et al . 1988. Berdasarkan hasil pengamatan, kadar abu ubi kayu adalah 0,67,
kadar lemak dan protein sebesar 0,36 dan 1,05. Kadar lemak dan protein berpengaruh terhadap karakteristik gelatinisasi dan kekentalan bahan pada saat
diolah. Adanya lemak pada bahan berpati dapat mengganggu proses gelatinisasi karena lemak dapat membentuk kompleks dengan amilosa sehingga menghambat
keluarnya amilosa dari granula pati, sedangkan protein dapat menyebabkan kekentalan pati menurun Mohamed dan Duarteb 2003. Pada penelitian ini
diharapkan pati dapat tergelatinisasi sempurna sehingga terbentuk gula-gula sederhana setelah proses hidrolisis asam.
Karbohidrat dalam ubi kayu merupakan komponen utama dalam proses produksi etanol. Ubi kayu yang digunakan mengandung karbohidrat sebesar
31,18. Karbohidrat ubi kayu terdiri dari pati sebesar 30,42 dan serat kasar sebesar 0,77. Menurut Balagopalan et al.1988, kadar pati di dalam ubi kayu
sebesar 38,10 dan kadar serat sebesar 0,60. Pendey et al. 2000, kadar pati dalam ubi kayu sebesar 32,4 dan kadar serat sebesar 1,2. Untuk komponen
serat kasar mengandung selulosa 3,51, hemiselulosa 11,77 dan lignin 0,67. Pada proses hidrolisis secara asam, pati memiliki kemampuan terhidrolisis
lebih baik dibandingkan dengan serat. Menurut Judoamidjojo et al. 1989, faktor yang mempersulit hidrolisis serat adalah selulosa mempunyai struktur kristalin
50 - 90 yang tidak mudah terhidrolisis oleh asam. Selain selulosa di dalam serat terdapat hemiselulosa, sifat hemiselulosa lebih amorf dan lebih mudah
terhidrolisis dibandingkan dengan selulosa Rusdianto 2010.
4.2 Konsentrasi Bahan Baku Ubi Kayu dan Asam Sulfat H
2
SO
4
pada Proses Hidrolisis Asam
Proses hidrolisis secara asam merupakan proses untuk memecah komponen polisakarida menjadi monomer-monomer. Proses hidrolisis yang sempurna akan
memecah selulosa dan pati menjadi glukosa, sedangkan hemiselulosa akan terpecah menjadi xilosa, manosa, galaktosa dan glukosa.
Pada proses hidrolisis secara asam, konsentrasi bahan baku ubi kayu dan H
2
SO
4
sebagai asam penghidrolisis sangat menentukan hasil hidrolisatnya. Hasil penelitian Susmiati 2010, menunjukkan bahwa penggunaan H
2
SO
4
0,4 M mampu menghidrolisis tepung ubi kayu pada konsentrasi bahan baku 30. Pada
penelitian ini, bahan baku yang digunakan adalah ubi kayu segar. Konsentrasi ubi kayu yang diujikan 15
– 30 dengan H
2
SO
4
0,4 M dan konsentrasi ubi kayu 17- 30 dengan H
2
SO
4
1 M. Data hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Karakteristik hidrolisat asam pada konsentrasi bahan baku dan asam sulfat H
2
SO
4
yang berbeda Konsentrasi
Konsentrasi Brix
Bahan baku yang tidak Padatan
H
2
SO
4
M terhidrolisis kualitatif
15 0,4
16 -
18 0,4
19 20
0,4 21
25 0,4
29 30
0,4 32
17 1
24 -
18 1
25 -
20 1
25 -
25 1
29 30
1 32,5
Keterangan : - : bahan baku terhidrolisis sempurna
: tingkat bahan baku yang tidak terhidrolisis sempurna semakin banyak tanda , semakin banyak bahan yang tidak terhidrolisis sempurna
Pada Tabel 5 dapat dilihat, hasil proses hidrolisis secara asam menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan baku yang digunakan akan meningkatkan
nilai konsentrasi total gula brix. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi bahan baku maka semakin banyak pati dan serat yang ada di
dalamnya. Pada proses hidrolisis asam, pati dan serat diubah menjadi gula sederhana monosakarida dan oligosakarida sehingga semakin banyak pati dan
serat akan meningkatkan nilai konsentrasi total gula brix. Namun konsentrasi bahan baku yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pati dan serat tidak dapat
terhidrolisis secara sempurna. Adanya bahan baku yang tidak terhidrolisis secara sempurna diduga karena kurangnya konsentrasi penghidrolisis asam.
Pada Tabel 5 juga dapat dilihat, semakin tinggi konsentrasi H
2
SO
4
yang digunakan, maka pati dan serat yang terdapat dalam bahan baku yang dapat
terhidrolisis semakin banyak, sehingga nilai total gula brix meningkat. Namun konsentrasi H
2
SO
4
dengan 1 M juga dianggap kurang bila jumlah konsentrasi bahan baku yang ditambahkan sangat besar yaitu lebih besar dari