Perbedaan Antara Peta dengan Bobot Parameter Beda dan Bobot

Gambar 13. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Musim Kering

5.3 Perbedaan Antara Peta dengan Bobot Parameter Beda dan Bobot

Parameter Sama untuk Curah hujan Tahunan dan Curah Hujan Musim Kering Perbedaan pertama yang dapat dilihat dari hasil peta adalah jumlah kelas rawan kekeringan untuk setiap jenis peta. Untuk curah hujan tahunan, pada peta dengan bobot parameter sama menghasilkan empat kelas yaitu tidak rawan, cukup rawan, rawan dan sangat rawan, sedangkan pada peta dengan bobot parameter beda menghasilkan dua kelas rawan kekeringan yaitu kelas cukup rawan dan kelas rawan. Hal yang sama juga terjadi pada curah hujan musim kering, pada peta dengan bobot parameter sama menghasilkan empat kelas dan dengan pada bobot parameter beda menghasilkan tiga kelas, yaitu kelas tidak rawan, cukup rawan, dan kelas rawan. Dalam penelitian ini perbedaan luas untuk kelas cukup rawan dan rawan pada kedua jenis peta tidak terlalu besar, hal ini berarti luasan kejadian kekeringan relatif hampir sama. Untuk melihat perbedaan lainnya, hasil analisis dihubungkan dengan kejadian nyata yang terjadi di lapang, beberapa kecamatan yang mengalami kejadian kekeringan yang dikumpulkan dari berbagai sumber berita di media online, pada tahun 2002, 2007, 2008, dan 2009 akan dsajikan pada Tabel 14. Tabel 14 menunjukkan beberapa kecamatan yang mengalami kekeringan dan terkena gagal panen, beberapa diantaranya juga merupakan kecamatan terluas yang berpotensi mengalami kekeringan paling luas pada identifikasi kekeringan dengan menggunakan curah hujan rata-rata tahunan, yaitu untuk peta dengan bobot parameter berbeda ada lima kecamatan antara lain, Kecamatan Trisi, Gantar, Losarang, Cikedung, dan Gabuswetan, dan untuk peta dengan bobot parameter sama terdapat enam kecamatan yaitu, Kecamatan Trisi, Gantar, Losarang, Cikedung, Gabuswetan, dan Haurgeulis. Untuk identifikasi rawan kekeringan dengan menggunakan curah hujan rata-rata musim kering, kecamatan yang termasuk dalam beberapa kecamatan yang mengalami rawan kekeringan dengan menggunakan bobot parameter beda dihubungkan dengan kejadian nyata adalah Kecamatan Gantar, Trisi, Losarang, Kroya, dan Cikedung, dan untuk peta dengan bobot parameter sama adalah Kecamatan Trisi, Gantar, Losarang, Cikedung, Kroya dan Haurgeulis. Tabel luasan kecamatan terluas yang berpotensi rawan kekeringan disajikan pada Tabel 15 – 18. Berdasarkan Tabel 15 dan Tabel 16 dapat dilihat bahwa peta dengan curah hujan tahunan, data kecamatan yang lebih banyak dijumpai kesamaan dengan kejadian kekeringan dilapang adalah peta dengan bobot parameter sama. Berdasarkan Tabel 17 dan Tabel 18, peta dengan bobot sama juga lebih menunjukkan kecamatan yang lebih mempunyai kesamaan dengan kejadian nyata. Jika dilihat dari jenis peta dengan jenis curah hujannya, kedua peta tersebut hampir mempunyai jumlah kecamatan yang sama dengan kejadian nyata di lapang. Tabel 14. Kecamatan yang Mengalami Kejadian Kekeringan Berdasar Data Lapang Tahun Kecamatan Luas Kekeringan ha 2002 Cikedung 70 Lelea 75 Gabuswetan 235 Kandanghaur 565 Kroya 1.602 2007 Haurgeulis 10.000 Gantar Trisi Karangampel Kedokan Bunder Sliyeg Indramayu Lohbener Kandanghaur Balongan Cantigi Arahan 2008 Losarang 3.078 Cikedung 2.686 Trisi 1.894 Lelea 1.713 Sliyeg 1.455 2009 Krangkeng no data Karangampel Jati Barang Cikedung Trisi Bongas Sumber : Trinugroho, 2002, Harian Umum Pelita, Antara Jawa Barat, Suara karya Online. Tabel 15. Lima Kecamatan Terluas yang Berpotensi Mengalami Rawan Kekeringan Pada Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Rata-Rata Tahunan. Kelas Kecamatan Luas ha Cukup Rawan Gantar 12.520 Trisi 12.387 Cikedung 10.511 Losarang 9.744 Pasekan 8.888 Rawan Anjatan 5.760 Gantar 3.947 Losarang 3.135 Trisi 3.134 Gabuswetan 3.01 Tabel 16. Lima Kecamatan Terluas yang Berpotensi Mengalami Rawan Kekeringan Pada Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Rata-Rata Tahunan Kelas Kecamatan Luas ha Cukup Rawan Trisi 12.204 Gantar 11.288 Losarng 10.296 Cikedung 10.265 Pasekan 8.772 Rawan Anjatan 5.677 Gantar 5.773 Trisi 3.203 Gabuswetan 2.874 Tukdana 2.695 Sangat Rawan Trisi 114 Cikedung 91 Haurgeulis 11 Gantar 5 Tabel 17. Lima Kecamatan Terluas yang Berpotensi Mengalami Rawan Kekeringan Pada Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Rata-Rata Musim Kering Kelas Kecamatan Luas ha Cukup Rawan Gantar 14.512 Trisi 15.454 Cikedung 10.697 Kroya 10.063 Losarang 9.974 Rawan Anajatan 3.642 Losarang 2.905 Tukdana 2.646 Sukra 2.563 Gantar 1.955 Tabel 18. Lima Kecamatan Terluas yang Berpotensi Mengalami Rawan Kekeringan Pada Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Rata-Rata Musim Kering Kelas Kecamatan Luas ha Cukup Rawan Trisi 14.130 Gantar 13.436 Losarang 10.516 Cikedung 10.453 Kroya 9.230 Rawan Anjatan 3.578 Gantar 3.020 Tukdana 2.654 Sukra 2.409 Losarang 2.363 Sangat Rawan Trisi 126 Cikedung 96 Haurgeulis 11 Gantar 10

