80
BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR
101K.PDT.SUSBPSK2013 TENTANG PENOLAKAN KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR
A. Posisi Kasus
Permohonan pernyataandalam perkara Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor :
1 Rusli, SH, disebut juga sebagai tertanggung, bertempat tinggal di
Lingkungan II No. 10, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, dalam hal ini memberi kuasa kepada Daldiri, SH.,MH.,
Advokat, berkantor di Jalan H. Adam Malik Gg. Subur No. 161 Medan, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Desember 2012 da
2 PT. Asuransi BINA DANA ARTA, Tbk, yang diwakili oleh
CandraGunawan dan Freddy Wijaya selaku Presiden Direktur dan Direktur PT.Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, berkedudukan di Plaza Abda
Lantai 27,Jalan Jenderal Sudirman Kav. 59 Jakarta Selatan Rusli, SH, disebut juga sebagai tertanggung, bertempat tinggal di
Lingkungan II No. 10, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan merupakan tertanggung yang disebut juga sebagai pemegang polis. Rusli,
SH mengajukan klaim asuransi terhadap PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, atas hilang mobil merk ToyotaAvanza tahun 2009 dengan No.Pol.BK 875 EM yang
menjadi Objek pertanggungan di dalam Polis Asuransi No.SPCBK0021000004- 001235 dengan No.Kontrak 01500509001264405 dengan Nama Tertanggung
adalah PT. Astra Sedaya Finance Qq. Rusli, SH, tetapi Pihak PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk menolak klaim yang diajukan saudara Rusli, SH yang disebut
sebagai tertanggung pemegang polis. PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, menolak klaim asuransi dari saudara
Rusli, SH dengan alasan tidak terpenuhinya syarat klaim. Syarat klaim tersebut yang tidak terpenuhi saudara Rusli, SH seperti :
1. Mobil merek Toyota Avanza tersebut hilang karena penggelapan oleh
saudari Ayu Haliza Sirait. 2.
Saudara Rusli, SH tidak memenuhi kewajibanya untuk melaporkan kehilangan mobil merek Toyota Avanza kepada penanggung selambat-
lambatnya 5 lima hari kalender sejak terjadinya kerugian. 3.
Mobil merek Toyota Avanza tersebut hilang masih atas nama showroom PT. Astra Sedaya Fianance
Atas kejadian hilangnya mobil merek Toyota Avanza tersebut diatas menjadi objek pertanggungan asuransi selanjutnya sdr. Rusli,SH
memberitahukankan sekaligus mengajukan klaim kepada penanggung yang disebut juga sebagai perusahaan asuransi pada tanggal 24 Mei 2010. Atas
pengajuan klaim tersebut selanjutnya perusahaan asuransi melakukan pemeriksaan dan meneliti bagaimana kejadian yang terjadi sehingga mobil merek Toyota
Avanza menjadi objek pertanggungan hilang.Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penelitian oleh perusahaan asuransi ternyata penyebab hilangnya mobil tersebut
disebabkan karena penggelapan yang dilakukan oleh Ayu Halizah Sirait sesuai dengan Surat Tanda Bukti Lapor No.Pol.:STPL318IV2010TBS Helvetia
tanggal 24 April 2010. Selain dari pada itu alasan penolakan klaim asuransi yang diajukan oleh
Rusli, SH karena Sdr. Rusli tidak memenuhi kewajibannya dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan untuk memberitahu penanggung perusahaan
asuransi secara tertulis atau secara lisan yang diikuti dengan tertulis kepada Penanggung selambat-lambatnya 5 lima hari kalender sejak terjadinya kerugian
dan atau kerusakan sesuai dengan Klausula Polis Asuransi pada Pasal 11 ayat 1 ke-1.1;
Rusli, SH menyatakan demikian karena sesuai dengan Surat Tanda Bukti Lapor No.Pol.:STPL318IV2010TBS Helvetia tanggal 24 April 2010 ternyata
kejadian yang menimpa objek pertanggungan yang menjadi penyebab kerugian terjadi pada hari Senin tanggal 05 April 2010 sekira pukul 21.30 WIB; akan tetapi
Sdr. Rusli baru melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian pada tanggal 24 April 2010 dan memberitahukan kepada perusahaan asuransi baru pemberitahuan
diterima pada tanggal 24 April 2010, maka jika dihitung sejak tanggal kejadian yang menimpa objek pertanggungan yaitu pada tanggal 05 April 2010 sd tanggal
24 Mei 2010 sudah berlaku selama 49 hari kalender sehingga telah jelas melewati batas ketentuan Pasal 11 ayat 1 ke 1.1;
Pasal 11 ayat 1 ke 1.1 Klausula Polis Asuransi ini tidak dipenuhi oleh Tertanggung, maka sangat jelas akibatnya segala hak ganti rugi menjadi hilang
jika tertanggung PT. Astra Sedaya Finance Qq. Rusli, SH. tidak memenuhi
ketentuan dalam Pasal ini sebagaimana dinyatakan dalam klausula polis asuransi Pasal 11 bagian terakhir;
PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, menolak klaim asuransi dari saudara Rusli, SH dengan alasan tidak terpenuhinya syarat klaim, bahwa mobil merek
Toyota Avanza masih atas nama PT. Astra Sedaya Finance Qq. Rusli, SH. Alasan-alasan yang mendasari penolakan klaim asuransi Dalam
menangani kasus tersebut, menurut ketentuan Pasal 263 KUHD, “Apabila barang- barang yang dipertanggungkan, dijual atau berpindah hak miliknya, maka
pertanggungan berjalan terus guna keuntungan si pembeli atau si pemilik baru, biarpun pertanggungan itu tidak dioperkan, mengenai segala kerugian yang timbul
sesudah barang tersebut mulai menjadi tanggungannya si pembeli atau si pemilik baru tadi; segala sesuatu itu kecuali apabila telah diperjanjikan hal yang
sebaliknya antara si penanggung dan tertanggung yang semula. Dari ketentuan Pasal 263 KUHD ini jika dikaitkan dengan masalah
tersebut maka adalah suatu kewajaran bila perusahaan asuransi menolak klaim tersebut karena polis asuransi tersebut atas nama pihak show room mobil.
Sedangkan pihak pembeli kendaraan secara mengangsur belum berhak untuk menuntut asuransi tersebut dengan alasan karena mobil itu belum berpindah
kepemilikannya atas nama pihak pembeli kendaraan secara mengangsur. Hal ini bisa dimengerti karena dalam membeli mobil secara mengangsur masih harus
membayar cicilan mobil tersebut. Kecuali pada saat mobil dicuri, mobil itu telah dilunasi pembayaran kreditnya yang berarti telah menjadi milik, surat-surat dan
BPKB telah atas nama pihak pembeli maka pihak pembeli secara mengangsur
berhak untuk menuntut asuransi tersebut. Dalam kasus ini mobil Toyota Avanza
masih atas namaPT. Astra Sedaya Finance.
Selanjutnya Rusli, SH melaporkan kejadian tersebut ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen disingkat sebagai BPSK adalah salah satu
lembaga peradilankonsumen berkedudukan pada tiap Daerah Tingkat II kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebagaimana diatur menurut Undang-undang No.8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bertugas utama menyelesaikan persengketaan konsumen di luar lembaga pengadilan umum, BPSK
beranggotakan unsur perwakilan aparatur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha atau produsen yang diangkat atau diberhentikan oleh Menteri, dalam menangani
dan mengatur permasalahan konsumen, BPSK memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan dan keterangan dari para pihak
yang bersengketa, melihat atau meminta tanda bayar, tagihan atau kuitansi, hasil test lab atau bukti-bukti lain, keputusan BPSK bersifat mengikat dan penyelesaian
akhir bagi para pihak.
52
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK Kota Medan mengabulkan permohonan klaim asuransi yang diajukan oleh Rusli, SH yang
disebut juga pemegang polis, sebagaimana BPSK Kota Medan No. 42BPSK- Mdn2010, tanggal 9 Desember 2010 yang mengabulkan permohonan klaim
asuransi yang diajukan oleh Rusli, SH. BPSK Kota Medan mengabulkan permohonan Rusli, SH berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
52
http:id.wikipedia.orgwikiBadan_Penyelesaian_Sengketa_Konsumen diakses tanggal 1 April 2015.z
tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut UUPK. Bahwa saudara Rusli, SH telah membayar kredit, meskipun belum lunas.
Pengajuan keberatan a quo oleh Rusli, SH yang telah lewat waktu kadaluarsa tersebut, sehingga secara hukum telah menyalahi ketentuan UUPK
maupun peraturan pelaksanaan lainnya berkenaan dengan hukum acara dalam penyelesaian sengketa konsumen, sehingga pengajuan keberatan gugatan a quo
haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima NO. BPSK Medan pada dasarnya telah memutus perkara a quo register No. 42
BPSK-Mdn2010 tanggal 9 Desember 2010 dengan mengabulkan pengaduan Termohon dengan menghukum Pemohon agar Pemohon selaku Pelaku Usaha
memberi ganti kerugian kepada Termohon selaku konsumen. PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, merasa keberatan terhadap putusan
BPSK denganRegister No. 120Pdt.G 2011PN.Mdn tersebut pada dasarnya menolak putusan BPSK No. 42 BPSKMdn2010 tersebut dan menuntut agar
putusan BPSK tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum dengan alasan BPSK Kota Medan telah salahkeliru dalam menjatuhkan putusan karena klaim asuransi
yang diajukan Termohon telah lewat waktu dan tidak sesuai dengan persyaratan pengajuan klaim asuransi pada Pemohon Keberatan a quo;
Perusahaan asuransi menyatakan bahwa permohonan yang diajukan oleh Rusli, SH haruslah ditolak karena persyaratan yang telah diajukan perusahaan
asuransi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan sendiri oleh Rusli, SH, oleh karenanya tidak ada alasan hukum untuk menuntut terhadap penolakan klaim
asuransi kendaraan bermotor yang diajukan PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk.
