Teori Koperasi TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI DAN KESEJAHTERAAN

24

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI DAN KESEJAHTERAAN

EKONOMI

A. Teori Koperasi

1. Pengertian Koperasi Koperasi cooperative bersumber dari kata co-operation yang artinya “kerja sama”. Enriques memberikan pengertian koperasi yaitu menolong satu sama lain to help another atau saling bergandengan tangan hand in hand. 1 Secara umum koperasi adalah suatu badan usaha dibidang perekonomian, beranggotakan suka rela, atas dasar persamaan hak, bekerjasama melakukan suatu usaha dengan bertujuan memenuhi kebutuhan para anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. 2 Berdasarkan Undang-Undang Koperasi Nomor 25 tahun 1992, dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dijelaskan tentang definisi dan landasan umum koperasi, yaitu: “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan ”. 3 1 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik, Jakarta: Erlangga, 2001, h. 13 2 Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi: Telaah Peran Serta Umat Islam dalam Pengembangan Koperasi, Jakarta: Koperasi Jasa Informasi, 1989, h. 11 3 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h. 242 Demikian juga dijelaskan dalam Pasal 1 Bab II Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 bahwa: “Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan”. 4 Arifinal Chaniago 1984 mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. 5 Definisi Moh. Hatta, “Bapak Koperasi Indonesia” tentang koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong- menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan “seorang buat semua dan semua buat seorang”. 6 Menurut Dr. Fay 1908 koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikan rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi. 7 Sedangkan menurut Paul Hubert Casselman koperasi adalah suatu sistem, ekonomi yang mengandung unsur sosial. Maksudnya, koperasi mengandung dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem yang 4 Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, h. 243 5 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik, h. 17 6 Ibid 7 Muhammad firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek, Ciawi: Ghalia Indonesia, 2004, h. 38 saling berkaitan yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan kata lain bahwa koperasi harus berdasarkan motif ekonomimencari keuntungan. 8 Selain itu prinsip-prinsip koperasi adalah sebagai berikut: 9 a. Koperasi adalah organisasi suka rela, terbuka kepada semua orang untuk dapat menggunakan pelayanan yang diberikannya dan mau menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin, sosial, suku, politik, atau agama. b. Organisasi demokaratis yang dikontrol oleh anggotanya, yang aktif berpartisipasi dalam merumuskan kebijakan dan membuat keputusan c. Anggota berkontribusi secara adil dan pengawasan secara demokrasi atas modal koperasi. d. Oganisasi mandiri yang dikendalikan oleh anggota-anggotanya. Walaupun koperasi membuat perjanjian dengan organisasi lainnya termasuk pemerintah atau penambah modal dari sumber luar, koperasi harus tetap dikendalikan secara demokrasi oleh anggota dan mempertahankan otonomi koperasi. e. Menyediakan pendidikan dan pelatihan untuk anggota, wakil-wakil yang dipilih, manager, dan karyawan-karyawan sehingga mereka dapat berkontribusi secara efektif untuk perkembangan koperasi. 8 Ibid, h. 39 9 Andjar Pachta W, dkk, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, h. 23-25 f. Melayani anggota-anggotanya dan memperkuat gerakan koperasi melalui kerja sama dengan struktur koperasi local, nasional, dan internasional. g. Bekerja untuk perkembangan yang berkesinambungan atas komunitasnya. 2. Landasan Hukum Koperasi Syariah Landasan hukum koperasi syariah adalah sebagaimana lembaga ekonomi Islam lainnya yaitu mengacu pada sistem ekonomi Islam itu sendiri, seperti yang terdapat dalam al- Qur’an dan Al-Hadis. 