setnet meningkat menjadi 7 titik lokasi setelah operasi small bottom setnet. Jumlah titik lokasi yang tidak terganggu keutuhan karangnyaberkurang dari 13
lokasi sebelum pemasangan small bottom setnet menjadi sebelas lokasi. Namun demikian, perlu dibuktikan apakah pengoperasian small bottom setnet berdampak
buruk secara nyata pengaruh serius atau tidak bagi keutuhan di lokasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 Hitung 1,475 dari parameter ini masih lebih
kecil dari X2 Tabel 5,99. Hasil ini memberi indikasi bahwa sebenarnya pengoperasian small bottom setnet
di Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta tidak memberi
dampak nyata yang secara serius mengganggu keutuhan karang.
5.3.2 Dampak terhadap lingkungan terumbu karang
Pengamatan dampak pengoperasian small bottom setnet terhadap lingkungan terumbu karang dilakukan dengan mengukur parameter penyinaran matahari,
sirkulasi air, dan kejernihanperairan. Dampak pengoperasian small bottom setnet terhadap penyinaran matahari khususnya penyinaran matahari terhadap karang
disajikan pada Tabel 19, Tabel 20 dan Gambar 37. Pada Tabel 19, Tabel 20 dan Gambar 37 terlihat bahwa penyinaran matahari dengan kategori terganggu
meningkat dengan adanya operasi small bottom setnet, yaitu dari 1 satu meningkat menjadi 2 titik lokasi setelah operasi small bottom setnet sedangkan
yang sedikit terganggu meningkat dari 2 titik lokasi sebelum operasi menjadi 4 titik lokasi setelah operasi small battom setnet. Akibat kondisi ini, maka
penyinaran karang yang benar-benar tidak terganggu oleh operasi small bottom setnet berjumlah 14 titik lokasi sebelum operasi ada 17 titik lokasi.
Gangguan penyinaran matahari oleh operasi small bottom setnet terjadi karena bentangan small bottom setnet tersebut menyebabkan sinar matahari
sebagian tertahan, sehingga sinar matahari yang sampai ke karang tidak sempurna.
Tabel 19 Proporsi penyinaran matahari di sekitar pemasangan small bottom setnet
Pengoperasian small bottom setnet
penyinaran matahari
Titik Pengambilan Data
Jumlah Titik Lokasi
Proporsi
Sebelum operasi Terganggu
[13] 1
5
Sedikit terganggu
[1], [2], 2
10
Tidak terganggu [3], [4], [5], [6], [7],
[8], [9], [10], [11], [12], [14], [15],
[16], [17], [18], [19], [20]
Total 17
20 85
100 Setelah operasi
Terganggu [1], [13]
2 10
Sedikit terganggu
[2], [3], [5], [8] 4
20
Tidak terganggu [4], [6], [7], [9],
[10], [11], [12], [14], [15],
[16], [17], [18], [19], [20]
Total 14
20 70
100
Tabel 20 Dampak pengoperasian small bottom setnet penyinaran matahari
No Status
Operasi Penyinaran matahari
Jumlah Titik
Lokasi
Terganggu Sedikit
Terganggu Tidak
Terganggu
1 Sebelum
Operasi 1
2 17
20 2
Setelah Operasi
2 4
14 20
X2 Hitung = 3,529 Taraf Nyata 95 = 0.05
X2 Tabel = X2 0.05 2 = 5.99 Kesimpulan : X2 Hitung X2 Tabel = tidak beda nyata tidak ada dampak
Gambar 37 Proporsi lokasi penyinaran matahari di sekitar pemasangan small bottom setnet
Analisis lanjut menggunakan metode chi-square menunjukkan bahwa nilai X2 Hitung parameter penyinaran matahari sekitar 3,529. Nilai X2 Hitung ini
lebih rendah dari nilai X2 Tabel. Dengan demikian, maka pengoperasian small bottom setnet tidak mempunyai dampak nyata yang mengganggu penyinaran
matahari. Kalaupun selama ini dampak tersebut ada, tetapi tidak termasuk kategori serius yang dapat menghambat proses fotosintesis terumbu karang di
Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Terkait dengan sirkulasi air laut pola arus di sekitar small bottom setnet juga menjadi hal yang sangat penting untuk dianalisis karena sirkulasi air laut
membawa makanan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan karang. Oleh karena itu, penelitian ini juga mengamati dampak operasi small bottom setnet terhadap
sirkulas air laut tersebut . Hasil monitoring pada 20 titik lokasi di areal pemasangan small bottom setnet terkait dampak operasi tersebut disajikan pada
Tabel 21, Tabel 22 dan Gambar 38. Pada Tabel 21, Tabel 22 dan Gambar 38 terlihat bahwa dengan adanya operasi small bottom setnet ini, sirkulasi air laut di
sekitar karang untuk kategori terganggu meningkat dari 1 satu menjadi 2 titik lokasi. Gangguan ini bisa berupa arus tertahan atau belok karena terhalang oleh
bagian small bottom setnet yang membentang.
