Berdasarkan uraian di atas merasa tertarik mengangkat judul Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101K.Pdt.SusBPSK2013 Tentang
Penolakan klaim Asuransi Kendaraan Bermotor
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan klaim asuransikendaraan bermotor ?
2. Bagaimanakah tanggung jawab pihak asuransi terhadap klaim asuransi
kendaraan bermotor? 3.
Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101K.Pdt.SusBPSK2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan klaim asuransi kendaraan bermotor.
2. Untuk mengetahui tanggung jawab pihak asuransi terhadap klaim asuransi
kendaraan bermotor. 3.
Untuk mengetahui Putusan Mahkamah Agung Nomor 101K.Pdt.SusBPSK2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan
Bermotor.
D. Keaslian Penelitian
Penulisan skripsi ini didasarkan atas ide atau gagasan penulis dan telah dilakukan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum USU oleh Petugas
Pustaka bahwa judul skripsi Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101K.Pdt.SusBPSK2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan
Bermotor ini tidak ditemukan dan tidak ada yang mirip. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan ini adalah asli.
Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran penulis, referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan dari pihak-
pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian asuransi
Asuransi dalam Bahasa Belanda disebut”Verzekering”atau juga berarti pertanggungan. Secara yuridis, pengertian asuransi atau pertanggungan menurut
Pasal 246 KUHD adalah: ”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu” Pengertian Asuransi sebagaimana tercantum di dalam Buku Kesatu Bab IX Pasal 246 KUHD
adalah sebagai berikut : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk menberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
H.M.N Purwosutjipto, memberikan definisi atau pengertian asuransi sejumlah uang sebagai berikut : ”Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal
balik antara penutup pengambil asuransi dengan penanggung, dimana penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar sejumlah premi, sedangkan
penanggung mengikatkan diri untuk membayar uang yang jumlahnya telah ditetapkan pada saat ditutupnya pertanggungan kepada penikmat dan didasarkan
atas hidup dan matinya seseorang yang ditunjuk.
4
4
H.M.N Purwosutjipto, Op.cit hlm.10.
Pengertian asuransi menurut Pasal 246 KUHD semata-mata mendefinisikan mengenai asuransi kerugian,
karena secara historis ketentuan-ketentuan dalam KUHD kebanyakan diambil dari asuransi laut, yang merupakan asuransi kerugian, di mana pada saat itu tahun
1847 merupakan asuransi yang paling lengkap peraturannya. Pada tanggal 11 Februari 2014 pemerintah mengatur asuransi secara
spesifik dengan mengundangkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian selanjutnya disebut UU Peransuransian, istilah asuransi menurut
Pasal 1 angka 1 adalah : Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yangmenjadi dasar bagi penerimaan
premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan,biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yangmungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidakpasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yangdidasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan ataudidasarkan pada hasil
pengelolaan dana. Berdasarkan definisi asuransi tersebut dapat diketahui adanya beberapa
unsur dalam asuransi, yaitu :
5
a. Merupakan suatu perjanjian
b. Adanya premi
c. Adanya kewajiban penanggung untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung d.
Adanya suatu peristiwa yang belum terjadi anzekes voorval Asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian, maka
didalamnya paling sedikit terdapat dua pihak yang mengadakan kesepakatan. Pihak yang satu adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain, yang
disebut dengan tertanggung. Sedangkan pihak yang lain adalah pihak yang menerima risiko dari pihak tertanggung, yang disebut dengan penanggung, yaitu
5
Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga Bandung : Alumni, 1997, hlm.16.
perusahaan asuransi. Perjanjian dalam asuransi merupakan perjanjian dengan ciri dan sifat khusus, jika dibandingkan dengan perjanjian lainnya.
Premi, adalah prestasi yang harus diberikan tertanggung kepada penanggung.Premi ini biasanya ditentukan dalam suatu persentase rate dari
jumlah yang dipertanggungkan.Biasanya premi dibayarkan pada awal perjanjian asuransi.Misalnya dalam polis standar kebakaran Indonesia, ditentukan jangka
waktu pembayaran premi adalah 30 tiga puluh hari dari jangka waktu mulainya pertanggungan.Apabila tertanggung tidak memenuhi prestasinya dalam jangka
waktu yang telah ditentukan makaperjanjian asuransi batal dengan sendirinya dan penanggung terbebas dari segala kerugian yang timbul.