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Daerah Indramayu merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya berpotensi agak rawan sampai dengan rawan kekeringan, hal ini dikarenakan nilai curah hujan yang termasuk dalam curah hujan rendah. 2. Penyebaran daerah rawan kekeringan terdapat dibagian utara Indramayu yang berbatasan dengan laut Jawa dengan karakteristik wilayah yaitu kelas lereng datar bentuk lahan dataran aluvial, drainase baik dan penutupan lahan berupa sawah. 3. Peta dengan bobot parameter sama untuk curah hujan tahunan dan curah hujan musim kering merupakan peta yang menunjukkan kesamaan dengan data kejadian kekeringan di lapang.

6.2 SARAN

Perlu penambahan parameter lain yang dapat mendukung hasil penelitian, sebagai contoh parameter kelembaban tanaman NDVI yang dapat digunakan sebagai indikator kejadian kekeringan di suatu wilayah. Selain itu, perlu penambahan analisis lanjutan misalnya peta risiko kekeringan, untuk melihat wilayah yang mempunyai risiko terjadinya kekeringan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

0 5 20

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

2 7 16

PENDAHULUAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

2 9 27

ANALISIS RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA Analisis Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Dengan Memanfaatkan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012.

0 3 14

ANALISIS RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA Analisis Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Dengan Memanfaatkan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012.

0 1 18

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 5

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 31

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1 0 15

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 2 33