10 Landasan koperasi syariah tersebut seperti yang disebutkan di bawah ini: 1. Koperasi melalui pendekatan sistem syariah Merupakan sistem ekonomi yang integral dan merupakan suatu kumpulan dari barang-barang atau bagian-bagian yang bekerja sama sebagai suatu keseluruhan. QS. Al-Baqarah: 208                  Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. QS. Al-Baqarah: 208 2. Tujuan sistem koperasi syariah Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral Islam: QS. A-Baqarah : 168 10 Nur S Buchori, Koperasi Syariah, tt: Masmedia Buana Pustaka, 2009, h.                   Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. QS. Al-Baqarah: 106 3. Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota QS. Al-Hujurat: 13                        Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al-Hujurat: 13 3. Partisipasi Anggota Dalam Koperasi Sebagai sebuah perkumpulan, koperasi tidak akan mungkin terbentuk tanpa adanya anggota sebagai tulang punggungnya. Apalagi, koperasi merupakan kumpulan orang bukan kumpulan modal, sehingga jumlah anggota sangat menentukan besarnya modal yang dimiliki. Semakin banyak jumlah anggota, maka semakin kokoh kedudukan koperasi sebagai suatu badan usaha, baik ditinjau dari segi organisasi maupun dari segi ekonomis. Sebab badan usaha koperasi dikelola dan dibiayai oleh para anggota, bertambahnya anggota berarti bertambahnya pemasukan modal yang bersumber dari simpanan-simpanan para anggota. 11 Partisipasi anggota merupakan unsur utama dalam memacu kegiatan dan untuk mempertahankan ikatan pemersatu di dalam koperasi. Koperasi sebagai business entity dan social entity dibentuk oleh anggota-anggota untuk menggapai manfaat tertentu melalui partisipasi. Koperasi harus memiliki kegiatan-kegiatan tertentu untuk menjabarkan bentuk-bentuk partisipasi dan memacu manfaat bersama, ketika berbagai manfaat diperoleh melalui upaya-upaya bersama para anggota. Oleh karena itu, diharapkan manfaat tersebut dapat didistribusikan secara adil dan merata sesuai dengan kontrbusi mereka kepada koperasi dalam aneka kegiatan-kegiatan koperasi. Partisipasi anggota dalam koperasi diibaratkan darah dalam tubuh manusia. 12 Pada pasal 17 ayat 1 UU No 251992 dinyatakan bahwa “anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi”. Sebagai pengguna dan pemilik koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Sekalipun demikian, sepanjang tidak merugikan kepentingannya, koperasi dapat memberikan pelayanan kepada bukan anggota sesuai dengan sifat kegiatan usahanya, dengan maksud untuk 11 Muhammad firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek, h. 55 12 Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, Jakarta: Grasindo, 1992, h. 93 menarik yang bukan anggota menjadi anggota koperasi. 13 Sebagai pemilik, kewajiban anggota adalah melakukan investasi atau menanam modal di koperasinya. Sedangkan sebagai pemakai, anggota harus menggunakan secara maksimum pelayanan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi. 14 Sesuai dengan peran ganda yang ditandai oleh prinsip identitas, maka partisipasi anggota dapat dibagi sebagai berikut: 1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik: 1. Memberikan kontribusinya dalam bentuk keuangan terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasinya dan melalui usaha-usaha pribadinya; 2. Mengambil bagian dalam penetapan tujuan pembuatan keputusan dan dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan koperasinya. 2. Dalam kedudukan sebagai pelangganpemakai memanfaatkan berbagai kesempatan yang bersifat menunjang kepentingan-kepentingan yang disediakan perusahaan koperasinya. 15 Partisipasi dalam koperasi ditujukan untuk menempatkan para anggota menjadi subyek dari pengembangan koperasi, anggota harus terlibat di dalam setiap langkah proses pengembangan koperasi dari tingkat penetapan tujuan, sasaran atau penyusunan strategi, serta pelaksanaan untuk merealisasikan dan pengendalian sosial sesuai kepentingan anggota. Partisipasi sebagaimana telah dipertimbangkan 13 Muhammad firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek, h. 55 14 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik, h. 79 15 Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala KecilMenengah dan Koperasi, Ciawi: Ghalia Indonesia, 2004, h. 59 hendaklah memasukkan rasa memiliki dan rasa bertanggung jawab dengan tekanan tertentu pada pentingnya pendapat bersama yang dihasilkan oleh para anggota. 