Penanggung wajib memberikan ganti kerugian kepadatertanggung apabila risiko yang dialihkan benar-benar terjadi danmenimbulkan kerugian secara
ekonomis. Perlu diperhatikan, bahwapenanggung hanya wajib memberikan ganti rugi sesuai dengankondisi pertanggungan, mengenai apa yang terjamin dan
tidakmenjamin kerugian yang dikecualikan dalam polis. Asuransi kendaraan bermotor, salah satu jenis asuransi kerugian yang
diminati konsumen karena asuransi ini memberikan pertanggungan atas kerugian berkurangnya nilai secara finansial atas obyek pertanggungan kendaraan bermotor
yang disebabkan karena menabrak, ditabrak, dicuri, terbakar, dan tergelincir. Secara spesifik juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan PMK No.
74PMK.0102007 tentang Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi selanjutnya disebut PMK No. 74PMK.0102007 khususnya Pasal 1 ayat 2 : Asuransi
Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi kerugian yang melindungi
tertanggung dari risiko kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor.
6
a. Usaha Reasuransi adalah usaha jasa pertanggungan ulang terhadap risiko
yang dihadapi oleh perusahaan asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan reasuransi lainnya.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian menyebutkan bahwa usaha asuransi umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko
yang memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti
Badan hukum penyelenggara perasuransian dalam UUPerasuransian, disebut perusahaan perasuransian. Perusahaan perasuransian
tersebut adalah:
b. Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha pengelolaan risiko
berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti. c.
Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan
memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya
6
Ronny Hanitijo Sumitra, Asuransi Kendaraan bermotor Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 10.
peserta, atau pembayaran lain kepada tertanggung atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya
telah ditetapkan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. d.
Usaha Reasuransi Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah atas risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah,
perusahaan penjaminan syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya.
e. Usaha Pialang Asuransi adalah usaha jasa konsultasi danatau
keperantaraan dalam penutupan asuransi atau asuransi syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama
tertanggung. f.
Usaha Pialang Reasuransi adalah usaha jasa konsultasi danatau keperantaraan dalam penempatan reasuransi atau penempatan reasuransi
syariah serta penanganan penyelesaian klaimnya dengan bertindak untuk dan atas nama perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah,
perusahaan penjaminan, perusahaan penjaminan syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah yang melakukan
penempatan reasuransi atau reasuransi syariah. g.
Usaha Penilai Kerugian Asuransi adalah usaha jasa penilaian klaim danatau jasa konsultasi atas objek asuransi.
h. Perusahaan Perasuransian adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi
syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, perusahaan
pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, dan perusahaan penilai kerugian asuransi.
i. Perusahaan Asuransi adalah perusahaan asuransi umum dan perusahaan
asuransi jiwa. j.
Perusahaan Asuransi Syariah adalah perusahaan asuransi umum syariah dan perusahaan asuransi jiwa syariah.
2. Subyek dan obyek asuransi
Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak aktif yang mengamalkan perjanjian itu, yaitu pihak tertanggung, pihak penanggung dan
pihak-pihak yang berperan sebagai penunjang perusahaan asuransi. a.
Penanggung Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima
pengalihan risiko dimana dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa
yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagitertanggung. Dari pengertian penanggung tersebut di atas, terdapat hakdan
kewajiban yang mengikat penanggung. Hak-hak dari penanggung adalah : 1
Menerima premi 2
Mendapatkan keterangan dari tertanggung berdasar prinsipitikad terbaik Pasal 251 KUHD.
3 Hak-hak lain sebagai imbalan dari kewajiban tertanggungHak
penanggung antara lain
7
a Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan
perjanjian. b
Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya.
c Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang
diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri Pasal 276 KUHD.
d Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau
gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung Pasal 282 KUHD.
e Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan
maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya Pasal 271 KUHD.