Perusahaan asuransi PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, menggangap Rusli, SH tidak layak mendapatkan asuransi karena tidak memenuhi persyaratan
klaim asuransi. Atas dasar alasan yang diuraikan di atas Pemohon menyatakan keberatan terhadap Putusan BPSK Pemerintahan Kota Medan Nomor: 42BPSK-
Mdn2010 tanggal 9 Desember 2010 karena BPSK Kota Medan tidak memperhatikan dan tidak pula mempertimbangkan klausula Polis Asuransi
sebagai undang-undang antara Pemohon pelaku usaha dengan PT. Astra Sedaya Finance Qq. Rusli, SH karenanya beralasan hukum Majelis Hakim menyatakan
putusan dimaksud tidak mempunyai kekuatan hukum; Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, perusahaan asuransi
pembatalan mohon kepada Pengadilan Negeri Medan agar memberikan putusan sebagai berikut:
1. Mengabulkan keberatan PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, seluruhnya;
2. Menyatakan putusan BPSK Pemerintah Kota Medan No. 42BPSK-
Mdn2010, tanggal 9 Desember 2010 tidak mempunyai kekuatan hukum; 3.
Menyatakan perusahaan asuransi sebagai PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, tidak dapat dimintai klaim asuransi atas hilangnya objek tanggungan
Putusan BPSK No. 42BPSK-Mdn2010 yang telah memberikan status hukum yang benar tersebut sangat layak untuk tetap dipertahankan sedangkan
keberatan Rusli, SH tersebut haruslah ditolak terhadap keberatan tersebut, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan telah memberikan putusan No.
120Pdt.G2011 PN.Mdn tanggal 1 Agustus 2011 dengan amar sebagai berikut: Dalam Eksepsi:
Menolak eksepsi Termohon Keberatan;
Dalam pokok perkara: 1.
Membatalkan putusan BPSK Pemerintah Kota Medan No. 52BPSK- Mdn2010, tanggal 9 Desember 2010;
2. Menyatakan permohonan Konsumen dalam perkara No. 42BPSK-Mdn
2010 tanggal 9 Desember 2010 tidak dapat diterima; 3.
Membebankan biaya perkara yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp128.000,- seratus dua puluh delapan ribu lima ratus rupiah kepada
Termohon Keberatan; Amar putusan Mahkamah Agung RI No. 9 KPdt.Sus2012 tanggal 2 Mei
2012 yang telah berkekuatan hukum tetap sebagai berikut: Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: RUSLI, SH.
tersebut; Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Medan No. 120Pdt.G2011
PN.Mdn tanggal 1 Agustus 2011; MENGADILI SENDIRI:
DALAM EKSEPSI: • Menolak eksepsi Termohon Keberatan ;
DALAM POKOK PERKARA: 1.
Menyatakan permohonan keberatan dari Pemohon Keberatan tidak dapat diterima;
2. Sesudah putusan yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut yaitu putusan
Mahkamah Agung No. 9 KPdt.Sus2012 tanggal 2 Mei 2012 diberitahukan kepada Pemohon Kasasi pada tanggal 12 September 2012, terhadap putusan
tersebut, oleh Pemohon Kasasi melalui kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 15 Oktober 2012, mengajukan permohonan pemeriksaan
peninjauan kembali di Kepaniteraan Pengadilan NegeriNiaga Medan pada tanggal 1 November 2012, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan
Peninjauan Kembali Nomor 17 PKPMPDT2013 PN.Mdn. tanggal 1 November 2012, permohonan tersebut disertai dengan memori peninjauan
kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Niaga Medan tersebut pada tanggal 1 November 2012 itu juga;
Alasan-alasan peninjauan kembali telah disampaikan kepada Termohon Peninjauan Kembali pada tanggal 21 November 2012, kemudian Termohon
Peninjauan Kembali mengajukan jawaban alasan peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan NegeriNiaga Medan pada tanggal 18
Desember 2012; Permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-alasannya telah
diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena
itu permohonan peninjauan kembali tersebut secara formal dapat diterima; Alasan-alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh para Pemohon
Peninjauan KembaliPemohon Keberatan pada pokoknya sebagai berikut:
Putusan Mahkamah Agung RI Mengandung Kekeliruan Atau Kekhilafan Yang Nyata Dalam Memahami dan Menerapkan Pasal 56 ayat 2 UUPK jo
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen:
Bahwa Mahkamah Agung RI dalam Putusannya halaman 11 alinea 1 menyatakan, selengkapnya dikutip berikut ini :
Terlepas dari alasan-alasan kasasi dari pemohon kasasi, permohonan keberatan dari Pemohon Keberatan dalam perkara ini telah lewat waktu 14 hari,
dengan pertimbangan sebagai berikut : Permohonan keberatan dari Pemohon Keberatan, ternyata diajukan dan
didaftarkan pada tanggal 9 Maret 2011 dibawah register No. 120Pdt.G2011PN- Mdn ;
Bahwa meneliti putusan BPSK Pemerintah Kota Medan No. 42 BPSK MDN2010, tanggal 9 Desember 2010, ternyata baik Pelaku Usaha maupun
Konsumen, hadir di persidangan pada waktu putusan tersebut diucapkan vide bukti T-1, maka tenggang waktu 14 empat belas hari untuk mengajukan
keberatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 56 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, harus dihitung sejak putusan
diucapkan yaitu tanggal 9 Desember 2010 karena Pelaku Usaha Pemohon Keberatan dan Konsumen Termohon Keberatan hadir di persidangan ;
Pertimbangan-pertimbangan tersebut maka permohonan keberatan yang diajukan Pelaku Usaha pada tanggal 9 Maret 2011 adalah sudah lewat waktu 14
empat belas hari putusan diucapkan tanggal 9 Desember 2010 dimana Pelaku Usaha hadir sedangkan permohonan keberatan diajukan tanggal 9 Maret 2011”
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, menurut pendapat Mahkamah Agung cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi: RUSLI, SH dan membatalkan putusan Pengadilan Negeri Medan No. 120Pdt.G2011PN-Mdn, tanggal 1 Agustus 2011 serta Mahkamah
Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini:
Pertimbangan hukum di atas terlihat jelas dengan sejelas jelasnya, Mahkamah Agung Republik Indonesia tanpa dasar hukum telah menafsirkan Pasal
56 ayat 2 UUPK seolah-olah Pasal tersebut menyebutkan tenggang waktu pengajuan permohonan keberatan atas putusan BPSK yang dihadiri oleh para
pihak dihitung sejak tanggal diucapkannya putusan BPSK tersebut; Mahkamah Agung menafsirkan Pasal tersebut di atas persis sama dengan
hukum acara perdata umum yang menentukan tenggang waktu mengajukan upaya hukum dihitung sejak tanggal diucapkannya putusan bila dihadiri para pihak dan
atau sejak tanggal relas pemberitahuan bila para pihak tidak hadir pada saat pembacaan putusan ;
Hukum acara dalam perkara a quo telah diatur dalam undang-undang khusus yakni UUPK yang menurut asas lex specialis derogate lex generalis telah
mengesampingkan hukum acara perdata umum oleh karenanya nyata dan kelirulah Putusan Mahkamah Agung RI yang menyebutkan tenggang waktu
pengajuan permohonan keberatan dihitung sejak dibacakannya putusan BPSK dihadiri para pihak ;
Apa lagi bila dilihat secara cermat bunyi Pasal 56 ayat 2 UUPK sudah jelas, tegas dan tidak dapat ditafsirkan lagi yang menyebutkan selengkapnya
dikutip berikut ini : “Para pihak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri
paling lambat 14 empat belas hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut”
Bunyi Pasal yang dikutip di atas jelas dan tegas disebutkan tenggang waktu pengajuan keberatan atas putusan BPSK adalah 14 empat belas hari kerja
setelah menerima pemberitahuan putusan BPSK dan hal ini tidak dapat ditafsirkan bahwa kalau para pihak hadir pada saat pembacaan putusan maka tenggang waktu
pengajuan permohonan keberatan adalah sejak tanggal dibacakan putusan tersebut sebab dalam penjelasan Pasal 56 ayat 2 UUPK telah disebutkan
Merujuk pada bunyi Pasal yang disebut di atas maka petugas BPSK Pemerintah Kota Medan telah memberitahukan secara tertulismenyampaikan
relas pemberitahuan putusan BPSK Pemerintah Kota Medan Nomor: 42BPSK- MDN2010 kepada para pihak ic. Pemohon Peninjauan Kembali dan Termohon
Peninjauan Kembali meskipun para pihak hadir pada saat pembacaan putusan tersebut dan untuk Pemohon Peninjauan Kembali telah menerima relas
pemberitahuan putusan BPSK Kota Medan No. 42 BPSK-MDN2010, tanggal 9 Desember 2010 adalah pada tanggal 24 Februari 2011 sesuai dengan Surat
Pemberitahuan No. 542BPSKMDN2011 vide bukti P-5; Bahwa jika tenggang
waktu pengajuan permohonan keberatan dihitung sejak tanggal dibacakannya putusan para pihak hadir untuk apa petugas BPSK Pemerintah Kota Medan
membuat surat pemberitahuan putusan Relass kepada para pihak lagi? Dan lagi pula dalam surat pemberitahuan putusan tersebut vide bukti P-5 juga disebutkan
bahwasanya pengajuan permohonan keberatan adalah 14 empat belas hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan ini;
Relevan atau bersesuaian pula dengan Pasal 5 ayat 1 dari Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 01 tahun 2006 Tentang Tata Cara
Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan BPSK, yang selengkapnya dikutip berikut ini :
“Keberatan diajukan dalam tenggang waktu 14 empat belas hari terhitung sejak Pelaku Usaha atau Konsumen menerima pemberitahuan putusan
BPSK” Bahwa berdasarkan uraian di atas jelas, terang dan nyata baik Pasal 56 ayat 2 UU No. 8 tahun 1999 dan Pasal 5 ayat 1 Peraturan Mahkamah Agung RI
No. 01 tahun 2006 di atas keduanya menyebutkan tenggang waktu pengajuan permohonan keberatan atas putusan BPSK adalah sejak Putusan BPSK
diberitahukan kepada para pihak bukan sejak dibacakan putusan BPSK meskipun dihadiri para pihak sehingga atas dasar uraian di atas dengan sendirinya
terbantahkan atau hampalah argumentasi hukum Putusan Mahkamah Agung RI yang dikutip di atas karena telah nyata dan terang Putusan Mahkamah Agung
telah keliru dan khilaf memahami dan menerapkan Pasal 56 ayat 2 UU No. 8 Tahun 1999 jo Peraturan Mahkamah Agung RI No. 01 tahun 2006 ;
Atas dasar mana menjadi cukup beralasan hukum Majelis Hakim Agung menerima permohonan peninjauan kembali ini dari Pemohon Peninjauan Kembali
seraya membatalkan putusan Mahkamah Agung RI No. 9 Pdt.Sus2012, tanggal 02 Mei 2012 dengan menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Medan
Nomor: 120Pdt.G2011PN-Mdn, tanggal 01 Agustus 2011 ; 1 tentang putusan mahkamah agung mengandung kekeliruan atau kekhilafan yang nyata karena
Putusannya kontradiktif Perkara a quo Termohon Peninjauan Kembali telah menyampaikan
tangkisan eksepsi atas Permohonan Keberatan yang didaftarkan oleh Pemohon Peninjauan Kembali pada Pengadilan Negeri Medan atas Putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan Nomor: 42BPSKMDN 2010, tanggal 9 Desember 2010;
Salah satu poin dari eksepsi tersebut adalah tentang lewat waktu daluarsanya pengajuan permohonan keberatan atas Putusan BPSK Pemerintah
Kota Medan Nomor: 42BPSK-MDN2010, tanggal 9 Desember 2010 dengan alasan putusan tersebut dibacakan dengan dihadiri oleh para pihak Pemohon
Peninjauan Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali karena tenggang waktu pengajuan permohonan keberatan atas putusan tersebut adalah 14 empat belas
hari sejak putusan tersebut dibacakan; Atas eksepsi tersebut Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Medan
dalam Putusan Nomor: 120Pdt.G2011PN-Mdn, tanggal 01 Agustus 2011 telah menolaknya karena tidak berdasar hukum karenanya Termohon Peninjauan
KembaliPemohon Kasasi menyatakan kasasi dan dalam memori kasasinya tetap menguraikan tentang lewat waktu daluarsa tersebut ;
Terhadap permohonan kasasi tersebut oleh Putusan Mahkamah Agung RI dalam amar putusannya pada bagian eksepsi menyatakan “menolak eksepsi
Termohon keberatan”. Artinya uraian Termohon Peninjauan Kembali Pemohon KasasiTermohon Keberatan setentang dengan daluarsanya pengajuan
permohonan keberatan oleh Pemohon KeberatanTermohon KasasiPemohon Peninjauan Kembali atas Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Pemerintah Kota Medan Nomor: 42BPSK-MDN2010, tanggal 9 Desember 2010 Tidak Berdasar Hukum. Akan tetapi disisi lain pada bagian pokok perkara
Mahkamah Agung RI menyatakan “permohonan keberatan dari pemohon keberatan Tidak dapat diterima” dengan pertimbangan hukum sebagaimana
dimuat pada halaman 11 putusan, selengkapnya dikutip berikut ini: Terlepas dari alasan-alasan kasasi dari pemohon kasasi, permohonan
keberatan dari Pemohon Keberatan dalam perkara ini telah lewat waktu 14 hari, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Permohonan keberatan dari Pemohon Keberatan, ternyata diajukan dan
didaftarkan pada tanggal 9 Maret 2011 dibawah register No. 120Pdt.G2011PN-Mdn
2. Putusan BPSK Pemerintah Kota Medan No. 42BPSK MDN2010,
tanggal 9 Desember 2010, ternyata baik Pelaku Usaha maupun Konsumen, hadir di persidangan pada waktu putusan tersebut diucapkan vide bukti T-
1, maka tenggang waktu 14 empat belas hari untuk mengajukan
keberatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 56 ayat 2 UUPK, harus dihitung sejak putusan diucapkan yaitu tanggal 9 Desember 2010 karena
Pelaku Usaha Pemohon Keberatan dan Konsumen Termohon Keberatan hadir di persidangan;
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka permohonan keberatan yang diajukan Pelaku Usaha pada tanggal 9 Maret 2011 adalah sudah
lewat waktu 14 empat belas hari putusan diucapkan tanggal 9 Desember 2010 dimana Pelaku Usaha hadir sedangkan permohonan keberatan diajukan tanggal 9
Maret 2011” Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, menurut pendapat
Mahkamah Agung cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: RUSLI, SH dan membatalkan putusan Pengadilan Negeri
Medan No. 120 Pdt.G2011PN-Mdn, tanggal 1 Agustus 2011 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusan sebagaimana yang akan
disebutkan di bawah ini” Pertimbangan hukum yang dikutip di atas terlihat dengan jelas sangat
kontradiksi atau bertolak belakang dengan amar putusannya pada bagian eksepsi sebab satu sisi Putusan Mahkamah Agung RI berpendapat permohonan keberatan
yang diajukan oleh Pemohon KeberatanPemohon Peninjauan Kembali belum atau tidak daluarsa atau tidak lewat waktu namun disisi lain Putusan Mahkamah
Agung RI berpendapat permohonan keberatan oleh Pemohon KeberatanPemohon Peninjauan Kembali telah lewat waktu atau telah daluarsa;
Pertimbangan hukum dan amar putusan yang demikian adalah putusan yang tidak konsekwen dan sangat kontradiktif disebabkan majelis hakimnya
secara nyata telah keliru dan khilaf dalam memeriksa dan memutus perkara a quo dari dan oleh karenanya putusan yang demikian tidak mencerminkan rasa keadilan
dan putusan yang demikian tidak patut untuk dipertahankan dan harus dibatalkan; Bahw a atas dasar mana menjadi cukup beralasan hukum Majelis Hakim Agung
menerima permohonan peninjauan kembali ini dari Pemohon Peninjauan Kembali seraya membatalkan putusan Mahkamah Agung RI No. 9 KPdt.Sus2012, tanggal
02 Mei 2012 dengan menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 120Pdt.G2011PN-Mdn, tanggal 01 Agustus 2011;
Terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut, Mahkamah Agung berpendapat: mengenai alasan ke 1 dan 2: Bahwa alasan peninjauan kembali yang
diajukan oleh Pemohon Peninjauan KembaliPemohon Keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena Judex Juris tidak salah dalam menerapkan hukum,
karena dengan lewatnya waktu untuk mengajukan keberatan sesuai dengan ketentuan Pasal 56 ayat 2 UUPK, dengan lewatnya tenggang waktu untuk
mengajukan keberatan maka gugatan harus dinyatakan tidak dapat diterima.Judex Juris tidak melakukan kekeliruan yang nyata
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 67 huruf f Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan No. 5 Tahun 2009 – Undang-Undang No. 3 Tahun
2009 ; Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa putusan
Mahkamah Agung RI No. 9 KPdt.Sus2012 tanggal 2 Mei 2012 dalam perkara ini
tidak bertentangan dengan hukum danatau undang-undang, oleh karena itu permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
Kembali: PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk. tersebut harus ditolak; Bahwa karena permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan
Kembali ditolak, maka Pemohon Peninjauan Kembali harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini;
Memperhatikan, UUPK, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan; Mengadili
Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali: PT. ASURANSI BINA DANA ARTA, Tbk tersebut;
Menghukum Pemohon Peninjauan KembaliPemohon Keberatan untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali yang ditetapkan
sebesar Rp2.500.00 0,- dua juta lima ratus ribu Rupiah; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Selasa tanggal 17
September 2013 oleh Prof. Dr. Valerine J.L. Kriekhoff, SH.,MA., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H. Soltoni
Mohdally, SH.,MH., dan Dr. H. Abdurrahman, SH.,MH., Hakim Agung masing- masing sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri Anggota-anggota tersebut
dan dibantu oleh Ferry Agustina Budi Utami, SH. MH. Panitera Pengganti dengan
tidak dihadiri oleh para pihak. B.
Alasan Hakim Mahkamah Agung Melakukan Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor
Ketentuan Pasal 263 KUHD, “Apabila barang-barang yang
dipertanggungkan, dijual atau berpindah hak miliknya, maka pertanggungan berjalan terus guna keuntungan si pembeli atau si pemilik baru, biarpun
pertanggungan itu tidak dioperkan, mengenai segala kerugian yang timbul sesudah barang tersebut mulai menjadi tanggungannya si pembeli atau si pemilik
baru tadi; segala sesuatu itu kecuali apabila telah diperjanjikan hal yang sebaliknya antara si penanggung dan tertanggung yang semula.
