PenutupanPenggunaan Lahan daerah Indramayu Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 PenutupanPenggunaan Lahan daerah Indramayu

Kabupaten Indramayu berdasarkan hasil intrepertasi citra Landsat 7 ETM+ Juni 2009, mempunyai 13 penggunaan lahan yaitu, hutan, kebun campuran, lahan terbangun, perkebunan, permukiman, pertanian lahan kering, sawah, semak, tambak, tanah terbuka, tegalan, tubuh air, dan perkebunan. Peta hasil interpretasi citra dapat dilihat pada Gambar 7. Penggunaan lahan yang terluas adalah sawah 117.451 ha kemudian diikuti oleh kebun campuran 24.814 ha, permukiman 21.317 ha, perkebunan 15.361 ha dan tambak 14.609 ha. Luas masing- masing jenis penutupanpenggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 9. Gambar 7. Peta PenutupanPenggunaan Lahan Kabupaten Indramayu Tabel 9. Luas PenutupanPenggunaan Lahan Kabupaten Indramayu PenutupanPenggunaan Lahan Luas ha Luas Hutan 7.513 3,59 Kebun Campuran 24.814 11,85 Lahan Terbangun 816 0,39 Perkebunan 15.361 7,34 Permukiman 21.317 10,18 Pertanian Lahan Kering 11 0,01 Sawah 117.451 56,10 Semak 1.516 0,72 Tambak 14.609 6,98 Tanah Terbuka 1.611 0,77 Tegalan 1.192 0,57 Tubuh Air 2.581 1,23 Perkebunan 553 0,26 Total 209.349 100

5.2 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan

Wilayah rawan kekeringan dapat diartikan sebagai daerah yang peluang terjadinya kekeringan cukup tinggi karena curah hujan rendah dan sumber air tanah terbatas, atau daerah yang mempunyai faktor fisik lahantanah yang dapat mempercepat timbulnya kekeringan. Dalam penelitian ini parameter curah hujan yang digunakan dibedakan dalam i curah hujan rata-rata tahunan dan ii curah hujan rata-rata musim kering, sementara pembobotan parameter biofisik dibedakan dalam i bobot berbeda dengan parameter curah hujan paling tinggi, dan ii bobot sama, sehingga dihasilkan empat peta rawan kekeringan..

5.2.1 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata Tahunan

Curah hujan rata-rata tahunan dari 19 titik stasiun di Kabupaten Indramayu adalah 1.471 mmtahun. Curah hujan tertinggi adalah 1.948 mm, sedangkan curah hujan terendah ± 971 mm. Peta curah hujan rata-rata tahunan dapat dilihat pada Gambar 8. Curah hujan yang dominan turun di daerah Indramayu adalah 1500 mmtahun, sehingga dapat diasumsikan bahwa daerah Indramayu berpotensi terjadi kekeringan bila dilihat dari parameter curah hujannya. Penyebaran kelas curah hujan 1500 mmtahun berada di sebelah utara peta yaitu yang berbatasan dengan laut jawa, dan berada di sebelah tenggara yang berbatasan dengan Kabupaten Cirebon. Gambar 8. Peta Curah Hujan Rata-Rata Tahunan a Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Tahunan Gambar 9 menunjukkan Peta rawan kekeringan dengan menggunakan bobot parameter berbeda dan curah hujan tahunan. Pemodelan ini menghasilkan dua kelas kekeringan, yaitu, kelas cukup rawan dan kelas rawan. Kecamatan yang berpotensi kekeringan untuk kelas cukup rawan hampir merata keseluruh wilayah dari Kabupaten Indramayu Lampiran 3. 1. Kelas Cukup Rawan Daerah cukup rawan ini mempunyai luasan 159.502 ha 77,24. Curah hujan yang ada pada kelas ini berkisar antara 1501 - 2000 mmtahun dan 1500 mmtahun. Bentuk lahan yang banyak dijumpai dikelas ini adalah dataran Aluvial dan dataran, dengan penggunaan lahan berpotensi rawan kekeringan adalah sawah, kebun campuran, tambak, permukiman, dan perkebunan. Kemiringan lereng kelas ini berada pada kisaran 0 - 8, drainase yang dimiliki kelas ini sangat buruk sampai buruk, dan berada pada buffer sungai 500 m. 2. Kelas Rawan Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 46.992 ha 22,76 dengan curah hujan berada pada kisaran 1501 – 2000 mmtahun dan 1500 mmtahun. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dengan kemiringan lereng 0 - 8 dan mempunyai drainase buruk sampai baik. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai di kelas ini adalah sawah, permukiman, kebun campuran, perkebunan, dan tanah terbuka. Daerah yang berpotensi rawan kekeringan berada pada buffer sungai 500m. Adapun luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas rawan kekeringan disajikan pada Tabel 10. Kecamatan terluas yang berpotensi rawan kekeringan untuk kelas cukup rawan sampai rawan adalah Kecamatan Gantar, Kecamatan Trisi, Kecamatan Cikedung, Kecamatan Losarang, Kecamatan Pasekan, Kecamatan Anjatan, dan Kecamatan Gabuswetan. Dari kecamatan-kecamatan ini penggunaan lahan yang akan mendapat dampak paling besar terhadap kekeringan adalah sawah, karena penggunaan lahan ini paling luas ditemukan pada tujuh kecamatan tersebut. Karakteristik utama dari kecamatan-kecamatan tersebut adalah bentuk lahan dataran aluvial, kemiringan lereng 0 - 3, dengan drainase sangat buruk sampai baik, curah hujan 2000 mmtahun dan berada pada buffer sungai 500m. Tabel 10. Penggunaan LahanPenutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda Penggunaan lahan Kelas ha Cukup rawan Rawan Hutan 7.064 448 Kebun Campuran 21.047 3.767 Lahan Terbangun 592 223 Perkebunan 13.703 2.207 Permukiman 14.185 7.127 Pertanian Lahan Kering 10 0,5 Sawah 86.288 31.16 Semak 1.076 440 Tambak 14.442 166 Tanah Terbuka 222 1.388 Tegalan 868 63,1 Total 159.502 46.992,6 Gambar 9. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Tahunan

b. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Tahunan

Gambar 10 menunjukkan peta rawan kekeringan dengan bobot parameter sama dengan empat kelas kekeringan, yaitu kelas tidak rawan, kelas cukup rawan, kelas rawan, dan kelas sangat rawan. Hampir semua kecamatan mengalami kelas cukup rawan dan rawan kekeringan, sedangkan yang mengalami kelas tidak rawan hanya tersebar di beberapa kecamatan saja Lampiran 4. 1. Kelas Tidak Rawan Daerah dengan kelas kekeringan tidak rawan mempunyai luasan paling kecil yaitu 144 ha 0,07 dari total luasan daerah penelitian. Daerah ini mempunyai curah hujan 1501 - 2000 mmtahun. Penggunaaan lahan yang dominan dalam kelas ini adalah tambak, perkebunan, dan kebun campuran, dengan kemiringan lereng 0 - 3. Kelas ini mempunyai bentuk lahan dataran Aluvial dengan drainase sangat buruk dan berada pada buffer sungai 0 - 100 m. 2. Kelas Cukup Rawan Daerah cukup rawan ini memiiliki luasan yang paling besar yaitu 157.476 ha 76,26. Curah hujan yang dominan di kelas ini adalah 1500mmtahun dan 1500 - 2000mmtahun. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai adalah sawah, kebun campuran, tambak, perkebunan, dan permukiman. Kemiringan lereng kelas ini berkisar antara 0 - 8. Bentuk lahan adalah dataran Aluvial, mempunyai drainase sangat buruk sampai buruk, dan berada pada buffer sungai 500 m. 3. Kelas Rawan Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 48.651 ha 23,56 dengan curah hujan yang dominan adalah 1500mmtahun dan 1500 - 2000 mmtahun. Penggunaan lahan yang banyak mengalami rawan kekeringan adalah sawah, permukiman, kebun campuran, perkebunan, dan tanah terbuka. kemiringan lereng 0 - 8 dan mempunyai drainase baik sampai buruk. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dan berada pada buffer sungai 500m. 4. Kelas Sangat Rawan Kelas sangat rawan mempunyai luasan sebesar 223 ha 0,11 dari total luasan. Curah hujan pada kelas ini berada pada kisaran 2001 – 2500mmtahun dengan penggunaan lahan yang berada pada keadaan sangat rawan adalah tanah terbuka. Kemiringan lereng pada kelas sangat rawan adalah 8 – 15 dengan bentuk lahan perbukitan dan berada pada buffer sungai 500m. Luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas rawan kekeringan disajikan pada Tabel 11, dimana penggunaan lahan yang dominan berpotensi kekeringan adalah penggunaan lahan sawah. Secara umum karakteristik wilayah dari kelas cukup rawan sampai sangat rawan kekeringan untuk bobot parameter sama dan curah hujan tahunan adalah curah hujan 1500mmtahun dan 1500 - 2000 mmtahun, bentuk lahan dataran aluvial, penggunaan lahan sawah, kelas kemiringan 0 – 15, berdrainase sangat buruk sampai baik dan berada pada buffer 500m. Kecamatan terluas yang berpotensi kekeringan untuk kelas cukup rawan sampai sangat rawan adalah Kecamatan Trisi, Kecamatan Gantar, Kecamatan Losarang, Kecamatan Cikedung, Kecamatan Kroya, Kecamatan Anjatan, Kecamatan Tukdana, Kecamatan Sukra, Kecamatan Haurgeulis dengan penggunaan lahan sawah yang paling besar yang akan mendapat dampak dari kekeringan. Gambar 10. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Tahunan Tabel 11. Penggunaan LahanPenutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama Penggunaan lahan Kelas ha Tidak Rawan Cukup rawan Rawan Sangat Rawan Hutan 7.064 448 Kebun Campuran 21.302 3.512 Lahan Terbangun 384 431 Perkebunan 94 14.178 1.638 Permukiman 13.280 8.032 Pertanian Lahan Kering 9 2 Sawah 84.967 32.481 Semak 874 641 Tambak 49 14.424 134 Tanah Terbuka 121 1.265 223 Tegalan 868 63 Total Ha 143 157.476 48.651 223

5.2.2 Pemetaan Daerah Rawan Kekeringan untuk Curah Hujan Rata-rata Musim Kering

Sebaran curah hujan rata-rata per bulan dari tiga bulan terkering Juli – September dapat dilihat pada Gambar 11. Peta tersebut menunjukkan bahwa wilayah dari Kabupaten Indramayu didominasi oleh curah hujan pada musim kering dengan besaran 30-40 mmbulan. Curah hujan rata-rata musim kering sebesar 25 mmbulan dengan curah hujan terendah adalah 13 mmbulan dan tertingginya sebesar 51 mmbulan. Gambar 11. Peta Curah Hujan Rata-Rata Musim kering

a. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering

Pada peta rawan kekeringan dengan bobot berbeda hanya terdapat tiga kelas, yaitu kelas tidak rawan, cukup rawan dan rawan. Hampir semua kecamatan pada peta yang berbobot beda berpotensi rawan kekeringan dengan kelas cukup rawan dan rawan, sedangkan untuk kelas tidak rawan hanya dialami oleh sedikit wilayah kecamatan Lampiran 5. Bentuk peta dengan bobot parameter beda untuk curah hujan musim kering ditunjukkan pada Gambar 12. 1. Kelas Tidak Rawan Daerah dengan kelas kekeringan tidak rawan mempunyai luasan paling kecil yaitu 1.523 ha 0,74 dari total luasan daerah penelitian. Daerah ini mempunyai curah hujan 20mmbln dan 21 - 30mmbulan. Penggunaaan lahan yang dominan dalam kelas ini adalah sawah, kebun campuran, perkebunan, dan permukiman dengan kemiringan lereng 0 - 3. Kelas ini mempunyai bentuk lahan dataran Aluvial dengan drainase buruk dan berada pada buffer sungai 0 - 300 m. 2. Kelas Cukup Rawan Daerah cukup rawan ini memiiliki luasan yang paling besar yaitu 175.938 ha 85,20. Curah hujan yang dominan di daerah ini adalah 20 dan 21 - 30mmbulan. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai dalam kelas ini adalah sawah, kebun campuran, permukiman, perkebunan, dan tambak dengan kemiringan lereng 0 - 8. Bentuk lahan adalah dataran Aluvial, mempunyai drainase buruk sampai dengan sangat buruk, dan berada pada buffer sungai 500 m. 3. Kelas Rawan Kelas rawan mempunyai luasan sebesar 29.033 ha 14,06 dengan curah hujan yang dominan adalah 20mmbln dan 21 - 30 mmbulan. Penggunaan lahan yang berpotensi rawan kekeringan adalah sawah, permukiman, tanah terbuka, perkebunan, dan semak. Kemiringan lereng untuk kelas ini adalah 0 - 8 dan mempunyai drainase baik sampai buruk. Kelas ini didominasi oleh bentuk lahan dataran Aluvial dan berada pada buffer sungai 500m. Adapun luas dari masing-masing tipe penggunaan lahan menurut kelas rawan kekeringan disajikan pada Tabel 12. Kecamatan terluas yang berpotensi rawan kekeringan untuk kelas cukup rawan sampai rawan adalah Kecamatan Gantar, Kecamatan Trisi, Kecamatan Cikedung, Kecamatan Kroya, Kecamatan Losarang, Kecamatan Anjatan, Kecamatan Tukdana, dan Kecamatan Sukra. Dari kecamatan-kecamatan ini penggunaan lahan yang akan mendapat dampak paling besar terhadap kekeringan adalah sawah. Karakteristik utama yang ditemukan pada kecamatan-kecamatan tersebut adalah bentuk lahan dataran aluvial, kemiringan lereng 0 - 3, curah hujan 30 - 40mmbulan, drainase sangat buruk untuk kelas cukup rawan dan drainase baik untuk kelas rawan, dan buffer 500m. Gambar 12. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering Tabel 12. Penggunaan LahanPenutupan Lahan yang Berpotensi Rawan Kekeringan dengan Bobot parameter Beda untuk Curah Hujan Musim Kering Penggunaan lahan Kelas ha Tidak rawan Cukup rawan Rawan Hutan 7.091 421 Kebun Campuran 23.893 623 297 Lahan Terbangun 677 138 Perkebunan 14.861 916 132 Permukiman 16.274 4.945 92 Pertanian Lahan Kering 10 Sawah 96.580 19.869 1 Semak 829 687 Tambak 14.596 12 Tanah Terbuka 222 1.388 Tegalan 901 30 Total 175.938 29.033 1.523

b. Peta Rawan Kekeringan dengan Bobot Parameter Sama untuk Curah Hujan Musim Kering

Dokumen yang terkait

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

0 5 20

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN SAWAH DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

2 7 16

PENDAHULUAN Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Sawah dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen Tahun 2014.

2 9 27

ANALISIS RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA Analisis Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Dengan Memanfaatkan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012.

0 3 14

ANALISIS RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA Analisis Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Dengan Memanfaatkan Citra Quickbird Dan Sistem Informasi Geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012.

0 1 18

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 5

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 31

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1 0 15

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

Identifikasi Zona Rawan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 2 33