Sedangkan kewajiban dari penanggung adalah : 1
Memberikan polis kepada tertanggung. 2
Membayar ganti rugi atas kerugian yang diderita tertanggung dalam hal asuransi kerugian dan membayar santunan pada asuransi jiwa
sesuai dengan kondisi polis. 3
Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjian terjadi, kecuali jika
7
M. Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Bandung: Alumni, 2003, hlm. 9.
terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut.
4 Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung Pasal
259, 260 KUHD. 5
Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian
atau seluruhnya premi restorno, Pasal 281 KUHD. 6
Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi
tersebut diperjanjikan demikian Pasal 289 KUHD. b.
Tertanggung Pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan
risiko kepada pihak lain dengan membayarkan sejumlah premi. Berdasar Pasal 250 KUHD yang dapat bertindak sebagai tertanggung adalah sebagai berikut
:“Bilamana seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau seseorang, untuk tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh seorang yang
lain, pada waktu pertanggungan tidak mempunyai kepentingan atas benda tidak berkewajiban mengganti kerugian
Berdasarkan Pasal 250 KUHD tersebut yang berhakbertindak sebagai tertanggung adalah pihak yang mempunyaiinterest kepentingan terhadap obyek
yang dipertanggungkan.Apabila kepentingan tersebut tidak ada, maka pihakpenanggung tidak berkewajiban memberikan ganti kerugianyang diderita
pihak tertanggung.Pasal 264 KUHD menentukan, selain mengadakanperjanjian
asuransi untuk kepentingan diri sendiri, jugadiperbolehkan mengadakan perjanjian asuransi untukkepentingan pihak ketiga, baik berdasarkan pemberian kuasadari
pihak ketiga itu sendiri ataupun di luar pengetahuan pihakketiga yang berkepentingan.
c. Objek asuransi kendaraan bermotor
Secara umum, obyek asuransi dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan yang dapat
hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya.Benda asuransi adalah harta kekayaan. Karena kepentingan itu melekat pada benda asuransi, maka
kepentingan juga harta kekayaan .Sebagai harta kekayaan kekayaan memiliki unsur-unsur bersifat ekonomi.
8
1 ada pada setiap asuransi Pasal 250 KUHD
Ketentuan Pasal 268 KUHD, asuransi dapat mengenai segala macam kepentingan yang dinilai dengan uang, diancam oleh bahaya dan tidak
dikecualikan oleh undang-undang. Berdasarkan pasal ini dapat diketahui kriteria kepentingan yaitu kepentingan harus:
2 dapat dinilai dengan uang
3 dapat diancam oleh bahaya
4 tidak dikecualikan oleh undang-undang
Kendaraan bermotor roda empat atau lebih sedan, minibus, jeep, truck termasuk akesoris atau perlengkapan tambahan yang menempel pada kendaraan
8
Aanmuhsinin.wordpress.com20130628asuransi-rangkap-pada-asuransi-kendaraan- bermotor diakses tanggal 1 April 2015.
tersebut. Khusus untuk motor roda dua dapat ditutup dengan pertimbangan akomodasi bisnis.