Tabel 21 Proporsi sirkulasi air di sekitar pemasangan small bottom setnet
Pengoperasian Small Bottom
Setnet Sirkulasi Air
Titik Pengambilan Data
Jumlah Titik Lokasi
Proporsi
Sebelum operasi Terganggu
[13] 1
5
Sedikit terganggu
[7], [10], [14] 3
15
Tidak terganggu [1], [2], [3], [4], [5],
[6], [8], [9], [11], [12], [15], [16],
[17], [18], [19], [20] Total
16
20 80
100 Setelah operasi
Terganggu [13], [14]
2 10
Sedikit terganggu
[1], [5], [7], [8], [10]
5 25
Tidak terganggu [2], [3], [4], [6],
[9], [11], [12], [15], [16], [17], [18], [19],
[20] Total
13
20 65
100
Tabel 22 Dampak pengoperasian small bottom setnet terhadap sirkulasi air
No Status
Operasi Sirkulasi Air
Jumlah Titik
Lokasi
Terganggu Sedikit
Terganggu Tidak
Terganggu
1 Sebelum
Operasi 1
3 16
20 2
Setelah Operasi
2 5
13 20
X2 Hitung = 2,896 Taraf Nyata 95 = 0.05
X2 Tabel = X2 0.05 2 = 5.99 Kesimpulan : X2 Hitung X2 Tabel = tidak beda nyata tidak ada dampak
Gambar 38 Proporsi lokasi sirkulasi air di sekitar pemasangan small bottom setnet
Untuk kategori sedikit terganggu arus yang mengalir sedikit belokpecah juga mengalami peningkatan dengan adanya operasi small bottom setnet tersebut.
Bila sebelumnya kategori sedikit terganggu ini hanya teramati pada 3 lokasi, setelah small bottom setnet benar-benar dioperasikan terjadi pada 5 titik lokasi.
Titik lokasi yang tidak terganggu sirkulasi airarusnya menurun dari 16 titik lokasi sebelum operasi menjadi 13 titik lokasi setelah adanya operasi small bottom setnet
ini.
Bila melihat hasil monitoring tersebut, terlihat ada perbedaan sirkulasi air laut pola arus sebelum dan setelah operasi small bottom setnet. Hasil analisis
Chi-Square menunjukkan bahwa dari kombinasi data sirkulasi air laut pola arus tersebut didapatkan nilai X2 Hitung 2,896 yang lebih kecil dari nilai X2 Tabel.
Terkait dengan ini, maka perbedaan atau perubahan sirkulasi air laut pola arus sebelum dan setelah operasi small bottom setnet tersebut tidak membawa dampak
nyata yang merusak bagi pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
Pengoperasian small bottom setnet juga dapat mempengaruhi kejernihan perairan berbanding terbalik dengan sedimentasi di karang dengan adanya
kotoran-kotoran yang tersuspensi maupun yang larut tertahan dan mengendap di sekitar pemasangan small bottom setnet. Tabel 23, Tabel 24 dan Gambar 39
menyajikan data kejernihan perairan di karang akibat pengoperasian small bottom setnet yang diamati pada 20 titik lokasi di sekitar small bottom setnet.
Tabel 23 Proporsi kejernihan perairan karang di sekitar pemasangan small bottom setnet
Pengoperasian Small Bottom
Setnet Kejernihan
perairan Titik Pengambilan
Data Jumlah Titik
Lokasi Proporsi
Sebelum operasi Terganggu
[7], [10] 2
10
Sedikit terganggu
[2], [3], [6], [9] 4
20
Tidak terganggu [1], [4], [5], [8],
[11], [12], [13], [14], [15], [16], [17], [18],
[19], [20] Total
14
20 70
100 Setelah operasi
Terganggu [7], [10], [14]
3 15
Sedikit terganggu
[9], [2], [6], [3], [4] 5
25
Tidak terganggu [1], [5], [8], [11],
[12], [13], [15], [16], [17], [18], [19], [20]
Total 12
20 60
100
Tabel 24 Dampak pengoperasian small bottom setnet terhadap kejernihan perairan
No Status
Operasi Kejernihan Perairan
Jumlah Titik
Lokasi
Terganggu Sedikit
Terganggu Tidak
Terganggu
1 Sebelum
Operasi 2
4 14
20 2
Setelah Operasi
3 5
12 20
X2 Hitung = 1,036 Taraf Nyata 95 = 0.05
X2 Tabel = X2 0.05 2 = 5.99 Kesimpulan : X2 Hitung X2 Tabel = tidak beda nyata tidak ada dampak
Gambar 39 Proporsi lokasi kejernihan perairan di sekitar
pemasangan small bottom setnet
Berdasarkan Tabel 23 dan Tabel 24, jumlah titik lokasi yang kategori kejernihan perairan karangnya terganggu meningkat dari 2 titik lokasi sebelum
operasi menjadi 3 titik lokasi saat operasi small bottom setnet. Sedangkan titik lokasi yang kategori sedikit terganggu kejernihan perairan karangnya meningkat
dari 4 titik lokasi sebelum operasi menjadi 5 titik lokasi setelah operasi small bottom setnet. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, kategori kejernihan
perairan terganggu tersebut umumnya terjadi pada titik lokasi yang sebelum operasi small bottom setnet sudah terjadi sedikit terganggu kejernihannya
meskipun dengan kategori rendah. Hasil analisis chi-square terkait sedimentasi ini memperlihatkan nilai X2
Hitung untuk parameter ini sekitar 1,036. Nilai X2 Hitung ini lebih kecil dari pada nilai X2 Tabel. Dengan demikian, maka dampak pengoperasian small bottom
setnet terhadap kejernihan perairan karang termasuk tidak nyata tidak menyebabkan sedimentasi yang nyata merusak terumbu karang di Kawasan
Konservasi Laut Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
6 PEMBAHASAN
6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet