tinggi konsentrasi gula pereduksi yang ada di dalam hidrolisat maka diharapkan etanol yang dihasilkan akan semakin besar. Hasil analisa menunjukkan perlakuan
lama waktu kontak 30 menit merupakan perlakuan terbaik karena memiliki konsentrasi gula pereduksi lebih besar dibandingkan dengan 45 menit.
Hasil karakteristik hidrolisat dari perlakuan detoksifikasi overliming dilanjutkan detoksifikasi arang aktif dengan konsentrasi 5 dan lama waktu
kontak 30 menit telah memenuhi syarat hidrolisat untuk proses fermentasi. Karakteristik hidrolisat yang dihasilkan pada proses detoksifikasi arang aktif 5
dan lama waktu kontak 30 menit disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik hidrolisat hasil detoksifikasi arang aktif dengan
konsentrasi 5 dan lama waktu kontak 30 menit.
Karakteristik Pustaka
Hidrolisat HMF gl
Furfural gl Total Gula gl
Gula Pereduksi gl Total Asam ml NaOH 0,1N g bahan
1,00
a
1,5
b
100 – 180
c
300
d
20
e
0,76 0,0014
154,00 130,17
1,48
a
Alves et al. 1998
d
Mangunwidjaja dan Suryani 1994
b
Nigam 2001
e
Van Zyl et al. 1998
c
Frazier dan Weshoff 1978
4.4 Laju Adsorpsi Arang Aktif
Pada tahapan ini hidrolisat yang dihasilkan dari konsentrasi bahan baku ubi kayu dan H
2
SO
4
terbaik dilakukan proses overliming dan dilanjutkan dengan penambahan arang aktif sebanyak 5 dari volume hidrolisat. Pengamatan
dilakukan pada menit 1, 3, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, dan 60 secara terus menerus.
Hasil analisa terhadap HMF dan furfural memperlihatkan penurunan konsentrasi selama proses detoksifikasi dengan arang aktif. Grafik penurunan
konsentrasi HMF dan furfural disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Laju adsorpsi HMF dan furfural dalam hidrolisat selama proses detoksifikasi dengan konsentrasi arang aktif 5
Hasil analisa menunjukkan, waktu yang dibutuhkan untuk arang aktif dapat mencapai waktu terbaik yaitu dengan lama waktu kontak 30 menit. Pada lama
waktu kontak 30 menit konsentrasi HMF yang ada pada hidrolisat kurang dari 1 gl.
Pada proses penjerapan arang aktif, semakin lama waktu kontak antara arang aktif dengan hidrolisat semakin sedikit kandungan inhibitor yang dapat
dijerap oleh arang aktif. Hal ini diduga karena arang aktif yang sudah mengalami kondisi jenuh. Pada tahapan laju adsorpsi arang aktif yang dilakukan pada
penelitian ini lama waktu yang dibutuhkan untuk arang aktif sampai titik jenuh yaitu pada menit ke-30, hal ini dilihat dari semakin sedikitnya jumlah HMF dan
furfural yang dapat dijerap oleh arang aktif. Pada proses laju adsorpsi arang aktif, hasil analisa konsentrasi HMF dan
furfural terjadi 2 fase penjerapan. Fase pertama dimulai dari menit ke-1 hingga menit ke-30 terlihat penurunan yang besar pada konsentrasi HMF dan furfural.
Pada fase kedua yaitu dimulai dari menit ke-30 hingga menit ke-60. Konsentrasi HMF dan furfural yang dapat terjerap pada menit pertama
cukup besar yaitu 0,88 gl dan 0,0073 gl. Hal tersebut dikarenakan konsentasi arang aktif yang masih segar dan daya jerap arang aktif terhadap kandungan
inhibitor masih sangat baik. Namun pada perlakuan menit ke-3 arang aktif sudah mengalami penurunan penjerapan tetapi masih relatif besar. Pada menit ke-30
terlihat penurunan laju konsentrasi inhibitor yang dijerap oleh arang aktif. Rata- rata konsentrasi HMF dan furfural yang terjerap pada fase pertama yaitu 0,076
gmenit dan 0,00041 gmenit. Namun ketika arang aktif sudah mengalami
0,002 0,004
0,006 0,008
0,01 0,012
0,014
0,5 1
1,5 2
2,5 3
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
K ons
e nt
rasi H
M F
g l
Lama Waktu Kontak Arang Aktif menit
Konsentrasi HMF Konsentrasi Furfural
Kon se
nt ras
i f ur
fur al
g l