Apabila pada waktu barang itu dijual atau dipindahkan hak miliknya, si pembeli atau si pemilik baru menolak untuk mengoper tanggungannya, sedangkan
si tertanggung yang semula masih tetap berkepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan, maka pertanggungan itu sementara tetap akan berjalan guna
keuntungannya“ Alasan-alasan yang mendasari penolakan klaim asuransi Dalam
menangani kasus tersebut, menurut ketentuan Pasal 263 KUHD, “Apabila barang- barang yang dipertanggungkan, dijual atau berpindah hak miliknya, maka
pertanggungan berjalan terus guna keuntungan si pembeli atau si pemilik baru, biarpun pertanggungan itu tidak dioperkan, mengenai segala kerugian yang timbul
sesudah barang tersebut mulai menjadi tanggungannya si pembeli atau si pemilik
baru tadi; segala sesuatu itu kecuali apabila telah diperjanjikan hal yang sebaliknya antara si penanggung dan tertanggung yang semula.
Dari ketentuan Pasal 263 KUHD ini jika dikaitkan dengan masalah tersebut maka adalah suatu kewajaran bila perusahaan asuransi menolak klaim
tersebut karena polis asuransi tersebut atas nama pihak show room mobil. Sedangkan pihak pembeli kendaraan secara mengangsur belum berhak untuk
menuntut asuransi tersebut dengan alasan karena mobil itu belum berpindah kepemilikannya atas nama pihak pembeli kendaraan secara mengangsur. Hal ini
bisa dimengerti karena dalam membeli mobil secara mengangsur masih harus membayar cicilan mobil tersebut. Kecuali pada saat mobil dicuri, mobil itu telah
dilunasi pembayaran kreditnya yang berarti telah menjadi milik, surat-surat dan BPKB telah atas nama pihak pembeli maka pihak pembeli secara mengangsur
berhak untuk menuntut asuransi tersebut Pertimbangan hukum Judex Fact i pada Tingkat Banding dinya takan
bahwa dalam posita gugatannya Termohon Kasasi semula Terbanding Penggugat tidak merinci kerugian yang nyata- nyata dideritanya selain itu Termohon
Kasasisemula Terbanding Penggugat juga tidak menyertai alat bukti yang membuktikan nilai kerugian yang nyata- nyata dideritanya, Termohon Kasasi
semula Terbanding Penggugat mendalilkan dalam posita gugatannya bahwa Pemohon Kasasi semula Pembanding Tergugat telah melakukan wanprestasi
terhadap Perjanjian Asuransi yang telah disepakati oleh Termohon Kasasi semula Terbanding Penggugat dan Pemohon Kasasi semula Pembanding Tergugat,
sedangkan dalam petitum gugatannya Termohon Kasasi semula Terbanding
Penggugat langsung menuntut agar Pemohon Kasasi semula Pembanding Tergugat dihukum untuk membayar ganti rugi materiil sebesar Rp 100.000 .000
,00 seratus juta Rupiah tanpa merinci nilai kerugian tersebut, hal ini membuat petitum gugatan menjadi tidak rinci yang menyebabkan gugatan menjadi tidak
sempurna dan menjadi tidak jelas obscuur, oleh dan karena i tu berdasarkan Yurisprudensi
Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 101 PKPdt.Sus.BPSK2013. Perkara perdata khusus sengketa konsumen pada tingkat peninjauan kembali telah
memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara: PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, yang diwakili oleh Candra Gunawan dan Freddy Wijaya selaku Presiden
Direktur dan Direktur PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk, berkedudukan di Plaza Abda Lantai 27, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 59 Jakarta Selatan, dalam hal ini
member kuasa kepada Hakim Tua Harahap, SH.,MH. dan kawan-kawan, para Advokat, berkantor di Jalan Prof. H.M. Yamin, SH., Komplek Serdang Mas Blok
B No. 9 Medan, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 15 Oktober 2012; Berdasarkan putusan Putusan Mahkamah Agung
Nomor101K.Pdt.SusBPSK201. Dalam putusan BPSK perkara a quo antara Pemohon dan Termohon dalam putusan No. 42BPSK-Mdn2010 telah diputus
pada tanggal 9 Desember 2010, dengan dihadiri langsung oleh kedua belah pihak ic. Pemohon dan Termohon. Oleh karenanya secara hukum pengajuan keberatan
atas putusan BPSK tersebut dapat diajukan melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan selama 14 hari terhitung sejak tanggal 9 Desember 2010 yakni
jatuh tempo sekitar tanggal 23 Desember 2010;
Ternyata pemohon keberatan baru mengajukan keberatan atas putusan BPSK No. 43BPSK-Mdn2010 tanggal 9 Desember 2010 tersebut diajukan pada
tanggal 9 Maret 2011 di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan terdaftar dengan register No. 120Pdt.G2011PN.Mdn. Padahal pada tenggang waktu tanggal 09
Maret 2011 tersebut terhadap putusan BPSK No. 42 BPSK-Mdn2010 tersebut telah berkekuatan hukum tetap inkracht van gewijsde;
