kinerja untuk setiap jenis kinerja ditentukan berdasarkan kualifikasi setiap ukuran kinerja seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 11 untuk kinerja strategis, Tabel 12 untuk kinerja operasional dan Tabel 13 untuk kinerja taktis. Setiap ukuran kinerja dapat memiliki kategori nilai
rendah R, sedang S, atau tinggi T.
Tabel 11 Matriks Keputusan untuk Kinerja Strategis Alternatif
Kriteria Umur
Kapasitas Jumlah
Kualitas Pabrik
mesin giling
tebu tebu
PG 1 R atau S atau T
R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T
PG 2 R atau S atau T
R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T
PG ... R atau S atau T
R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T
PG n R atau S atau T
R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T
Tabel 12 Matriks Keputusan untuk Kinerja Operasional Alternatif
Kriteria Pabrik
Hilang Dalam proses
Jam henti giling
Overall recovery
Efisiensi ketel
PG 1 R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T
PG 2 R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T
PG .. R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T
PG n R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T R atau S atau T
Tabel 13 Matriks Keputusan untuk Kinerja Taktis Alternatif
Kriteria Jumlah
Rendemen Pabrik
hablur PG 1
R atau S atau T R atau S atau T
PG 2 R atau S atau T
R atau S atau T PG ..
R atau S atau T R atau S atau T
PG n R atau S atau T
R atau S atau T
Semesta pembicaraan, himpunan fuzzy dan domain untuk kinerja strategis secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 14 berikut ini :
Tabel 14 Semesta Pembicaraan, Himpunan Fuzzy dan Domain Kinerja Strategis
Fungsi Variabel
Semesta Nama
Domain Ukuran
Pembicaraan Himpunan
kinerja Fuzzy
Input Umur mesin
[0,20] Rendah
[7,20] Sedang
[5,7 ] Tinggi
[0,5 ] Kapasitas
[0,8000] Rendah
[ 0,3000] Giling
Sedang [3000,6000]
Tinggi [6000,8000]
Jumlah tebu [ 0, 120]
Rendah [ 0,83 ]
Sedang [83,96 ]
Tinggi [96,120]
Kualitas tebu [0,15]
Rendah [ 0,9]
Sedang [ 9,11]
Tinggi [11,15]
Output Kinerja strategis
[0,100] Rendah
[ 0 , 55] Sedang
[ 55, 75] Tinggi
[75,100]
Semesta pembicaraan, himpunan fuzzy dan domain untuk kinerja taktis secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 15 dan untuk kinerja operasional pada Tabel 16.
Tabel 15 Semesta Pembicaraan, Himpunan Fuzzy, Domain Kinerja Taktis
Fungsi Variabel
Semesta Nama
Domain Ukuran
Pembicaraan Himpunan
kinerja Fuzzy
Input Jumlah hablur
[0,12] Rendah
[ 0, 6] Sedang
[ 6, 8] Tinggi
[8,12] Rendemen
[0,14] Rendah
[ 0, 6]
Sedang [ 6, 8]
Tinggi [8,14]
Output Kinerja Taktis
[0,100] Rendah
[0 , 55] Sedang
[55, 75] Tinggi
[75,100]
Tabel 16 Semesta Pembicaraan, Himpunan Fuzzy, Domain Kinerja Operasional
Fungsi Variabel
Semesta Nama
Domain Ukuran
Pembicaraan Himpunan kinerja
Fuzzy Input
Hilang dalam [0,10]
Rendah [8,10]
proses Sedang
[ 6,8 ] Tinggi
[ 0,6 ] Jam henti
[0,15] Rendah
[5,15] giling
Sedang [2.5 , 5]
Tinggi [0, 2.5]
Overall [ 0, 100]
Rendah [ 0,75 ]
recovery Sedang
[75,85 ] Tinggi
[85,100] Efisiensi
[0,100] Rendah
[ 0,70] ketel
Sedang [ 70,80]
Tinggi [80,100]
Output Kinerja [0,100]
Rendah [ 0 , 55]
operasional Sedang
[ 55, 75] Tinggi
[75,100]
Fungsi keanggotaan direpresentasikan dalam bentuk kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data setiap nilai ukuran kinerja ke dalam
nilai keanggotaannya derajat keanggotaan yang memiliki interval antara nol sampai dengan satu. Adapun bentuk kurva merupakan gabungan antara kurva
segitiga dan kurva bahu. Jenis kurva untuk himpunan fuzzy rendah dan tinggi adalah bentuk bahu, sedangkan untuk himpunan fuzzy sedang yaitu bentuk
segitiga.
Berikut ini adalah jenis representasi kurva setiap variabel atau ukuran kinerja strategis.
Tabel 17 Jenis Representasi Kurva setiap Ukuran Kinerja untuk Kinerja Strategis Fungsi
Variabel Nama
Jenis Parameter
Ukuran Himpunan
kurva kinerja
Fuzzy Input
Umur mesin Rendah
Bahu [6 7 20 20]
Sedang Segitiga
[ 5 6 7 ] Tinggi
Bahu [0 0 5 6 ]
Kapasitas Rendah
Bahu [0 0 3000 4000]
Giling Sedang
Segitiga [3000 4000 6000]
Tinggi Bahu
[4000 6000 8000 8000]
Jumlah tebu
Rendah Bahu
[0 0 83 89]
Sedang Segitiga
[83 89 96 ]
Tinggi Bahu
[89 96 120 120] Kualitas tebu
Rendah Bahu
[0 0 9 10]
Sedang Segitiga
[ 9 10 11]
Tinggi Bahu
[10 11 15 15] Output
Kinerja strategis
Rendah Bahu
[0 0 55 65] Sedang
Segitiga [ 55 65 75]
Tinggi Bahu
[65 75 100 100] Jenis representasi kurva setiap variabel atau ukuran kinerja untuk kinerja taktis
ditunjukkan pada Tabel 18. Tabel 18 Jenis Representasi Kurva setiap Ukuran Kinerja untuk Kinerja Taktis
Fungsi Variabel
Nama Jenis
Parameter Ukuran
Himpunan kurva
kinerja Fuzzy
Input Jumlah hablur
Rendah Bahu
[ 0 0 6 7] Sedang
Segitiga [ 6 7 8 ]
Tinggi Bahu
[7 8 12 12] Rendemen
Rendah Bahu
[ 0 0 6 7] Sedang
Segitiga [ 6 7 8 ]
Tinggi Bahu
[7 8 14 14] Output
Kinerja Taktis Rendah
Bahu [0 0 55 65]
Sedang Segitiga
[55 65 75] Tinggi
Bahu [65 75 100 100]
Sedangkan jenis representasi kurva setiap variabel atau ukuran kinerja untuk kinerja operasional ditunjukkan pada Tabel 19.
Tabel 19 Jenis Representasi Kurva setiap Ukuran Kinerja untuk Kinerja Operasional
Fungsi Variabel
Nama Jenis
Parameter Ukuran
Himpunan kurva
kinerja Fuzzy
Input Hilang
Rendah Bahu
[7 8 10 10] dalam
Sedang Segitiga
[ 6 7 8 ] proses
Tinggi Bahu
[0 0 6 7] Jam henti
Rendah Bahu
[3.75 5 15 15] giling
Sedang Segitiga
[2.5 3.75 5] Tinggi
Bahu [0 0 2.5 3.75]
Overall Rendah
Bahu [0 0 75 80]
recovery Sedang
Segitiga [75 80 85 ]
Tinggi Bahu
[80 85 100 100] Efisiensi
Rendah Bahu
[0 0 70 75] ketel
Sedang Segitiga
[ 70 75 80] Tinggi
Bahu [75 80 100 100]
Output Kinerja
Rendah Bahu
[ 0 0 55 65] operasional
Sedang Segitiga
[ 55 65 75] Tinggi
Bahu [65 75 100 100]
Adapun representasi kurva dapat di lihat pada Lampiran 10,11, dan 12.
Jumlah rules aturan-aturan yang memungkinkan digunakan untuk setiap jenis kinerja sesuai dengan jumlah ukuran kinerja dan jumlah kategori nilai
kinerja yaitu 81 3
4
aturan untuk kinerja strategis, 81 3
4
aturan untuk kinerja operasional, dan sembilan 3
2
aturan untuk kinerja taktis. Untuk menjamin konsistensi aturan kinerja strategis dan kinerja operasional, maka berdasarkan
pertimbangan pakar Lampiran 13 dan 14 ditetapkan 15 aturan baku. Aturan- aturan yang digunakan sebagai kriteria untuk menentukan nilai kinerja taktis
adalah sebagai berikut : 1. If Jumlah Hablur Gula is Rendah and Rendemen is Rendah then
Kinerja Taktis is Rendah
2. If Jumlah Hablur Gula is Rendah and Rendemen is Sedang then Kinerja Taktis is Rendah
3. If Jumlah Hablur Gula is Rendah and Rendemen is Tinggi then Kinerja Taktis is Sedang
4. If Jumlah Hablur Gula is Sedang and Rendemen is Sedang then Kinerja Taktis is Sedang
5. If Jumlah Hablur Gula is Tinggi and Rendemen is Rendah then Kinerja Taktis is Sedang
6. If Jumlah Hablur Gula is Tinggi and Rendemen is Sedang then Kinerja Taktis is Sedang
7. If Jumlah Hablur Gula is Tinggi and Rendemen is Tinggi then Kinerja Taktis is Tinggi
8. If Jumlah Hablur Gula is Sedang and Rendemen is Rendah then Kinerja Taktis is Rendah
9. If Jumlah Hablur Gula is Sedang and Rendemen is Tinggi then Kinerja Taktis is Sedang
Aturan-aturan yang memungkinkan digunakan sebagai kriteria untuk menentukan nilai kinerja strategis dan operasional untuk setiap pabrik gula
dapat di lihat pada Lampiran 15 dan Lampiran 16. Adapun skema pengambilan keputusan pengukuran kinerja pabrik gula ditunjukkan pada
Gambar 49.
5.3.3 Model Pemilihan Kinerja Terbaik