3. Polis asuransi kendaraan bermotor
Berdasarkan polis standar asuransi kendaraan bermotor Indonesia bahwa tertanggung telah mengajukan suatu permohonan tertulis yang menjadi dasar dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari polis ini, penanggung akan memberikan ganti rugi kepada tertanggung terhadap kerugian atas dan atau kerusakan pada
kendaraan bermotor dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, berdasarkan pada syarat dan kondisi yang dicetak, dicantumkan, dilekatkan dan atau dibuatkan
endorsemen pada polis ini. Ketentuan Pasal 255 KUHD perjanjian pertanggungan harus dibuat secara
tertulis dalam suatu akta yang disebut polis.Polis ini sebagai alat bukti tertulis bahwa telah terjadi pertanggungan diantara penanggung dan pertanggung.Dalam
polis disebutkan semua ketentuan dan persyaratan tentang pertanggungan yang telah dibuat. Yang dimaksud dengan polis standart kendaraan bermotor adalah
polis yang digunakan di Indonesia oleh para penanggung yang berada di bawah naungan Dewan Asur ansi Indonesia selanjutnya disebut DAI. Polis merupakan
alat bukti yang sempurna dan lengkap tentang apa yang mereka perjanjikan dalam perjanjian asuransi. Jadi bagi tertanggung, polis itu menentukan nilai yang sangat
menentukan bagi pembuktian haknya. Tanpa polis maka pembuktian akan menjadi sulit dan terbatas. Hal itu tercermin dalam Pasal 257 KUHD ayat 2
yaitu: “Ditutupnya perjanjian menerbitkan kewajiban bagi si penanggung untuk menkita tangani polis tersebut dalam waktu yang ditentukan dan menyerahkan
kepada si penanggung.” Mengenai polis standar yang dikeluarkan oleh DAI tersebut di atas hanya terbatas pada perusahaan-perusahaan asuransi yang terdaftar
dan berada di bawah naungan DAI, tetapi bagiperusahaan asuransi yang tidak atau belum menjadi anggota DAI tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan
ketentuan-ketentuan sebagai standart yang telah ditetapkan oleh DAI. Maka di sini nampaklah pula bahwa DAI mempunyai peranan yang penting terutama terhadap
anggota-anggota persekutuannya yaitu dalam hal pengelolaan pelayanan terhadap masyarakat.
Disamping itu yang menjadi tugas pokokDAI adalah untuk melakukan penyeragaman polis asuransi untuk anggota-anggota persekutuannya agar
tidakada perbedaan yang menyolok antara polis asuransi yang satu dengan polis asuransi yang lain.
9
a. Hari ditutupnya pertanggungan.
Syarat-syarat formal polis diatur lebih lanjut pada Pasal 256 KUHD yang mengatur mengenai syarat-syarat umum yang harus dipenuhi agar suatu akta
dapat disebut sebagai suatu polis dalam setiap polis, kecuali mengenai pertanggugan jiwa, harus memuat hal–hal sebagai berikut:
b. Nama orang yang menutup pertanggungan atas tanggungan sendiri atau
atas tanggungan orang ketiga. c.
Suatu uraian yang cukup jelas mengenai barang yang dipertanggungkan d.
Jumlah uang untuk berapa diadakan pertanggungan. e.
Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh si penanggung.
9
Arsel Idjard dan Nico Ngani, Profil Hukum Perasuransian di Indonesia Jakarta: Liberty, 2008 hlm.12.
f. Saat mana bahaya mulai berlakuuntuk tanggungan sipenanggung dan saat
berakhirnya itu. g.
Premi pertanggungan tersebut, dan h.
Pada umumnya semua keadaan yangkiranya penting; bagi si penanggung untuk diketahuinya; dan segala syarat yang diperjanjikan antara para
pihak, polis tersebut harus ditkita tangani oleh tiap-tiap penanggung. Syarat-syarat yang terdapat pada Pasal 256 KUHD tersebut pada dasarnya
berfungsi sebagai ketentuan umum, oleh karena itu masih diperlukan lagi syarat- syarat tambahan lain yang khusus berlaku bagi para pihak pada suatu persetujuan
tertentu. Syarat-syarat tambahan yang sifatnya khusus tadi biasanya ditulis atau diketik pada bagian kertas polis yang khusus disediakan untuk keperluan
itu.Tetapi lambat laun syarat-syarat itu dilekatkan dalam polis. Tentu saja syarat- syarat tambahan yang dilekatkan dalam polis hanya akan syah apabila dilkitasi
oleh klausula-klausula yang menyebutkan bahwa terhadap yang bersangkutan, disamping syarat-syarat lain yang belum diatur dalam polis, tetapi oleh para
pihaksatu pihak dianggap penting baginya. Jadi klausula yang mengatur berlakunya syarat tambahan pada setiap polis adalah sangat penting artinya.
F. Metode Penelitian