Pengajuan keberatan a quo oleh Pemohon yang telah lewat waktu kadaluarsa tersebut, maka secara hukum telah menyalahi ketentuan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen maupun peraturan pelaksanaan lainnya berkenaan dengan hukum acara dalam penyelesaian sengketa
konsumen, sehingga pengajuan keberatan gugatan a quo haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima NO ;
b Majelis Hakim BPSK telah tepat dan benar dalam memutus perkara a quo. BPSK Medan pada dasarnya telah memutus perkara a quo register No. 42
BPSK-Mdn2010 tanggal 9 Desember 2010 dengan mengabulkan pengaduan Termohon dengan menghukum Pemohon agar Pemohon selaku Pelaku Usaha
memberi ganti kerugian kepada Termohon selaku konsumen; Pemohon dalam keberatannya register No. 120Pdt.G 2011PN.Mdn
tersebut pada dasarnya menolak putusan BPSK No. 42 BPSKMdn2010 tersebut dan menuntut agar putusan BPSK tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum
dengan alasan BPSK Kota Medan telah salahkeliru dalam menjatuhkan putusan karena klaim asuransi yang diajukan Termohon telah lewat waktu dan tidak sesuai
dengan persyaratan pengajuan klaim asuransi pada Pemohon Keberatan a quo;
Dalil-dalil keberatan Pemohon a quo haruslah ditolak karena BPSK Kota Medan telah tepat dan benar dalam memutus perkara a quo, karena
Pemohonselaku pelaku usaha telah menolak klaim asuransi yang diajukan oleh Termohon atas hilangnya unit kendaraan mobil yang ditanggung asuransinya oleh
Pemohon. Padahal persyaratan untuk pengajuan klaim asuransi tersebut telah Termohon ajukan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan sendiri oleh
Pemohon tersebut. Oleh karenanya tidak ada alasan hukum bagi Pemohon untuk menolak klaim asuransi yang diajukan termohon tersebut;
Bahwa dalil Pemohon dalam keberatannya angka 7 sd 12 yang pada dasarnya tentang Termohon tidak layak mendapatkan asuransi karena tidak
memenuhi persyaratan klaim asuransi adalah dalil yang keliru dan menyesatkan. Karena pembelian unit mobil oleh Termohon telah diturutsertakan dengan
perlindungan asuransi pada Pemohon, sehingga apabila terjadi peristiwa sesuai yang diatur dalam polis maka Termohon dapat memintakan pertanggungan dari
Pemohon selaku penanggung. Dalam hal ini Termohon telah memenuhi segala persyaratan yang ditentukan sebagai tertanggung;
Kewenangan mengawasi dan bertindak dalam penerapan hukum yang berlaku oleh aparat pemerintah yang diberikan wewenang untuk itu, sangat perlu
bagi perlindungan konsumen.Berbagai instansi berdasarkan peraturan perundang- undangan tertentu diberikan kewenangan untuk menyelidiki, menyidik, menuntut,
dan mengadili setiap perbuatan pidana yang memenuhi unsur-unsur dari norma- norma hukum yang berkaitan.
53
Dituntut melakukan penggantian rugi sebagaimana layaknya.Tidak melahirkan citra yang cenderung merugikan pihak tertanggung.Tidak memberikan
image penggantian rugi yang tidak sebanding dengan premi yang telah dibayar Hukum perdata yang lebih banyak digunakan atau berkaitan dengan azas-
azas hukum mengenai hubunganmasalah konsumen adalah buku ketiga tentang perikatan dan buku keempat mengenai pembuktian dan daluarsa.Buku ketiga
memuat berbagai hubungan hukum konsumen.Seperti perikatan, baik yang terjadi berdasarkan perjanjian saja maupun yang lahir berdasarkan Undang-undang.
Kritik dan bermacam keluhan dari berbagai pihak terhadap penegakan hukum bagi yang lemah yang menjadi referensi utama dalam penegakan norma-
norma perlindungan konsumen dalam undang-undang baru itu.Seperangkat norma-norma hukum baru, termasuk perumusan tindak pidanadelik baru
kriminalisasi mengemuka untuk berusaha menjawab kekaburan norma-norma perlindungan konsumendan institusi-institusi perlindungan konsumen.
Dalam penggantian rugi tidaklah didapatkan dengan cara mudah, harus melalui proses yang dapat membuktikan bahwa kerugian benar-benar terjadi dan
terbukti. Karena telah banyak wanprestasi yang melakukan kerugian yang fiktif.Hal tersebut pada dasarnya batal demi hukum dan dapat menyebabkan
batalnya suatu perjanjian asuransi.
53
http:repository.usu.ac.idbitstream12345678915211perdata-sabarudin2.pdf, diakses pada tanggal 15 Maret 2015
oleh tertanggung.Haruslah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati yang mana telah dituangkan dalam polis.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sering kali terjadinya penggantian rugi yang tidak sesuai dengan harapan dari tertanggung.Kesan ini yang sering
dialami masyarakat ketika mengikuti atau membuat sebuah asuransi.Dalam kerugian yang dialami dalam perjalanan laut misalnya.
C. Tanggung jawab Pihak Asuransi dalam Penolakan Klaim Asuransi