16 Berpegang pada prinsippengertian koperasi, maka ada beberapa prinsip, yaitu: 17 1. Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi 2. Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindahtangankan 3. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar. Keanggotaan koperasi pada dasarnya tidak dapat dipindahtangankan karena persyaratan untuk menjadi anggota koperasi adalah kepentingan ekonomi yang melekat pada anggota yang bersangkutan. Dalam hal anggota meninggal dunia, keanggotaannya dapat diteruskan oleh ahli waris yang memenuhi kepentingan ahli waris dan mempermudah proses mereka menjadi anggota. Dalam Pasal 19 dan 20 UU No 25 1992 disebutkan hak dan kewajiban anggota di dalam koperasi, yang dimaksudkan untuk menghindari adanya kecenderungan anggota hanya akan mementingkan pribadinya sendiri, isi pasal tersebut lebih rincinya disebutkan di bawah ini: 18 Setiap anggota mempunyai kewajiban: a. Mematuhi AD dan ART serta keputusan yang telah disepakati dalam rapat anggota; 16 Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, Jakarta: Grasindo, 1992, h. 94 17 Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala KecilMenengah dan Koperasi, h. 58 18 Muhammad firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek, h. 56 b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang telah diselenggarakan oleh koperasi; c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas kekeluargaan. Sedangkan hak anggota adalah sebagai berikut: 1. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota; 2. Memilih dandipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas; 3. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam AD; 4. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta; 5. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antarsesama anggota; 6. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam AD. Didahulukannya kewajiban daripada hak sepintas terlihat tidak ada artinya. Namun jika dikaji lebih dalam, pengaturan yang demikian mengandung makna bahwa anggota koperasi harus mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan kewajibannya. Setelah kewajibannya tersebut dilaksanakan barulah mereka boleh menuntut hak sebagai anggota koperasi. Hal ini merupakan pencerminan dari koperasi Indonesia yang berciri khas kekeluargaan, sehingga tidak pantas anggota menuntut hak terlebih dahulu sebelum menunaikan kewajibannya. Jadi, anggota merupakan faktor penentu dalam kehidupan koperasi, oleh karena itu penting bagi anggota untuk mengembangkan dan memelihara kebersamaan. 19 4. Koperasi di Lingkungan Pesantren 1. Pesantren dan Peranannya di Indonesia Memberikan gambaran yang akurat dan lengkap tentang kegiatan-kegiatan di pesantren saat ini memang sukar sekali. Hal ini dimungkinkan karena fakta memperlihatkan betapa sedikitnya perubahan yang terjadi dalam pesantren dewasa ini. Pada umumnya kegiatan-kegiatan di pesantren dapat dikelompokkan pada 3 jenis kegiatan yaitu, dakwah, pendidikan, dan sosial. 20 Selain kegiatan dakwah dan pendidikan, kegiatan sosial merupakan bagian dari gaya hidupnya. Dalam segi ini terdapat kecenderungan untuk diangkat ke tingkat formal, seperti yang terjadi pada beberapa pesantren saat ini, bahkan dengan kualitas cukup tinggi diukur dengan kapasitas dan potensi sarana yang ada. 21 Terdapat beberapa peran pesantren di lingkungannya, yaitu: Pertama, pesantren telah mampu menjalankan peran keagamaan. Kedua, pesantren menjalankan peran pendidikan. Ketiga, pesantren menjalankan peran kulturalnya. Keempat, pesantren menjalankan peran sosial-ekonomi. Kelima, pesantren menjalankan peran pengembangan masyarakat. 22 2. Kelayakan Koperasi Pondok Pesantren 19 Ibid 20 Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, h. 140 21 Ibid, h. 142 22 Ibid, h. 143 Kehadiran koperasi di lingkungan pondok pesantren pada dewasa ini bukan merupakan barang baru. Kopontren bukan saja menandai memasyarakatnya koperasi di Indonesia, melainkan juga menandai pengembangan peranan fungsi dan dinamika pesantren itu sendiri di satu pihak serta potensinya sebagai detonator bagi pengembangan koperasi selanjutnya di masyarakat di pihak lain. Meningkatnya perhatian terhadap kopontren didukung oleh kesadaran akan nilai dan potensinya. 23 Keanggotaan kopontren sangat bervariasi dan sangat bergantung pada kondisi pondok pesantren tersebut. Pada umumnya sistem keanggotaannya dapat dikelompokkan dalam tiga macam, sebagai berikut: 1. Anggotanya terdiri dari santri yunior dan santri beserta guru-guruustadz 2. Anggotanya terdiri dari santri, guruustadz, kyai, dan anggota majlis taklim termasuk masyarakat sekitarnya. 3. Anggotanya terdiri dari guruustadz, kyai, dan anggota majlis taklim termasuk masyarakat sekitarnya. Kopontren adalah human investment dalam arti luas. Melalui kpontren santri dapat berpraktek organisasi khususnya dalam menyusun program dan digunakan tempat melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi. Pada saat bersamaan kopontren berarti meningkatkan kesejahteraan warga pesantren khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya. Dalam hal kopontren telah berkembang dengan 23 Ibid, h. 145 profesionalitas pengelolaan, maka ia merupakan lapangan pekerjaan baru yang menampung tenaga kerja dari lingkungan sendiri. 24 Dukungan bagi pesantren untuk berkoperasi secara cultural ada pada tata nilai. Ada beberapa nilai koperasi yang terdapat dalam tradisi pesantren. Menurut Arif Mudatsir nilai-nilai itu antara lain, kemandirian, kegotong-royongan, dan sama-sama memerhatikan kaum lemah. 25 3. Prospek Pesantren dalam Pengembangan Koperasi Upaya pengembangan koperasi di pesantren hanya dapat diupayakan jika koperasi yang telah didirikan itu dianggap bermanfaat atau memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat dirasakan oleh para anggotanya dan masyarakat sekitarnya. Hal ini ditandai dengan keuntungan finansial yang meningkat dari tahun ke tahun, kesan positif dari para penghuni pesantren dan masyarakat sekitarnya, dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari para santri yang pernah mengelola koperasi. Adanya potensi yang mendukung, memungkinkan koperasi dapat dikelola secara baik oleh pesantren dengan menambah pengetahuan-pengetahuan teknis operasional perkoperasian, pengetahuan prinsip-prinsip dasar koperasi, dan latihan-latihan keterampilannya kepada para pengelolanya. Akan tetapi pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan tersebut juga menjadi bertambah. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan para pengurus koperasi harus sudah sampai pada 24 Ibid, h. 146-147 25 Ibid,, h. 147 pengetahuan dan keterampilan pemasaran, studi kelayakan, manajemen, dan sebagainya. 26 Kopontren sebagai lembaga usaha dan ekonomi dituntut kemampuannya untuk dapat menunjang gerak laju program anggotanya, maupun program pokok pesantrennya itu sendiri sebagai lembaga induknya. Hubungan timbal balik antara kopontren dan pesantrennya secara kelembagaan sangat diperlukan. Sebagai pembinaaan manajemen dan teknik-teknik usaha, kopontren bersama-sama pihak pimpinan pesantren perlu berhubungan dengan instansi terkait atau departemen teknis yang sesuai dengan bidang usahanya. Tingkat pendidikan banyak berpengaruh, kesempatan mengikuti latihan-latihan. Hal ini tidak hanya untuk fungsionaris, tetapi juga bagi anggota pada umumnya karena hal ini berkaitan dengan tingkat partisipasi anggota dan kaderisasi. 27 5. Penyaluran dana pada Koperasi Modal yang diperoleh koperasi hendaknya didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan para anggota koperasi sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan koperasinya. Pada berbagai jenis koperasi, pendayagunaan modal dibedakan oleh kebutuhan, kemanfaatan dan kegunaannya bagi para anggotanya. 28 a. Pada koperasi-koperasi yang bergerak di bidang jasa, seperti koperasi simpan pinjam, koperasi angkutan, dan lain-lain, titik berat penggunaan modal yaitu mempertinggi tingkat pelayanan jasa-jasa kepada anggota. 26 Ibid, h. 152-154 27 Ibid, h. 155-156 28 G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta, 1991 h. 49 b. Pada koperasi-koperasi produksi, titik berat penggunaannya yaitu untuk mempertinggi produktivitas para anggotanya. c. Pada koperasi-koperasi yang bergerak di bidang pemasaran, titik berat penggunaannya yaitu untuk mempertinggi kualitas hasilproduk para anggota agar para anggota memperoleh harga layak dari jerih payahnya. d. Pada koperasi-koperasi konsumsi, titik berat penggunaan modal tertuju pada pemenuhan kebutuhan para anggotanya, terutama kebutuhan sehari-hari. e. Pada koperasi-koperasi aneka usaha multi purpose modal koperasi didayagunakan untuk berbagai kegiatan dengan titik berat pada kebutuhan utama para anggotanya, bukan pada yang paling menguntungkan koperasi. Pengurus dalam mendayagunakan modal koperasinya harus bertitikberat pada usaha-usaha pemuasan kebutuhankepentingan para anggotanya. Jadi berbeda dengan badan-badan usaha lain yang penggunaan modalnya dititikberatkan pada usaha yang paling menguntungkan, tidak peduli apakah usahanya itu sesuai dengan kehendak para pembentuk modalnya. Dengan demikian jelas bahwa dalam pendayagunaan modal koperasi para pengurusnya dituntut untuk lebih mengerahkan kecerdasan, kejelian, dan fleksibilitas mengutamakan usaha-usaha yang dapat memuaskan pemenuhan kebutuhankepentingan para anggota, yang mana usaha-usaha tersebut dapat pula mendatangkan pendapatan yang wajarlayak. 29 Dalam pendayagunaan modal ini pihak pengurus terlebih dahulu harus melakukan pertimbangan-pertimbangan, modal mana yang dapat digunakan dengan aman, 29 Ibid seperti modal yang diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan suka rela dalm wujud simpanan secara deposito, cadangan dari sisa hasil usaha, pinjaman dari Bank, bantuanpinjaman dari pemerintah,dan modal mana yang mungkin kurang aman dalam pemakaiannya seperti, simpanan suka rela dalam bentuk simpanan secara giro, dan perolehan uang muka dari para pelanggan. Dengan pertimbangan yang matang, modal yang aman sebagian dapat dijadikan modal investasi dan sebagian dapat dijadikan modal kerja. 30 1. Modal Investasi, Pihak pengurus harus memikirkan baik-baik pembelianpengadaan sarana-sarana penunjang usahanya, seperti alat-alat pelayanan, mesin-mesinalat-alat pengolahan, gudang tempat penyimpanan produk, dan lain-lain. 2. Modal Kerja, Yaitu modaluang yang diperlukan untuk membelanjai operasi sehari-hari, seperti untuk pembelian barang-barang bagi koperasi konsumsi, pemberian pinjaman bagi koperasi simpan pinjam, pembelian bahan-bahan mentah dan lain-lain bagi koperasi produksi, dan sebagainya. Uang yang masuk dari hasil usaha segera dikeluarkan kembali utuk melangsungkan usahanya, sehingga modaldana tersebut akan terus berputar setiap periodenya selama berlangsungnya usaha koperasi. Adapun lapangan usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota. Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi 30 Ibid, h. 50 kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi. 31 Dalam pendayagunaan modal kerja terdapat tiga 3 konsep yang sebaiknya diketahui oleh para pengurus, yaitu: 32 a. Konsep Kuantitatif, yaitu mendasar pada kuantitas dari pada dan yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancer di mana aktiva tersebut merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau akan terbebas lagi dalam waktu yang pendek; b. Konsep Kualitatif, modal kerja di sini dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar yang segera harus dikembalikan, dengan demikian maka setelah satu putaran usaha maka utang-utang itu sera harus disisihkan untuk dipersiapkan pengembaliannya bila ditagih oleh sipemberi pinjaman, dengan demikian maka usaha selanjutnya akan dibiayai dengan aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan tanpa mengganggu likuiditasnya; c. Konsep Fungsional, yaitu mendasarkan pada fungsi dari pada dana dalam menhasilkan sesuatu pelayanan, produk, pemasaran, dan lain-lain yang memuaskan pemenuhan kepentingan para anggota sambil mendatangkan pendapatan yang wajar.

B. Teori Permodalan Koperasi