Detoksifikasi dengan Overliming Proses Detoksifikasi
enzim yang dihasilkan oleh jenis mikroba spesifik Presscot dan Dunn 1981. Fermentasi dapat terjadi secara aerob memerlukan oksigen maupun anaerob
tidak memerlukan oksigen. Menurut Hidayat et al. 2006, fermentasi dapat didefinisikan sebagai perubahan gradual oleh aktivitas enzim dari beberapa
bakteri, kapang dan khamir. Etanol dapat diproduksi dari gula yang difermentasikan oleh khamir pada
kondisi yang sesuai. Penambahan khamir dapat dilakukan dalam bentuk kering sebagai suspensi. Bahan-bahan yang mengandung monosakarida C
6
H
12
O
6
sebagai glukosa dapat langsung difermentasikan, sedangkan pati selulosa dan hemiselulosa harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi komponen sederhana
monosakarida, untuk kemudian dapat difermentasi Sa’id 1987.
Mikroba yang digunakan pada fermentasi etanol adalah khamir. Khamir berbentuk menyerupai kapang dari kelompok Ascomycetes yang tidak berfilamen
tetapi uniseluler, umumnya berbentuk oval silinder, bulat dan batang. Pemilihan mikroba biasanya didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai
medium. Untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan Saccaharomyces cerevisiae
yang merupakan khamir yang paling populer dalam pengolahan makanan Patarau 1981. Menurut Rehm dan Reed 1981, S.
cerevisiae sering dipakai pada fermentasi etanol karena menghasilkan kadar
etanol yang tinggi, toleran terhadap kadar etanol yang tinggi, maupun pada suhu tinggi, tetap stabil selama kondisi fermentasi dan dapat bertahan hidup pada pH
rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil etanol dari proses fermentasi adalah
suhu fermentasi, derajat keasaman, oksigen, medium fermentasi, kebutuhan nutrien dan kadar etanol Purwadi 2006. Selain hal tersebut, karakteristik dari
hidrolisat juga mempengaruhi kadar etanol yang dihasilkan proses fermentasi. Karakteristik hidrolisat yang baik untuk proses fermentasi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik hidrolisat untuk fermentasi
No Senyawa Konsentrasi
Sumber 1.
HMF 1 gl
Alves et al. 1998 2.
Furfural 1,5 gl
Nigam 2001 3.
Total Gula 10
– 18 Frazier dan Weshoff 1978
4. Gula Pereduksi
30 Mangunwidjaja dan Suryani 1994
5. Total asam
20 ml NaOH g bahan Van Zyl et al. 1998
Tahap ketiga yaitu tahap pemurnian etanol. Pada tahap ini hidrolisat yang dihasilkan dari proses fermentasi didestilasi untuk memurnikan kandungan etanol.
Destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer sebagian besar adalah air dan etanol. Titik didih etanol murni adalah 78
o
C sedangkan air adalah 100
o
C kondisi standar. Pemanasan larutan pada rentang suhu 78-100
o
C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi dapat
dihasilkan etanol Arnata 2009. Purwadi 2006, membagi kualitas alkohol dengan beberapa tingkatan :
1. Alkohol Teknis 96,5
Digunakan terutama untuk kepentingan industri sebagai bahan pelarut organik, bahan baku maupun bahan antara produksi berbagai senyawa
organik lainnya. 2.
Alkohol Murni 96,0 – 96,5
Digunakan terutama untuk kepentingan farmasi dan konsumsi misal untuk minuman keras.
3. Alkohol Absolut 99,7
– 99,8 Digunakan dalam pembuatan sejumlah besar obat-obatan dan juga sebagai
bahan antara dalam pembuatan senyawa-senyawa lain skala laboratorium. Alkohol jenis ini disebut Fuel Grade Ethanol F.G.E atau anhydrous
ethanol yaitu etanol yang bebas air atau hanya mengandung air minimal.