Wheat straw 28,9
14,5 Paper waste
73,2 33
hazelnut shells 42,6
26
Dari table 4.6 dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi kandungan cellulose dalam biomassa maka kuat tekan briket biomassa akan semakin tinggi.
Cellulose memiliki sifat yang elastis dan tidak mudah putus. Hal ini lah yang menyebabkan briket biomassa jerami memiliki kuat tekan yang tinggi
dibandingkan kuat tekan briket biomassa kayu. Sehingga pada waktu pembebanan untuk pengujian kuat tekan hanya terjadi pemampatan ruang antar partikel. Dan
ketika sampai batas tertentu deformasi arah horizontal tidak terjadi melainkan briket biomassa jerami meneruskan gaya pembebanan.
4.1.5 Sifat Ketahanan Briket Biomassa Terhadap Air Water Resistance
Dalam SNI, ketahanan briket biomassa terhadap air belum ditentukan. Padahal sifat ketahan biomassa terhadap air merupakan salah satu faktor yang
harus dipertimbangkan untuk meningkatkan kemampuan dari briket biomassa sebagai energi alternative untuk massa depan yaitu dalam hal penyimpanan dan
transportasi. Pengujian ketahanan air water resistance dilakukan dengan mengadopsi prosedur penelitian yang telah dilakukan oleh Ricards, S.R 1989.
Prosedur pengujiannya yaitu: menimbang massa awal briket, merendam briket didalam air selama 30 menit, menimbang massa akhir briket setelah 30 menit,
mencatat perubahan massa briket. Perhitungan index ketahanan air water resistant indeks briket dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
penyerapan WRI
100 -
=
100 x
m m
m penyerapan
a a
b
- =
Dimana: m
b
: massa akhir briket setelah direndam 30 menit kg m
a
: massa awal briket sebelum direndam kg
Dari data hasil penelitian diperoleh hasil index ketahanan air water resistance indeks nol untuk semua variasi tekanan, karena setelah pengujian
briket yang diuji sudah tidak berbentuk briket lagi melainkan hancur dan berbentuk endapan seperti ditunjukkan gambar 4.3 Kejadian ini terjadi untuk
briket biomassa jerami dengan menggunakan pengikat maupun briket biomassa jerami tanpa menggunakan bahan pengikat. Sehingga secara umum pengaruh
variasi tekanan pembriketan dan pengaruh variasi penambahan bahan pengikat tidak mempengaruhi sifat ketahanan briket biomassa jerami padi terhadap air.
Berdasarkan metode perhitungan indek ketahanan air, briket yang baik memiliki nilai indeks ketahanan air WRI lebih dari 93. Dan bila mengacu pada
metode tersebut maka briket biomassa jerami dapat dikatakan tidak memiliki ketahanan terhadap air.
Ketidaktahanan briket jerami terhadap air dapat dianalisa dikarenakan serbuk jerami padi memiliki lapisan lilin wax tipis yang melapisi permukaan
serbuk jerami Demirbas,A.1997. Lapisan tipis lilin wax pada permukaan partikel jerami mengakibatkan dalam proses pembriketan tidak terbentuk susunan
partikel yang memiliki ikatan yang kuat antar partikel biomassa jerami. Dan ketika briket biomassa jerami direndam dalam air, air memasuki celah-celah antar
partikel dan mengakibatkan jarak antar partikel melebar dan briket biomassa jerami menjadi hancur. Dan untuk briket biomas jerami dengan menggunakan
bahan pengikat terlihat ketika briket biomassa jerami direndam dalam air, bahan pengikat yang digunakan larut kedalam air dan kemudian briket hancur. Dari
kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan pengikat tidak terserap oleh partikel biomassa jerami melainkan hanya menempel dalam lapisan lilin dari
partikel biomassa jerami.
Gambar 4.3 Briket biomassa setelah pengujian uji ketahanan air
Dari pengujian sifat fisik briket biomassa jerami dengan menggunakan bahan pengikat maupun tanpa bahan pengikat diketahui bahwa penambahan bahan
pengikat tetes tebu molasses mengakibatkan penurunan sifat fisik. Hal ini terjadi karena biomassa jerami memiliki kandungan lilin wax tipis yang menyelimuti
partikel sehingga bahan pengikat tetes tebu molasses yang ditambahkan tidak terserap oleh partikel biomassa jerami sehingga fungsi pengikat tetes tebu
molasses tidak terbentuk.
4.1.6 Pemilihan Kualitas Briket Optimum