Pembakaran Kinetika Pembakaran Dasar Teori

y min : nilai minimum y max : nilai maksimum Nilai d i x berkisar antara 0 sampai 1. e. Mencari nilai total desirability D dengan persamaan: n n d d d d D 1 .... . . 3 2 1 = dimana nilai total desirability yang dapat diterima berkisar antara 0,7 dan 0,9. Kualitas optimum diperoleh untuk nilai total desirability yang mendekati 1

2.2.5 Pembakaran

Pembakaran adalah reaksi kimia antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor yang berlangsung secara cepat. Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan bakar mengalami oksidasi perlahan-lahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi dipakai untuk menaikkan suhu bahan baker secara pelan- pelan sampai mencapai suhu nyala. Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana semua konstituen yang dapat terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO 2 , air H 2 O, dan gas SO 2 , sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa. Proses pembakaran bahan bakar padat solid fuel meliputi 3 tahap, yaitu tahap pengeringan drying, tahap devolatilisasi dan tahap pembakaran arangoksidasi arang char oxidation yang akan menyisakan abu ash. Tahap pertama adalah pemanasan awal dan pengeringan, dimana terjadi penguapan sejumlah air yang terkandung dalam bahan bakar padat. Tahap kedua adalah proses devolatilisasi, dimana terjadi pengurangan massa bahan bakar padat secara cepat akibat terlepasnya zat volatile volatile matter. Tahap ketiga adalah oksidasi arang sehingga menyisakan abu.

2.2.6 Kinetika Pembakaran

Kinetik pembakaran bahan bakar padat sangatlah kompleks, tetapi dengan membuat generalisasi yang luas, beberapa informasi berguna dapat diturunkan. 2.4 Yang paling penting, asumsi dibuat bahwa proses pembakaran dapat dinyatakan oleh kinetik orde pertama. Untuk menganalisis kinetik pembakaran, model mengasumsikan bahwa laju pengurangan massa dari sampel total adalah hanya bergantung pada laju konstan dari massa sampel sisa dan temperatur dengan orde reaksi satu. Penggunaan metode ini adalah mudah dan cepat. Sehingga persamaan Arrhenius dapat dinyatakan dengan bentuk sebagai berikut: dimana dY : penurunan fraksi massa dt : perubahan waktu A : faktor pre-eksponensial e : Bilangan natural 2,71828 E : energi aktivasi Jmol R : konstanta gas 8,31 Jmol K T solid : temperatur pada briket K Persamaan 2.5 kemudian diubah menjadi: Gambar 2.4. Grafik ln dYdt terhadap kenaikan 1Tsolid Persamaan linear yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan 2.7. Sehingga didapat: solid RT E A dt dY - = ln ln 2.6 c ax y + = A RT E dt dY solid ln ln + - = dt dY y ln = dt dY ln c ax y + = solid T 1 RT E Ae dt dY - = 2.5 2.7 dari persamaan 3, karena 1T solid adalah nilai variabel maka bisa dituliskan : sehingga, Nilai faktor pre-eksponensial A akan pada saat grafik y=ax+c memotong sumbu-y atau 1T solid = 0, maka : RT E A dt dY - = ln ln ln ln - = A dt dY A dt dY ln ln = 1 = = solid T dt dY A solid RT E ax - = solid T x 1 = A c ln = R a E ยด - = 2.8 2.9 2.10 2.13 2.11 2.12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian